CERITA SEX – KUNIKMATI TUBUH TANTE YUNI – Ketika aku sedang tidur ketika HPku berdering. Suara yang tak asing terdengar ditelingaku. Rupanya Tante Yuni. Katanya sih ada tugas kantor dengan teman-temannya dan aku diminta datang kehotel XXX tempat mereka menginap. Sambil jalan aku membayangkan sosok Tante Yuni. Dia adik ibuku yang berusia 35 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan tinggi 175 cm, tubuhnya ramping dan seksi. Dadanya dihiasi oleh sepasang payudara yang Runcing dan besar. Waktu kecil dulu aku sering mengintip dada Tante Yuni dan kalau onani sering membayangkan dadanya itu. Kalau membandingkannya dengan artis, Tante Yuni mirip Vina Panduwinata.
Sesampai di hotel aku diperkenalkan dengan 2 teman Tante Yuni, Pak Rudi(46) dan Bu Meme(37). Mereka memintaku menjadi penunjuk jalan selama mereka di Bdg, dan aku menerimanya. Setelah itu kami berkeliling kota sampai jam 23:30. Karna sudah malam Tante Yuni meminta aku menginap dikamarnya saja. Kesempatan batinku, dari tadi aku sudah gatal melihat payudara Tante Yuni dibalik baju tang top biru yang ketat. Aku tak ingat lagi kalau dia tanteku, yang penting hasratku tersalurkan pikirku.
Setelah masuk kamar Tante Yuni pergi mandi, aku langsung memikirkan cara bagaimana agar aku bisa menikmati tubuh Tante Yuni yang tetap seksi walau telah memiliki 1 anak. Saat dia keluar aku menelan ludah, dengan celana pendek ketat setegah paha dan baju kaos putih tipis benar-benar memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna. Saat Tante Yuni lewat didepanku tercium wangi sabun dari tubuhnya, saat ia hendak mengeringkan rambutnya terlihat BH hitam kesukaanku dari balik ketiak Tante Yuni.
Aku jadi gelap mata. Begitu Tante Yuni membelakangiku, langsung kurangkul dia. Bibirku menyedot lehernya, sementara tanganku yang satu meremas sepasang payudara dan yang satu lagi bermain diselangkangan dan paha Tante Yuni. Hanya sebentar ia meronta setelah itu tubuh Tante Yuni menjadi tenang.
“Izinkan aku merasakan tubuh tante yang indah ini ya?” Desahku di kuping Tante Yuni.
“Ahh Gimana yah Ben? Tapi sekali ini aja ya Ben.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” Kata Tante Yuni. Aku mengangguk kecil tanda bersedia.
Tante Yuni lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Tante Yuni mencopot celana ketatnya terlihat paha mulus yang kugerayangi tadi. Saat ia hendak melepas tali BH aku cegah. Dengan lembut tanganku kebelakang pundak Tante Yuni membuka kaitnya lalu memelorotkan BH itu sambil menggesek puting susunya. Sepasang payudara berukuran 36 B terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan.
Tante Yuni lalu mencopot celana dan CD hitamnya. Dan kini ia telah telanjang bulat, penisku terasa tegang karna tak menyangka tubuh Tante Yuni seindah itu. Lalu ia naik keatas ranjang dan merebahkan badannya telentang. Aku begitu takjub, tubuh tanteku yang aduhai telanjang dan pasrah berbaring diranjang tepat dihadapanku.
“Ayo Benny.. apa yang kamu tunggu, tante udah siap, jangan takut kalau belum pernah nanti tante bantu” Kata Tante Yuni.
“Iya.. tolong ya tante” Jawabku berbohong.
Segera aku melepas semua pakaianku karna sebenarnya aku juga sudah tak tahan. Kulihat Tante Yuni memperhatikan kejantananku yang berdenyut-denyut, lalu aku naik keatas ranjang dan memulainya. Langsung saja kukecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, masih canggung pikirku, tapi tidak aku hiraukan terus aku lumat bibirnya. Sementara kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.
“Ooh.. Benny.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..” Tante Yuni mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali aku merasakan ia menelan ludah yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini bibirku kuarahkan kebawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada Tante Yuni. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini berada tepat dihadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah laki-laki. Langsung aku jilati dari bawah lalu kearah putingnya, sementara buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.
