Aku mendapat pengalaman yang mungkin bsia dibilang kebetulan, hal ini yang membuat aku menikmati dan ingin mengulangi kembali, diumurku yang sudah berkepala 4 dan seorang wirasawasta, dimana setiap harinya aku selalu bertemu dengan ibu ibu rumah tangga, kadang pula langgananku bila bertemu denganku masih menggunakan pakaian tidurnya, yang tipis dan terawang.
Satu diantara pelangganku setiaku, sebut saja Bu Dinda, seseorang Ibu rumah-tangga berumur 40 tahunan, memohonku untuk datang ke tempatnya di satu kompleks apartemen di bilangan Jakarta Barat. Seperti umum saya datang pagi pagi pada hari yang dijanjikan. Bu Dinda yaitu pelanggan lamaku serta jalinan kami telah cukup akrab, lebih sebagai rekan serta bukanlah jalinan usaha semata.
Hari itu Bu Dinda menemuiku dengan menggunakan daster longgar berdada agak rendah, panjangnya 1/2 paha, jadi cukup pendek. Beliau yaitu seseorang wanita yang cukup cantik, berkulit putih bersih (Chinese), langsing dengan pinggul lebar, pantat yang menonjol serta dada yang tengah sedang saja. Wanita yang menarik serta begitu ramah.
Namun ini tidaklah yang pertama kalinya ia menemuiku dalam baju seperti itu, bahkan juga pernah dengan baju tidur yang begitu tidak tebal serta sexy, tak tahu berniat atau tak, yang pasti, sampai kini beliau tak pernah tunjukkan perilaku yang mengundang maupun bicara hal hal yang menjurus.
Serta akupun tak pernah berusaha untuk bertindak yang menghadap kesitu, maklum, bukanlah styleku, walau mesti kuakui kalau saya kerap menginginkan juga mengerjakannya.
Seperti umum kami duduk disofa berhadap hadapan serta mengulas usaha. Sesudah masalah usaha usai kami bercakap cakap layaknya seperti antar rekan, namun kesempatan ini pandanganku kerap tertuju kearah pahanya. Lantaran dia duduk dengan menyilangkan kaki jadi nyaris semua pahanya terpampang dengan terang dihadapanku, demikian putih serta mulus.
Bahkan juga terkadang sepintas tampak celana dalamnya yang berwarna biru muda ketika ia ganti posisi kakinya. Serta yang lebih menggoda lagi, saya bisa lihat buah dadanya yg tidak terbungkus BH bila beliau menunduk, walau tak semuanya tetapi terkadang saya bisa lihat pentilnya yang berwarna coklat tua.
Mulai sejak 4 hari saya tak lakukan jalinan seks lantaran istriku tengah haid, walau sebenarnya umumnya kami mengerjakannya nyaris sehari-hari. Karenanya saya ada dalam kondisi tegangan yang cukup tinggi.
Panorama menggoda di hadapanku bikin saya agak gelisah. Gelisah lantaran kepingin, tentu, namun gelisah terlebih lantaran kontolku yang mulai ngaceng agak terjepit serta sakit. Selain itu saya tidak mau Bu Dinda memerhatikan kondisiku.
Hal semacam ini bikin saya jadi salah tingkah, terlebih lantaran kontolku saat ini telah ngaceng penuh serta sakit lantaran terjepit. Saya menginginkan memohon diri, namun bagaimana bangun dengan kontol yang ngaceng, tentu terlihat.
Sungguh kondisi yg tidak mengenakkan. Bangun salah, dudukpun salah. Tiba tiba Bu Dinda berkata, “Pak Yan (kependekan dari Yanto, namaku), kontolnya ngaceng ya? ” Saya seperti disambar petir.
Bu Dinda yang sampai kini begitu ramah serta sopan bertanya apakah kontolku ngaceng, membuatku benar benar tergagap serta menjawab, “E.. iya nih Bu, tahu mengapa. ” Bu Dinda tersenyum sembari berkata, “Baru saksikan paha saya telah ngaceng, apa lagi bila saya kasih saksikan memek saya, dapat muncrat tuh kontol. Ngomong ngomong kontolnya engga kejepit tuh Pak? ”
Kesempatan ini saya telah siap, atau telah nekat, entahlah, yang pasti saya selekasnya berdiri serta membenarkan posisi kontolku yang dari tadi agak tertekuk serta berkata, “Mau dong Bu saksikan memeknya, entar saya kasih saksikan kontol saya dah.
” Bu Dinda juga berdiri serta mengulurkan tangannya kearah kontolku, memegangnya dari luar celana serta meremas remas kontolku, lantas berkata,
“Bener nih, namun saksikan saja ya, engga bisa pegang. ” Lalu beliau mengambil langkah mundur selangkah, buka dasternya serta lalu celana dalamnya serta berdiri dalam kondisi telanjang bulat dua langkah di hadapanku.
Lalu ia duduk kembali kesempatan ini dengan mengangkangkan kakinya lebar lebar sembari berkata, “Ayo buka celananya Pak, saya menginginkan saksikan kontol Ayah. ” Sembari buka bajuku saya memerhatikan badan Bu Dinda.
