Cerita Bokep Indonesia – Cerita Sek Janda Montok Dari Pedesaan Waktu liburan telah tiba, aku berencana untuk kerumah kakekku yang berada didesa, karena sudah lama aku tidak mengunjunginya. Kehidupan didesa sangat tenang sekali, sangat damai, cocok untuk menghilangkan penat. Sampai suatu Ketika malam datang, suasana pedesaan sangat sepi sekali, hanya suara rengekan pohon bambu dan suara jangkrik yang keras sekali. Padahal saat itu jam baru menunjukkan pukul 10 malam. Terbiasa tinggal dikota dengan kondisi yang ramai dan terbiasa tidur malam membuatku saat itu tidak bisa tidur. Aku bingung mau ngapain. Lalu aku berpikiran untuk jalan-jalan saja mencari udara daripada suntuk dirumah.
Ditengah jalan aku mendengar suara, aku penasaran dan aku mencarinya. Suara aneh itu terdengar dari sebuah rumah gak jauh dari kediaman kakek ku. Setelah kudekati dan aku mengintip (biasa lah rumah dipedesaan hanya terbuat dari papan saja) aku melihat serang wanita setengah baya sedang mendesah kenikmatan. Dak aku sangat kaget ketika melihat wanita tersebut ternyata mendesah bukan karena berhubungan sex dengan suaminya tapi wanita itu mendesah karena memasukkan sebuah terong kedalam Vaginanya. Ooohh my good, terlihat jelas terong besar itu masuk penuh kedalam Vagina wanita itu. Payudaranya sangat besar, terlihat putingnya juga sangat besar mungkin karena sudah mengeras. Melihat semua itu birahi langsung naik dan peniku pun langsung tegang.
Setelah wanitaitu masturbasi dan permainanpun selesai, aku langsung pulang. Dalam perjalanan pulang aku terus kepiran tentang tingkah wanita itu. “kenapa tidak minta tolong ke aku saja untuk memuaskannya, dari pada menggunakan terong begituan” pikirku. photomemek.com Aku terus memikirkan bagaimana aku bisa memuaskannya, karena terlihat wanita setengah baya itu sangat hyper sex. Keesokan harinya aku mulai mencari tau tentang siapa sebenarnya wanita itu. Dan kutanya lah kepada kakekku. Cerita Sek Janda Montok
“kek, tetangga sebelah itu namanya siapa kek, yang rumahnya paling pojok itu kek”tanyaku
“OOoohh, namanya bu Retno, emang kenapa” Tanya kakekku balik
“gak papa kok kek, aku hanya ingin tau saja, soalnya aku tadi malem pas jalan-jalan ketemu sama dia dan dia menyapaku” jawabku sedikit berbohong
“emang bu Retno gak punya suami ya kek, kok malam-malam keluar sendirian”tanyaku lagi
“Iyha, bu Retno itu seorang janda, suaminya meninggal setahun yang lalu, dan sampai sekarang bu Retno belum menikah lagi” jawab kakek ku.
Naaaaah akhirnya aku mengetahui namanya dulu, lanjut dlam pikirku bagaimana aku bisa mendapatkan nomer hapenya, supaya aku bisa mengancamnya dengan memberitahukan kejadian semalem. Siang harinya saat semua orang diRetnoah kakek ku sedang tidur, aku dengan sembunyi-sembunyi mengambil HP kakek ku, kubuka dan aku cari kontak person dengan nama Bu Retno, dan akhirnya aku mendapatkannya, langsung kucatat saja di HP ku. Aku mencoba miscall dan nomer HP bu Retnopun masih aktif. Yess yang aku perlukan semua sudah kudapatkan, nanti malam tinggal melancarkan niatku, ucapku.