“Emmh oh aarghh” Tante Yuni mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit gigi bawahnya, kini jariku kuarahkan keselangkangannya. Disana kurasakan rambut yang tumbuh disekeliling vagina Tante Yuni. fantasiku.com Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa dia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari kelentitnya. Kupermainkan jariku keluar-masuk didalam lubang vagina Tante Yuni yang semakin licin tersebut.
“Aarrgghh.. eenhh.. Benn kam.. mu ngapain oohh..” Kata Tante Yuni meracau nggak karuan, kakinya mengecak-ngecak sprei dan badannya menggeliat. Tak kuperdulikan kata-katanya, maka tubuh Tante Yuni makin menggelinjang dikuasai nafsu birahi. Kurasakn tubuh Tante Yuni menegang dan wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam liang vaginanya.
“Oohh.. arghh.. oohh..” kata Tante Yuni dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba.
“Ooh..aahh..” Tante Yuni mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya tergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi lubang vaginanya.
“Oohh.. ohh.. emhh..” Tante Yuni mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ben apa yang kamu lakukan kok tante bisa kayak gini?” Tanyanya padaku.
“Kenapa memangnya tante?” Kataku sambil meremas payudaranya.
“Baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti ini, luar biasa” Kata Tante Yuni. Ia lalu bercerita kalau om Widya (suaminya) hanya sebentar saja jika bercumbu sehingga ia kurang puas.
“Sayang.. sekarang giliranku” Bisikku ditelinganya, Tante Yuni mengangguk kecil.
kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati. Setelah kurasa cukup, kusejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Tante Yuni tahu. ia lalu mengkangkangkan pahanya lalu kuarahkan batang kejantananku keliang senggamanya. Perlahan-lahan aku masukkan batang penisku dan aku nikmati. Batang kejantananku mudah saja memasuki liang senggamanya karna sudah sangat basah dan licin. Kini perlahan-lahan aku gerakkan pinggulku naik turun. ooh nikmatnya.
“Lebih cepat Benn.. aarghh.. mmhh” Kata Tante Yuni terputus-putus dengan mata yang merem melek. Aku percepat gerakanku lalu terdengar suara berkecipak dari selangkangannya.
“Iya.. begitu.. aahh.. terr.. russ.. aarghh..” kata Tante Yuni tak karuan.
Keringat kami berucuran menjadi satu, kulihat wajahnya semakin memerah.
“Ben, tante mau.. enak lagi.. ohh.. ahh.. aahh ahh..” Kata Tante Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan vaginanya dipenuhi cairan hangat menyiram batang penisku.
Remasan dinding vaginanya begitu kuat, akupun mempercepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks.. aahh.., kubiarkan air maniku keluar didalam liang senggama Tante Yuni. Kurasakan nikmat yang luar biasa, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya. Setelah cukup menikmatinya kucabut penisku dan kubaringkan tubuhku disampingnya.
“Tante Yuni, terima kasih ya..” Kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Tante juga Ben.. baru kali ini tante merasakan kenikmatn seperti ini, kamu hebat” Kata Tante Yuni lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tertidur karna kelelahan.
Sekitar jam 3 pagi aku terbangun. Setelah meminum segelas air aku memandangi tubuh telanjang Tante Yuni. Benar-benar menggairahkan sekali, kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya masih terjaga diusianya yang hampir berkepala 4 ini. Lalu aku mulai mencumbunya lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan sepuas hatiku setiap inci tubuh Tante Yuni. Perlahan-lahan aku lumat bibir Tante Yuni dengan penuh kelembutan sampai ia mulai terbangun lagi.
Setelah Tante Yuni terbangun kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku didalam mulutnya. Tante Yuni pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku beroperasi didadanya, kuremas-remas payudaranya yang kenyal mulai dari lembah sampai ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya shingga ia menggeliat dan menggelinyang. Dua bukit kembar itu semakin mengeras. Ia menggigit bibirku saat kupelintir puting susunya.
Setelah aku puas dibibirnya, kini aku melumat dan mengulum payudaranya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang sebelah kanan. Kulihat mata Tante Yuni sangat redup, ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.
