Namaku Deni, umurku memasuki usia tidak lebih lebih 20 tahun bulan ini. Para reader yg budiman, aku bakal bercerita mengenai pengalaman nyata pertamaku bagaimana rasanya bersetubuh dengan wanita. Pengalamanku ini terjadi pertengahan tahun 1995 dengan kakak kawan karibku.
Awalnya aku pikir bersetubuh dengan wanita merupakan faktor yg biasa-biasa saja, alias kenikmatannya sama saja dengan waktu kami beronani dikamar mandi saat kami lagi perlu kepuasan, itu pendapatku waktu itu. Kebiasaanku beronani alias kata orang ” nyoli ” dimulai waktu usiaku tetap 17 tahun ketika aku duduk dikelas tiga S M P. Telah menjadi kebiasaanku sepulang sekolah aku wajib berangkat kesawah untuk mencari sekarung rumput makanan dua ekor kambingku saat tetap dikampung, saat ini aku tinggal di Jakarta bersama budeku. Terbukti kedua orang tuaku merupakan peternak yg tidak lebih berhasil.
Sebab terbentur utang yg tidak kunjung lunas akhirnya fauna perliharaanya tersisa dua ekor lagi. Kawan setiaku merupakan Rudi, rumahnya persis didepan rumahku hanya dibatasi suatu jalan kecil yg menghubungkan kesebuah danau diantara rumah kami berdua.
Waktu itu hari menjelang sore, aku bergegas berganti pakaian sehabis makan sore sepulang sekolah lalu ku ambil sabit yg terselip didinding dapur rumahku yg terbuat dari aenjoy bambu, dan tidak lupa kutarik karung yg tergeletak dibawah meja makan, kemudian kutaruh keduanya diatas sadel belakang sepeda kesayanganku sambil makan pisang aku bergegas kerumah Rudi untuk meminjam asahan menajamkan sabitku agar mudah membabatrumput, seusai hingga didepan pintu aku masuki rumahnya lalu kupanggil dia
” Rud..”
”iya..” jawab Rudi dari kamar.
” pinjam asahnya dong Rud “, sembari trus berlangsung
” dibelakang Den, di kamar mandi, ambil aja, saya lagi ganti pakaian” jawab Rudi dari kamar.
” cepatan Rud..udah sore nih..” Pintaku ke Rudi.
Aku lalu kedapur sebab terbukti kamar mandinya ada diluar, dibelakang rumah. Kamar mandi dikampungku umumnya hanya terbuat dari terpal yg dililitkan diempat tiang yg terpancang ditanah, itupun hanya sepatas pinggul, pendek. Pabila kami mau mandi ya wajib duduk agar nggak kelihatan. Pintu kamar mandinya pun hanya di tutupi dengan handuk, sebagai simbol menandakan kalo didalam kamar mandi ada yg sedang mandi. Kubuka pintu dapur yg menuju keluar – kekamar mandi, terbukti kamar mandinya di keliling pohon pisang dan rambutan sehingga tidak lebih begitu jelas kalo terkesan dari pintu dapur rumah Rudi.
Seusai berbagai langkah mendekati kamar mandi byur..suara orang sedang mandi alangkah kagetnya ketika kulihat kearah kamar mandi, aku pikir tidak ada orang dikamar mandi sebab tidak ada handuk yg terjuntai dipintunya. Sungguh pemandangan yg spektakuler waktu itu, alangkah tdk Mbak Mifta kakaknya Rudi yg tetap kelas 3 SMU Negeri 1 di kampungku itu sedang asik mandi tanpa sehelang benangpun yg menutupi indah tubuhnya.
Dibawah kuncuran air yg tertampung dalam kotak sisi empat terbuat dari semen yg digantung diatas kamar mandi ia asik membersihkan pantat dan pinggangnya yg ramping, sebab ia membelakangiku ia tidak tahu kehadiranku aku tertengun kuperhatikan dari ujung kakinya lalu naik kepahanya mulus, putih gempal ditumbuhi bulu lembut diatas lututnya, aku tidak tahan pandanganku trus naik kearah pantat menarik padat dan berisi ujung pantatnya yg menyembul bergoyang ? goyang ketika Mbak Mifta mengoyangkan kepalanya yg sedang ia keramasi.
