Faried seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan pelbagai nuansa: terkadang paling melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu.
Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama sejumlah tahun Faried telah tidak sedikit menemui kejadian yang menegaskan gejala itu. Suatu ketika, ia mengembalikan isi kantong seorang ibu yang ketinggalan di taksinya. Sesungguhnya, ia tidak menginginkan keuntungan apa-apa dari situ, karena baginya kejujuran dan kepolosan telah menjadi unsur integral dari jiwa, tubuh dan segenap kegiatan kesehariannya.
Hari tersebut Faried pulang menjalani rutinitasnya laksana biasa. Bagi yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, sebab setiap petang tiba, ia menjemput Ayu (25 tahun), figur sentral berikutnya, yang ialah seorang perempuan panggilan ‘kelas atas’ yang bermukim di sebuah lokasi tinggal mewah di suatu kompleks pemukiman real estate, untuk lantas membawanya ke sebuah tempat, di mana saja, yang sudah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu. Ayu sudah mencarter taksi Faried sekitar enam bulan.
Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Faried menjemputnya di lokasi tinggal tersebut, membawanya ke lokasi yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk perempuan itu, kemudian mengantarnya kembali kembali setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula. Ayu membayar lumayan mahal guna tugas itu dan Faried menerima tersebut sebagai unsur tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya.
Ia tidak memandang tersebut sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayu. Ini unsur dari tugas, demikian ia mencari dalil pembenarannya. photomemek.com Faried tidak jarang kali memandang persetan dengan seluruh anggapan sinis mengenai dirinya. Baginya, ia tetap mempunyai hak guna menilai sikap dan mengerjakan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Prinsip simpel memang namun logis. Sudah empat bulan lamanya Faried mengerjakan ‘tugas rutin’ itu.
Ia sudah berjuang menghilangkan beban psikologis apa pun tergolong perasaan cinta. Terus cerah sebagai seorang pria, Faried memang tidak bisa mengingkari kata hati bahwa Ayu memang cantik dan diam-diam ia sudah jatuh cinta pada pandangan kesatu. Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Ayu tampil memukau mata setiap lelaki yang melihatnya, tergolong dirinya. Sebagai pria bujangan dan normal, Faried tidak bisa menepis getar-getar mengherankan saat wangi parfum Ayu yang khas menyerbu hidung saat ia masuk ke taksinya.
Tapi ia berjuang menekan perasaan tersebut sekuat-kuatnya. Terlebih, saat muncul rasa cemburu, ketika Ayu tampak digandeng oom-oom kaya yang lebih layak menjadi ayahnya. Faried mesti menanam diri pada posisi yang benar: ia ialah pelanggan dan saya melulu supir taksi. Maka ia mematuhi ‘rambu-rambu’ tersebut secara konsisten.
Terlebih secara jasmani dan keuangan ia kalah jauh dibanding Ayu, mana barangkali wanita gedongan dan telah terbiasa merasakan kemewahan laksana Ayu inginkan dengan sopir taksi kurang mampu dengan tampang ndeso laksana dirinya, bukankah itu laksana pungguk memimpikan bulan? Faried lumayan tahu diri tentang hal ini.
Percakapan mereka pun, baik saat pergi maupun pulang, biasa-biasa saja. Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun dilangsungkan hangat. Ayu mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir. Ia ternyata produk family broken home.
Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bareng pria lain sampai-sampai ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul. Ia tidak tahan dan prihatin dengan situasi seperti tersebut sehingga menyimpulkan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya juga tidak selesai. Awalnya ia bermukim di lokasi tinggal seorang famili jauhnya dan mulai menggali pekerjaan supaya dapat mandiri.
“Saya mesti terus hidup dan berjuang”, kata Ayu memutuskan hati.
“Omong-omong…Abang telah punya pacar atau udah berkeluarga?” tanyanya tiba-tiba.
Kontan Faried gelagapan dan agak kehilangan fokus mengemudi.
“Saya sih udah cerai Mbak” ia membalas tersipu, “ya masa-masa masih di dusun dulu sampai kini yah ginilah, masih sendiri”.
Faried tidak dapat menolak lagi anjuran wanita itu, justeru hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Ayu membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi tersebut masuk. Faried langsung menikmati kehangatan begitu menginjak rumah itu. Ayu memang pandai mengatur interior ruangan sampai-sampai kelihatan unik dan nyaman.
Ada sejumlah majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Faried juga membuka-buka suatu majalah sambil menantikan Ayu membuatkan minum. Di suatu sudut ruangan nampak suatu koper besar dan suatu yang kecil, Ayu memang telah berlalu mengepak dagangan yang bakal dibawa sehingga kelak tinggal dibawa ke mobil.
“Silakan Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Ayu telah berada di depannya dan menempatkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.
Badannya agak membungkuk, sampai-sampai sopir taksi itu dapat melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibungkus bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.
Di ruang tamu, Faried mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam terdapat kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Ayu terbit dari kamarnya, sekarang ia sudah menggunakan kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya menunjukkan pahanya yang indah.
