Cerita Sex – Mulai Dari Mana Ya?…
Well, darimana dulu ya, aku mulai ceritanya. Hmmm, baiklah, mungkin dari perkenalan dulu, namaku Vera, just a simple name, right? Nothing special ‘bout me. Aku hanya seorang cewek kuliahan yang pemalu, terlalu pemalu malah. Semester ini terlalu sepi bagiku,
“Hufftttt…” aku menghela napas berat sambil menuju tempatku biasa bersemedi, yup! Dimana lagi kalau bukan di perpustakaan.
Semua cewek berkacamata sepertiku memang hidup di perpustakaan dan bukan kehidupan malam yang glamour.
Aku berjalan sambil membawa setumpuk buku tebal tentang diktat kedokteran. Aku sudah membuka pintu perpustakaan perlahan hingga kudengar sebuah suara yang tertahan. Suara antara kesakitan dan… keenakan? Aku berjalan menuju asal suara. Di ujung pojok perpustakaan memang tempat yang gelap, aku tidak akan berani kesana karena aku penakut. Aku melihat kanan-kiri, tidak ada dosen ataupun penjaga perpustakaan saat ini. Aku melirik jam tangan, Oh, pantas, sekarang’kan waktunya istirahat.
Aku berdiri dibalik lemari tinggi yang penuh buku, aku berusaha mengintip dari balik celah lemari. 2 sosok bayangan sedang melakukan sesuatu dan suara-suara itu semakin liar.
Aku membersihkan kacamataku, berusaha melihat lebih jelas lagi. Dan aku terkesiap saat melihat seorang cewek menghisap benda panjang dan besar milik seorang cowok. Aku berusaha menutup mulutku agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun, aku tidak mau sampai ketahuan.
Cewek itu kukenal dengan kak Leny, sedangkan yang cowok adalah kak Ryan. Sial, cowok itu’kan pacarnya temanku, ternyata cowok itu selingkuh, harus kurekam dan kujadikan bukti. Aku merogoh ponselku dan mulai ku rekam semua adegan mesum itu.
“Aaahhh… Hsssssss… Enak Len.. kamu hebat sayang..” Kak Ryan mulai berbicara tidak karuan, sedangkan kak Leny asyik menjilat ujung penis kak Ryan.
“Hmmpppphh… penis kamu enak, sayang.. hmppphhhh… “ mulut kak Leny penuh dengan penis cowok itu, aku yang membayangkan saja seperti ingin muntah.
Apa sih enaknya benda besar dan panjang itu?
Cerita Ngentot | Kak Ryan memaju-mundurkan penis besar miliknya di mulut kak Leny, sesekali kak Leny tersedak oleh benda panjang itu sedangkan tangan kak Ryan menggerayangi tubuh Kak Leny yang terbalut kaos warna ungu.
Disingkapnya kaos ungu kak Leny sehingga bra yang menutupi dada ranum itu terlihat jelas. Aku meneguk liur dengan susah payah.
“Nakal ya… kamu mau minum susu sayang?” Tanya kak Leny dengan wajah mesumnya, dan dijawab dengan anggukan kepala kak Ryan,
“Iya.. aku mau nete..”
Kak Leny terkikik geli, lalu menyingkap bra putihnya, dan puting yang keras itu mengacung menantang ke wajah kak Ryan. Dengan kelaparan, kak Ryan menyantap puting itu tanpa permisi. Menghisapnya, menggigitnya, menjilat-jilatnya, bahkan sesekali ditarik karena saking gemasnya.
“Ahhhkk.. jangan ditarik sayang.. uuhhhh.. sakiit… hhhssss… oohhh..” kak Leny menikmati sentuhan kasar kak Ryan yang meremas-remas dadanya.
“Aku suka… hmmphh… enak… nenen… mmhmmpphh..” kak Ryan makin tambah meracau tidak jelas, dan tangannya mulai melepas celana jins kak Leny.
“Jangan dilepas sayang, nanti ada yang lihat.”
“Biarin, Aku gak peduli.” Kak Ryan langsung menarik paksa celana jins dan celana dalam kak Leny, lalu membuka lebar paha cewek cantik itu.
“Vagina yang cantik… hmmphh…” kak Ryan langsung menjilat vagina kak Leny, membuat suara berdecak basah dari vagina itu.
