Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Akibat Ngintip ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Kegiatan ronda memang rutin diadakan di kampugku selama ini masih berjalan baik, setiap malam pasti
ada ship terdiri dari 3 orang, malam itu aku dapat giliran untuk untuk jaga pada malam minggu, tepat
pukul 00.00 yang seharusnya menemaniku ronda belum kunjung datang karena kegitan ronda sukarela maka
aku juga tidak memperdulikan mau datang atau tidak.
Dan aku mengelilingi kampungku karena aku belum mengantuk aku mengelilingi rumah rumah penduduk dengan
sarung dan senter karena udaranya dingin aku menyalakan rokokku, pada sampai di rumah Pak Erkam aku
melihat kaca yang belum tertutup dengan benar dan aku mendekati itu kelupaan atau ada orang yang masuk
dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.
Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja.
Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata
suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu
suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Erkam dan istrinya.
Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur
lebih jelas terdengar.
“Ssshh… hhemm… uughh… ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas
itu suara Bu Erkam yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak
Erkam sedang mengocok liang vagina Bu Erkam.
Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri
membayangkan Pak Erkam menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Erkam yang cantik dan
bahenol itu.
“Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh…. ssshh..” terdengar suara Pak Erkam tersengal-sengal.
Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Erkam sudah ejakulasi dan
pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Erkam. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku
pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang
dari Erkam.
Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat
tidurnya.
Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang
tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.
Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk
ke kamar tidurnya.
Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar
mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali
memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.
Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih
Bu Erkam yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Erkam),
dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan.
Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Erkam dan khususnya suara Bu Erkam yang keenakan disetubuhi suaminya.
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Erkam juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Erkam itu.
Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus.
Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu Erkam istri orang. Kalau aku berani menggoda
Bu Erkam pasti jadi masalah besar di kampungku.
Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata
aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Erkam.
Cerita Sex Akibat Ngintip Pada suatu hari aku mendengar Pak Erkam opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Erkam.
Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Erkam. Sore itu, mereka
sepakat Bu Erkam akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Erkam sudah beberapa hari tidak pulang. 88Tangkas
Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang
kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.
Sehabis mahgrib aku bersama Bu Erkam pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak
Erkam. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.
Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan
kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Erkam.
“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Erkam sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan
yaa”, kataku hati-hati.
“Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Erkam.
“Tapi anu tho bu… anuu.. bikinnya khan jalan terus.” godaku. “Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik
Budi” jawab Bu Erkam agak kikuk.
Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali
desahan Bu Erkam yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.
“Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.
“Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Sudah kerja, sudah punya
mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo”, kata Bu Erkam.
“Eeh, benar nih Bu Erkam. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang
kayak Ibu Erkam ini lhoo”, kataku menggodanya.
“Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”,
katanya sambil ketawa.
Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Erkam harus aku dapatkan. “Eeh, Bu Erkam. Kita kan
nggak usah buru-buru nih.
Di rumah Bu Erkam juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh
kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.
“Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.
“Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.
“Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Budi. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Erkam setuju. Batinku
bersorak.
Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku
persempit.
“Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Erkam dong Bu. benar nih. Soalnya begini
bu, tapii eeh nanti Bu Erkam marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Erkam
penasaran.
“Emangnya kenapa siih.” Bu Erkam memandangku penuh tanda tanya.
“Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil. “Anu bu… tapi janji tidak marah
lho yaa.”
“Bu Erkam terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Erkam.
Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Erkam. Aku menyadari ini nggak
betul. Bu Erkam kan istri tetanggaku yang harus aku hormati.
Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Erkam melongo,
memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring.
Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.
Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah
telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya
dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir.
Di luar dugaanku, Bu Erkam balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan.
Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang.
Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.
“Awaas! hati-hati!” Bu Erkam menjerit kaget. “Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.
“Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu Erkam.
Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di
rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang. Di rumah aku mencoba untuk tidur.
Cerita Sex Akibat Ngintip Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Erkam yang sekarang
sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk
mendatangi rumah Bu Erkam.
Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. ceritasexdewasa.org Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku
sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Erkam. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca
nakonya, “Buu Erkam, aku Budi”, kataku lirih.
Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Erkam bangun dan takut. Bisa juga mengira aku
maling.
“Aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit.
Nako terbuka sedikit. “Lewat belakang!” kata Bu Erkam. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu
terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali.
Aku nggak tahan lagi, Bu Erkam aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut
dan mesra, penuh kerinduan. Bu Erkam membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.
“Aku nggak bisa tidur”, bisikku.
“Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman
lagi dengan lebih bernafsu.
“Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu
kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur.
Bu Erkam membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat
sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Erkam menyingkapkan dasternya ke
atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.
Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku
nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya
kupelorotkan, dan Bu Erkam meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya.
Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu
Erkam segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh,
rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Erkam, bertelekan pada
sikut dan dengkulku.
Kaki Bu Erkam dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah
basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk,
semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Erkam.
Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Erkam
yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu.
“Aduuh, Dik Budi, Dik Budii… enaak sekali, yang cepaat.. teruus”, bisik Bu Erkam sambil mendesis-
desis.
Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Erkam kecepak-kecepok, menambah semangatku.
“Dik Budiii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus”, Aku juga sudah mau keluar.
Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Erkam sampai
amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Erkam.
Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku
melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi
puas sekali.
Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang
terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.
“Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari
spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan
siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku.
Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Erkam tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku
kimpoi dengan wanita lain. Bu Erkam walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.
Keluarga Pak Erkam sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di
kedepankan, Bu Erkam sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis.
Tetanggaku pada meledek Bu Erkam, mungkin waktu hamil Bu Erkam benci sekali sama aku.