“Ayo sini Bang!” ajak Ayu seraya menggandeng tangan Faried.
“Tapi Mbak…mau apa?” Faried gugup dengan anjuran wanita tersebut.
Ia menurut keterangan dari saja meski merasa canggung sebab baru pernah seorang perempuan mengajaknya masuk ke kamarnya laksana ini.
“Eeennggg….kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil memblokir kegugupan, “kita inginkan apa Mbak?”.
Ayu melulu menjawab terima kasih, dia terus membimbing Faried sampai memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia menyaksikan air kran masih mengucur deras nyaris memenuhi setengah dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera mengisi paru-paru lelaki itu.
“Bang…makasih ya atas bantuannya sekitar ini” kata Ayu kemudian tiba-tiba merangkul seraya mendorong Faried ke belakang sampai-sampai tubuh pria tersebut terhimpit ke tembok, tangannya kemudian meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang laksana abang jaman kini ini, lagipula di dunia saya”.
“Eeee…apaan nih Mbak?” Faried mengupayakan menghindar antara inginkan dan tidak.
“Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang…sekaligus terima kasih untuk membalikkan lipstik saya itu” habis berbicara Ayu lalu menghirup Faried dengan bernafsu sekali seraya tangannya meremas-remas selangkangan lelaki itu.
Iman Faried juga dengan cepat runtuh. Ia juga membalasa menghirup dan memagut bibir estetis Ayu seraya tangannya meremas lembut pantatnya. Ayu mulai mencungkil satu persatu kancing seragam sopir Faried. Belaian tangan lembut wanita tersebut pada dadanya sungguh membangunkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa kian keras sampai-sampai celana panjangnya terasa semakin sesak.
Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Ayu. Wanita tersebut melenguh dan semakin buas dengan permainan “french kiss” nya. fantasiku.com Sebentar saja seragam sopir tersebut sudah lepas dan jatuh ke lantai. Ayu melanjutkan dengan membuka celana panjang lelaki itu. Faried juga mulai mencungkil tali pinggang yang membungkus kimono Ayu. Payudaranya yang telah membusung dengan putingnya yang tegak sudah membayang di balik kimononya, tampak jelas ia telah tidak menggunakan bra lagi.
Ayu meraba dan meremas lembut batang kemaluan Faried yang masih dibungkus celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi.
Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Ayu, wanita tersebut lalu meloloskan tangannya sampai-sampai kimono tersebut segera jatuh ke lantai. Betapa estetis tubuh di baliknya yang telah tidak menggunakan apa-apa lagi, kulitnya putih mulus dan begitu terawat.
Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dipotong rapi, tidak terlampau lebat, tapi pun tidak terlampau tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut. Telanjang telah wanita cantik tersebut di depan Faried yang sekitar ini memenuhi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan sudah menegang seolah menantang guna mengulumnya. Perlahan, Faried mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya.
Ia memainkan lidahnya sampai ke putingnya. Ayu juga mendesis ketika lidah pria tersebut menyentil dan mengitari putingnya, sedangkan tangan kiri pria tersebut meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Ayu mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Faried dan menurunkannya dengan cepat sampai terlepas ke lantai. Dengan buas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang sudah ereksi maksimal itu.
“Yuk…kita seraya berendam aja!” Ayu “menuntun” penis Faried mengarah ke bathtub.
Faried hanya dapat pasrah tidak dapat berkata-kata merasakan pelayanan Ayu. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayu dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya salah satu busa-busa sabun dan air hangat. Wanita duduk salah satu dua kakinya seraya masih terus mengurut dan mengocok penisku. Faried memejamkan mata merasakan setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan masing-masing gerakan lembut tangan Ayu bertindak naik turun.
“Eeemmmhhh…enak Mbak…!” erang Faried.
Entah berapa lama ia merasakan permainan tangan Ayu. Lalu ia unik bahu wanita tersebut dan mengembalikan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Ayu dari belakang. Kini gilirannya guna memberikan kesenangan buat perempuan itu. Tangannya memainkan payudaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya pun tidak bermukim diam, memainkan paha, lipat paha dan wilayah gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Faried menciumi dan menjilati wilayah di belakang daun telinga Ayu dan selama tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora perempuan itu.
“Oohhhhhh….Bang, enak Bang…terushhh…saya milikmu malam ini!” desah Ayu
Faried sedang menciumi leher Ayu, tangannya meremas lembut payudara montok itu. Ayu yang telah sangat kawakan dalam urusan ini, enggan kalah. Ia mengocok pelan penis Faried. Sopir bertampang ndeso tersebut pun semakin ganas karena terangsang, ia memutar wajah wanita tersebut ke belakang kemudian bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah dua-duanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur
Akhirnya sesudah seperempat jam, mereka juga menyudahi pemanasan yang sarat gairah tersebut karena kulit mereka mulai keriput diakibatkan oleh terlampau lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Ayu menciumi wajah ndeso tersebut dengan sarat kelembutan dan akhirnya dua-duanya melakukan “french kiss” lagi dengan posisi saling mendekap. Setelah puas mengerjakan “french kiss”, Ayu berdiri dan memutar kran shower guna membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, dua-duanya kembali berdekapan dan mengerjakan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling membelai dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing.