“Ahhhh… enak…. Nghhhh… god.. oohhhh…” kak Leny bergerak dengan sensual. Aku harus menahan gemetar dan wajah merahku ketika merekam semua adegan itu.
Kak Ryan menepuk-nepukkan penisnya ke lubang kak Leny, seperti memberi salam terlebih dahulu.
“Leny sayang, bilang ‘halo sama Mr. P…” kata kak Ryan sambil tetap menepuk vagina kak Leny dengan penis besarnya.
Kak Leny terkikik geli,
“Halo Mr…. Ahhhkkk!!” belum selesai memberi sapa, kak Ryan langsung menyodok vagina kak Leny dengan penis besar miliknya. Menggenjotnya tanpa ampun.
“Aaahhkkk…. Ryan.. Aahhkkk.. stop!! Sakit… AAhhhkk!!” kak Leny berusaha mendorong tangan dan badan kak Ryan, tetapi sepertinya percuma, kak Ryan menyodok vagina kak Leny seperti orang kesurupan, cowok itu mendengus keenakan.
“Hsss…Ahh.. enak banget vagina kamu sayang.. oohh.. vagina.. uuhhh….aku ngentotin kamu…” kak Ryan terus menyodok vagina kak Leny dengan cepat, membuat suara-suara decakan basah dari vagina itu, dan cairan bening melumer di sekitar selangkangan kak Leny.
“Ahhhh…. Jangan keras-keras sayang… nanti kita ketahuan…aahhkk!”
“Aku gak peduli… ohhh.. vagina!! Oohhh.. ngentotin kamu enak… ngentot sama pelacur kayak kamu enak banget…” penis kak Ryan terus menyodok vagina kak Leny, sedangkan tangannya sibuk menggesek-gesek daging kecil di vagina itu.
“Aahhkkk!! Stop Ryan!! Aaahkkk…”
“Enggak… Hssss!! Aku sodok kamu lagi… oohhh.. kusodok lagi.. sodok.. uuhhh..” kak Ryan memutar tubuh kak Leny, membuat gaya mereka menjadi doggy style. Kak Ryan menyodok dari belakang.
“Ahhh.. Ryan… oohh… terus sayang.. enak banget…” kak Leny bergerak sensual dengan memaju-mundurkan pantatnya.
Tangan kak Ryan meremas-remas dan menarik puting kak Leny.
“Hsss.. oohhhh!! Kamu memang pelacur, Len… ohhhh.. pelacur… perek.. Hsss..!! enak penisku Len… ohhhh enak dijepit ma vagina mu…. Ohhh… !!” kak Ryan merasakan penisnya berdenyut hebat.
“Ahhh… Ryan.. keluarin penis kamu… aahkkk!! Keluarin Ryan…Hsss…” kak Leny berusaha melepaskan diri dari kak Ryan, tetapi sepertinya cowok itu terus menggenjot pantat kak Leny sambil mendekapnya dari belakang. Puting kak Leny di tarik dan diplintir-plintir lagi.
“Ahhhh.. enggak!! Gak akan aku keluarin.. aahhhh.. biarin kamu hamil… oohhh.. pelacur.. oohhh…!!”
Uuuhh.. lepasin… hsss…aahh…” kak Leny terus merasakan denyutan penis kak Ryan di vaginanya yang becek.
“Aahhhh.. aku keluar Len… aku mau nge-crot, Len.. oohh… aku pipisin kamu… aahhhkk.. aku pipisin vagina pelacurmu itu… ohhh.. ohh….Aaaahhhhkkkkk.!!!!”
“AAhhkkkkk Ryan!!” kak Leny berteriak nikmat dengan tubuh mengejang.
Crottt..Crotttt… -kak Leny merasakan sodokkan keras penis kak Ryan beberapa kali di dalam vaginanya.
“Haaaahhhhh… haaahh….” kak Ryan masih membenamkan sebentar penisnya, lalu melepaskannya dengan cepat dan cairan putih keluar menetes dari vagina kak Leny yang basah.
Aku menatap semua adegan yang bisa dilihat di blue film itu secara live. Entah harus bilang beruntung atau sial, yang pasti saat itu tanganku gemetar merekam semua adegan tanpa iklan itu.