Malam pun tiba, waktu itu jam baru menunjukan pukul 8 malam, langsung saja aku memainkan rencanaku. aku menulis sebuah pesan untuk bu Retno “Daripada pakai terong mending sama aku saja tante, aku bisa kok memuaskan Bu” isi pesanku. Tapi belum sempat aku kirim aku berpikiran, mungkin gak ya nanti sms ku ini diberitahuka oleh orang-orang dikampung. Sejenak aku terdiam. Ahhh gak mungkin aahh, masak sms kayak gituan diberitahukan sama orang lain, kalo sampai diberitahukan maka aku akan menceritakan semua yang aku lihat malam itu. Dan kukirimlah sms ku itu. Aku menunggu sejenak dan beberapa menit berselang aku mendengar HP ku berbunyi,, Aaahh ini past isms dari Bu Retno. Akupun membukanya.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu, terong saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti terong yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh .. jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua. Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS berikutnya. Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi. Cerita Sek Janda Montok
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat Vagina ibu dicolok buah terong. Bahkan lebih merangsang dibanding Vagina wanita bule yang ada di film porno. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya.
Tetapi balasan SMS dari Bu Retno pendek saja. “Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati Vagina dan Klitorisnya bila ia mau melayaniku. Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS an dengan Bu Retno tidak berlanjut.
Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya kalau kuceritakan bahwa Bu Retno ternyata suka melampiaskan hasrat seksnya dengan menggunakan terong. Betapa tidak, wanita beRetnour sekitar 40 tahun itu, penampilan kesehariannya sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup rapat auratnya. Hingga orang tidak akan percaya tentang kebiasaannya yang nyeleneh dalam soal seks terlebih di Umurnya yang sudah tergolong tua.
Tetapi aku benar-benar melihat dengan mata dan kepalaku sendiri tentang apa yang dilakukan dia yaitu memuasi diri dengan buah terong. fantasiku.com Bahkan saat itu, terus terang aku sangat terangsang. Terlebih saat ia meremasi sendiri kedua Toketnya yang gede dan melihat Vaginanya yang dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan buah terong. Karena selalu terbayang oleh bagian-bagian tubuhnya yang membuatku terangsang, akhirnya aku iseng mengirim SMS.
Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak dibalasnya, aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa bila ia tidak mau melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan terong itu kepada orang-orang. Hanya setelah kupikir, tindakanku itu bisa membuat dia kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan niatku tersebut. Hanya aku tetap bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di tiap kesempatan.
Hampir tiap hari, terkadang pagi, siang maupun malam, beberapa SMS kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan keinginanku untuk menjadi patner seksnya karena setelah memergoki dia main dengan terong aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa sering mengocok sendiri Penisku sambil membayangkan menyetubuhinya. Tetapi ia tetap tidak mau membalasnya. Pernah beberapa kali ia mencoba menelepon tetapi aku tidak berani mengangkatnya. Cerita Sek Janda Montok
Puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada Bu Retno terjadi ketika pengajian ibu-ibu di kampungku yang dilaksanakan secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku. Karena acaranya berbarengan dengan halal bi halal setelah lebaran, pengajian yang diadakan di Retnoahku terbilang besar. Hidangan yang biasanya cuma snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam. Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal, kali ini didatangkan dari luar kota.
Sejak pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara tersebut termasuk Bu Retno. Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak berani mengirim SMS iseng padanya. Hanya secara sembunyi-sembunyi aku sering mencuri pandang menatapinya. Seperti kebiasaannya, saat itu Bu Retno memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik. Yakni sebuah baju terusan warna krem yang longgar yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada. Dengan kerudung yang tak pernah lepas menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi besar itu nampak anggun dan berwibawa.
Acara pengajian yang dimulai selepas ashar, baru berakhir menjelang maghrib. Sekira pukul 8 malam, setelah acara beres-beres Retnoah selesai ibu memanggilku. “Kamal tolong ini diantar ke Retnoah Bu Retno ya.Tadi ia minta disisihkan lontong dan opornya karena katanya di Retnoah lagi tidak masak,” ujar ibuku. Setelah beberapa kali berkirim SMS gelap kepadanya, sebenarnya agak grogi untuk berhadapan langsung dengan Bu Retno. Terlebih mengingat kata-kata jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim. Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga dengan terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang besar berisi lontong dan opor kubawa ke Retnoah Bu Retno.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan menunggu agak lama, kulihat seseorang mengintip dari balik korden dan akhirnya membukakan pintu.Ternyata yang mengintip dan membukakan pintu adalah Bu Retno sendiri. “Oh..kamu Kamal, ibu kira siapa. Ayo masuk,” ujarnya mempersilahkanku. Bu Retno yang kalau berada di luar Retnoah berpakaian muslimah yang rapat,ternyata tidak begitu adanya kalau sedang di dalam Retnoah. Baju yang dipakainya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan. Hingga BH hitam dan celana dalam putih yang dipakainya tampak menerawang.
