Kisah ini berawal dengan persiapan kelahiran anak pertamaku. Isteriku, Tini, yang kunikahi nyaris dua tahun lalu, kesudahannya menjadi wanita sempurna sebagai ibu yang mencetuskan sendiri anaknya.
Namun, dengan pertimbangan belum kawakan melahirkan, ia hendak kedua orang tuanya, bapak dan ibu mertuaku, menemaninya sekitar proses kelahiran. Ringkas cerita, tempat tinggal juga kedatangan tamu. Untuk memuliakan orang tua, kami menjemput pasangan itu. Tak terdapat kejadian istimewa saat kami menjemput. Layaknya anak untuk orang tua, kami berjuang melayani sebaik-baiknya.
Sampai tibalah saatnya Tini meahirkan bayinya dan mesti bermukim di tempat tinggal sakit bersalin. Kerennya sih Rumah Sakit Ibu dan Anak. Dokter kandungan yang mengecek isteriku mengaku usahakan Tini bermukim di RS supaya pemulihan kesehatan dan perawatan bayinya. Kami yang semula berempat darurat meninggalkan Tini di RS dan pulang ke tempat tinggal bertiga saja. Aku dan kedua mertuaku.
Nah, saat kami mendarat di rumah, aku duduk di sofa seraya tidur-tiduran. Sementara mertuaku menyibukkan diri, berjuang kerasan di tempat anaknya. Bapak mertuaku terlihat sibuk dengan kitab teka-teki silang yang entah dari mana ia dapatkan. Ibu mertuaku juga menyambar koran dan duduk di kursi sebelah sofa di ruang tamu. Posisinya agak menghadap aku, dengan sofa dan kursi menyusun huruf L. Sofa tempatku berbaring ialah bagian atas L, dan kursi tempat mertuaku menyusun bagian bawah Firly.
Saat tersebut aku terserang kantuk sebenarnya. Jadi, aku bergeser ke samping dan membuka mata. Ibu mertuaku, namanya Firly, yang biasa ku panggil Mak Firly. Kelihatan serius menyimak koran sampai memblokir wajah dan tubuh unsur atasnya. Maka aku hanya dapat melihat dia dari pinggang ke bawah.
Saat itulah aku tersadar! Dia mengenakan di antara rok lipit panjang, yang sudah turun hingga ke lutut dan lumayan longgar. Jelas, saat ia duduk roknya naik tidak banyak di atas lutut dan agak longgar. Hal kesatu yang aku lihat ialah sepasang betis yang memukau! Maksudku ramping dan cantik, laksana yang tampak di sinetron TV itu! Inilah rahasia kesatu yang aku temui pada Mak Firly.
Siapa yang mengenal Mak Firly, tidak bakal pernah menyaksikan bagian atas lututnya. Tapi kali ini mataku menjelajahi kakinya dan menyaksikan bahwa teknik ia duduk membuatku dapat menyaksikan seluruh pahanya dengan jelas! Putih krem dan terlihat sehalus sutera berlanjut sampai menghilang dalam kegelapan.
Aku merasa penisku terjepit di celana! Aku tahu aku telah kehilangan seks yang sehat, namun kaki dan paha wanita akan menciptakan laki-laki berdarah merah unik napas! Aku terus menatap kaki seksi tersebut dan mulai berfantasi apa rasanya berada salah satu keduanya! Maksudku, ini ialah ibu isteriku dan ia membangunkan birahiku!
Aku yakin dia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tak sadar membuatku terpesonaa. Dia masih sibuk dengan koran, jadi aku meringkuk, berjuang menyembunyikan penis kerasku ke dalam bantal. Tak lama lantas aku mendengar dia memanggil nama aku lembut dan bertanya apakah telah saatnya santap malam? Aku bilang bakal segera bangun, namun dia menuliskan santai-santai saja, sebab ia hendak berganti pakaian dulu sepulang dari RS. Dia bangkit pergi sedangkan aku menantikan penisku normal dulu supaya bisa bergerak. Akhirnya aku telah kembali normal dan berlangsung ke dapur, melalui Pak Hasan. Mertua Firly kiku yang masih terbenam dalam TTS dan tidak mengindikasikan tanda-tanda bergerak.