Dia membalikkan badannya, semetara aku telah bersembunyi dilebatnya pohon pisang kulihat toketnya membusung keatas indah dan sekal berjuntai kesana kemari semacam balon yg terisi air, diujung toket sebelah bawah ada daging kecil warna coklat muda yg agak menonjol dan astaga..!! pandanganku turun kebawah perutnya, ramping sekali dan pusarnya indah dan bersih ..apa itu.. disela-sela kedua panggkal pahanya ada tonjolan daging yg belah ditengahnya ditumbuhi bulu ? bulu halus hampir hingga celah pusarnya. Aku tetap diam dibalik pohon pisang sembari mataku tidak lepas dari pandangan kearah kamar mandi. Aku nikmati pemandangan itu hingga Mbak Mifta berakhir mandi, baru aku mengambil asahan kemudian mengundang Rudi berangkat kesawah untuk mencari rumput.
Malam harinya pikiranku nggak bisa tenang, rutin terbayang dengan busungan kedua toket dan bulu-bulu halus diselangkangan Mbak Mifta, sambil terbaring dikamar yg telah kukunci kucoba untuk memejamkan mata tetap saja terbayang, akhirnya pikiranku tidak bisa tenang perlahan kumasukan jari-jari tangan kananku dibalik sarung, trus kebawah diantara kedua panggkal pahaku lalu tanganku kususupkan kebalik CD merk Sony yg sedang kukenakan, kupegangi bulu-bulu dipangkal kemaluanku, meski baru tumbuh sedikit tetapi terasa kasar kutarik-kutarik perlahan-lahan bulu yg tumbuh dikurang lebih pangkal k0ntol, k0ntolku menegang berbagai urat terasa menyembul dipinggir batang kemaluanku, kutarik tanganku kemudian kuludahi permukaan tanganku lalu kumasukan kembali kebalik sarung sementara CDku telah kulepas tapi tetap tersangkut dimata kakiku.
Ku urut pelan-pelan sembari kuremas-remas k0ntolku, makin lama terasa nikmat sekali. Tetapi baru berbagai urutan genggaman tanganku pada k0ntol terasa mulai seret dan panas sebab ludahku mengering. Disamping ranjangku diatas meja belajar ada sebotol handbody lotion yg rutin kupakai sehabis mandi, ku ambil dan kutuangkan dipermukaan tanganku, ku oleskan diseluruh batang kemaluanku seusai itu ku genggam seraya kemudian posisi tubuh kuberbalik dan kini aku tengkurap sembari menggenggam batang kemaluanyg makin membesar kupejamkan kedua mataku seolah ? olah aku sedang menindih Mbak Mifta, kutekan perlahan-lahan pantatku sangat teratur naik turun, tanganku kubiarkan saja menempel dikasur sembari tetap menggenggam batang k0ntolku.
Napasku mulai tersengal gerakanku terus cepat ku kuremas ? remas batang kemaluanku kubayangkan kalau kemaluanku terjepit diantara selangkangan Mbak Mifta yg berbulu halus itu makin lama kurasakan makin
“nikmat oughh.. Mbak Mifta.. enaakk..” desahku ada sesuatu yg terasa makin memuncak makin dekat kecelah k0ntolku dan akhirnya
“oughh..croott.. crott.. enakk Mbak Miftah..”segumpal cairan warna kuning-kecoklatan agak kental keluar mengalir dari ujung k0ntolku, aku terkulai lemas, kubalikkan tubuhku kini aku terlentang keringat mengucur dikurang lebih dada dan wajahku, pelan ?pelan ku urut batang kemaluanku ke arah atas ku peras sisa ? sisa buih kenikmatan yg tetap tersisa, mungkin aku lelah sebab kegiatan itu ku ulangi hingga tiga kali malam itu hingga-sampai handbody lotionku habis..akhirnya ku tertidur pulas..
