Cerita Sex Kehangatan Bercinta Dengan Ibu Nisa – Aku bekerja freelance ketika aku masih berusia 28 tahun aku bekerja di sebuat toko elektronik di Jakarta. Di hari minggu diawal tahun ini aku berniat membasuh mobil di bengkel cuci langgananku. Hampir tiap minggu, aku selalu membasuh mobil di bengkel tersebut. Sehingga ada sejumlah langganan tetap yang aku kenal di bengkel ini, salah satunya Ibu Nisa.
Ibu Nisa berusia 45 tahun, wajahnya tidak cantik namun sensual menurut keterangan dari aku, tinggi kira 165cm dan berat tubuhnya proporsional dengan tingginya, payudara cukup besar, rambutnya panjang sampai menyentuh pinggang dan tubuhnya yang ramping dan semampai. Tidak menampakan kalo Ibu Nisa telah punya dua anak yang berumur 15 tahun & 10 tahun.
Hari itu kita bertukar nomer HP dan berjanji guna saling menghubungi dan janjian bila mau membasuh mobil. HP-ku bergetar dan aku menerima sms dari Ibu Nisa yang menuliskan bahwa Ibu Nisa mohon pertolonganku guna menjemputnya di bengkel langganannya di wilayah Cipete disebabkan mesin mobilnya mogok. Aku mengamini dan menuliskan akan kesana.
“Hari ini terdapat acara Dee?”, Ibu Nisa bertanya padaku.
“Ada bu, kenapa?”, Tanyaku, balik.
“Tolong anter aku ya ke kantor, kalo sore dapat Ibu mau kembali bareng.”
” Ok bu”, jawabku seraya tersenyum.
Aku langsung menyanggupi menjemputnya pukul 16.30. Sepanjang perjalanan aku menginginkan bercinta dengan Ibu Nisa yang cantik menurutku. Penisku menjadi tegang menginginkan menyetubuhinya. Tak lama lantas Ibu Nisa telah bersamaku didalam mobil.
” Kamu inginkan temenin Ibu ga Dee”, tanyanya.
” Mau bu”, jawabku singkat. Lantas aku langsung mengarah ke Supermarket di Mall di area Pondok Indah.
” Dee ngeliatin apa ampe bengong”, membuyarkan lamunanku.
“Eh..ngga bu”, jawabku gugup.
“Jangan bo’ong… tentu tadi ngintip kemeja ibu ya”, balasnya seraya mencubit pipi aku.
“Habis kebuka sih, jadi aku ga sengaja ngeliat bu”, jawabku sekenanya.
“Nakal kamu…”, balasnya tersenyum seraya merapatkan kemejanya namun tidak mengancingkannya.
Singkat cerita Ibu Nisa dan menurunkan seluruh belanjaannya dirumahnya. Ibu Nisa menawarkan guna mampir dan menyuguhkan minuman dingin, kemudian pamit mandi.
Tak lama lantas Ibu Nisa mengenakan celana pendek dan kaos tank top ketat dan menciptakan buah dadanya tidak banyak menyembul terbit dari kaosnya. Rambutnya masih tergelung dengan rapi.
“Koq sepi sih rumahnya bu, pada kemana anak-anak?”, tanyaku.
“Iya anak-anak lagi nginep di lokasi tinggal neneknya, pembantuku lagi masak di dapur belakang”, jawabnya.
Ibu Nisa mengajakku ke ruang tengah biar dapat mengobrol seraya nonton televisi. Ibu Nisa ialah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya sejumlah tahun kemudian dan diwariskan usaha peninggalan suaminya yang kian berkembang masa-masa dikelolanya.
Singkat kisah setelah makan, aku pulang duduk diruang tv dan mengobarkan DVD American Pie yang baru aku pinjam dari rekan kantorku. Ibu Nisa duduk serupa disebelahku. Bau harum parfumnya sungguh menggoda hasrat birahiku. Penisku mulai menegang perlahan dan mengeras. Aku duduk di pinggir sofa dan mendarat tiba Ibu Nisa menyandarkan tubuhnya ke tubuhku.
“Eh ibu..”, kataku gugup. Ibu Nisa tersenyum dan unik lenganku mendekap pinggangnya.
“Ndak pa-pa kan Dee aku nyender gini?”, tanyanya.
Aku mengangguk mengecup keningnya. Penisku semakin tegang dan keras. Terasa sekali menyentuh lengan Ibu Nisa.
“Koq ‘ade’mu keras sih Dee?’’, tanyanya seraya mengelusnya pelan.
“Habis Ibu wanginya nafsuin sih”, jawabku sekenanya.
Ibu Nisa berdiri dan menghadap kearahku.
“Kamu, ibu khan dah 45 Dee.”, ujarnya.
“Iya emang ibu dah 45 namun masih ayu dan nafsuin”, kataku seraya tertawa.