Karena tak mempunyai pembantu dan memang piawai memasak, aku ke dapur menyiapkan santap malam guna kami bertiga. Saat itulah aku mendengar Mak Firly masuk ke dapur, tempat aku mengejar rahasia kedua. fantasiku.com Mak Firly sudah berganti pakaian memakai celana kulot krem dan polo shirt berdandan bordir . Aku tidak tidak sedikit perhatian langsung pada kulot sebab polo shirtnya lumayan ketat memamerkan sepasang payudara indah! Setidaknya berukuran 36, bulat dan sarat dan jauh lebih banyak daripada kepunyaan anak-anaknya yang tiga orang wanita semua itu.
Desakan di celana mulai lagi saat aku melihatnya bergerak di dapur. Aku mesti berhati-hati menyembunyikan tonjolan penis ini.
Kami kemudian mulai menyiapkan makanan dan aku tidak dapat apa-apa kecuali memantau goyangan buah dada masing-masing kali ia mencukur sayuran. Namun gairah birahiku makin memuncak saat pikiranku melayang pulang ke paha dan kaki yang terlihat sejumlah saat sebelumnya. Aku berlangsung ke tempat cuci piring untuk mengecek apakah aliran airnya lancar. Saat aku menoleh unsur bawah aku agak terkesiap menyaksikan bokongnya.
Maksudku, tersebut tidak sebagus punya Tini, dan mengindikasikan tanda-tanda separuh baya tidak banyak melebar, tapi terlihat montok, bulat dan seksi. Dengan gampang aku menginginkan tanganku meremasnya! Aku belum dapat percaya tergetar oleh Mak Firly, tanpa dia ketahui! Kami selesaikan sajian santap malam tersebut berdua: aku berjuang menyembunyikan penis keras. Sedangkan Mak Firly tidak dapat mengalihkan mataku jauh dari gundukan yang merangsang!. Pak Hasan segera bergabung dan kami cepat berlalu memasak dan berpindah di meja makan.
Aku tidak dapat mengambil risiko ketahuan, jadi mataku terus di piringku sedangkan kami bertiga membual ringan. Aku berlalu kesatu dan bilang kecapekan serta berniat mandi langsung mengarah ke tempat tidur.
Ketika aku membuka pakaian di kamar mandi, cerminan tubuh Mak Firly mengisi kepalaku. Penisku tegang setegang-tegangnya dan berdenyut ketika aku menyabuninya. Pada gosokan kesekian pikiranku kembali menginginkan halus paha dan kaki Mak Firly, sampai aku meledak dalam getar orgasme luar biasa! Aku mesti bersandar ke dinding saat air maniku menyembur. Setelah tersebut aku cepat-cepat menuntaskan mandi dan pergi tidur. Beberapa kali aku terbangun dan menginginkan mengisap payudaranya, mengelus pahanya, memegang erat bokongnya. Ketika aku menyaksikan ke bawah batang di selengkanganku mengeras. Tak tahan, pulang aku beronani, kali ini di tempat tidur.
Aku tertidur pulang dan saat aku terbangun sebelah kamarku sudah dipenuhi cahaya. Dan jam kesenangan aku mengindikasikan pukul 10 tidak cukup sedikit. Aku duduk, perasaan laksana aku baru saja pergi tidur. Dan terkenang telah menguras malam dalam gairah memuncak sampai-sampai basah celana dalamku. Aku terhuyung-huyung ke kamar mandi. Bagaimanapun, Mak Firly tampaknya belum menyadari birahiku.
Usai mandi, aku mengeringkan diri dan dengan sarat semangat bersiap-siap guna kembali ke RS untuk menyaksikan Tini. Aku mencium wewangian kopi yang sedang diseduh di dapur dan mendatanginya. Mak Firly memanggilku dari ruang santap “Ewok, ya?” (Dia tidak jarang kali memanggil aku Ewok, begitu tepat)
“Ya”, jawabku.
