Cerita Sex , Pertama Kali Aku Selingkuh

Sebenarnya umurku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan bisa dibilang sudah kakek-kakek karena saat ini umurku sudah 58 tahun. Namun demikian banyak orang mengira umurku masih di bawah 40 tahun. Orang-orang di kantorku mengatakan kalau secara fisik aku memang hebat. Otot masih kencang dan wajah hampir tidak ada keriput. Demikian juga isteriku, masih seksi dan kenyal, kulitnya juga masih kencang. Yang menunjukkan berapa umurku sebenarnya adalah rambutku yang
sudah hampir tidak ada hitamnya lagi. Atas saran isteriku, rambutku aku cat hitam sehingga lengkap sudah penampilanku bagai lelaki yang masih berumur 30-an. Mungkin ini khasiat kami rajin berolah raga. Di samping itu kami selalu menyertakan sayuran atau buah sebanyak mungkin dalam menu makan kami, di samping sumber-sumber protein utama.

Kehidupan seksualku juga masih normal, walaupun isteriku yang tiga tahun lebih muda dariku sudah menopause, tapi seminggu tiga-empat kali kami melakukan hubungan sex. Memang harus memakai lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan ketika ML karena lendir vaginanya sudah tidak produktif lagi. Tapi semua terasa indah dan bisa kami menikmati. Akupun tak pernah selingkuh. Bagiku isteriku adalah segala-galanya.

Secara ekonomi hidupku sukses besar. Beberapa perusahaan sudah aku miliki dan semuanya telah berkembang dengan baik. Dalam kehidupan berkeluarga pun aku cukup bahagia. Aku punya isteri masih cantik dan seksi dan dua orang anak laki-laki yang gagah, ganteng, dan cerdas yang kuberi nama Arga Putra Pratama dan Bagas Putra Sentosa. Mereka sudah dewasa dan sedang menyelesaikan program S3 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Di samping anak-anak kandungku, aku juga membiayai dan menghidupi sejumlah anak asuh. Mereka kebanyakan berasal dari anak-anak jalanan, anak yatim, dan anak yatim piatu, di samping ada pula yang berasal dari keluarga lengkap tetapi kurang mampu.

Aku menerapkan syarat yang ketat bagi anak-anak asuhku. Syarat pertama adalah mereka wajib mengikuti pertemuan anak asuh di rumahku sebulan sekali. Syarat kedua, mereka tidak boleh menjadi anak jalanan, terutama bagi mereka yang berasal dari anak jalanan. Bagi yang tidak punya rumah, termasuk anak jalanan dan yatim piatu, mereka wajib tinggal di rumah asuh yang aku bangun untuk menampung mereka. Setelah mereka lulus sekolah atau perguruan tinggi, jika mau, mereka aku beri pekerjaan di salah satu perusahaanku. Akupun mempersilahkan mereka jika mereka mau mencari pekerjaan sendiri atau membuka usaha sendiri.

Isteriku sendiri yang secara langsung menangani rumah asuh itu. Metode yang diterapkan dalam pengelolaan rumah asuh berdasarkan kebutuhan anak, bukan berdasarkan keinginan kami, selaku penyedia dana dan pengelola rumah asuh. Tak heran anak asuh yang ada di rumah asuh sangat akrab dengan isteriku.
Pertemuan dengan anak-anak asuhku, selain bermanfaat untuk memantau aktivitas mereka, juga bermanfaat untuk mengobati kerinduanku dengan anak-anak kandungku yang tidak lagi pulang di awal bulan seperti waktu SMA dulu, tapi mereka pulang sesuka hati mereka. Memang di era informasi sekarang, komunikasi bisa dilakukan lewat email, chatting dan telepon tetapi terasa tidak puas jika hanya bertemu anak-anakku lewat layar monitor.