Rupanya Ayu telah birahi tinggi. Ia mendongkrak satu kakinya ke pinggir bathtub dan membimbing penis Faried ke arah gerbang kewanitaannya.
“Saya udah kepengen banget Bang, mari setubuhi saya…buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.
Faried membantunya seraya tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Ayu. Pelan.. lembut.. perlahan.. seraya terus mengulum bibir merahnya. Ayu memeluk si sopir taksi seraya mendesis di sela-sela ciuman mereka
Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Faried, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina perempuan itu.
Ayu memejamkan matanya seraya terus mendesis dan melenguh. Ia mendekap pria tersebut semakin kencang. Faried melayangkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Ayu menolong dengan putaran pinggulnya, menciptakan batang kemaluan Faried laksana disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower meningkatkan erotis keadaan dan nikmatnya sensasi yang mereka alami.
Faried menikmati lubang kemaluan Ayu semakin licin dan semakin gampang baginya untuk mengerjakan tusukan-tusukan kesenangan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama mengerjakan posisi ini, Ayu unik pantatnya sampai-sampai batang kemaluan pria tersebut terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia mengembalikan badannya dan agak membungkuk, menyangga tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia hendak merasakan posisi “rear entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu telah membuka, menantang, dan tampak licin basah. Perlahan Faried memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Ayu.
“Aaaahh….yahhh!” desis Ayu dengan tubuh mengejang.
Faried mulai melayangkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Ayu. Ayu merapatkan kedua kakinya sampai-sampai batang kemaluan pria tersebut semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Faried merasakan kesenangan yang spektakuler dan sensasi yang sulit dilukiskan dengan ucapan-ucapan setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Ayu bergantian dengan remasan-remasan pada payudaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di wilayah sekitar tengkuk dan pundak perempuan itu.
Setelah lumayan lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Ayu meminta berhenti kemudian membalik badannya dari posisi “rear entry” ke posisi berhadapan.
“Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, barangkali ini kesatu dan terakhir kalinya bikin kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.
Habis berbicara Ayu langsung menghirup Faried dengan ganasnya sambil memegang erat erat punggung lelaki itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. Faried mengusung kaki kiri wanita tersebut dan menunjukkan penisnya ke liang kemaluannya. Dengan sekali dorong penis tersebut pun kembali menginjak liang kewanitaan Ayu yang sudah paling berlendir itu. Setelah penisnya masuk, Faried juga menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower dampak dilanda nikmat yang luar biasa.
“Aaaarrgghh….entot memekku, Bang…, yah…gituuuuuhh…yang keras, yang keras….oohhhh, kontol Abang enak bangettthhh!” ceracau Ayu tidak karuan.
Faried juga jadi merasa paling perkasa dan semakin bergairah sebab merasa sukses membuat wanita tersebut keenakan. Maka ia semakin powerful menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Ayu. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Ayu menikmati klimaksnya sudah paling dekat.
“Saya keluaarr Bang..! Aaagghh..!” serunya sambil mendekap Faried erat-erat.
Ayu menikmati liang kemaluannya berdenyut-denyut laksana menghisap-hisap kemaluan Faried. Pria tersebut juga menikmati tubuh Ayu yang menjadi lemas setelah merasakan wanita orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menahan tubuhnya. Mulutnya menghisap-hisap puting payudaranya, kiri-kanan seraya lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya.
Ayu laksana orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia melulu ber-ah-uh saja seraya sesekali menciumi bibir tebal Faried. Setelah sejumlah saat, seketika dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,
“Aaagghh..! Ooohh Bang…saya keluaarr lagii..!”
Ayu engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Ayu menciumi pria tersebut dengan ganasnya sebagai ekspresi kesenangan orgasme yang diraihnya.
“Mbak..tahan yah.. saya pun mau terbit sedikit lagi..” kata Faried seraya memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Ayu.
Ayu hanya dapat pasrah. Akhirnya, Faried pun menikmati sebuah gelombang besar yang menggali jalan keluar. Ia mengupayakan untuk menahannya sekitar mungkin, namun gelombang tersebut semakin besar dan semakin kuat, maka ia menata pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang kokoh memeluk erat tubuh Ayu.
“Aaahhh…saya terbit Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme
Faried merasakan kesenangan yang spektakuler menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu. Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup, bahkan dengan mantan istrinya di dusun yang lugu dan gagap seks. Ayu menjerit kecil menikmati semburan hangat mengisi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa.
“Fantastis…beneran nih Abang hanya pernah main sama mantan istri Abang dulu?” Ayu separuh tak percaya.
“Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria tersebut keheranan.
“Jajan pun gak pernah?” tanya Ayu lagi seraya meraih penis Faried yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya.
Faried menggeleng, menatap wajah Ayu yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam suasana basah di bawah siraman shower.
“Saya percaya, orang laksana Abang gak terdapat bakat guna bohong” Ayu tertawa renyah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,