Ibu Nisa mencubit pahaku. Kudekatkan wajahku dan kucium pipinya mendekati bibirnya. Ibu Nisa tidak menampik lalu aku menghirup lembut bibirnya. Ibu Nisa menjawab ciumanku. Aku beranikan diri meraba punggungnya dan Ibu Nisa meraba celanaku.
“Penis anda ngacengnya keras banget Dee”, katanya sambil membelai penisku dari luar celana jeansku.
“Tetek ibu pun gede”, ujarku seraya meraba dan meremas pelan payudaranya. Payudaranya berukuran 34 dengan cup DD.
“Sss… Deee… teruuss remes say..”, desahnya merasakan pijatan tanganku di payudaranya.
Tangannya membuka ikat pinggangku, kancing jeans serta retsuliting celana jeansku. Tangannya bergerilya di underwearku.
“Mmmm… Ibu Nisa enak banget…”, desahku seraya memelorotkan celanaku.
Ibu Nisa melepas tank top-nya dan tampaklah payudaranya yang besar terbungkus bra warna hitam berenda. Aku kagum diusianya tubuhnya terawat, kulitnya bersih dan payudaranya masih tetap kencang. Mungkin sebab senam BL yang dijalaninnya rutin masing-masing minggunya.
“Ibu sexy banget sih.”, ujarku seraya mendekatinya dan merogoh bra-nya. Saya langsung menjilati payudaranya dan mengigit kecil putingnya yang coklat.
‘’Ouuuuhhhh Deeee… isep say… jilat pentilnya Deee.. Aahhh… sss”, desahnya sambil mendekap kepalaku.
Tangan Ibu Nisa merogoh celana dalamku dan membelai batang penisku.
‘’Ohh Dee… besar ya penis kamu”, ujarnya seraya terus membelai elus penisku.
Ibu Nisa terus membelai penisku dan tanganku mulai merogoh celana pendeknya dan ternyata Ibu Nisa mengenakan G-string warna hitam. Kuraba vaginanya yang ditumbuhi rambut tipis sehabis dicukur. Kuraba vaginanya dan kumainkan clitorisnya.
“OOhhhhhh… ssssshhhhh… nikmattttt… Deee… jilat say… jilat terus memek ibu’,’ pintanya.
Aku terus melumat vagina dengan lidahku dan sesekali menghisasp clitorisnya.
Tubuh Ibu Nisa menegang, kakinya mengapit kepalaku.
“Deeee. .. ibu inginkan keluarrr.. aaAHHH…YYEESS.. DEEE’,’ desahnya separuh berteriak. Tubuhnya bergetar, tangannya menyangga kepalaku supaya tetap di vaginanya.
“Duhh… Deee, geli say… auuuww.. .ngilu say… aahhh’’, tubuhnya terus meronta dan tangannya hendak sekali menyudahi permainan lidahku.
Aku kian senang Ibu Nisa kian tersiksa dengan kenikmatannya sendiri. Ibu Nisa terus meronta ronta.
” Deee. .. ampunn say… ibu ndak powerful ngilu banget…”, Desahnya.
Aku menyudahi permainan lidahku di selangkangannya.
Aku berdiri dan tersenyum, Ibu Nisa terbaring lemas, tersenyum dan mencubit pahaku.
“Kamu badung banget sih Dee, udah mohon ampun masih aja diterusin”, ujarnya manja.
Ibu Nisa memintaku guna duduk di sofa dan membuka celanaku. Tangannya meraba batang penisku yang masih terbungkus celana dalam dan sesekali menciumnya.
“Ouuhhh bu… aku buka aja celananya ya.”, ujarku.
“aaahhhh… ibu… yes…”, desahku saat Ibu Nisa mengulum kepala penisku.
Ketika tanganku berkeinginan memegang kepalanya ditepisnya tanganku.
“Kamu diem aja Dee.”, katanya seraya terus menhisap dan merasakan penisku.
“Dee anda ga keluar-keluar say?’’, tanyanya sambil menghirup bibirku.
“Aku kalo disepong agak lama keluarnya bu…”, Jawabku seraya meraba payudaranya.
Ibu Nisa membuka celana dalamnya dan mengangkangi tubuhku. Tangannya menuntun batang penisku mengarah ke vaginanya. Tubuh Ibu Nisa mulai naik turun dan sesekali memutar pantatnya.
“Ouuuhh… Dee. .. enak banget… ssshhh. .. aahh.. Yess. .. isep tetek ibu say..”, mintanya dengan nikmat.
Aku membuka kaitan branya dan terpampang dua bukit kembar yang menantang siap guna dimainkan. Kujilati putting sebelah kiri sesekali kuhisap dan kugigit kecil seraya tanganku meraba dan meremas payudaranya yang sebelah kanan. Kulakukan bergantian.
“Aaaahhhhh… mmmpphhhhh… Deeee… Ibu senang… enaakkk..”, rintihnya seraya terus menaik-turunkan tubuhnya.
Setelah sejumlah lama, aku menggendongnya dan merebahkannya di atas karpet.