Aku melihat kak Ryan sudah memakai kembali celananya dan kak Leny masih mengatur napas di lantai. Kak Ryan berbisik sebentar lalu tersenyum ke arah kak Leny dan kemudian pergi keluar dari perpustakaan.
Aku masih diam di tempat, tidak berani membuat suara sedikitpun. Aku melihat kak Leny berusaha duduk di meja lalu mengeluarkan rokok yang terselip di kantong celananya. Membakar ujung rokok dengan api lalu menghisapnya dalam-dalam.
“Aku tahu kamu disitu. Keluar sekarang.” Seruan kak Leny yang tenang membuatku kaget. Jantungku berdegup kencang karena aku ketahuan mengintip. Sial, kataku dalam hati.
Kak Leny melirik lemari tempatku bersembunyi, “Cepat keluar sekarang.”
Dengan gugup dan tangan gemetar aku keluar secara perlahan dari tempat persembunyianku. Aku bisa melihat kak Leny menyeringai ke arahku.
“Well.. well.. ternyata ada anak kucing manis yang tersesat.” Kak Leny bergerak ke arahku, aku melirik takut namun masih dapat kulihat tubuhnya yang telanjang bulat.
Aku mundur perlahan sambil mendekap buku diktatku. Kak Leny menarik ponsel yang kupegang dengan paksa.
“Ya ampun.. ada penguntit rupanya. Mesti dihukum nih.” Kata kak Leny tenang, sedangkan jantungku sudah kalang kabut menantikan hukuman apa yang akan dilakukan kakak seniorku itu.
Tanganku ditarik paksa, membuat semua buku yang kupegang berdebam jatuh ke lantai.
“M..maaf kak… lepasin aku…aku janji gak akan bilang ma siapa-siapa.” Suara yang keluar dari mulutku lebih terdengar seperti cicitan tikus yang ketakutan.
Kak Leny menyeringai sinis, “Gak ada maaf dan ampun.” Katanya dingin. Dan sekali lagi aku mengigil ketakutan.
Aku menunduk menatap lantai, kemudian tangan kak Leny meraih kacamata di wajahku dan meletakkannya di atas meja. Kak Leny bersiul takjub, “Gak kusangka kamu manis juga. Aku pikir semua kutu buku itu jelek, ternyata ada juga yang manis banget kayak kamu.” Kak Leny tersenyum menyeringai lagi.
Sekarang tangan kak Leny menelusuri kemeja putihku yang transparan, “Ja..jangan kak..” Aku berusaha berontak dengan halus tetapi tatapan kak Leny membuatku ketakutan.
“Denger ya… kalo loe teriak, ponsel loe bakal gue hancurin.” Kak Leny mulai kesal dan aku tidak berani membantah lagi.
Melihat sikapku yang diam ketakutan, kak Leny dengan tersenyum mengelus pipi mulusku, “Nah, kalo jadi anak baik begini, aku ‘kan gak bakal kasar sama kamu, manis.” Katanya lagi sambil mengecup keningku.
Aku memejamkan mata erat-erat dan merasakan kecupan bibir kak Leny di bibirku. Dia menjilat bibirku hingga basah tetapi aku tetap tidak menunjukan sikap untuk membalas kecupannya, dan itu membuatnya kesal, “Buka mulut loe..!” seru kak Leny marah.
Dengan ketakutan aku membuka mulutku perlahan, sedikit celah mebuat lidah kak Leny merogoh mulutku dengan liar. Aku berusaha berontak, ”Hmmphh… kak…hhnnngg…lepas…” Aku memohon, tetapi cewek itu terus memainkan lidahnya dimulutku. Menyentuh rongga mulut dan lidahku dengan brutal.
Kak Leny mendorongku hingga pinggulku menyentuh meja di belakangku, dia melepaskan ciumannya dengan kecupan panjang, membuat jaring saliva di sekitar bibir kami. Kak Leny menyeringai lagi sambil mengelus rambut hitam panjangku.
“Kucing manis… manisnya..” Katanya sambil membuka kancing kemejaku satu persatu.
Aku berontak lagi,
“Ja..jangan kak… lepasin bajuku..” Kataku ketakutan dan itu membuat kak Leny marah.
PLAK! Aku ditampar oleh kak Leny membuatku kaget dan pipiku langsung merah karena sakit.