“Saya disuruh mengantarkan ini untuk Bu Retno,” kataku setelah berada di ruang tamu Retnoahnya.
Tetapi Bu Retno tidak langsung menerima bingkisan makanan yang kusodorkan. Ia kembali membuka pintu dan keluar Retnoah. Setelah sesaat melihat sekeliling, ia kembali masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia juga mengajakku ke dalam, ke ruang tengah Retnoahnya. “Taruh saja bawaannya di meja Kamal. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,” katanya pelan. Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia sudah tahu kalau yang berkirim SMS selama ini adalah aku, pikirku membathin. Gelisah akudibuatnya. “Duduk sini Kamal. Tidak ada siapa-siapa kok. Agak sedikit plong mendengar bahwa dirumahnya sepi. Setidaknya kalau Bu Retno marah terkait soal SMS ku itu, suaminya tidak ikut mendengarnya. Hanya aku tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang kurasakan. Seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim, aku hanya duduk mematung di kursi sofa di ruang tengah Retnoah Bu Retno. Cerita Sek Janda Montok
Bu Retno duduk di kursi lain yang ada, dekat tempat aku duduk. Baru kusadari, daster yang dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya yang mulus terlihat terlihat terbuka. Hanya aku tetap tidak dapat menikmati pemandangan yang mengundang itu karena suasana tegang yang terjadi. “Tadi waktu di pengajian, ibu minta ijin ke ibumu agar kamu mau mengantar ibu ke Retnoah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.Rencananya mau pinjam mobil Pak RT dan kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan memberi nomor HP milikmu. Tapi ibu jadi kaget, sebab ternyata nomornya sama dengan nomor yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini. Jadi kamu Kamal yang suka SMS ke ibu,” ujarnya tenang dan disampaikan tanpa emosi.
Namun meskipun begitu, sempat kecut juga nyaliku. “Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata. “Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih banyak ya Kamal kamu tidak cerita ke orang-orang,”. Ah ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi merasa plong. Bahkan dengan terbuka, Bu Retno akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa menggunakan terong untuk memuaskan dorongan seksnya.
“Ibu malu banget lho sama kamu Kamal. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Retno lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
Mungkin saking senangnya rahasianya soal ngesexs dengan terong tidak akan terbongkar ia langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa yang kududuki. Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku. “Terima kasih Kamal, ibu sangat berterima kasih,” kata Bu Retno. Beban yang semula seolah menghimpit dadaku langsung sirna melihat sikap Bu Retno. Hanya kembali aku sulit menjawab ketika ia menanyakan perihal kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan.
“Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku terbata.
“Tidak apa-apa Kamal, jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya. Cerita Sek Janda Montok
Bu Retno kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi. “Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,” jawabku mantap.
Mendengar jawabanku Bu Retno langsung meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu Penisku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai. Sesaat setelah Bu Retno melepaskan pelukan pada tubuhku, kulihat gaya duduknya makin sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang membulat besar terlihat sampai ke pangkalnya. Bahkan kulihat sesuatu yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam. Aku tak berkedip menatapinya.
Untuk ukuran wanita seUmur dirinya, kaki dan bagian paha Bu Retno masih terhitung mulus. Memang ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati ke pangkal paha. Tetapi tidak mengurangi hasratku untuk menatapi bagian yang merangsang itu termasuk ke bagian membukit yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut di Vaginanya itu pasti sangat lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang menutupinya hingga terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang dipakainya.