Cocoknya malam tanggal 17 Agustustus 1995 Rudi datang kerumahku, lalu mengajakku main kerumahnya tujuannya untuk menyelesaikan pe-er bahasa inggris dari Bu guruku, terbukti pelajaran yg paling kusuka disekolah merupakan bahasa inggris. Sesampai dirumahnya kulihat diruang tamu Mbak Mifta sedang tidur terlentang sambil melihat TV,
” kok sendiri mbak, Bapak sama Bunda pada kemana??” tanya ku kepadanya sembari kulirik buah dadanya menonjol dibalik t-shirt warna ungu yg sangat ketat melekat ditubuhnya dan menunjukan celah pusarnya.
” lagi ke rumah saudara Den, ada yg nikahan di Jakarta ” ujarnya ” ada pr malem ini Den?”, tanya dia
” iya mbak, pr bahasa inggris, Mbak mau bantuin??”, ku pancing dia.
” nggak ah, filmnya keren entar aja Den, coba aja dulu entar kalo nggak bisa Mbak bantuin deh ” jawab Mbak Mifta,
” iya deh mbak, saya permisi dulu kekamar Rudi nggak enak sama Rudi udah nungguin” kataku, padahal aku tetap ingin mengobrol bersamanya.
Dikamar aku sibuk menyelesaikan pr dimeja belajar Rudi sementara Rudi malahan baca majalah diatas ranjang yg terbuat dari papan tapi diatasnya ada kasur busanya, pe-er hari ini membikin kepalaku sangatlah pusing, akhirnya seusai pukul 11 malam baru pe-er itu bisaku berakhirkan, sebab asiknya membuka dan menutup kamus hingga-sampai aku lupa pada Rudi, kutengok kearah ranjang kulihat ia telah terlelap tidur. Kututup kamus dan kurapikan meja belajar Rudi.
Kuselimuti dia, ahh lebih baik aku kedapur cari makanan pikirku sebab rumah Rudi telah semacam rumahku sendiri, ketika ku melintas ruang tamu kulihat Mbak Mifta tetap tidur terlentang didepan TV, hanya saja saat ini ia telah berganti pakain menggunakan baju tidur longgar bercorak bunga-bunga.
” Mbak belum tidur “, tanyaku
” belum Den, habis filmnya keren, udah selesai pe-ernya?” Mbak Mifta balik bertanya seraya ku duduk disampingnya tetapi aku menghadap ke TV sementara ia tetap tidur-tiduran.
” mana Rudi? “, tanya Mbak Mifta
” udah tidur dari tadi mbak, mungkin capek?” jawabku.
” Den kata Rudi kalian pintar ngurut kepala ya?”, sembari Mbak Mifta menekan kepalanya seolah ? olah sedang pusing, alias terbukti pusing beneran aku tidak tahu waktu itu.
” tolong pijitan kepala Mbak Den ” pintanya
” bisa sih sedikit mbak, kenapa?, kepala Mbak sakit, yg sebelah mana yg sakit Mbak ” sembari mulai kupegang kepalanya cocok diatas jidatnya, kutekan perlahan-perlahan.
Tapi pandanganku tetap ke arah TV, tapi sumpah enggak tahu pikiranku mulai porno, sementara dibalik celana hawaiku, k0ntolku nggak bisa diajak kompromi makin menegang. Aku tetap memijat dikurang lebih kening Mbak Mifta, kulirik ia nyatanya matanya tertutup mungkin menikmati pijitan tanganku.
” enak Den, kalian pintar mijatnya” kata Mbak Mifta.
Aku hanya tersenyum.
” udah Den, pijitin pinggang Mbak iya” tanpa menantikan persetujuan dari ku kemudian ia membalikan tubuhnya.
” sebelah sini Den ” Mbak Mifta memegang pinggangnya membahas letak yg wajib ku pijat.
Ku pegang pigangnya, ku urut dari mulai dari atas kebawah sambil ku tekan perlahan-lahan permukaan pigangnya tapi hanya sebatas pinggulnya tidak lebih dari itu, aku takut dibilang tidak lebih ajar. Tapi berbagai kali tanganku tersangkut baju tidurnya.
