Cerita selingkuh: Istri pak Jagur ketagihan ku entot

Saya iri betul dengan Pak Jagur tetangga saya. Tubuh Pak Jagur gemuk, perutnya buncit kayak gitu, kok bisa ya punya istri yang cantik dan seksi?

Kalau saya melihat wajah Bu Triska, nggak ngocok nggak bisa. Jangankan melihat, membayangkan saja sudah membuat saya pengen ngocok.

Sabtu sore saya berkesempatan menjadi bujangan. Istri saya pergi ke rumah ibunya bersama kedua anak kami.

Selesai mandi saya keluarkan mobil saya dari garasi. Saya pengen jalan-jalan sembari cari makan di mall dan cuci mata. Sudah agak lama saya nggak cuci mata di mall.

Di mulut gang saya melihat berdiri 2 orang wanita. Dari belakang, kelihatannya seperti Bu Triska dan seorang lagi wanita berumur paruh baya terlihat dari bentuk tubuhnya.

Ternyata benar Bu Triska. Saya membuka kaca mobil saya, ia kelihatan kaget.

โ€œMama Dani, mau ke mana? Lagi tunggu taksi online atau tunggu angkot?โ€ tanya saya.

โ€œIni… mau ke rumah sakit, lagi tunggu angkot, Papa Jojo.โ€ jawab Bu Triska.

โ€œMama Dani mau ke rumah sakit mana?โ€

โ€œRumah sakit Mitra, Papa Jojo.โ€

โ€œMari saya antar Mama Dani, kebetulan saya mau ke mall Angkasa…โ€

โ€œTapi Mama saya mau pulang ke rumah, Papa Jojo…โ€

โ€œGampang, Mama Dani. Nanti saya antar… hari ini saya bebas tugas…โ€

Begitulah, kedua wanita itu berhasil saya angkut dengan mobil Avansa saya. Tentu saja Bu Triska tahu diri, ia tidak menjadikan saya sopir taksi online.

Ia duduk di depan dengan saya, sedangkan mamanya duduk di barisan kedua. Harum tubuhnya membuat kemaluan saya konak, apalagi celananya yang ketat menampilkan pahanya yang kencang dan padat berisi.

Pinggulnya juga masih bergelombang. Jika di tempat tidur, pasti goyangannya mantap nih, batin saya.

โ€œSi.. siapa yang sakit, Mama Dani?โ€

โ€œAdiknya suami saya melahirkan…โ€

โ€œO… anak yang ke berapa?โ€

โ€œAnak yang ketiga…โ€

โ€œMama turun di sini aja, Tris…โ€

โ€œLha, kok turun di sini, Bu?โ€ tanya saya pada mamanya Bu Triska.

โ€œIya, Ibu mau belanja sebentar… sudah dekat kok, rumah Ibu, gak papa… nggak usah diantar,โ€ jawab mamanya Triska.

โ€œHati-hati ya, Ma…โ€ sambung Bu Triska.

Saya melanjutkan perjalanan ke rumah sakit dengan Bu Triska setelah saya menurunkan mamanya di tepi jalan. โ€œMama saya sudah biasa, kemana-mana sendiri…โ€ kata Bu Triska.

โ€œPapa…. sibuk?โ€ tanya saya.

โ€œO… Mama sudah cerai dengan Papa….โ€

โ€œPantesan… masih cantik… hee.. hee…โ€

โ€œMasa sih…?

โ€œIya… awet muda mamanya…โ€

โ€œBeda ya dengan anaknya?โ€ canda Bu Triska.

โ€œNggak dong… kalau saya kasih nilai, anaknya 9, mamanya 7…โ€

โ€œHaa… haa… bisa aja nih Papa Jojo…โ€

โ€œSaya ngomong apa adanya, Mama Dani…โ€

โ€œIstri… berapa hari ke rumah mertua?โ€

โ€œBesok atau lusa juga sudah pulang, mana tahan ia pergi lama-lama?โ€

โ€œAyo… Mama Jojo yang nggak tahan, apa Papa Jojo yang gak tahan? Bukankah biasanya laki-laki?โ€ kata Bu Triska.

โ€œDibandingkan dengan saya, pasti Pak Jagur lebih kuat ya, Bu?โ€

โ€œTuh… tuh… tuh… ada toko roti, kita berhenti sebentar beli roti, yuk!โ€ ajak Bu Triska.

Saya hentikan mobil saya di tepi jalan, di seberang toko roti. Saya tidak membiarkan Bu Triska turun sendiri dari mobil, saya juga ikut turun.

Tugas saya adalah mencegat mobil atau sepeda motor yang ramai sekali di sepanjang jalan. Barangkali mungkin Bu Triska takut nyeberang jalan, di tengah jalan ia memegang tangan saya.

Duhh… tubuh saya bergetar dan panas dingin digandeng oleh wanita cantik ini.