Rupanya Bu Retno tahu mataku begitu terpaku menatapi organ kewanitaannya.Mungkin karena telah yakin aku benar-benar mau menjadi pelepas dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya. “Bu Retno sudah nenek-nenek lho Kamal. Tetapi kalau kamu pengin melihat Vagina ibu bolehlah. Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan terong,” katanya. Bahkan tanpa sungkan, setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk mengangkang membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan Vaginanya yang berbulu sangat lebat. Ah tak kusangka akhirnya dapat melihat Vagina Bu Retno dalam jarak yang sangat dekat.
Vagina Bu Retno lebar dan membukit. Jembutnya sangat lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya yang kuning langsat sampai ke selangkangannya. Puas memandangi bagian paling merangsang di selangkangan wanita itu, keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak tertahan. Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Cerita Sek Janda Montok
Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang. Jembut Bu Retno benar-benar super lebat menutupi Vaginanya. Hingga meski telah mengangkang, masih tidak terlihat lubang Vaginanya karena tertutup rambut lebat itu. Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang duburnya. Menimbulkan bunyi kemerisik.Untuk bisa melihat lubang Vaginanya, aku memang harus menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua tanganku. Bibir luar Vagina Bu Retno tampak tebal dan kasar karena sudah banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman. Di bagian dalam lubang Vaginanya yang berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan daging agak berlendir dan sebuah tonjolan. Ini rupanya yang disebut Klitoris, pikirku.
Tidak seperti ukuran Vaginanya yang besar, tebal dan tembem, Klitoris Bu Retno relatif kecil. Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut. Kutoel-toel Klitorisnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.
“Kamu sudah pernah begituan dengan perempuan Kamal? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat Vagina wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film porno yang pernah sayatonton. Memangnya kenapa Bu?” Jawabku lagi.
Sebenarnya aku berbohong.Sebab di Rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya.Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Retno sudah melepas daster dan Bra nya. Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Kamal,” kata Bu Retno sambil membelai Penisku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang. Cerita Sek Janda Montok
Bu Retno tidak hanya membelai dan mengagumi Penisku yang telah keras terpacak. Setelah menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala penisku,ia memasukkan batang Penisku ke mulutnya. Aku jadi merinding menahan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat. Sesekali kurasakan mulutnya mengempot dan menghisap batang kotolku yang kuyakin semakin mengembang. Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya perlahan. Ah, teramat sangat nikmat. Sangat berbeda bila aku mengocok sendiri Penisku. Saking tak tahan, tanpa sadar aku memegang dan mengusap-usap rambut Bu Retno yang semestinya tidak pantas kulakukan mengingat Umur dan sekaligus statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku.Tetapi Bu Retno tak peduli. Ia terus asyik dengan Penisku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan gemas. Seperti wanita yang baru melihat kejantanan milik pasangannya. Mungkin karena selama ini ia hanya bisa melakukannya dengan terong setelah kotol suaminya tidak berfungsi.
Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu Retno pada Penisku, kuremasi Toketnya. Toket Bu Retno gede dan sudah menggelayut bentuknya. Namun sangat lembut dan enak di remas. Bahkan puting-putingnya langsung mengeras setelah beberapa kali aku memerah dan memilin-milinnya. Tak kusangka wanita yang dalam keseharian selalu tampil dengan busana muslim yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum mengulum Penis. Aku dibuat kelojotan menahan nikmat setiap ia menghisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala Penisku.
Bahkan saat Bu Retno mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku dan menghisapi biji-biji pelir Penisku, aku tak mampu bertahan lebih lama. Pertahananku nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik diri agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Retno. Namun Bu Retno menahan dan menekan pinggangku. “Mau keluar Kamal ? Muntahkan saja di mulut ibu,” ujarnya sambil langsung kembali menghisap penisku.
Akhirnya, pertahananku benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga untuk menahannya karena merasa tidak enak mengeluarkan mani di mulut Bu Retno. Sambil mendesis dan mengerang nikmat pejuhku muncrat sangat banyak di rongga mulut Bu Retno. Cairan kental warna putih itu kulihat berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia tidak mempedulikannya. Bahkan menelannya dan dengan lidahnya berusaha menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar. Terpacu oleh kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku. Aku terduduk menyandar di si kursi sofa tempat Bu Retno terduduk.
“Gimana Kamal, enak?”
