Hari ini aku kembali membawa Abah ke Rumah sakit guna melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang situasi Abah sudah tidak sedikit kemajuan. Aku menyempatkan diri saat sedang berada di Rumah sakit untuk mendatangi dokter kandungan. Aku mohon pada dokter tersebut untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menyarankan aku untuk membatalkan niatku, tetapi dengan sedikit kedustaan dia pun mau melakukannya. Aku katakana pada dokter tersebut bahwa aku sedang menuntaskan kuliah S2-ku. Kehamilan tentu akan paling mengganggu. Entah aku dapat gagasan dari mana guna mengarang kisah bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan fobia lagi persetubuhanku dengan Pak Kades selesai dengan kehamilan.
Setelah sejumlah hari tidak menyentuh tubuhku, senja tadi Pak Kades bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun telah menyiapkan diriku guna kembali melayaninya. Bayangan akan kesenangan orgasme menciptakan aku menjadi bergairah. Aku sambut Pak Kades di pintu depan dan menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku mendampingi Pak Kades berbicang-bincang sebentar.
“Wati, anda ngewek di taman belakang sana yuk …” kata Pak Kades. “Sudah lama kan anda gak ngewek.” “Terserah Bapak saja … Saya kan gak dapat nolak,” jawabku pasrah. Pak Kades bangkit dari kursi tamu dan unik tanganku guna mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang Rumah tidak terlampau terbuka. Pagar sampingnya cukup tinggi, namun bagian belakangnya sengaja melulu dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang tidak jarang kali dipangkas rapi. Di taman itu, ada sejumlah buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta suatu meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi sekian banyak tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di angkasa terbuka, membayangkannya saja aku telah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku telah basah ….
Pak Kades meminta aku mencopot semua pakaianku. Dia agak kaget menyaksikan ternyata aku telah tidak menggunakan celana dalam. Setelah tidak terdapat benang sehelai juga yang menempel di kulitku, Pak Kades meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia pun mencopot pakaiannya, sampai-sampai kami juga berdua bugil laksana bayi baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengusung kedua kakiku. Ternyata dia hendak menciumi dan menjilati memek dan itilku. “Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku seraya terus mendesis merasakan setiap sapuan lidahnya di itilku.
Setelah memekku benar-benar basah, Pak Kades duduk di di antara kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan gampang kontolnya masuk ke memekku saat aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak Pak Kades aku bergerak naik turun sampai-sampai kotol Pak Kades bergerak bebas terbit masuk memekku. Sebentar saja aku telah tenggelam dalam kesenangan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Kades sangat menyenangi tingkahku masing-masing kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau perempuan lain yang tidak jarang dia setubuhi seringkali hanya diam saja menerima segala perlakuan Pak Kades. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sambil duduk laksana itu, itilku tidak jarang kali bergesekan dengan jembut Pak Kades yang kasar masing-masing kali aku bergerak turun.
Setelah bermain dengan posisi duduk selama sejumlah puluh menit, Pak Kades meminta aku rebah di meja batu besar dan dia juga menyodokkan kontolnya ke memekku seraya berdiri. fantasiku.com Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras mengapit kotol Pak Kades. “Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Kades seraya menggenjot pinggulnya. “Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Satu tanganku menjulur ke bawah guna meraih itilku sendiri.
Sambil terus merasakan setiap tusukan kotol Pak Kades di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan guna memilin-milin pentil buah dadaku.
Tanpa sadar mulutku tersingkap lebar mendapatkan kesenangan rangsangan itu. “Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar dari mulutku masing-masing kali Pak Kades menyodokkan kontolnya. “Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku telah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……” laksana yang sudah-sudah Pak Kades pun mengisi permintaanku. Dia unik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Ergesekan kotol Pak Kades dan memekku menerbitkan bunyi berdecak-decak. Tubuh kami telah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun menjangkau orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH ….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup. kotol Pak Kades tak dapat lagi bergerak. kotol tersebut berdenyut-denyut di dalam memekku dan kesudahannya menyemburkan cairan kental mengisi rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak Kades juga berteriak seraya memancarkan cairan spermanya. “WATIIIII …. SAYA JUGA KELUARRRRR…”
Pak Kades tertunduk lemas seraya bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua kakiku sekarang menjuntai lemas. Namun Pak Kades kelihatannya sengja tidak menarik keluar kontolnya dari memekku. Bahkan dia sejumlah kali mendorongnya supaya masuk lebih dalam. Ketika kontolnya telah benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Kades mencabutnya dan rebah disampingku.
“Wati, anda tadi mengapit kotol saya sampai-sampai saya tidak dapat mencabutnya. Air mani saya tumpah seluruh di dalam memek kamu. Apa anda sengaja supaya kamu hamil?” tanya Pak Kades. “Tenang Pak. Aku telah pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku. “Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi,” kata Pak Kades lega dan guna kesatu kalinya dia menghirup keningku.
Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, berikut kali kesatu Pak Kades menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami lantas berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman tersebut Pak Kades dan aku pulang terangsang.
Tangan Pak Kades kembali bertindak meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku mengelus dan mengocok kotol Pak Kades supaya tegang kembali. Begitu kontolnya pulang tegang, aku mendorong Pak Kades supaya rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kotol Pak Kades pulang masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami juga terhanyut pulang dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kesenangan kembali terbit dari mulut kami.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,