Sebenarnya saya tidak ingin membeli roti, tetapi karena saya ingin mengambil hati Bu Triska, saya ikut membeli 2 buah roti, sedangkan Bu Triska membeli 5 buah roti untuk dibawa ke rumah sakit, lalu saya buru-buru mengeluarkan dompet saya ketika Bu Triska berjalan ke kasir.

โ€œNanti saya kembalikan uangnya, Papa Jojo…โ€ kata Bu Triska setelah berada di luar toko roti mau nyeberang jalan kembali ke mobil.

โ€œNggak usah… nggak usah… Mama Dani…โ€

โ€œWaduhh… ngerepotin Papa Jojo… terima kasih ya, Papa Jojo…โ€ lalu digandengnya tangan saya dengan tidak segan-segan.

Pada saat menyeberang jalan, ia merapatkan tubuhnya ke tubuh saya seolah-olah takut ketabrak mobil atau sepeda motor yang lalu lalang di tengah jalan. Akibatnya jantung saya berdebar bertambah kencang ketika lengan saya merasakan payudaranya.

Melanjutkan perjalanan kami kembali ngobrol. โ€œDuhh… suami saya sudah nggak kuat, Papa Jojo…โ€

โ€œEmangnya kenapa? Belum 45 tahun kan, Pak Jagur? Masa sudah nggak kuat?โ€ tanya saya heran.

โ€œSuami saya sudah 2 kali operasi jantung, Papa Jojo… kalau dipakai genjot saya lagi, waduhhh… bisa KO dia…โ€

Kami tiba di rumah sakit. Saya antar Bu Triska sampai di depan lobby. โ€œSaya tunggu ya, Mama Dani…โ€ kata saya.

โ€œLha… Papa Jojo nggak jadi ke mall?โ€

โ€œMendengar cerita Ibu, saya jadi lemas, Bu… sudah gak napsu saya pergi ke mall…โ€ jawab saya. โ€œMama Jojo hubungi telepon saya saja kalau sudah selesai menjenguk…โ€ kata saya. โ€œSaya duduk di kafe…โ€

Setelah memarkir mobil, saya pergi ke kafe. Duduk minum segelas cappuccino hangat sambil membayangkan wajah cantik Bu Triska dan payudaranya yang montok. Entah berapa menit saya duduk, Bu Triska nyamperin saya di kafe. Ia duduk di depan saya memesan segelas kopi gula aren dingin. Kami ngobrol lagi.
Kami melanjutkan perbincangan kami mengenai masalah seks Pak Jagur. โ€œImpoten sih nggak, sekarang nyusutnya jadi kecillll….โ€ kata Bu Triska mengenai kemaluan suaminya.

โ€œSudah berapa lama begitu, Mama Dani?โ€ tanya saya.

โ€œSudah setahun lebihhh….โ€

โ€œJadiiii….?โ€ saya memegang tangan Bu Triska yang diletakkan di atas meja.

โ€œNggak ada yang kenal dengan kita kan di sini, Papa Jojo?โ€ ia bertanya, lalu Bu Triska berbisik pada saya. โ€œRanjang kami jadi dingin, Papa Jojo…โ€

Saya tersenyum memandang wajah cantik Bu Triska. โ€œSudah jam berapa? Kita pulang yuk, Papa Jojo…โ€ ajaknya.

Ketika kami berjalan ke tempat parkir mobil, hari sudah gelap. Saya menyuruh Bu Triska menunggu di depan lobby, nanti saya jemput, kata saya. Ia tidak mau.

Setiba di dekat mobil saya, saya melihat tempat parkir sepi, saya memberanikan diri memeluk Bu Triska. Ternyata Bu Triska tidak menolak, ia malah membalas memeluk saya.

Sejurus kemudian, entah siapa yang memulai, kami pun berciuman bibir. Bu Triska sangat rakus. Bibirnya melumat bibir saya.

Saya memainkan lidahnya. Ludahnya yang manis itu saya sedot dan saya telan habis. Ketika ia sudah terengah-engah, ia mendorong saya pergi. โ€œMaaf…โ€ katanya. โ€œSaya terlalu emosi….โ€

โ€œSaya memaklumi…โ€ jawab saya.

Di dalam mobil, kami tidak berkata apa-apa. Ketika mobil saya berhenti di depan lampu merah, saya memegang tangannya, ia meremas tangan saya. โ€œMama Dani mau mampir ke rumah sayakah?โ€ tanya saya.

โ€œNanti istrimu ngamuk lho….โ€

โ€œIa nggak pasang CCTV di rumah….โ€

โ€œHii… hiii… mmmmhh….โ€ Bu Triska mencubit punggung tangan saya.

Saya penuh perhitungan juga untuk memasukkan Bu Triska ke dalam rumah saya. Ketika saya melihat jalanan di rumah saya sepi, saya langsung memasukkan mobil saya ke garasi tanpa Bu Triska turun dari mobil.