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Cerita Sek Janda Montok
Saat kembali dari kamar mandi, Bu Retno menyodorkan segelas besar teh manis hangat. Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan kuteguk.Terasa hangat dan nikmat setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar. Saat itu baru kusadari Bu Retno masih bugil tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. Aku kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan mulus. Wanita berpinggul besar dan berdada montok namun sudah agak kendur itu,meskipun sudah menjadi nenek masih sangat menggoda. Jembutnya yang keriting lebat terlihat basah. Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.
“Mau lagi Kamal?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk.Kini memang giliranku untuk memuaskannya setelah kenikmatan yang diberikan padaku.Aku bingung harus memulai dari mana dan melakukan apa pada Bu Retnokarena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan. Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita kelihatannya sangat suka kalau Vaginanya dijilat. Maka aku langsung turun dari kursi panjang dan berjongkok di depan Bu Retno.
Vaginanya yang besar membusung kini tepat di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah. Dan Bur Retno, melihat aku hanya terbengong memandangi bukit kemaluannya, langsung mengangkat kaki kirinya dan ditumpukan pada kursi panjang. Karena pahanya yang terbuka kini aku bisa melihat lubang Vaginanya yang nampak sudah longgar. Lubang Vaginanya menyerupai lorong panjang. Bahkan kulihat Klitorisnya yang mencuat di ujung atas belahan Vaginanya.
Kembali aku menyentuh dan mengusap Vaginanya. Bibir luar Vaginanya yang berwarna coklat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal. Namun makin ke dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.Kudengar Bu Retno mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya. Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya. Desahannya mengingatkanku pada suara wanita yang tengah disetubuhi di adegan film porno. Aku jadi terangsang. Penisku kembali menggeliat dan bangkit.
Sambil mendesah, Bu Retno tak hanya meremas dan menjambaki rambut kepalaku. Tetapi ia berusaha menarik dan mendekatkan wajahku keVaginanya. Aku jadi tahu, nampaknya ia tidak ingin Vaginanya hanya dicolok-colok dengan jariku, Aku yang memang sudah ke
Ternyata selain bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut,di luar kelentitnya yang menonjol besar, ada sebentuk daging yang menjulur keluar dari lubang Vaginanya. Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam jantan. Pengetahuanku tentang bagian paling intim milik wanita memang sangat terbatas dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini mendapat kesempatan. Cerita Sek Janda Montok
Satu-satunya Vagina wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat ibu mandi. Atau saat berganti baju di kamarnya dan pernah beberapa kali melihatnya dalam jarak cukup dekat saat dia tidur. Tetapi sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di lubang Vagina ibuku. Jadi terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang Vagina Bu Retno. Tetapi aku tak peduli. Hingga selain menjilati bibir vaginanya, jengger ayamnya juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku. Bahkan aku langsung mengulum, menghisap dan menarik -nariknya dengan mulutku.
“Ohhh… sshhh… aahhh… enak Kamal. Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak banget,”.
Aku sangat senang karena ternyata Bu Retno menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di lubang Vaginanya. Dari liang sanggamanya mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku. Tetapi itu pun tidak membuat surut langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan lidahku. Aku terus mencerucupi dan menghisapnya hingga lendirnya banyak yang tertelan masuk ke kerongkonganku. Diperlakukan seperti itu Bu Retno seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat ia merintih, mendesah sambil meremasi sendiri kedua Toket besarnya. “Kamu naik dan tiduran di sofa Kamal. Sshhh aahh jilatanmu di Vagina ibu enak banget,” katanya.
Seperti yang dimintanya, aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Setelah itu Bu Retno ikutan naik. Tadinya kukira ia akan menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat dalam adegan film porno yang menggambarkan hubungan seks antara wanita dewasa dan bocah ingusan. Tetapi tidak. Ia berdiri dan memposisikan kedua kakinya diantara tubuhku. Lalu bertumpu di dinding tembok yang ada di belakang kursi sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya. Rupanya, ia masih ingin mendapatkan jilatan di Vaginanya dengan posisi yang membuat dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa. Sebab saat Vaginanya telah berada tepat di depan wajahku, ia langsung membekapkannya ke mulutku.
