Ratih adalah seorang nyonya muda, usianya 27 tahun. Tubuhnya terbilang tinggi, kulitnya putih mulus dengan payudara berukuran sedang. Kehidupan pernikahannya dengan Arman berjalan mulus dan penuh kebahagiaan, meskipun mereka belum dikaruniai anak. Dalam kesehariannya, mereka selalu sibuk dalam mengejar karier.
Arman adalah eksekutif pada sebuah perusahaan swasta terkenal dikota Semarang, sedangkan Ratih bekerja di sebuah bank pemerintah di kota yang sama. Arman menempati posisi yang amat menentukan di perusahaannya dan tidak heran ia sering di tugaskan keluar daerah untuk melakukan ekspansi perusahaan tersebut.
Malam minggu hari ini seperti malam minggu biasanya, Arman dan Ratih keluar rumah untuk menghilangkan penat selama dalam pekerjaannya. Mereka berencana pergi ke restoran yang cukup ternama yang berada di sebuah hotel di kota itu. Dengan penuh kebahagiaan mereka menikmati suasana malam di restoran itu sambil menyantap hidangan yang mereka pesan.
Selesai makan mereka memutuskan untuk langsung pulang. Arman menyetir mobilnya keluar dari tempat parkir hotel itu menuju ke jalan raya. Suasana jalan malam itu cukup ramai, dipenuhi oleh pasangan-pasangan muda yang bermalam minggu. Di tengah ramainya jalan raya saat itu mobil Arman tanpa sengaja mobil di sebelahnya. Arman menepikan mobilnya disusul mobil yang terserempet olehnya tadi yang juga ikut menepi.
Arman keluar dari mobil dan melihat keadaan mobilnya,
“Oo,, nggak apa-apa cuma lecet dikit”, kata Arman kepada Ratih.
Namun tidak demikian dengan pengemudi mobil yang diserempet Arman. Sopirnya yang berbadan kekar dan ditaksir berumur 52 tahun itu marah-marah dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada Arman.
“Heyyyy… kemana aja mata kamu haaaaaa…!!” hardik sopir itu.
“Maaf pak saya yang salah” jawab Arman sabar.
“Coba kamu lihat bumper mobilku!” kata sopir itu,
“Hancur kan? Nah kamu harus ganti rugi kalau nggak malam ini kamu kutahan” kata sopir itu lagi.
Arman melihat mobil bapak itu, dan memang penyok dan ia bersedia menggantinya.
Sopir kijang itu lalu meminta SIM Arman,
“Lho apa hak bapak minta SIM saya?” kata Arman.
“Asal kamu tahu, aku ini polisi. Kamu bisa kubawa ke kantor, bagaimana?” dengan arogan Bapak berkata pada Arman.
Lalu Arman menyerahkan SIMnya pada oknum polisi itu. Karena hari saat itu malam, Arman minta pada oknum itu untuk menyelesaikan masalah itu esok harinya, sambil memberikan alamat rumahnya. Oknum itupun menyanggupi setelah sempat memandang kedalam mobil Arman dan melihat Ratih yang malam itu sangat cantik dan anggun dengan blus ungu ketat.
Ratih yang berada dalam mobil saat itu melihat kejadian itu dengan cemas dan mengkhawatirkan Arman melihat kesombongan oknum itu. Setelah oknum itu dan Arman sepakat menyelesaikan masalah itu esok harinya di rumah Arman, lalu masing2 masuk ke mobilnya dan melaju untuk pulang.
Minggu pagi itu seperti yang di sepakati, oknum itu datang kerumah Arman dan diterima Arman dengan baik. Dengan sedikit basa basi oknum itu memperkenalkan diri dan namanya adalah Mario dan bertugas di kepolisian kota itu dengan pangkat iptu. Hari itu mereka sepakat untuk ke bengkel menanyakan perbaikan mobil Iptu Mario tersebut.
Sebelum berangkat Ratih dengan ramah mempersilahkan tamu itu untuk minum pagi dulu setelah berjabat tangan dengan oknum polisi itu. Oknum polisi yang bernama Mario itu amat terpesona akan kecantikan Ratih yang pagi itu amat segar bugar dengan kaos ketat dan celana 3/4 sampai betis.
Lalu Arman dan Mario berangkat ke bengkel dengan mobil Mario. Setelah di ketahui yang rusak dan yang harus diganti maka Arman menyetujui anggaran perbaikan mobil itu dan karena Arman tidak membawa mobil maka dijanjikan besok hari Senin mobil Mario masuk bengkel. Siang harinya Mario mengantar Arman kerumahnya yang terbilang asri dikota itu. Setelah pamit pada Arman dan Ratih lalu Mario pulang.
Senin itu mobil Pak Mario di perbaiki di bengkel dan baru selesai esok harinya. Setelah mobilnya selesai dan kembali seperti sedia kala, Mario mendatangi rumah Arman malam selasa itu untuk minta tambahan biaya perbaikan.