Saya membawa Bu Trika ke sofa di ruang tamu rumah saya. Dengan meredupkan lampu ruang tamu, kami berciuman. Bibir Bu Triska meliuk kesana kemari menyedot, memangut dan melumat. Lidahnya dengan lincah bermain dengan lidah saya. Tidak saya sangka, wanita yang saya idam-idamkan ternyata sekarang berada dalam pelukan saya. Seperti mimpi saja.

Tapi tidak, bisa saya merasakan kehalusan kulit tubuh Bu Triska ketika saya melepaskan pakaiannya satu persatu. Bu Triska punya anak 2 orang. Satu bernama Dani berumur 14 tahun dan Stefani berumur 10 tahun. Saya juga sudah tidak canggung-canggung lagi ketika BH-nya sudah saya lepaskan.

Saya segera telanjang dengan melepaskan semua pakaian saya. Bu Triska meremas kejantanan saya yang tegang dengan kemulusan tangannya sementara saya menghisap puting payudaranya.

Napas Bu Triska mendengus-dengus. โ€œJangan siksa saya terlalu lama Papa Jojo, ayo cepat masukin ini….โ€ suruhnya mengocok kemaluan saya.

โ€œHisap ya, Mama Dani….โ€ minta saya menyodorkan kemaluan saya ke depan mulutnya.

Bu Triska mulai mengulum kemaluan saya di dalam mulutnya yang hangat. Saya melepaskan celana ketatnya yang berukuran sedengkul, lalu celana dalamnya juga saya tarik. Ternyata di celana dalam Bu Triska menempel pembalut, tetapi ia membiarkan saya melepaskan celana dalamnya dan tercium oleh saya bau amis ketika saya menyusupkan kepala saya ke sela pahanya.

Saya berani menjilat vaginanya yang berwarna coklat. โ€œOhhh…! Ohhh…! Ohhhhh….!โ€ Bu Triska merintih mencakar-cakar punggung saya, sementara kemaluan saya yang panjang terbenam di dalam tenggorokannya. โ€œNggak tahannn…. nggak tahannnn…. sayaaaa…. Papa Jojooo……โ€

Saya tidak melepaskan Bu Triska begitu saja. Lidah saya masuk ke dalam vagina Bu Triska menjilat segala isinya, meliuk-liuk, melatah bagaikan seekor ular tanah membuat Bu Triska menggelinjang tak henti-hentinya. Kelentitnya saya hisap sejadi-jadinya. Begitu nikmat rasanya kelamin Bu Triska.

โ€œOoohhhh…. oooohhhh… ooohhhh…. oooooooooooooooohhhhhhhhh…….โ€ jeritnya panjang dengan tubuh kejang-kejang.

Vaginanya basah kuyup dan lubang vaginanya terbuka lebar siap saya masukkan senjata lelaki saya. Bleessss…. Bu Triska menggoyang pantatnya ketika kemaluan saya menyodok masuk ke lubang vaginanya. โ€œEnakkkk… Papa Jojooo….โ€ desah Bu Triska meliuk-liukan pantatnya yang semok.

โ€œVagina Ibu juga enak, Bu….โ€ balas saya sembari memompa. Ceprett… ceprett… plokk.. plokkk… ceprettt… plokkk… plokkk….

โ€œZzzsstt…. ooohhh… enakkkk….โ€

Saya pompa terus lubang vagina Bu Triska. Nggak perlu saya ngocok lagi, kemudian saya mencabut kemaluan saya minta Bu Treska ganti gaya. Ia mau melakukannya untuk saya dengan turun dan nungging di depan sofa. Kini anusnya saya jilat. โ€œSssttt… aiihhhhh… uuuughhhh….. geli tapi enakkk… Papa Jojooo…..โ€ desah Bu Triska.

โ€œMasukkan boleh, Bu?โ€

โ€œOhhh…. boleh, Papa Jojooo….โ€

Untuk memasukkan kemaluan ke lubang anus tidak semudah memasukkan ke lubang vagina. Apalagi lubang anus Bu Triska belum pernah disentuh kemaluan Pak Jagur.

Dengan sedikit usaha, saya berhasil menikmati lubang anus Bu Triska yang padat dan sempit. Saya segera mengocok kemaluan saya disitu.

Pagi-pagi saya malu disapa oleh Pak Jagur. Ia tidak tahu bahwa semalam saya menyirami anus istrinya dengan sperma. Impian saya menjadi kenyataan.

Saya tidak perlu ngocok lagi kemaluan saya jika terbayang Bu Triska. Ada kalanya saya mengajak ia main di hotel, kadang-kadang main di pantai, di alam terbuka. Ia kelihatan semakin cantik setelah beberapa kali vaginanya saya sirami dengan sperma.

Author: Nicholas Walker