Kak Leny menjambak rambutku, “Gue bilang loe itu kucing… kucing gak ngomong.. dia mengeong.. ayo mengeong!” Serunya kasar, aku terisak ketakutan.
“Ayo mengeong!!” teriaknya tidak sabar.
“Me..meeong…” Aku memaksakan suaraku, dan itu membuat kak Leny tersenyum puas lalu mengelus pipiku yang merah karena ditampar.
“Nah…gitu’kan manis.. harus jadi anak baik…sekarang lepas baju kamu.” Katanya pelan tetapi penuh dengan nada mengancam. Dengan ketakutan aku membuka kemeja putihku, menampakan bra hitam yang membalut dada besarku.
“Dada yang besar… aku suka..” katanya sambil menjilat bibir bawahnya. Aku ketakutan.
Tangan kak Leny meraih bra hitamku dan mengangkatnya ke atas, membuat dadaku keluar sepenuhnya. Putingku mengacung keras, sedangkan dadaku bergoyang ketika kak Leny menyentuhnya.
“Mulus… empuk… kenyal..” Kata kak Leny sambil menggoyang-goyang dadaku yang besar.
Dadaku bergoyang ke atas-ke bawah, ke kiri dan kanan, lalu tiba-tiba putingku ditarik hingga membuatku kaget.
“Ahhhhkk…” Tanpa sadar aku mengeluarkan suara sensual dari bibirku, kak Leny tersenyum menyeringai sedangkan aku cepat-cepat menutup mulutku dengan tangan.
Kak Leny menyingkap rok panjangku, menampakkan paha mulus dan vaginaku yang terbalut celana dalam putih. Dia menyuruhku duduk di atas meja, kuturuti tanpa komentar sedikitpun.
Kak Leny membuka pahaku, membuatku harus mengangkang ke arahnya, aku menahan rasa malu ku dengan memejamkan mata erat-erat. Dia membuka vaginaku, melihat dengan takjub lipatan berwarna merah muda dan lubang kecilku. Dia menyentuh daging kecilku, menarik-nariknya dengan penasaran lalu menggeseknya dengan cepat.
“Hnnn…nnnggghhh…” Aku menahan desahanku.
Kak Leny lagi-lagi tersenyum sambil terus memainkan daging kecil di vaginaku dan tangannya meremas-remas buah dadaku yang besar.
“Ayo mengeong…” Kata kak Leny sambil terus menarik-narik putingku, sesekali ditamparnya dadaku karena gemas sedangkan vaginaku di pijit-pijitnya dengan lembut.
“Me..meoong… aaahhh.. hhnn… meoong…” Aku keenakan menikmati sentuhan jarinya di vaginaku.
Kak Leny menyentuh vaginaku dengan lima jarinya seperti ingin membasuh tangannya dengan lendir dan cairan beningku.
Kak Leny menatap sekeliling ruangan, seperti mencari sesuatu, lalu matanya jatuh pada spidol hitam kecil di bawah meja. aku merasakan firasat buruk.
“Ja..jangan kak… ahhhhkk!” Belum selesai aku bicara, benda hitam kecil itu sudah dimasukkan ke vaginaku.
“Manisnya… aahh… hhmmphh..” Kak Leny menciumiku, benda kecil hitam itu di obok-obok ke vaginaku, membuatku menggelinjang keenakan. hingga..
Plok.. Plok.. Plok –suara tepukan tangan seseorang membuatku kaget, di balik rak buku itu, kak Ryan menatap kami dengan menyeringai. Ti..tidak mungkin, kataku dalam hati.
Kak Ryan memegangi handycam di tangannya sambil menyorotku, penis di balik celananya sudah mengeras. “Ya ampun, Leny… loe dapet kucing cantik, ya? Bagi-bagi lah..” kata kak Ryan sambil menarik puting dadaku, dan meremas payudaraku dengan semangat.
“Astaga, nenen yang gede… vagina yang perawan..” kak Ryan menjilat bibirnya seperti kelaparan. Aku makin ketakutan.
Kak Ryan meletakkan handycamnya di salah satu rak dengan lensa yang yang menyoroti ke arah kami. Dia ingin merekam semua adegan ini, aku menggigil ketakutan.