“Oohh.. aarghh.. en.. ennak Benny, emmh..” Kata Tante Yuni mendesah-desah.
Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya dan menyeret ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, ia ingin agar aku segera mempermainkan liang vaginanya. Jari-jariku pun segera bergerilya divaginanya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya yang membuat Tante Yuni semakin menggelinyang tak karuan.
“Ya.. terruss.. argghh.. eemmh.. enak.. oohh..” Mulut Tante Yuni meracau.
Setiap kali Tante Yuni terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk vaginanya, setelah ia agak tenang, aku permainkan lagi liang senggamanya, kulakukan beberapa kali.
“Emhh Benny.. ayo dong jangan gitu.. kau jahat oohh..” Kata Tante Yuni memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akn membuatnya klimaks dengan jariku tapi dengan mulutku, aku ingin menerapkan hasil latihanku dengan Bu Mega dan Bu Sari.
Segera kuarahkan mulutku keselangkangannya. Kusibakkan rambut-rambut hitam yang mengelilingi vaginanya dan terlihatlah liang senggamanya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.
“Benny.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” Kata Tante Yuni.
Aku tak perdulikan kata-katanya, lidahku terus menari-nari didalam liang senggamanya bahkan menjadi semakin liar tak karuan
Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
“Ohmm.. emhh.. ennak Ben.. aahh..” Kata Tante Yuni ketika ia klimaks.
Setelah Tante Yuni selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku mencumbunya lagi karna aku juga ingin mencapai kenikmatan. Kali ini posisiku dibawah tubuh Tante Yuni.
Aku tidur telentang dan Tante Yuni melangkah diatas batang penisku. Tangannya memegang batang kejantananku yang tegak perkasa, setelah menjilatinya lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan vaginanya diarahkan ke batang penisku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan liang kewanitaannya. Tante Yuni lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggannya dan ketika sampai dikepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi kini ia mempercepat gerakannya.
Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh seksi wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan. Wajah Tante Yuni terlihat sangat cantik seperti itu ditambah lagi rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepaalanya. Payudaranya terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tembah keras katiak jari-jariku memelintir puting susunya.
“Oh emhh yaah.. oohh..” Itulah kata-kata yang keluar dari mulut Tante Yuni.
“Ben..” Kata Tante Yuni sambil berhenti menggerakkan badannya.
Aku tahu ia segera mencapai klimaks, lalu aku rebahkan tubuh Tante Yuni dan kupompa liang senggamanya, tak lama Tante Yuni mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Tante Yuni menikmati orgasmenya yang kesekian. Setelah itu kucabut batang penisku dan kusuruh Tante Yunimenungging lalu kumasukkan batang penisku dari belakang. Tante Yuni terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang kulakukan padanya. Ia hanya mendesah kenikmatan
Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Tante Yuni rebahan lagi dan aku masukkan lagi batang kejantananku dan memompa vaginanya lagi, karna aku ingin mengakhirinya. Beberapa saat kemudia Tante Yuni ingin klimaks lagi, wajahnya memerah dan tubuhnya menggelinjang ke sana ke mari.
“Ahh.. oh.. tante mau enak lagi Benn. arrghh ahh..” kata Tante Yuni.
“Tunggu sayang, ki.. kita barengan.. aku juga sedikit lagi..” desahku.
“Tante udah nggak tahan Benn.. ahh..” kata Tante Yuni mendesah panjang.
Lalu tubunya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. caran hangat membasahi batang kejantananku. Cairan hangat menyirami batang penisku dan kurasakan dinding vaginanya seakan akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya aku pun tidak kuat.. crott.. aku pun mencapai klimaks. Nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat meresapi kenikmatan yang merasuki kami berdua.
“Thank’s tante” Bisikku sambil memelintir puting susunya.
Setelah itu 3 malam berturut-turut aku memuaskan hasrat yang terpendam sejak aku kecil sampai Tante Yuni kembali pulang ke Smr.
“Kalau pulang.. jangan lupa kerumah ya” Bisiknya saat akan naik ke pesawat terbang di bandara.
Aku tersenyum penuh arti. Sebentar lagi aku akan pulang berlibur, aku sudah rindu dengan Tante Yuni yang aduhai.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,