” sulit ya Den, kalian ngurutnya, sebentar Den biar bajunya Mbak angkat keatas ” Mbak Mifta pegang ujung bajunya yg menutupi punggungnya hingga pinggulnya kemudian ia tarik hingga sebatas tali branya, tapi Mbak Mifta tetap dalam posisi tengkurap. Ia letakkan tangan yg sebelah kiri diatas punggungnya.
Aku sangatlah terpesona melihat permukaan kulit pinggul Mbak Mifta yg kamarin lusa hanya sanggup kupandangi dari jauh saat ini ada di depan mataku, bisa ku sentuh dan kuraba.
” cepatan Den ” suara Mbak Mifta mengagetkanku.
” iya Mbak ” aku tergagap, kucoba tetap bersikap wajar ku tekan sebisa mungkin pikiran pornoku seusai sekian menit aku dan Mbak Mifta hanya diam sementara aku hanya mengurut dan Mbak Mifta sesekali mengeluh menahan tekanan tanganku, kucoba membuka pembicaraan
” kulit Mbak putih ya ” pujiku tetapi aku tetap mengurut pada tahap pinggang Mbak Mifta pelan-pelan.
Pijatanku kuarahkan kebagian bawah pertama kuberanikan memijat gundukan daging pantatnya, rasanya padat dan kenyal lalu kupegang dengan kedua tanganku kuremas-remas, aku hampir nggak bisa menguasai diri semacamnya Mbak MiftaPun menikmati pijatan-pijatanku, desahan nafas Mbak Mifta makin jelas kudengar iramanya semacam orang sehabis lari pagi.
Tiba-tiba Mbak Mifta berbalik saat ini ia terlentang. Aku kaget setengah mati, mati aku..pikirku aku tentu bakal dicaci oleh Mbak Mifta atas ulahku yg tidak lebih ajar. Tapi aneh Mbak Mifta justru tersenyum melihatku. Mbak Mifta bangun dari tidurnya, kulihat matanya sayu, dan bibirnya setengah terbuka dan basah sangat mengoda.
” sini tanganmu Den ” Mbak Mifta meraih kedua tanganku, aku diam saja aku bagaikan terhipnotis hanya desah napasku makin tidak teratur.
Diletakkannya kedua tanganku diatas toketnya, ia bimbing kedua tanganku untuk meremas kedua toket dibalik bajunya. Aku tidak tahan ku angkat ujung bajunya lalu aku berdiri dan kutarik keatas melalui kepalanya hingga akhirnya bajunya terlepas dari tubuhnya, aku duduk lagi dihadapannya kupeluk dia, kupegang tali pengait BH warna ungu dipunggungnya, kutarik dengan cara paksa,
“aduhh, pelan-pelan Den sakit” ketika tali BH itu terlepas dengan cara paksa.
Kini toket itu menyembul keluar, membusung indah ku pegang perlahan-lahan lalu kuremas-remas,
“aughh..geli..enak..Den, auhghh pelan-pelan Den..” Mbak Mifta memegang lenganku terus kecang pegangannya, mata Mbak Mifta kadang terbuka kadang tertutup.
Ku pegang tahap bawah toketnya kuangkat lalu kuarahkan mulutku kebagian puting toket Mbak Mifta sebelah kiri, kumasukan kemulutku lalu ku gigit pelan-pelan,
” auhghh..enakk..Den..geli..Den, terus teruss enakk Dennn“, Mbak Mifta memeluk kepalaku, ia tarik rambutku sementara tangan kanannya membuka kancing celanaku lalu trus kebawah hingga masuk kebalik CDku dan..auhh..ia pegang batang kemaluanku yg dari tadi telah menegang.
Ia tarik kebawah celana hawaiku hingga terlepas, akupun tidak tinggal diam ku pegang celana tidur Mbak Mifta kutarik hingga terpelorot hingga bawah.