“Oh, bagus, dia berkata, Aku sedang menunggumu bangun. Bapak sudah pergi terbit untuk tidak banyak untuk mencari sejumlah buku TTS. Ia mesti segera pulang dan lantas kita bakal pergi menyaksikan Tini”
Aku dapat mendengar suara koran berdesir diterpa angin sepoi sepoooiii. Aku memutuskan untuk pergi duduk di ruang tamu dan mencari berita sebelum pergi. Kita duduk dan Bahas Game tersingkap untuk satu sama lain dan aku sekilas menyaksikan Mak Firly keluar dari sudut mataku, duduk di meja ruang dinning menyimak koran Minggu. Ketika aku duduk di kursi aku mengobarkan t.v. dan dibalik tersebut ke di antara program Minggu pagi. Ketika aku mencium kopiku Aku melirik Mak Firly, masih terpukau dalam membaca.
Aku agak terkejut menyaksikan bahwa ia masih mengenakan gaun istirahat sutra putih. Mak Firly tua koq, pikirku, hingga aku tidak mempedulikan mataku melayang ke bawah. photomemek.com Dia sudah menyilangkan kaki dan menunjukkan sedikit unsur atas lututnya. Penisku mulai bergerak ketika aku menatap kaki Mak Firly. Semua menciptakan aku tegang dan aku melulu duduk minum kopi seraya menatap kaki! Akhirnya aku memaksa bangun dan pergi dari dapur guna meletakkan cawan ke dalam bak cuci. Tepat saat aku berkeinginan pergi, Mak Firly berlangsung dalam membawa piringnya ke tempat cuci piring.
Dia tersenyum sopan, dan bertanya “Apa inginkan berangkat sekarang?”
Owh ya boleh kataku.
“Iya deh”, dia berkata, “Mak dan Bapak bakal segera menyusul” dan memutar keran air untuk membasuh piring.
Aku nyaris sampai ke pintu saat ia memanggil namaku
“Ewok, di mana Tini menyimpan sabun?”
“Eh”, pikirku seraya berjalan pulang ke dapur, “Apakah Mak lihat di bawah bak cuci piring?”
Ketika aku masuk, aku menyaksikan Mak Firly, satu tangan di bak cuci piring yang beda di pintu. Agak tidak banyak membungkuk menyaksikan ke kolong. Saat aku semakin dekat aku menyaksikan bahwa dalam posisinya kini bagian depan bajunya menunjukkan puncak-puncak payudaranya. Tampak seakan-akan buah dada tersebut seperti memberontak terbit dari kurungan. Payudaranya memang agak kendur, tapi saat kondisiku sekian lama cuti birahi, dua-duanya tampak paling merangsang! Aku juga dapat melihat tonjolan putingnya dari baju Mak Firly. Penisku langsung keras ketika aku melawan desakan untuk mendekatkan wajahku salah satu payudaranya!
Mak Firly menyadarkan aku saat mengatakan “Nggak terdapat tuh Wok”
Aku segera menghampiri untuk menggali sabun cuci piring. Beruntung aku menemukannya dan kami berdua berdiri lurus ke atas dengan Mak Firly melanjutkan mencuci. Benar-benar tidak menyadari apa yang baru saja terjadi.
Kunjungan dengan Tini dan bayi berlangsung dengan baik dan orangtuanya bergabung dengan kami setelah sejumlah saat. Aku mengepalkan mata Mak Firly meskipun sendiri, merasa sejumlah gejolak di selangkanganku ketika ia melangkah masuk.
Mertuaku kembali lebih dulu, sedangkan tidak terlampau terburu-buru. Ketika aku rasa kunjunganku lumayan aku menyimpulkan pulang untuk santap malam. Aku menghirup Tini dan bayi dan segera kembali dan tidur. Sebenarnya aku memikirikan untuk mengupayakan siapa tahu Mak Firly dapat mencungkil birahiku yang memuncak.