Kak Ryan lalu cepat-cepat melucuti celananya, dan penisnya sudah berdiri mengacung dengan keras. Aku ketakutan, aku berusaha kabur, tetapi dengan sigap kak Ryan menangkap pinggulku dan membantingku dengan pelan ke lantai.
“Tidak!! Gak mau!… jangan kak.. jangan!!” kak Ryan menindihiku sedangkan kak Leny memegangi tanganku biar tidak berontak.
“Anak cantik.. kucing manis…” Bisik kak Leny di telingaku, mulutku di tutup oleh tangan kak Leny agar aku tidak bersuara.
Aku menatap horror penis kak Ryan yang di tepuk-tepukannya di dadaku.
“Ohhh.. nenen nya gede… oohhh.. enaakk.. Hsss…” kak Ryan menjepit penisnya di belahan dadaku, aku merasakan kedua putingku saling bergesekan dengan kulit penis kak Ryan. Aku menangis ketakutan.
“Hmmphhh… nngghhh… mhhhpphh…” Aku berusaha teriak, tetapi mulutku terus ditutup.
Kak Ryan mengerjap-ngerjap keenakan.“Ohhh… nenen… ohh… enak banget.. anjing enak banget…ohh..” Kak Ryan terus menggenjot dadaku kemudian menghentikannya ketika dirasa penisnya berdenyut.
Kak Ryan tersenyum, sambil mengelus-elus penisnya pelan, kemudian mulutku di buka secara paksa, sebelum bisa teriak, mulutku di sodok dengan penis kak Ryan.
“Ohhhkkk… hhooookkk… hhpppphh…” Aku tersedak dengan benda panjang besar itu, rasanya tidak enak, sangat tidakenak.
Air mataku terus mengalir karena ketakutan. Kak Leny tertawa seram sambil menghisap putingku, menghisapnya lagi, dan menggigitnya.
“Air susunya tidak keluar…” Kata kak Leny sambil menyeringai.
Kemudian menghisapnya lagi sekuat-kuatnya dan melepaskannya dengan suara decakan keras. Air liurnya menetes di ujung putingku. Dijilatnya lagi, kemudian karena gemas, dadaku di tampar. Rasanya sungguh sakit, dadaku ditampar berkali-kali, bergoyang ke kiri dan kekanan, sedangkan mulutku terus disodok oleh penis yang besar.
“Hhook… oohhhkkk… ngghhh…” Tenggorokan ku rasanya seperti dimasukan rudal besar, kak Ryan menyodok-nyodok tanpa henti, sampai aku bisa merasakan dua buah biji penisnya menyentuh bibir bawahku.
“OOhh.. enaak banget.. aahhhkk… penisku dihisap… oohhh…” kak Ryan selalu meracau tidak jelas. Hingga aku bisa merasakan denyutan penis kak Ryan.
“Ohhh.. gue mau nge-crot… oohhh… penisku mau nge-crot… aahhkk.. makan nih penis… Ahhhhkkk!!”
Croot…croot..crooot –kak Ryan mengejang hebat sambil membenamkan dalam-dalam penisnya di mulutku, aku ingin muntah ketika cairan putih itu menyebur ke seluruh mulutku hingga menetes keluar dari bibirku. Mataku berair menahan gejolak mualku.
Kak Ryan melepaskan penisnya dengan cepat, dan aku harus tergolek lemas di lantai, kak Leny tersenyum lalu menjilat mulutku yang penuh dengan sperma kak Ryan.
“Hmmphh.. enak…hmmphh.. sperma kamu enak Ryan..” kata kak Leny menjilat seluruh rongga mulutku.
Kak Ryan mulai memijat-mijat vaginaku. “Ahhh.. vagina yang cantik…” Kata kak Ryan sambil menjilat daging kecil vaginaku dan menggigitnya dengan gemas. Aku terkesiap.
“Ahhkk.. jangan.. ahhkkk..!!” Aku merasa takut dan enak disaat bersamaan.
Melihat aku mulai berontak, kak Leny memegangi erat tanganku lagi.
Kak Ryan mengelus-elus penisnya yang sudah tegang kembali, kemudian menepuk-nepuk vaginaku dengan penisnya. Aku ketakutan setengah mati. Tanpa sadar aku menendang perut kak Ryan dan berlari kabur.
“Sialan! Kejar Len!” kak Ryan meraung marah. Dengan sigap kak Leny berlari mengejarku. Ketika aku hampir menggapai kenop pintu, lagi-lagi aku tertangkap kak Ryan.
