fantasiku.com – Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu Petualanganku baru saja terjadi, kisah ini merupakan kisah yang sangat tak terlupakan dan dasyat. Mengapa?? Karenan baru kali ini , aku melakukan hubungan intim dengan Tante Ayu.
Awal mulanya sangat risih , tetapi untuk berkelanjutan ternyata bikin asyik aja dan yang utama bikin nagih. Karena dengan pengalaman Tante Ayu yang memperlakukan aku seperti ini. Aku bagaikan raja di depan nya , saat di ranjang aku di perlakukan sangat istimewa dan panaaas . . . .
Tante ayu adalah wanita janda yang sudah di tinggal mati oleh suaaminya dan sekarang usia Tante Ayu menginjak umur 35 tahun dan masih terlihat masih muda. Tante Ayu sudah di karuniai anak, yang sekarang anak nya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Aku dan Tante Ayu sangat akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama. Perkenalanku dengan Tante Ayu, adalah saat kunjungannya ke Bogor, karena sebenarnya dia berasal dari Malang. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh Roni, dan katanya ada Tantenya yang datang ke Bogor bersama anaknya.
Roni berjanji untuk bertemu Tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Bogor. Setelah menunggu selama hampir satu jam, akhirnya kami bertemu dengan Tantenya. Pertama kali melihat Tantenya, pandangan ku seperti tidak bisa ketempat lain lagi. Aku begitu tergoda saat melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan seksi.
Mukanya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang ikal terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang. Serta tubuhnya yang langsing, pinggul yang ramping, dan ukuran tubuh yang lumayan tinggi, mungkin sekitar 165cm.
Dadanya yang semok, besar dan kencang padat , mungkin sekitar 35D, ditambah lagi dengan memakai baju hijau transparan ketat dengan kancing bagian atas yg dibuka, sampai payudaranya yang lumayan besar itu terlihat begitu indah dan montok. Tampak nongol, seperti mau keluar dari baju yang di kenakannya .
Bokong yg bulat dan semok itu, terlihat begitu padat. Terasa dedekku bahkan sempat menegang dan mendesak, karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya. Dengan cara jalannya yang terlihat seperti di model pragawati.
Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu. Dan betapa nafsu birahi ku mau meldak, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas payudaranya dan bokongnya yang semok itu. Tangan ku sudah pingin mencaabik-cabiknya, tapi aku mencoba menahannya.
Setelah itu kami berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami mengobrol dan menjadi dekat, karena Tante Ayu orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa enak dan akrab.
Setelah makan, kami diantar pulang ke kontrakan oleh Tante Ayu. Sayang sekali aku tidak menanyakan no teleponnya. Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena Tante Ayu sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk merasakan tubuhnya.
Tante Ayu sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi Tante Ayu lebih sering menghubingi aku. Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.
Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan Tante Ayu. Dan Tante Ayu mengajaku untuk menginap ditempatnya, awalnya aku menolak. Tetapi Tante Ayu tetap memaksa seperti anak yang manja.
Akhirnya aku terima ajakannya, aku hanya pura-pura menolak. Tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya.hehehe. . . Pada malam itu, aku dan Tante Ayu bersantai di lantai teras rumahnya di lantai atas. Angin malam yang dingin, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebih enjoy.
Saat itu anak sudah tidur, Karena aku dan Tante Ayu sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang genit mengarah ke yang panas-panas.
“Tante Ayu kesepian gak??
Kalau bobok, bobok sendirian ya Tante. . . hehe..”,
candaku pada Tante Ayu.
Sebelumnya Tante Ayu tampak diam dan membisu, hanya tertawa kecil. Tapi akhirnya,
“Nakal juga kamu ya..”.
“Emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “,
celotehnya sedikit tersenyum kecil.
“Hehehe.. kalau boleh aku mau menghibur Tante..”, candaku lagi.
“Hahahaaha.. emangnya kamu bisa ?? Belum ada pengalaman, trus ntar malah Tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.
“Tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.
“Di dalam aja..di luar tambah dingin aja ..”, ajaknya dan mengubah topik.
Setelah itu kami pun masuk kedalam dan Tante Ayu memintaku mengunci pintu. Setelah selesai menguncinya, ternyata Tante Ayu masih berdiri di sana.
Kami bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang aneh-aneh. Benar saja, tiba-tiba Tante Ayu memegang kedua tanganku dan dengan senyuman genit menarikku ke sebuah kamar.
Kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya. Aku didorong ke ranjang, dan tergeletak diatas ranjang yang empuk itu. Tante Ayu langsung saja menghampiriku, dan duduk diatas pahaku. Kedua tangannya memegang erat rambut belakangku.
Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu birahi yang sangat besar.
“Tunjukin ke Tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”,
Setelah itu langsung saja Tante Ayu mencium bibirku dengan liar. Tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku.
Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku. Aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga, ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu birahi Tante Ayu ternyata besar sekali.
Terlihat dari caranya, bagaimana Tante Ayu ingin melumat lidahku. Saat lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat.