Hasil pertemuan itu, aku juga bisa akrab dengan mereka. Hubungan kami lebih sebagai keluarga atau orang tua dengan anak-anaknya daripada pemberi dan penerima dana. Aku dan isteriku biasa bercanda dengan mereka dan mereka tidak lagi sungkan untuk sekedar ngobrol dengan kami. Tak jarang mereka datang di luar jadwal pertemuan untuk sekedar bertemu atau bersalaman dan mencium tangan kami sambil berkata, โ€œApa kabar Ayah dan Ibunda?โ€ atau โ€œAyah dan Ibunda sehat kan?โ€ Kalimat-kalimat yang mereka ucapkan cukup sederhana, tetapi dalam artinya bagi kami. Bukan karena merasa dihormati, tetapi kami merasa seolah menemukan kembali anak-anak kami yang seolah hilang dalam kedewasaan mereka.
Suatu hari isteriku diajak teman-temannya jalan-jalan ke Australia. Tentu saja isteriku antusias menanggapi ajakan mereka, karena sekalian menengok Arga dan Bagas anak-anak kami. Dan benar saja (walaupun kalau minta ijin pasti aku berikan) tanpa minta persetujuanku mereka berangkat ke Australia. Setengah delapan pagi mereka pamit. Aku tertawa mengiring kepergian mereka di pintu rumahku.

โ€œDasar nenek-nenek centilโ€ฆโ€ gumamku saat dengan manja isteriku pamitan. Dia hanya tersenyum mendengarnya. Sambil tetap tersenyum dia melambaikan tangannya dari balik jendela mobil yang akan membawa ke Bandara Ahmad Yani.
Setelah mereka berangkat kesepian menyergapku. Kulampiaskan rasa sepi dengan berlatih fitness di gym pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah warming up dengan cukup, fantasiku.com aku memacu treadmill dengan kecepatan agak tinggi sambil mendengarkan musik lewat ipod. Setengah jam aku berpacu di atas treadmill. Keringat yang mengucur deras akibat pacuan treadmill membuat aku gerah. Rupanya aku masih memakai kemeja yang aku pakai waktu mengiring kepergian isteriku. Tanpa berhenti berlari di atas treadmill aku lepas bajuku dan kulempar ke sudut ruang gym lalu kulanjutkan memacu treadmill dengan penuh semangat.

Tiba-tiba dari pantulan cermin di depanku nampak pintu gym pribadiku terbuka dan muncullah seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang sangat kukenal. Dia adalah Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan. Selain cantik dia juga cerdas dan cekatan. Rencananya setelah lulus SMA nanti, Laras akan kubiayai untuk kuliah di RMIT agar bisa aku tempatkan di salah satu perusahaanku sebagai manajer setelah lulus kelak. Terlalu sayang kalau anak cerdas dan cekatan seperti Laras tidak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Namun aku tak pernah memberi tahu rencana ini kepada siapapun kecuali isteri dan anak-anakku.

โ€œAyahโ€ฆโ€ sapanya manja sambil mendekat. โ€œBunda pergi ya..?โ€
โ€œYupsโ€ sahutku sambil terus memacu treadmill. โ€œDarimana kamu tahu?โ€
โ€œMbak Ayu yang kasi tahu, Yahโ€ kata Laras sambil duduk di shoulder press machine. Ayu adalah pembantuku.
โ€œBaru jam sembilan lebih sedikit kok sudah pulang? Bolos ya..?โ€ kataku sambil senyum
โ€œTidak ada kata membolos dalam kamus anak Ayahโ€ kata Laras sambil tertawa. โ€œLaras habis uji coba ujian nasional, Ayah. Hari ini hari terakhir uji cobanya, jadi setelah uji coba selesai, Laras langsung kemari.โ€ Kata Laras menjelaskan. โ€œSayang Laras tidak ketemu Ibundaโ€ฆโ€ katanya dengan wajahnya berubah jadi sedih.
โ€œAda perlu sama Ibunda?โ€ tanyaku ketika melihat wajahnya yang sedih
โ€œKangen sama Ayah dan Ibunda. Dua minggu Laras tidak kemari rasanya lama sekaliโ€