“Tidaakk! Lepaskan aku!!” Aku berontak, aku menendang dan memukul apa saja. Kak Ryan menyeretku ke pojok ruangan dan membantingku ke dinding.
Aku menangis meraung. kak Leny menamparku wajahku. “Dasar anjing!” katanya geram.
Kak Ryan menyeringai, dan menjambak rambutku, “Denger ya, loe gak bakal selamat karena udah bikin gue kesal.” Dengan marah, kak Ryan membalikkan badanku ke dinding dan menyodok lubang vaginaku dari belakang.
“AAhhhhKKK!! Sakiitt!! Ahhhkkk!!” aku berusaha berontak lagi, tapi kak Ryan menahan tanganku ke dinding dan memasukkan kepala penisnya ke lubang vaginaku dengan perlahan. Darah langsung keluar dari vaginaku.
Kak Ryan mula-mula memasukkan dan mengeluarkan penisnya dengan pelan. Masukan lagi dan tarik lagi. Penis kak Ryan menyodok vaginaku yang basah oleh lender dan darah.
“Ahhhkk sakit kak!” aku menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhku, rasanya seperti disobek dengan paksa. Sedangkan kak Ryan mulai menggenjot vaginaku dengan paksa.
“Aahh.. enak… rasain nih penis.. aahh.. sial… sempit banget… oohhhh…Hss.. aahh.. vagina perawan enak.. ohhh.. vagina… oohh… dasar vagina anjing.. oohhh…” kak Ryan ngentotin vaginaku dengan cepat, sedangkan kak Leny duduk di meja sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
“Jangan kak! Jangan ngentotin aku kak!! Sakit.. ahhkk.. .. ahhkk!” Aku berteriak, kakiku tidak sanggup berdiri. Kak Ryan langsung membalikkan badanku, kini kami saling berhadapan, kakiku kananku diangkatnya dan ditaruh ke bahunya yang lebar.
Kemudian, kak Ryan mulai menggenjot lubang vaginaku lagi. Darah menetes ke lantai dan di pahaku, tetapi tidak dipedulikan kak Ryan. Cowok itu asyik menghisap puting dan menyodok vaginaku.
“Ohhh.. enak banget nenen… oohh… penisku dijepit vagina… Hsss… Hss..enak banget… aku sodok.. aku perkosa kamu…ohhhh..” Kak Ryan mendengus keenakan. Penisnya dibenamkan dalam-dalam ke vaginaku hingga aku bisa merasakan penisnya mendorong hingga mentok di dalam vaginaku.
Sodokan kak Ryan makin lama makin cepat, dia mulai berteriak tidak karuan, “Ahhhkk,,, vagina… oohhkk vagina..!!”
“Ngghh… aahhhkk.. sakit kak! Uhhhkk..” Aku menahan tangis. Vaginaku rasanya sakit sekali, sedangkan dadaku di remas-remas tanpa ampun oleh kak Ryan.
“Aku mau nge-crot.. aahkk.. sedikit lagi.. ohhhkk… penisku mau nge-crot.. aahhkk… enak banget ngentotin vagina anjing kayak kamu.. ohhh..” kak Ryan memejamkan mata keenakan, merasakan penisnya yang diremas-remas vaginaku.
“Ohhh.. gue hamilin lo, njing! Oohhkk.. gue hamilin loe! Ahhhkkkk!!”
Crot..croot..croot.. Kak Ryan bergetar ketika menyemprotkan spermanya di vaginaku dan aku bisa merasakan cairan hangat yang melumer di dalam perutku.
Aku terjatuh ke lantai, cairan putih keluar perlahan dari lubang vaginaku. Kak Leny tersenyum menyeringai sedangkan kak Ryan mengelus-elus rambut hitamku,
“Anak manis..” katanya sambil terengah-engah dan kemudian mengecup pipiku dengan lembut.
Aku tidak dapat mengingat apa-apa, tiba-tiba semua menjadi gelap. Apa aku pingsan? Entahlah, aku tidak peduli, yang penting aku tidak mau mengingat apa yang terjadi. Mungkin lain kali, aku tidak akan berani mengintip orang yang berbuat mesum. Aku kapok, sungguh!
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,