Cerita Sex – maudy adalah seorang cewek 20 tahunan yang bekerja di sebuah bank negeri di kota Bkl. Ia tinggal di rumah kos bersama seorang rekan wanitanya, Ita, yang juga bekerja di bank yang sama walaupun pada cabang yang berbeda. Ia memiliki tubuh yang kencang.
Wajahnya cukup manis dengan bibir yang penuh, yang selalu dipoles dengan lipstik warna terang. Tentu saja sebagai seorang teller di bank penampilannya harus selalu dijaga. Ia selalu tampil manis dan harum. Suatu hari di sore hari Maudy terkejut melihat kantornya telah gelap.
Berarti pintu telah dikunci oleh Pak Wartono dan Diman, satpam mereka. Dia tadi pergi ke WC terlebih dulu sebelum akan pulang. Mungkin mereka mengira ia sudah pulang. Baru saja ia akan menggedor pintu, biasanya para satpam duduk di pintu luar.
Ada kabar para satpam di kantor bank tersebut akan diberhentikan karena pengurangan karyawan, Maudy merasa kasihan tapi tak bisa berbuat apa-apa. Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berarti banyak juga korban PHK kali ini.
“Mau kemana Maudy?”, tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller.
Maudy terkejut, ada Wartono dan Diman. Mereka menyeringai.
“Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Maudy menyapa mereka berdua yang mendekatinya.
“Maudy, kami bakal diberhentikan besok..”, Wartono berkata.
“Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..”, Maudy menjawab.
Di luar hujan mulai turun.
“Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba Diman yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.
“I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..”, Maudy menjawab.
Tiba-tiba ia merasa gugup dan cemas. Wartono mencekal lengan Maudy. Sebelum Maudy tersadar, kedua tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka.
“Aah! Jangan Pak!”.
Diman menarik blus warna ungu milik Maudy. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan.
“Sekarang aja Maudy. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”.
Wartono menyeringai melihat Diman merobek kaos dalam katun Maudy yang berwarna putih berenda. Maudy berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar.
“Jangannnn! Lepaskannn!”, Maudy berusaha meronta.
Hujan turun dengan derasnya. Diman sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Maudy. Kedua lelaki itu sudah sejak lama memperhatikan Maudy. Gadis yang mereka tahu tubuhnya sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka sering mengintipnya ketika ke kamar mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi. Maudy menyepak Diman dengan keras.
“Eit, melawan juga si Mbak ini..”, Diman hanya menyeringai.
Maudy di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.
“Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Maudy mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.
Sementara kedua tangannya terus dicekal Wartono, Diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Maudy. Sepatunya terlepas. Diperlakukan seperti itu, Maudy juga mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin menerpa kulit pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Maudy lemas. Hal ini menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan mudah mereka menanggalkan blus dan celana panjang ungu Maudy.
Maudy mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Maudy yang kencang mulai ditepuk oleh Wartono bertubi-tubi, “Plak! Plak!”.
Tubuh Maudy memang kencang menggairahkan. Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat menggairahkan. Diman menjambak rambut Maudy sehingga dapat melihat wajahnya. Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah, air mata mengalir di pipinya.
“Sret!”, Maudy tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.
Menyusul branya ditarik dengan kasar. Maudy benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Wartono yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya.
“Ouuhh! Adduhh..!”, Maudy merintih.
Seperti anjing, Wartono mulai menyodok nyodok Maudy dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Maudy hanya mampu menangis tak berdaya. Tiba-tiba Diman mengangkat wajahnya, kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang.
Memaksa Maudy membuka mulutnya. Maudy memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di selangkangannya sementara Diman memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka.
Wartono mendesak dari belakang, Diman menyodok dari depan. Bibir Maudy yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung kemaluan Diman yang terus keluar masuk di mulutnya. Tiba-tiba Wartono mencabut kemaluannya dan menarik Maudy.
“Ampuunnn, hentikan Pak..”, Maudy menangis tersengal-sengal.
Wartono duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Diman, Maudy dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Slebb!”, kemaluan Wartono kembali masuk ke vagina Maudy yang sudah basah.
Maudy menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Wartono kembali memeluk Maudy sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Maudy masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Wartono ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Diman mulai memaksa menyodominya.
“Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm!”, Maudy berusaha meronta, tapi tak berdaya.cerita dewasa horny banget saat ketemu karyawati bank cantik.
Wartono terus melumat mulutnya. Sementara Diman memperkosa anusnya. Maudy lemas tak berdaya sementara kedua lubang di tubuhnya disodok bergantian. Payudaranya diremas dari depan maupun belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat dirinya tampak erotis dan merangsang. Juga rintihannya.