Setiba di rumah Arman malam selasa, ia mengetuk pintu rumah itu. Pak Mario memencet bel dan tidak lama kemudian pintu dibuka oleh Ratih.
“Oo… pak Mario apa kabar pak?” tanya Ratih sambil mempersilahkan Mario masuk ke ruang tamu.
“Mengenai yang kemaren Buk. Kan pak Arman janji akan menambah kekurangan biayanya” jawab pak Mario.
“Oo ya… saya ngerti” jawab Ratih.
“Tapi Mas Arman sedang ke Medan seminggu ini dan titip pesan bahwa masalah itu biar saya saja yang ngurus” terang Ratih.
“Baik bu… saya ngerti kok” jawab Pak Mario.
“Oiya…. mau minum apa pak?” tanya Ratih.
“Teh saja bu” jawab Mario.
“Bentar ya pak, saya buatkan” kata Ratih sambil beranjak ke dapur.
Saat itu Timbul pikiran kotor di otak Mario karena Ratih hanya sendiri dan suaminya tidak dirumah ditambah tidak ada lain. Maka ia berencana untuk menaklukan Ratih karena sejak ia lihat malam itu di mobil ia slalu membayangkan sosok Ratih. Beberapa saat kemudian Ratih keluar dari dapur membawa minuman dan sedikit makanan kecil.
“Nih pak tidak seberapa, dicicipi ya pak” Ratih mempersilahkan tamunya minum sambil jongkok.
Saat itu Mario melihat belahan dada Ratih yang putih mulus itu ditutupi bra putih. Lalu Ratih duduk didepan pak Mario sambil berbincang kesana kemari. Dan hari pun beranjak malam, namun pak Mario belum juga mau pulang. Sedang Ratih sudah salah tingkah malam itu, sebab ia merasa tidak enak hati jika menyuruh tamunya pulang .
Mario adalah Oknum polisi yang sudah berpengalaman dengan wanita. Sebagai polisi ia amat pintar memanipulasi keadaan dan memancing informasi dari seseorang. photomemekm Dengan keahliannya ia memancing Ratih untuk memberitahukan tentang kehidupan, pekerjaan dan juga kehidupan ranjangnya. Tanpa disadarinya Ratih terjebak dalam alur manipulasi Mario yang seumur dengan ayahnya itu.
Ratih yang biasanya amat membanggakan Arman dalam berbagai hal, saat itu tak berkutik dengan kata2 Mario yang menerangkan bahwa sebagai laki2 Arman itu tidak bisa dibanggakan karena tidak bisa melindungi istrinya ditambah sampai saat ke tahun 3 perkawinan mereka belum di karunia anak. Ratih merasa di telanjangi dan merasa pikirannya kosong dengan kemampuan Mario membawa emosi Ratih kearah pemberontakan diri.
Dengan sedikit menggeser duduknya kesamping Ratih, Mario dengan leluasa memegang jari Ratih yang saat itu terpaku, sambil berkata,
“Dek Ratih nggak usah khawatir, serahkan masalah adek itu pada saya” bujuk Mario sambil merangkul bahu Ratih.
Ratih menurut seakan ia mendapat tempat perlindungan saat itu. Sambil membelai rambut dan belakang telinga Ratih Mario terus memberikan sugesti dan manipulasi keadaan pada Ratih. Ratih pun terhanyut karena nya.
Mario yang penuh dengan pengalaman bisa mengusai Ratih. Dan seperti terhipnotis, Ratih menurut saja dan memejamkan matanya saat Mario mencium bibirnya yang merah jambu itu. Lalu tangan kekar yang ditumbuhi bulu itu meraih pinggiran buah dada Ratih dan memilinnya. Ratih hanya terdiam dan hanyut terbawa alunan permainan tangan Mario. Lalu Mario menghentikan tindakannya dan minta diri untuk pulang karena malam sudah larut. Ia tahu saat itu Ratih telah pasrah akan perbuatannya namun ia tidak mau terburu nafsu.
“Bu… saya pulang dulu ya, Besok saya kesini lagi.. ooo ya bagaimana jika saya jemput dari kantor besok?” tanya Mario.
“Ooo nggak usah pak. Dirumah saja” jawab Ratih seakan memberi peluang pada Mario untuk datang esok malam.
Malam yang dijanjikan itu tiba, dengan menumpang taksi Mario sampai dirumah Ratih.
“Malam Bu…” sapa Mario.
“Ooo masuk pak. Duduk dulu ya” kata Ratih.
Malam itu Ratih berdandan seperti menanti seorang yang istimewa. Dengan bincang2 sebentar lalu Mario pindah duduk disamping Ratih dan memulai tindakan yang tertunda malam kemaren. Ratih yang saat itu memang telah dikuasai Mario membiarkan setiap tindakan tangan dan mulut Mario yang berani membelai dada dan meremasnya.