Lalu aku tidak banyak memiringkan tubuhku sampai-sampai batang penisku sedikit oleng dan memainkan vaginanya dengan kepala penisku, sesekali kuhujamkan semua batang penisku kedalam vaginanya.
“Deee..kamu gila… diapain memek ibu say .. aaahhh.. enak…”, desahnya seraya meremas remas pantatku.
Sesekali bola matanya terlihat putihnya saja.
“Bu Nisa… sshhh memek ibu hanget banget.”, Jawabku seraya terus menggenjot tubuhnya dengan ritme teratur.
“Deee… Ahhh ibu ga kuat. .. oouuhhh. .. aku inginkan kelua.., Arghhh… Dee terus entot Saya… Ya.. ya…”, jeritnya bersamaan dengan tubuhnya yang menegang dan bergetar menandakan Ibu Nisa menemukan klimax nikmat yang kedua kalinya.
“Oohhh Deeee… anda gila. Memek ibu diapain tadi say?”, tanyanya.
Aku tersenyum seraya kubimbing tubuhnya dan memintanya guna tengkurap dan pantatnya tidak banyak kuangkat serta kakinya tidak banyak kubuka. Aku berlutut dibelakangnya dan kubimbing masuk penisku ke liang vaginanya yang masih berdenyut dampak dari orangasmenya tadi.
Hanya separuh dari batang penisku saja yang kumainkan didalam liang nikmatnya. Setelah sejumlah lama. Aku separuh berdiri menekuk luntutku dan pulang menghujam liang vaginanya dari belakang dengan penisku. Aku mengerjakan dengan ritme dan perlakuan yang sama dengan sebelumnya.
“Deee.. .kamu gila… Enak banget say… Oohhh… terus say… keluarin sayang… keluarin. .. aaahhhhh.. entot aku say… uhhh… kalo kayak gini aku dapat nagih Dee… photomemek.com ouuhhh enak banget… terus Dee.. Entot memek aku Dee… Uhhhh enak banget ngentot ma kamu… penis anda deee… enak..”, Ibu Nisa terus meracau dan tangannya meremas keras bantal yang diambilnya dari atas kursi.
“Ouuhh bu… aku inginkan keluaarr… aaahh…”, desahku. Tiba-tiba Ibu Nisa mencungkil tubuhnya dan segera berbalik dan ibu jarinya mengurangi ujung bawah kepala penisku dengan keras.
“Bu… ahhhh ngilu…”, desahku menjerit seraya meringis menyangga ngilu yang teramat sangat.
“Kenapa sih bu? koq pake diteken aku… ngilu banget!”, tanyaku penasaran dengan apa yang diperbuatnya, Ibu Nisa tersenyum dan memintaku guna menyetubuhinya lagi.
Kubimbing tubuhnya menyusun posisi doggy style, kemudian kumasukan penisku keliang surganya.
“
“Dee… mmpphh… ahhh… mmmm Deeee”, desahnya.
Kepalanya bergerak tak beraturan, rambutnya yang tergelung apik terlihat mulai berantakan.
“Aaahh Dee… aauuhhh… Dee…”, jaritnya saat rambutnya kujambak bersamaan dengan masuknya penisku kedalam vaginanya dengan keras.
“Bu Nisa… aku mau terbit bu. Aahhh aku ga tahan lagi… aaahhh… ibuuu…”, desahku. Ibu Nisa mencungkil penisku, mengembalikan tubuhnya dan berlutut di hadapanku.
Mulutnya langsung menghisap, menjilati serta tangannya turut mengocok batang penisku.
Tiba mendarat tubuhku bergetar dan, “cret cret cret…”.
“Oohh bu… aku keluar… Ahhhhhh…”, desahku separuh berteriak bersamaan dengan muncratnya spermaku didalam mulut Ibu Nisa. Kedua tanganku memegang lehernya dan agak menjambak rambutnya.
Aku terduduk lemas di sofa dan keringat menetes dari tubuhku. AC diruangan serasa menjadi tidak terasa sejuk sebab panasnya permainan tadi.
“Makasih ya Bu…tadi nikmat banget.”, kataku sambil menghirup keningnya.
“Ibu pun terima kasih ya say… udah lama aku ndak ML kayak gini semenjak suami ibu ndak ada. Kamu tak waras Dee… nikmat banget..”, ujarnya dan menciumku serta batang penisku.
Tak terasa telah jam 22.30, berarti sudah nyaris dua jam memacu hasrat birahi.
Aku pamit kembali dan dihadiahi pelukan dan ciuman mesra dari Ibu Nisa. Dalam perjalanan kembali menerima SMS yang isinya,
“Permainan kamu tak waras Dee… Ibu suka. Kalo nagih gimana nich?” Lalu aku balas,
“Yah kan ibu bermukim telp atw sms saya aja kita dapat janjian kalo berdua ga sibuk.”,,,,,,,,,,,,,,,,,,