Keesokan harinya, bangun istirahat aku segera mandi pagi. Selanjutnya aku mengenakan celana pendek dan t-shirt berlangsung ke dapur. Aku terkenang Pak Hasan mertua laki-lakiku biasa jalan pagi-pagi dan kembali siang hari. Mungkin di tempat tinggal tinggal aku dengan ibu mertua. Lantas aku berlangsung ke dapur guna menemukannya bersandar di tengah ruang sambil menyimak koran pagi.
Aku yakin dia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tak sadar membuatku terpesonaa. Dia masih sibuk dengan koran, jadi aku meringkuk, berjuang menyembunyikan penis kerasku ke dalam bantal. Tak lama lantas aku mendengar dia memanggil nama aku lembut dan bertanya apakah telah saatnya santap malam? Aku bilang bakal segera bangun, namun dia menuliskan santai-santai saja, sebab ia hendak berganti pakaian dulu sepulang dari RS. Dia bangkit pergi sedangkan aku menantikan penisku normal dulu supaya bisa bergerak. Akhirnya aku telah kembali normal dan berlangsung ke dapur, melalui Pak Hasan. Mertua Firly kiku yang masih terbenam dalam TTS dan tidak mengindikasikan tanda-tanda bergerak.
Karena tak mempunyai pembantu dan memang piawai memasak, aku ke dapur menyiapkan santap malam guna kami bertiga. Saat itulah aku mendengar Mak Firly masuk ke dapur, tempat aku mengejar rahasia kedua. Mak Firly sudah berganti pakaian memakai celana kulot krem dan polo shirt berdandan bordir. Aku tidak tidak sedikit perhatian langsung pada kulot sebab polo shirtnya lumayan ketat memamerkan sepasang payudara indah! Setidaknya berukuran 36, bulat dan sarat dan jauh lebih banyak daripada kepunyaan anak-anaknya yang tiga orang wanita semua itu.
Desakan di celana mulai lagi saat aku melihatnya bergerak di dapur. Aku mesti berhati-hati menyembunyikan tonjolan penis ini.
Kami kemudian mulai menyiapkan makanan dan aku tidak dapat apa-apa kecuali memantau goyangan buah dada masing-masing kali ia mencukur sayuran. Namun gairah birahiku makin memuncak saat pikiranku melayang pulang ke paha dan kaki yang terlihat sejumlah saat sebelumnya. Aku berlangsung ke tempat cuci piring untuk mengecek apakah aliran airnya lancar. Saat aku menoleh unsur bawah aku agak terkesiap menyaksikan bokongnya.
Maksudku, tersebut tidak sebagus punya Tini, dan mengindikasikan tanda-tanda separuh baya tidak banyak melebar, tapi terlihat montok, bulat dan seksi. Dengan gampang aku menginginkan tanganku meremasnya! Aku belum dapat percaya tergetar oleh Mak Firly, tanpa dia ketahui! Kami selesaikan sajian santap malam tersebut berdua: aku berjuang menyembunyikan penis keras. Sedangkan Mak Firly tidak dapat mengalihkan mataku jauh dari gundukan yang merangsang! Pak Hasan segera bergabung dan kami cepat berlalu memasak dan berpindah di meja makan.
Aku tidak dapat mengambil risiko ketahuan, jadi mataku terus di piringku sedangkan kami bertiga membual ringan. Aku berlalu kesatu dan bilang kecapekan serta berniat mandi langsung mengarah ke tempat tidur.
Ketika aku membuka pakaian di kamar mandi, cerminan tubuh Mak Firly mengisi kepalaku. Penisku tegang setegang-tegangnya dan berdenyut ketika aku menyabuninya. Pada gosokan kesekian pikiranku kembali menginginkan halus paha dan kaki Mak Firly, sampai aku meledak dalam getar orgasme luar biasa! Aku mesti bersandar ke dinding saat air maniku menyembur.
Setelah tersebut aku cepat-cepat menuntaskan mandi dan pergi tidur. Beberapa kali aku terbangun dan menginginkan mengisap payudaranya, mengelus pahanya, memegang erat bokongnya. Ketika aku menyaksikan ke bawah batang di selengkanganku mengeras. Tak tahan, pulang aku beronani, kali ini di tempat tidur. END.,,,,,,,,,,,,,,