Karena malam itu Mario ingin menjalankan aksinya maka ia berdiri dan mengunci pintu rumah itu dari dalam. Lalu ia kembali kesamping Ratih dan dengan leluasa memegang apa saja yang ia sukai di tubuh Ratih. Mario merasa tidak nyaman di ruang tamu itu, lalu membimbing Ratih kekamarnya. Dikamar yang asri dan ber AC itu Mario lalu melepaskan satu persatu busana Ratih hingga yang tertinggal hanya bra dan cdnya saja.
Dengan keahlian dan kelihaiannya ia menggiring Ratih untuk menurut. Mario pun lalu membuka busananya lalu kedua makhluk berbeda usia itu sama2 bugil dan. Mario terlihat kekar meski usianya sudah mulai tua. Penisnya tegak berdiri dan siap disarangkan ke kemaluan Ratih.
Mario lalu memberikan kesempatan pada Ratih untuk mengulum penisnya. Ratih dengan malu-malu mengulumnya dalam bibirnya dan menjilatnya hingga penuh semua rongga mulutnya. Sedang Mario pun terus memasukan jari tangannya kekemaluan Ratih dan memainkan klitoris Ratih. Tidak lama kemudian Ratih orgasme dan lobang vaginanya basah oleh cairan cintanya. Mario belum juga klimaks, namun pada menit ke 20 ia mengeluarkan spermanya di mulut Ratih dan tertelan oleh Ratih. Saat itu Ratih mau muntah karena ia tidak biasa begitu dengan suaminya.
Ratih berlari ke kamar mandi dengan bertelanjang, dalam kamar mandi ia muntah dan berusaha mengeluarkan sperma Mario, namun tetap ada yang tertelan olehnya. Kemudian ia kembali ke kamar dan melihat Mario Tiduran dan memandang kearahnya.
“Bagaimana Rin? Kita lanjutkan?” Tanya Mario sabar.
Ratih hanya diam. Diamnya Ratih memberi sinyal bahwa Mario harus merangsangnya lagi. Mario lalu kembali membaringkan Ratih di ranjang yang biasa ditiduri Ratih Dengan Arman itu. Lalu Mario menjilati permukaan kulit Ratih yang penuh keringat itu hingga Ratih kembali bergairah dan siap untuk babak kedua.
Setelah beberapa saat di rangsang maka Mario bersiap untuk menjalankan babak terakhir. Ia angkat kedua kaki Ratih yang putih mulus itu, lalu ia buka dan letakan di bahunya yang kekar itu. Penisnya tegak terarah kemulut lobang Ratih. Sekali dorong masuklah kepala penisnya dan memang agak sempit karena belum pernah melahirkan. Ratih merasa ngilu di lubangnnya.
“Pakk… aduhhh sakit pak…” sambil tangannya mencengkram bahu Mario.
“Tenang Ratih, bentar lagi ya…”
Mario berhenti dan kembali ia hujamkan penisnya hingga mentok, Ratih menjerit
“Aduhhhhh… pakkkkk…” dan dari sudut matanya keluar air mata karena menahan sakit dihantam penis Mario yang luar biasa besar dan panjangnya itu.
Saat penisnya telah masuk semua Mario mendorong keluar masuk lambat lambat dan mempercepat gerakan maju mundur. Sementara Ratih memegang erat lengan Mario dan keringatnya mengucur deras dari kulitnya yang putih mulus itu. Sesekali payudaranya diremas Mario dengan tangannya dan mulutya mengulum bibir Ratih. Karena kerasnya goyangan dan gerakan Mario hingga membuat payudara Ratih turun naik mengikuti irama gerakan Mario itu.
Dengan takluknya Ratih pada Mario maka ia dengan penuh semangat terus memompa hingga Ratih orgasme berulang ulang. 5 Menit kemudian Ratih lemas dan tak bertenaga, barulah Mario memuntahkan spermanya di dalam vagina Ratih. Penisnya ia biarkan didalam lubang itu hingga mengecil. Ratih yang merasa setiap sendi tulangnya lemas dan lunglai saat itu diam saja. Mario masih tetap diatas tubuh Ratih dan tertidur. Tubuhnya yang hitam kekar itu masih terus menutupi tubuh Ratih yang penuh campuran keringat kedua manusia itu.
Malam itu merupakan malam kemenangan Mario karena telah dapat menguasai Ratih. paginya saat bangun Ratih merasa capai dan ia minta izin untuk tidak ke kantor. Selama siangnya dirumah Ratih Mario mengulangi persenggamaaan itu, hingga sorenya baru ia pulang. Ratih setelah kejadian itu mendapatkan kepuasan sex yang belum pernah ia rasakan selama perkawianannya. Sejak saat itu secara sembunyi2 Ratih dan Mario melakukan hub terlarang itu baik di rumahnya atau hotel.
Ratih telah menjadi wanita yang butuh kehangatan, ia pun terus menjaga ritme hubungan dengan suaminya Arman. Bagaimanpun ia tidak ingin rumah tangganya terganggu oleh affairnya dengan Mario yang notabene seusia ayahnya dan oknum polisi itu.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,