Kami seperti sedang bermain silat dengan lidah didalam mulut kami. Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh Tante Ayu sampai puas. Kulampiaskan semua birahiku yang tertahan selama ini pada Tante Ayu.
“Mhhhh. . .emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.
Saat sekali-sekali Tante Ayu mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga saat Tante Ayu mengigit bibir atasku.
Maka aku menggigit bibir bawahnya dan kupegang kedua pahanya. Kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua bokongnya yang padat itu.
“ahhh….argggh. . .”, desahan kecil.
Tanganku memeluk erat-erat pada pinggulnya yang ramping itu, sampai payudaranya itu terjepit diantara tubuh kami.
Karena aku ingin merasakan payudaranya melekat didadaku. Begitu besar, sangat empuk, dan dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.
Tanganku tetap memegang bokongnya , kumasukkan tanganku kedalam celana, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat. Lalu kuelus-elus dan kuraba-raba,
“Aaahh..Ouuuhhh. .. .. . .”, suara itu yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.
Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan bokongnya dan dapat kurasakan hangat disekitar lubang anusnya. Aku bermain dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik lubang anus tante Ayu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian.
Tangan kanannya memegang kuat-kuat pergelangan tangan ku untuk menahan rasa geli. Jariku dapat merasakan bagaimana lubang anusnya mengejang kegelian. Setelah cukup lama kami berciuman, Tante Ayu melepaskan bibirku.
Kemudian Tante Ayu berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan saat Tante Ayu mengangkat kedua tangannya, payudaranya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang.
Aahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.
Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku. Sampai kami benar-benar telanjang bulat, dan aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya.
Tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar vagina Tante Ayu itu telah dicukur habis, membuat vagina nya terlihat lebih bersih dan lebih segar di pandang.
Dan dedek ku sudah mencapai tegangan 90 volt. “Dicukur Tante..?”, tanyaku,
Tante Ayu hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa. Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami.
Dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air. Ludah kenikmatan bersama-sama Tante Ayu, tiba-tiba Tante Ayu menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku. Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal,
Tante Ayu mengeluarkan air ludah itu. Membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya. Dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih licin.
Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya,lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat Tante Ayu.
sedikit menjongkok badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh Tante Ayu sedikit kebelakang dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya.
“Gede banget Tante..”, kataku spontan,
Aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tersenyum gembira. Kubaringkan badanya ke ranjang dan Tante Ayu dibawah dan aku diatas menindihnya.
Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting payudaranya.
“aaahh..Uhhhh, , ,Arggh. . . “, desahnya..
Kubuka mulutku selebar-lebarnya
dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” payudaranya.
Aku ingin “menelan” semua payudaranya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.
“Oh , , , , ssshhh..aahhh..aah..aah..”,
desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu. Setelah puas dengan payudaranya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya. Kedua tanganku tetap memegangi payudaranya dan tangan Tante Ayu tetap memegang kepalaku.
Dengan mengikuti kemana kepalaku bergerak. Akhirnya aku sampai di depan vaginanya, yang ternyata sudah basah. Aku mencium bau harum dan lembut dari vaginanya dan disekitar pangkal pahanya.
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil itilnya nya. Aku memainkan lidahku dengan cepat di anusnya, naik-turun dari pantat ke itilnya, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.
“aaaaaaaaahhhh………..Ouuuh. . . . . .”,
suara desahannya yang pelan, dan semakin kuat Tante Ayu mengoyak rambutku. ku sedot-sedot vaginanya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis.
Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat bokongnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya.
Selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi bokongnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang bokongnya, menarik ke samping-samping,.
Sehingga lubang vagina dan lubang anusnya dapat terlihat sangat jelas. Sambil tangan ku memegang perutnya dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah.
Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam vaginanya. Kedua jariku berulah, ku gerakkan kiri-kanan, dan keluar masuk di lubang vaginanya.
“Ouuuh. . .aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. Ennaaaakkk…”,
seraya Tante Ayu sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat menggerayangi vaginanya.
“…. Terussss…. aaaahh…uuuuh. . . .. ”
Setelah cukup lama aku bermain-main dengan vaginanya, akhirnya tubuh Tante Ayu seperti kejet-kejet dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat.
Sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.
“Aaaarrrgggh.. Aaaaaaaaaaaaaaaaahh..”, kata Tante Ayu.
Sembari tubuhnya mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam vaginanya telah membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya. Aku tak tahu cairan apa itu, baunya sangat membuatku sangat bergairah sekali.
“Haah.. hah.. hah..hah..”, suaranya kecapekan,
disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas. Tangannya pun jatuh terkulai di ranjang, Tante Ayu terlihat sangat lemas.
“Jilatin Sayaaang… jilatin yaa.. sampe bersih…”, kata Tante Ayu.
Semula aku gak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja Tante Ayu, akhirnya kulakukan juga. Padahal dedek ku saja belum kumasukan kedalam vaginanya. Tapi Tante Ayu sudah kecapekan dan aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti ini.