Tak kusangka, wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di Umurnya yang sudah 45 tahun masih sangat menggebu. Pantesan ia suka menyogok-nyogok Vaginanya dengan terong. Mungkin karena tidak tahan akibat tidak pernah disentuh oleh suaminya yang sudah tidak bisa melayaninya sama sekali.
Aku sempat gelagapan karena tidak mengira Bu Retno akan membekapkan Vaginanya ke wajahku. Tetapi setelah mengetahui apa yang diinginkannya,aku langsung menyambutnya meskipun tidak tahu harus bagaimana semestinya dilakukan. Seperti sebelumnya, kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati lubang Vaginanya. Namun kali ini dengan lebih semangat. Cerita Sek Janda Montok
Daging jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya sampaihidung dan wajahku ikut belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya. Sambil terus mengobeli Vaginanya dengan lidah dan mulutku, pantat Bu Retno juga menjadi sasaran remasan tanganku. Meskipun sudah melorot, pantat Bu Retno yang besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya ia menjadi keenakan. Bu Retno melenguh dan mendesah. “Iya Kamal…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus colok Vagina ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.
Mendengar rintihan dan desahan Bu Retno, aku jadi makin bersemangat.Hanya karena tidak punya pengalaman, aku hanya menjilat dan mengisap bagian dalam Vaginanya sekena-kenanya. Rupanya karena terlalu menggebu, aku sempat menghisap Klitorisnya dengan kuat. Bu Retno Vaginaik. Tetapi tidak marah dan malah makin keenakan. “Ia Kamal itu Klitoris ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Kamal hisap Klitoris ibu… aaoooohhh …oooohhhh,” Seperti yang dimintanya, Klitoris Bu Retno yang akhirnya paling sering menjadi sasaran jilatan dan hisapan mulutku. Bahkan sambil terus mencerucupi kelentitnya, dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam Vaginanya. Saat itulah Bu Retno menjadi kelojotan dan beberapa saat kemudian ia memintaku berhenti.
“Udah Kamal ibu nggak tahan. Bisa KO kalau diteruskan. Sekarang ibu pengin dientot dengan Penismu. kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.Ia membawaku ke kamarnya.
Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar dan tampak rapi tertutup sprei motif garis-garis.Di kamar Bu Retno, ada meja rias berukuran besar dengan berbagai alat make up di atasnya serta sebuah almari pakaian model antik di samping gambar Bu Retno dan suaminya dalam pose berpasangan mengenakan pakaian adat Jawa. Foto itu sepertinya dibuat saat Umurnya masih di bawah 40 tahun. Bu Retno terlihat sangat cantik dan seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar dan tampan. Cerita Sek Janda Montok
Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu, sebenarnya aku sempat grogi. Tetapi melihat Bu Retno sudah telentang di ranjang dan dalam posisi mengangkang, sayang kalau harus melepaskan kesempatan yang sudah berada di depan mata. Aku sudah sering mengocok sendiri Penisku sambil membayangkan ngentot dengan Bu Retno. Aku juga ingin mengetahui dan merasakan seperti apa rasanya ngentot sebenarnya.
Dengan Penis tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya aku tetap bingung bagaimana harus memulai. Di antara kedua pahanya yang membuka lebar, Vagina Bu Retno tampak menganga menunggu batang zakar pria yang mau menyogoknya. Sepasang buah dadanya yang besar, dalam posisi telentang terlihat jadi nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang hitam kecoklatan terlihat menantang.
Melihat aku cuma mematung, rupanya Bu Retno menjadi tak sabar. Ditariknya tanganku hingga menjadikan tubuhku ambruk dan menindih tubuh montoknya.Beberapa saat kemudian kurasakan Bu Retno meraba selangkanganku dan meraih Penisku. Batang penisku yang sudah mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga makin mengeras dan membesar.
Oleh wanita itu, kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir kemaluannya. Setelah tepat berada di bagian lubangnya, ia berbisik.”Tekan Kamal, biar Penis kamu masuk ke Vagina ibu,” bisiknya lirih di telingaku.
Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan batang Penisku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk membenam. Mungkin karena lubang Vagina Bu Retno yang sudah kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar. Bagian dalam Vagina Bu Retno hangat dan basah. Dan tanpa ada yang memerintah, seperti semacam naluri, aku membuat gerakan naik turun pinggangku hingga Penisku sekan memompa lubang Vagina wanita itu.
“Iya begitu Kamal, terus entot sayang. Ah.. aahhh….aahhh.. kamu merasa enak juga kan,” Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Retno mulai mendesah-desah.Mungkin ia mulai merasakan enaknya sogokan Penisku. Dan bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih nikmat dibanding mengocok sendiri. Gesekan-gesekan batang Penisku pada dinding Vaginanya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit kuucapkan. Cerita Sek Janda Montok
Aku terus mengaduk-aduk Vaginanya dengan Penisku. Mata Bu Retno membeliak-beliak dan meremasi sendiri Toketnya. Melihat itu aku langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan menghisapi salah satu putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa mengeras di bibirku. “Iya Kamal… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang Vagina Bu Retno kurasakan makin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… setiap kali batang Penisku masuk menyogok dan kutarik keluar.
Bosan ngentotin Bu Retno dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada Vaginanya. Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat Vaginanya yang tengah kusogok-sogok, pikirku membathin. Aku bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Bu Retno kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi ranjang.
Tindakanku itu membuat Bu Retno agak kaget. Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan selanjutnya. Namun setelah pahanya kembali kukangkangkan dan Penisku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya, Bu Retno tersenyum. “Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin Vagina ibu Kamal? Iya sayang, kamu boleh melakukan apa sajapada ibu,” katanya.
Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-benar lebih asyik. Lebih merangsang karena bisa melihat keluar masuknya Penis di lubang Vagina. Saat Penisku kutekan, bibir Vaginanya yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk. Namun saat kutarik, seluruh bagian dalam Vaginanya seakan ikut keluar termasuk jengger ayamnya yang menggelambir. Pemandangan itu membuat aku kian terangsang dan kian bersemangat untuk memompanya.
Toketnya juga ikut terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan. Aku makin bernafsu dan makin cepat irama kocokan dan sodokan Penisku di liang sanggamanya. Bu Retno tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan. Ia merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat. Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang.
Aku juga memperoleh nikmat yang sulit kulukiskan. Meski lubang Vagina Bu Retno sudah longgar tetapi tetap memberi kenikmatan tersendiri hingga pertahananku nyaris kembali jebol. “sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… Vagina ibu enak banget. Saya nggak kuat bu,” ujarku mendesahsambil terus memompanya. Cerita Sek Janda Montok
“Tahan sebentar Kamal. Aaahhh.. sshhh… Penismu juga enak banget,”Bu Retno bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu Retno membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang Penisku yang berada di kedalaman lubang Vaginanya serasa diperah.
Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.
”Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Kamal, ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
Goyangan pantat dan pinggul Bu Retno makin kencang. Dan puncaknya, ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Saat itu, di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan Vaginanya pada Penisku kian memeras.
Maka muncratlah spermaku di kehangatan lubang Vaginanya berbarengan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam vagina guru mengaji ibuku.Karena kenikmatan yang aku dapatkan, cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Retno. Saat aku terbangun, Bu Retno sudah menyiapkan segelas teh panas dan mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua bungkus rokok kegemaranku telah tersedia di meja makan. Kata Bu Retno, ia menyempatkan membelinya di warung Lik Karni saat aku tertidur.
Malam itu Bu Retno benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup lama. Sesudah makan aku diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di depan televisi lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya. Aku bak seorang murid baru yang cerdas dan cepat pintar menerima pelajaran. Ia mengaku sangat menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan Penisku di Vaginanya yang memiliki jengger ayam.
Ibu kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi. Karena sudah lama ibu kesepian. Makanya terpaksa pakai terong dan kadang Penis karet kalau lagi kepengen,” katanya sambil meremas gemas Penisku setelah persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu tampil bak muslimah yang taat itu, juga memiliki beberapa koleksi film porno. ,,,,,,,,,,,,,,,,