Bangga dan bahagia merembes dalam hatiku ketika mendengar Laras merasa kangen pada kami. Aku tatap mata Laras sambil tersenyum. Laras memang yatim piatu. Orang tuanya bercerai waktu dia masih bayi, dan ibunya meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Saat itulah aku lewat dan melihat orang bergerombol di trotoar sebuah taman kota. Ada dua mobil polisi dan sebuah ambulan. Aku suruh sopir untuk berhenti dan melihat apa yang terjadi. Ternyata ada seorang tunawisma tewas dengan anak masih berumur dua tahun. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri perwira polisi yang sedang memberi komando kepada anak buahnya. Ternyata dia mengenal aku sebagai bapak asuh dari anak-anak jalanan. Ketika aku bilang agar anak kecil itu di antar ke rumah asuh-ku , mereka langsung setuju. Sejak saat itu anak tadi aku beri nama Larasati karena tidak ada catatan tentang nama dia yang sebenarnya. Kini, empat belas tahun kemudian, anak itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ada di depanku. Seandainya aku punya anak perempuanโ€ฆ

โ€œAyah melamun?โ€ Tanya Laras mengejutkanku
โ€œAh tidakโ€ kataku sambil senyum โ€œKamu sudah besar sekarangโ€
โ€œKelihatannya Ayah sedih..?โ€ katanya sambil mendekat.
โ€œEnggakโ€ฆ Ayah enggak apa-apaโ€ kataku meyakinkan Laras. โ€œOh ya! Suruh Ayu menyiapkan makan siang sementara Ayah mandi. Banyak keringat.. lengket nih..โ€ kataku sambil turun dari treadmill.
Laras menghampiri aku dengan membuka tangannya lebar-lebar ingin memeluk.
โ€œHeiโ€ฆ Ayah masih berkeringatโ€ฆ bau lagi!โ€ kataku sambil berusaha menahan pelukan Laras. โ€œNanti saja peluknya setelah ayah mandi heheheโ€ฆโ€
โ€œAhhh.. Ayahโ€ฆโ€ kata Laras sambil merengek. โ€œmasa obat kangennya nunggu ayah mandi sih..โ€
Akhirnya kudekap Laras dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang lelaki tua yang merindukan anak perempuannya. Kuangkat wajah Laras dan kucium ubun-ubun dan keningnya. Pelukan Laras makin erat. Kubelai rambut Laras yang dipotong pendek.

โ€œIhโ€ฆ dada Ayah asinโ€ฆโ€ kata Laras tiba-tiba sambil tertawa
โ€œKamu sihโ€ฆ ngotot minta peluk, Ayah sudah bilang, masih berkeringatโ€ฆโ€ jawabku sambil menjatuhkan kepalan tangan kananku pelan ke atas ubun-ubunnya. โ€œUdah Ayah mandi dulu, setelah mandi kita makan di luar ajaโ€ฆโ€
โ€œAyah bau.. asin dan asem jadi satuโ€ kata Laras sambil tertawa ketika berlari menuruni tangga.
โ€œHahahaโ€ฆ Salah sendiri minta dipelukโ€ sahutku setengah berteriak. Aku segera mengambil baju yang tadi aku lempar dan turun menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku di lantai satu. Semburan shower benar-benar menyegarkan tubuhku. Selesai mandi aku keluar dengan handuk melilit tubuhku. Ternyata Laras ada di dalam kamarku.
โ€œHeyโ€ฆ ayo keluar dulu. Ayah mau ganti pakaianโ€ kataku.
Laras berdiri sambil tersenyum. Tangannya mengembang dan setengah berlari menubruk aku.
โ€œAku masih kangen.. aku pengen dipeluk Ayah lagi..โ€ kata Laras sambil memeluk ku. Sekali lagi kubelai rambut Laras yang sedang mengelus-elus dadaku kiriku sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.

โ€œBerapa sih umur ayah?โ€ katanya sambil menatap dada dan six packs di perutku.
โ€œEmang kenapa dengan umur Ayah?โ€
โ€œPengen tahu aja.. Kok badannya masih bagus dan kecang. Juga nggak ada di kerutan wajah Ayahโ€ฆโ€ suara Laras seperti kagum.
โ€œTumben nanya-nanya umurโ€ฆ Coba kamu tebak ajaโ€
โ€œEmpat puluh sekianโ€
โ€œAh.. anak Ayah kok jadi oโ€™on sekarang..โ€ kataku sambil tertawa. โ€œMasa orang berumur empat puluhan sudah punya anak berumur 32 tahun. Emangnya ayah nikah umur berapa?โ€
โ€œMasa Ayah umurnya lebih dari 50 tahun sihโ€ฆโ€ jawab Laras. โ€œtuh.. badannya aja masih kenceng dan berotot gini..โ€ kata laras sambil berusaha mencubit dadaku, tapi gagal karena ototnya terlalu penuh dan padat kencang untuk dicubit.
โ€œNyubitnya aja susahโ€ฆโ€ katanya lagi.
โ€œAyah sudah 58 tahun, Larasโ€ฆ Ini semua karena Ayah rajin berolah raga dan selalu makan sayuran dan buahโ€ jawabku.