Tanganku sudah capek, tapi nafsu dan birahiku masih besar. Karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.
“Oh. . . .huhh.. Sayaaang.. gerakan tanganmu bener-bener kreatif.”, katanya terengah-engah.
“Sini Sayaang..”,
panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke wajahnya.
Dengan begitu aku menopang tubuhnya, payudaranya yang besar itu menindih tubuhku.Dan kubiarkan juga dedekku terjepit diantara tubuh kami.
Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafas birahi yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga mengangkat dan melipat di pinggangku.
Tanganku memegang pinggulnya, menjelajah dari atas ke bawah kemudian satunya lagi mengelus-elus rambutnya yang panjang ikal yang terberai.
Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat dan dengan sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat dedekku yang masih tegang itu mengesek-gesek vagina nya, sengaja elus-elus payudaranya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.
“SAyaaang, Tante suka banget cara lu mainkan vagina Tante..”, kata Tante Ayu memujiku. ”
Jadi gimana.. Tante puas gak..”, tanyaku.
“Puas banget.. baru begini aja Tante uda kecapekan..”,
katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.
“Tapi tenang aja.. Tante masih kuat kok..”, lanjutnya menggoda.
Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya. Pertanda mulainya babak kedua.
“hhmm… hmm.. hemmm…”,
desahannya menjukkan bahwa Tante Ayu masih bernafsu.
Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku. Tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat. Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina Tante Ayu sudah kembali.
Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami. Tante Ayu mendorong tubuhku kesamping, dan kami pun berubah posisi. Aku dibawah dan Tante Ayu diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan Tante Ayu menegakkan tubuhnya.
Tante Ayu pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku, perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri.
Air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi dedekku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku. Dengan senyuman dan tatapan mata genit, Tante Ayu memundurkan tubuhnya lalu membungkuk sambil memegang dedekku.
Tante Ayu menumpahkan sisa air ludah itu ke dedekku.
“DAsyaat. . . lumayan juga punya kamu yaa… sayang”, katanya dengan bernafsu.
Sambil memegang erat dedekku.
“Tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran Tante buat kamu ya Sayang. .
Setelah itu, Tante Ayu mulai mengecup kepala dedekku dan tangan yang satunya memegangi memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah zakarku.
“Aaah..uuuh. . . .”,
kataku karena rasa nyeri di buah zakarku.
Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar tanpa banyak bicara lagi, Tante Ayu dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai ke ujung dedekku.
Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati. Bagaimana Tante Ayu menjilati dedekku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung dedekku, rasanya geli sekali.
Dikulum-kulumnya dedekku, dijilatnya seperti sedang menjilati batang eskrim conello kenikmatan yang tidak akan pernah habis.
Sekarang giliran buah zakarku ikut di sedoot- sedot nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-bulu jembutku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali zakarku seperti sedang dikunyah oleh Tante Ayu.
“aaarrghh..”, teriakku kecil, menahan sakit.
Dedekku sudah basah sekali oleh air ludah Tante Ayu, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Dedekku terasa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya.
Sesekali kepala dedekku ditarik dengan kuat oleh gigitannya.
Geli sekali. . . . ,cukup lama Tante Ayu bermain-main dengan dedekku, hampir setengah jam dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.
“Aaaaarrrgh.. Tanteeeee Ayuuuuuu . . . . .”, teriakku panjang.
Mendengar seperti itu, Tante Ayu makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya. Akhirnya ,
“Crroooottt.. Crroooottt.. Jroooot . . .”
keluar juga spermaku. Tante Ayu tidak mengeluarkan dedekku dari mulutnya, dengan nafsu Tante Ayu menjilati semua pejuhku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar.
Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan dedekku masih disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai Tante Ayu terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.
“Aaarrhh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata Tante Ayu.
“HEHEHEHE.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira,
sambil menindih tubuhku. Kami berpelukan diranjang, meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan Tante Ayu mengelus-elus perut dan dadaku.
Kami bertatapan dan memuji.
“EEnak sekali Tante.. Tante jago banget..”, kataku.
Menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang Tante cantik.
“Kamu juga hebat.. Tante suka sama kamu sayaang.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.
Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat Tante Ayu, tampaknya juga dalam keadaan yang sama denganku. Tak banyak bicara, Tante Ayu mengecup bibirku.
” Yukk Kita bobo dulu aja ya .. Tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.
“Yes Tante.. aku juga capek banget.. Tante emang Dasyat..”, ucapku.
Tampak Tante Ayu tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenarnya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan.
Aku juga tidak mau memaksa Tante Ayu yang sudah sangat kecapekan. Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, menghangatkan.
Kupeluk erat-erat tubuh Tante Ayu seperti sedang memeluk bantal. Aku masih ingin merasakan payudara nya yang besar itu. Dengan pahanya Tante Ayu mengelus-elus pahaku.
Aku merasa senang sekali meskipun aku belom puas malam ini. fantasiku.com
Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu, Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu,
The post Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ayu appeared first on fantasiku.com .