Ku baringkan Mbak Mifta diatas tilam warna ungu kemudian kepalanya kuangkat lalu kuselipkan bantal dibawah kepalanya. Tubuhku merosot kesebelah bawah sementara saat ini posisiku diatas Mbak Mifta sedangkan kedua pahanya mengapit pinggangku, tubuhku makin kebawah. Kusentuh tahap vital Mbak Mifta trus kubelai rambut ? rambut halus dikurang lebih celah kewanitaanya kucium perlahan lalu kugigit tahap daging yg menyembul keluar sebesar biji sirsak berwarna merah, Mbak Mifta merintih..uaghh..kamu pintar Dennn.. sementara kedua pahanya mengapit kepalaku menahan geli bercampur nikmat, kurasakan saat ini liang yg ada dipangkal Mbak Mifta itu makin lama makin mengeluarkan cairan yg memenuhi celah kemaluanya.
Posisiku saat ini berubah perlahan aku duduk didepan selangkangan Mbak Mifta ku pegang kedua pahanya Mbak Mifta kutaruh diatas lututku, saat ini didepanku terkesan jelas belahan celah memek Mbak Mifta makin membelah hingga didalamnyapun terkesan jelas olehku sebab terpaan sinar lampu diruang tengah itu, perlahan-lahan kumasukan jari tengahku kedalam celah kemaluan Mbak Mifta, lalu kukocokkan perlahan-lahan jari tengahku di dalam kemaluannya,
” Aughh..truss..Den..nikmat sekali..Dennn”,
Mbak Mifta merintih-rintih semetara kedua tangannya berputar kesana kemari meraih apa yg bisa ia pegang, ku lihat Mbak Mifta bagaikan cacing kepanasan menggeliat kesana kemari. Ia berusaha meraih batang kemaluanku.
” Denio masukin punyamu Den” suara Mbak Mifta terdengar parau dampak tekanan birahi yg kian memuncak.
Ku genggam batang k0ntolku yg telah mengencang dari tadi lalu tanganku yg sebelah kiri merenggangkan paha Mbak Mifta, terkesan jelas celah memek Mbak Mifta makin menganga, batang kamaluanku makin dekat dengan celah selangkangan Mbak Mifta lalu kuarahkan cocok ditengah dan bluuss..
” aauu..sakit Den jangan kuat ?kuat nekannya,” teriak Mbak Mifta.
” enaakk mbak, aughh punya Mbak Mifta enakk.. aku tidak menghiraukan lagi teriakan Mbak Mifta. Awalnya celah kemaluan Mbak Mifta terasa serat tapi lama kelamaan ada cairan yg mengalir hangat mengalir keluar dari rahim Mbak Mifta, hingga saat ini batang k0ntolku bisa lancar keluar masuk kedalam celah kenikmatan itu.
” Cepat..Deennn..tekan yg kuat punya Mbak mau keluar.. rintihan Mbak Mifta makin menjadi-jadi..sementara dekapannya dipunggungku makin kecang auhghh cepatt Dennn yg kuat nusukk nya..” rintih Mbak Mifta…
“aughh..mbak punya saya mau keluaarr ..enaakk..enaakk..mbakk,..saya..sayang..mbak..auhghh..mbak kerluarr..enakk..enakk..mbak..”kugigit toket Mbak Mifta, lalu ku sedot-sedot puting Mbak Mifta..ada sesuatu yg kian memuncak mendekati..
” enaakk Den truss Denn Mbak sayang Deni juga..” dan akhirnya crott..crott..air maniku tumpah diatas perut Mbak Mifta..aku terkulai lemas ku kecup lembut bibir Mbak Mifta..mbak Mifta hanya diam dan tersenyum..puas meski disela matanya kulihat ada air mata.
Kulirik jam dinding nyatanya tengah malam telah terlewati, ku kenakan kembali celanaku, sementara Mbak Mifta habis memperbaiki pakaian dan rambutnya yg berantakan lalu menuju makar mandi. Ku langkahkan kaki menuju kamar dan aku tidur disamping sahabat karibku Rudi.
Sebulan seusai kejadian itu Mbak Mifta lulus sekolah kemudian atas saran kedua orang tuanya ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Salam sayang ku buat Mbak Mifta yg cantik apabila pernah baca cerita ini semoga engkau tetap sayang padaku “melati”mu.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,