Cerita Sex Modus Ngurut Refleksi

Dalam berhubungan dengan suamiku aqu merasa tak terpuaskan karena pusaka suami ukurannya kecil tegangnya sebentar mainnya juga cepat sekali selesainya, tentu saja membuat aqu jadi tak semangat kalau di atas ranjang, pada suatu hari temanku pernah bercerita kalau di atas ranjang dia selalu terpuaskan karena lakinya itu orang arab.

Tentunya kalau ukuran dan panjang sudah tak di ragukan lagi, pernah dengar kalau memeknya sering ngilu kalau main dengan suaminya, dari situ aqu selalu membayangkan gimana ya kalau suaminya temanku aqu jadi bahan colmek.

Pada suatu hari aqu main ke rumah temanku itu. Katakan saja namanya Dwi, dan nama suaminya Mukidi. Pak Mukidi buka pijat refleksi. Selain itu ia suka olah raga. Ketika aqu sampai di rumahnya ia sedang berolah raga.

Dan aqu ngobrol dengan Dwi sahabat karibku. Aqu datang ingin membuktikan cerita Dwi, apa benar barang suaminya gede. Tak lama kemudian, ia datang dengan memakai celana olah raga yang cukup tipis. Ia duduk di depanku. Sambil aqu minum teh aqu ngelirik sedikit ke bagian selangkangannya, tapi karena ada Dwi aqu tak lama-lama ngeliriknya.

Tidak lama Dwi pergi untuk menyiapkan sarapan pagi. Tinggallah aqu berdua dengan suaminya ngobrol. Kesempatan aqu untuk melirik agak lama. Astaga, beneran omongan Dwi, nampak menonjol di celananya tonjolan besar dan panjang. Aqu berkata dalam hatiku, bagaimana kalau itu ngaceng dan telanjang. Pantesan kalau Dwi main, katanya, sampai sambat-sambat.

Sejak itu aqu suka membayangkan kontol suami teman saya yang Arab itu. Setiap aqu main sama suamiku aqu membayangkan barang pak Mukidi yang besar dan panjang itu. Karena barangnya suami tidak keras secara maksimal aqu menyarankan diurut refleksi oleh Pak Mukidi. Suamiku sangat setuju, ia minta di datangkan ke rumah.

Suami kenal baik dengan Pak Mukidi. Kemudian mulai suaminya saya diurut oleh Pak Mukidi kira-kira jam 8 malam. Aqu berada di sebelah suamiku yang sedang diurut itu. Kesempatan bagiku untuk melihat benjolan di selangkangan Pak Mukidi.

Sekarang aqu cari alasan supaya aqu diizinkan diurut oleh Pak Mukidi. Dengan alasan yang tepat aqu diizinkan. Setelah suamiku diurut giliran aqu sekarang diurut. Karena suami tidak tahan, ia pergi mandi. Tinggallah sekarang aqu berdua dengan Pak Mukidi. Ia mulai ngurut dari betisku yang mulus. Aqu bertanya dalam hati, apakah Pak Mukidi tidak terangsang melihat betis dan pahaqu yang mulus itu.

Kemudian ia mulai menyingkap rokku sehingga nampaklah padanya pahaqu yang mulus. Ia berkata padaqu,

“Ibu harus sering diurut refleksi, seminggu sekali, karena ibu punya gejala darah tinggi. Tapi minggu depan kalau bisa jangan pakai rok, pakai sarung saja, supaya mudah ngurutnya di bagian ujung paha dan pinggulnya. Itu kalau suami ibu setuju.”

“Suamiku pasti setuju, kalau memang itu bisa menyembuhkan, apalagi ia sudah percaya sama bapak,” balasku.

Dan suamiku ternyata mengizinkan apa yang disarankan oleh Pak Mukidi.

Minggu depannya ia datang lagi, suamiku giliran pertama yang diurut. Setelah selesai baru sekarang giliran aqu. Aqu ganti pakaian dengan sarung, lalu tengkurep. Hatiku mulai dak-dik-duk tidak karuan.

Ketika ia mengurut betis kiriku, kaki kananku kumasukkan pelan ke selangkangan Pak Mukidi sambil kugerak-gerakkan pelan-pelan. Terasa barang Pak Mukidi bergerak-gerak mulai ngaceng. Terasa benar di kakiku kalau barang Pak Mukidi besar sekali.

Tidak lama kemudian suamiku pamit ke Pak Mukidi untuk keluar beli rokok karena rokoknya habis.

Pak Mukidi menjawab “Ya, Pak”.

Ucapannya yang halus dan lembut membuat suamiku tambah percaya. Pak Mukidi mulai berani menyingkap sarungku sampai ke pangkal paha. Ia mengurutku sampai ke pangkal paha.

“Aduh,” kataqu ketika jari-jarinya mengenai bibir memekku.

“Sakit bu?” tanya Pak Mukidi.

“Tidak,” sahutku.

Mulailah ia mengurut agak berani di bagian pangkal pahaqu sambil mengelus-ngelusnya, dan aqu semakin tidak tidak tahan, dan mulai terangsang.

Pak Mukidi paham dengan suara rangsanganku. Ia menyuruhku berbalik telentang sehingga ia dapat melihat pemandangan yang menggairahkan. Ia menyingkap lagi sarung sampai ke pangkal paha sampai kelihatan CD-ku. Ia mulai menggerak-gerakkan jarinya ke bibir memekku.