Teteknya memiliki ukuran tengah, 36 B, putih serta membulat kencang, pentilnya coklat tua serta agak panjang, mungkin saja kerap dihisap, maklum anaknya dua, fantasiku.com lantas selangkangannya, bersih tanpa ada selembar bulupun, keseluruhan dicukur botak, sungguh kesukaanku lantaran saya kurang sukai memek yang berbulu banyak, lebih sukai yang botak.
Lantas bibir memeknya juga cukup panjang berwarna coklat muda, buka perlahan-lahan tempat memerlihatkan lubang memek yang Yang paling mengagumkan adalah itilnya yang begitu besar, hampir sebesar Ibu jariku, kepala itilnya tampak merah muda menyembul separuh dari kulit yang menutupinya, seperti kontol kecil yang tidak disunat, luar biasa, belum pernah aku melihat itil sebesar itu.
Tangan Bu Dinda mengusap usap bagian luar memeknya perlahan lahan, kemudian telunjuknya masuk perlahan lahan kedalam lubang memek yang sudah merekah indah dan perlahan lahan keluar masuk seperti kontol yang keluar masuk memek. Sementara tangan yang satu lagi memegang itilnya diantara telunjuk dan ibu jari dan memilin milin itilnya dengan cepat.
Akupun tidak mau kalah dan mengusap usap kepala kontolku yang 14 cm, kemudian menggenggam batangnya dan mulai mengocok sambil terus memperhatikan Bu Dinda. Bu Dinda mulai mendesah desah dan memeknyapun mulai menimbulkan suara berdecak decak karena basah, tampak air memek yang berwarna putih susu mengalir sedikit membasahi selangkangannya. Kami onani sambil saling memperhatikan.
Sungguh tidak pernah kusangka bahwa onani bareng bareng seorang wanita rasanya begitu nikmat. Saat hampir nyemprot, aku menahan kocokanku dan menghampiri Bu Dinda yang terus menusuk nusuk memeknya dengan cepat.
Aku berjongkok dihadapannya dan lidahkupun mulai menjilati memeknya. Bu Dinda mencabut jarinya dan membiarkan aku menjilati memeknya, tangannya meremas remas kedua teteknya dengan keras.
Aku menjulurkan lidahku kedalam lubang memek yang menganga lebar dan menusuk nusukkan lidahku seperti ngentot, Bu Dinda mulai mengerang dan tak lama beliau menarik kepalaku kearah selangkangannya membuat ku sulit bernapas karena hidungku tertutup memek, kemudian terasalah memeknya berkedut kedut dan bertambah basah.
Rupanya Bu Dinda sudah memperoleh orgasme pertamanya. Tapi aku tidak puas dengan hanya menjilati lubang memeknya, sasaranku berikutnya adalah si itil besar. Mula mula kujilat jilat kepala itil yang menyembul dari kulit itu, lalu kumasukkan seluruh itilnya kemulutku dan mulailah aku menyedot nyedot sang itil.
Belum pernah aku begitu merasakan itil di dalam mulut dengan begitu jelas, dalam hatiku berpikir, “Begini rupanya ngisep ‘kontol kecil’”. Maklum itilnya benar benar seperti kontol kecil. Bu Dinda mengerang erang dan menggoyang goyangkan pinggulnya kekiri kekana sehingga aku terpaksa menahan pinggulnya dengan tanganku supaya sang itil tidak lepas dari hisapanku.
Tidak lama beliau mengeluarkan lenguhan yang keras dan memeknya pun kembali berdenyut denyut dengan keras, kali ini dengan disertai cairan putih susu yang agak banyak. Rupanya orgasme kedua telah tiba. Aku melepaskan itilnya dari mulutku dan mulai menjilati cairan memeknya sampai bersih. Sungguh nikmat rasanya. Bu Dinda tergolek dengan lemasnya seperti balon yang kurang angin.
Akupun berdiri dan mulai mengocok ngocok lagi kontolku yang sudah begitu keras dan tegang. Mata Bu Dinda mengikuti setiap gerakan tanganku mempermainkan kontolku. Saat aku hampir mencapai orgasme, kudekatkan kontolku ke mukanya dan Bu Dinda segera membuka mulutnya dan menghisap kontolku dengan lembutnya.
Aku sungguh tidak sanggup lagi bertahan karena hisapannya yang begitu nikmat, maka akupun menyemprotkan air maniku di mulutnya. Rasanya belum pernah aku menyemprot senikmat itu dan kontolku seolah olah tidak mau berhenti menyemprot. Begitu banyak semprotanku, tapi tidak tampak setetespun air mani yang keluar dari mulut Bu Dinda, semuanya ditelan habis.
Sejak itu kami selalu onani bareng kalau bertemu, dan percaya atau tidak, aku belum pernah memasukkan kontolku kedalam memeknya. Kami sudah sangat puas dengan ngocok bersama sama. Sayangnya beliau sekeluarga pindah keluar negri sehingga aku sekarang kehilangan temen ngocok bareng. Tapi kenangan itu tetap ada di hatiku.
Mungkin ada diantara ibu-ibu atau pasangan yang suka ngocok bareng denganku, silahkan kirim e-mail, pasti akan kubalas. Percayalah, lebih nikmat ngocok bareng dari pada sendiri sendiri. ENDterlihat merah muda serta berkilatan, nampaknya telah sedikit basah.
The post Cerita Sex Pelanggan Setiaku appeared first on CeritaSeksBergambar.