Tiba-tiba gerakan kedua pemerkosanya yang semakin cepat dan dalam mendadak berhenti. Maudy ditelentangkan dengan tergesa kemudian Wartono menyodokkan kemaluannya ke mulut gadis itu. Maudy gelagapan ketika Wartono mengocok mulutnya kemudian mendadak kepala Maudy dipegang erat dan.
“Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Wartono muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi.
Maudy merasa akan muntah. Tapi Wartono terus menekan hidung Maudy hingga ia terpaksa menelan cairan kental itu. Wartono terus memainkan batang kemaluannya di mulut Maudy hingga bersih. Maudy tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.
Mendadak Diman ikut memasukkan batang kemaluannya ke mulut Maudy. Kembali mulut gadis itu diperkosa. Maudy terlalu lemah untuk berontak. Ia pasrah hingga kembali cairan sperma mengisi mulutnya. Masuk ke tenggorokannya. Maudy menangis sesengggukan. Diman memakai celana dalam Maudy untuk membersihkan sisa spermanya.
“Wah.. bener-bener kenangan indah, Yuk..”, ujar Wartono sambil membuka pintu belakang.
Tak lama kemudian 3 orang satpam lain masuk.
“Ayo, sekarang giliran kalian!”, Maudy terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu.
Ia akan diperkosa bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita, bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak akan ada yang mencarinya. Maudy ditarik ke tengah lobby bank itu. Dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah membuka pakaiannya masing-masing hingga Maudy dapat melihat batang kemaluan mereka yang telah mengeras.
“Ayo Maudy, kulum punyaku!”, Maudy yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka bergiliran.
Tubuhnya tiba-tiba di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak paksa di lubang anusnya.
“Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Maudy menangis tak berdaya. Teraman
Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram.
“Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”.
Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut Maudy. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya. Maudy dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran. Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Maudy bergiliran.
Tubuh Maudy yang sintal itu basah berbanjir peluh dan sperma. Stockingnya telah penuh noda-noda sperma kering. Akhirnya Maudy ditelentangkan di sofa, kemudian para satpam itu bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka memasukkannya ke mulut Maudy dan mengocoknya disana, hingga secara bergiliran sperma mereka muncrat di seluruh wajah Maudy.
Ketika telah selesai Maudy telentang dan tersengal-sengal lemas. Tubuh dan wajahnya belepotan cairan sperma, keringat dan air matanya sendiri. Maudy pingsan. Tapi para satpam itu ternyata belum puas.
“Belum pagi nih”, ujar salah seorang dari satpam itu.
“Iya, aku masih belum puas…”.
Akhirnya muncul ide mereka yang lain.
Tubuh telanjang Maudy diikat erat. Kemudian mereka membawanya ke belakang kantornya. Bagian belakang bank itu memang masih sepi dan banyak semak belukar. Maudy yang masih dalam keadaan lemas diletakkan begitu saja di sebuah pondok tua tempat para pemuda berkumpul saat malam. Hujan telah berhenti tetapi udara masih begitu dinginnya. Mulut Maudy disumpal dengan celana dalamnya.
Ketika malam semakin larut baru Maudy tersadar. Ia tersentak menyadari tubuhnya masih dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tak berdaya. Ia benar-benar merasa dilecehkan karena stockingnya masih terpasang. Tiba-tiba saja terdengar suara beberapa laki-laki. Dan mereka terkejut ketika masuk.
“Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka.
Maudy berusaha meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik yang remang-remang. Tubuh Maudy mulai dijadikan bulan-bulanan. Maudy hanya bisa menangis pasrah dan merintih tertahan.
Ia ditunggingkan di atas lantai bambu kemudian para lelaki itu bergiliran memperkosa nya. Semua lubang di tubuhnya secara bergiliran dan bersamaan disodok-sodok dengan sangat kasar. Kembali Maudy bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di punggung, di pantat, dada dan wajahnya. Setiap kali akan pingsan, seseorang akan menampar wajahnya hingga ia kembali tersadar.
“Ini kan teller di bank depan?”
Mereka tertawa-tawa sambil terus memperkosa Maudy dengan berbagai posisi. Maudy yang masih terikat dan terbungkam hanya dapat pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna putih dan merah kekuningan mengalir dari lubang pantat dan vaginanya yang telah memerah akibat dipaksa menerima begitu banyak batang penis. Ketika seseorang sedang sibuk menyodominya, Maudy tak tahan lagi dan akhirnya pingsan.
Entah sudah berapa kali para pemabuk itu memperkosa dan menyemprotkan sperma mereka ke seluruh tubuh Maudy sebelum akhirnya meninggalkannya begitu saja setelah mereka puas.