Aqu semakin tidak tahan. Ia semakin memasukkan jarinya semakin dalam hingga mengenai lobang memekku dan mendorongnya pelan-pelan, tapi tidak berhasil, karena lobang memekku peret. Ia menyopotnya dan memasukkan ke mulutnya sambil diludahi kemudian ia masukkan kembali. Kini baru jari Pak Mukidi masuk le lobang memekku.

Aqu menggelinjang kenikmatan. Sayang sekali kenikmatan itu terhenti, karena suamiku datang dari membeli rokok. Walaupun demikian, sebelum suamiku tiba di kamar, kami berdua saling menatap dalam-dalam sambil saling tersenyum.

Sekarang kami berdua sudah saling mengerti keinginan masing-masing dan tak malu-malu lagi. Tinggal menunggu kesempatan lain yang lebih baik saja….

Mingggu depannya Pak Mukidi datang lagi. Kemudian mengurut suamiku. Tidak lama kemudian telepon berdering, aqu yang menerimanya.

Teman bisnis suamiku minta agar suamiku datang ke rumahnya untuk membicarakan bisnis yang sangat penting dan menguntungkan. Aqu sampaikan hal itu pada suamiku. Ia bilang bahwa ia akan datang setelah diurut.

Hati dak-dik-duk, apakah suamiku mengizinkanku diurut tanpa ada dia karena akan pergi ke rumah rekan bisnisnya yang cukup jauh dari rumahku.

Setelah suamiku selesai diurut, aqu bertanya, “Pak, bagaimana kalau aqu tidak usah diurut saja, ya.”

“Tidak apa-apa, diurut saja, aqu sudah percaya, kok sama Pak Mukidi. Ia orangnya baik.”

Setelah mandi suamiku berangkat menuju ke rumah rekannya. Tinggallah aqu berduaan dengan Pak Mukidi malam-malam sekitar setengah sepuluh. Hatiku dak-dik-duk, aqu akan merasakan kontol orang Arab malam ini, kataqu dalam hati.

Aqu tengkurep. Pak Mukidi langsung menyingkap sarung sampai ke pangkal pahaqu. Rupanya ia sudah tidak tahan ingin merasakan lobang memekku yang kecil. Aqu orangnya ramping, tinggi 155 cm. Seangkan Pak Mukidi tinggi besar, dan dadanya berbulu tebal.

Ia langsung menyingkap CD-ku dan memainkan bibir memekku, kemudian CD-ku dipelorotin. Sekarang nampaklah memekku, ia meludahi lobang memekku dicampur dengan minyak.

Aduh, sekarang aqu benar-benar tidak tahan, ingin segera dimasuki barangnya. Ia membuka sarungku, BH-ku dan kausku. Kini aqu telanjang bulat. Dan ia mulai membuka celananya, kaos. Aqu melirik ingin tahu seperti apa barangnya. Begitu ia membuka celana dalamnya, astaga… kontol Pak Mukidi benar-benar besar dan panjang, ngaceng tegak, seperti barangnya kuda.

Aqu taqut bercampur ingin merasakan. Aqu taqut robek, dan jebol lobang rahimku, bercampur ingin merasakan puncak kenikmatan. Ia mulai mengangkangkan lebar-lebar pahaqu. Ia mengarahkan kontolnya yang besar, panjang dan keras ke lobang memekku. Ia menekankan barangnya. Aqu berteriak kecil, “Aduuuh… sakit, Pak.”

“Ditahan, Bu. Nanti akan hilang rasa sakitnya berganti kenikmatan yang luar biasa.”

Kontol Pak Mukidi kurang lebih panjangnya 20 cm dan ukurannya besar sekali, seperti barangnya kuda. Ia menekan barangnya sampai tiga kali tapi tidak bisa masuk juga, saking besarnya. Ia sudah tidak tahan, nafsunya membara. Ia meludahi lobang memekku banyak sekali sampai meleleh ke pantatku, dicampur dengan minyak. Barang Pak Mukidi pun dilumati minyak dicampur ludah biar licin.

Kemudian ia mengarahkan kembali kontolnya ke lobang memekku dan menekannya. Aqu berteriak sambil menggigit bibirku. Tapi Pak Mukidi semakin keras menekannya. Setelah bersusah payah, akhirnya kontolnya berhasil masuk juga. Ia menancapkan semuanya. Ia menindihku sampil menciumi dan mengecup bibirku dengan gagar.

Ia mulai menggenjotku dengan ganasnya. Sampai terdengar bunyi dari lobang memekku… Cprot… Cprot… Sambil memelukku gemes bercampur ganar. Tubuhku yang ramping ditekuk-tekuk sambil digenjot.

Sekarang aqu mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mengenjot lobang memekku lama sekali. Aqu disetubuhi 3 ronde sampai terasa lemas seluruh tubuhku. Aqu melihat sudah jam 1 malam. Berarti kami telah bermain selama 3 jam setengah. Waduuh… nikmatnya luar biasa….

Sayang, kami tak bisa melanjutkannya semalam suntuk. Kami harus segera berbenah supaya tak kepergok suamiku yang sebentar lagi akan kembali. Tapi aqu puas sekali dengan persetubuhan kami malam ini…

Author: admin