Kurasakan tangan Laras mengelus-elus punggungku. Sementara tangan satunya mempererat pelukannya. Wajahnya menempel ketat di dadaku. Mulutnya tersenyum damai sambil matanya terpejam. Laras mengelus punggungku dengan ujung kukunya dengan lembut. Ujung kukunya terasa meraba, bukan mengelus dari pangkal leher turun sepanjang tulang belakangku dan berhenti di bagian bawah pinggangku karena terhalang handuk, tapi gerakan ujung kuku Laras tidak berhenti tetapi bermain-main melingkar pinggangku. Gerakan kuku Laras membuat kelaki-lakianku bangkit. Aku angkat wajah Laras. Aku cium lagi ubun-ubun dan keningnya. Laras masih terpejam, tapi bibirnya tidak lagi tersenyum melainkan setengah terbuka.

โ€œAyaahhhโ€ฆโ€ Laras melenguh. Tiba-tiba dia menjilat dadaku dan menggigit putingku sambil memainkan lidahnya.
Sesaat aku sadar. Laras adalah anak asuhku dan sudah aku anggap anak sendiri.
โ€œSudah Larasโ€ฆ Ayah mau pakai pakaian dulu, terus kita makan di resto..โ€ kataku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Laras. Bagaimanapun juga aku harus menghentikan rangsangan yang sudah hampir menghancurkan akal sehatku. Bukannya melepaskan, Laras malah makin mempererat pelukannya. Bibirnya dan lidahnya terus bermain di dadaku. Tak lagi aku mampu mencegah, penisku langsung ereksi.
โ€œApakah aku nggak boleh merasakan kasih sayang Ayah?โ€ sahut Laras sambil terus mengigit-gigit dadaku. Lidahnya menjilat-jilat. Aku sudah tak lagi mampu membendung nafsuku. Kuangkat wajah Laras, Kucium keningnya, lalu mata kiri dan kanannya.

โ€œAhhh.. Ayahโ€ฆ Laras sayang Ayahโ€ฆ Ahhhโ€ Laras mendesah dengan dengusan nafas yang tersengal.
Matanya terbuka sedikit, tapi hanya putih bola matanya yang nampak. Bibirnya yang merekah basah mengkilat mengundangku untuk mengulum dan menghisapnya. Tanpa sadar aku mengecup bibir Laras dan melumatnya dengan lebut. Laras membalas dengan menghisap bibirku. Lidahnya menjulur masuk ke dalam mulutku. Menyapu seluruh relung rongga mulutku dan menggosok-gosok gusiku. Aku hisap lidah Laras sambil aku kaitkan lidahku pada lidahnya. Agak lama kami bermain-main dengan lidah. Kami saling hisap, saling gosok rongga mulut, dan saling mengaitkan lidah. Tanganku meremas pelan payudara Laras dari luar baju seragam. Bra yang dikenakan cukup tipis membuat aku bisa merasakan kenyal dan lembutnya payudara Laras.

Aku benar-benar dikuasai nafsu sekarang. Kulepas bibirku dari bibirnya, lalu aku susuri lehernya yang jenjang dengan bibir dan lidahku. Kugunakan kedua bibirku untuk menggigit leher Laras. Kemudian kucium dan kuhisap telinga Laras. Aku korek telinganya dengan lidahku sambil sekali-sekali menjilat dan menghisap bagian belakang telinganya. Akibat tindakanku itu Laras menggelinjang. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya berkali-kali mengerang melampiaskan nafsunya yang makin meledak.
โ€œAyaaahhhโ€ฆ sayangi Larasโ€ฆ Yaaahhhโ€ฆโ€ Laras mendesah.
โ€œAyyaahh ssaayyang Larasssโ€ฆ sshhhโ€ jawabku sambil terus mencium dan menghisap lehenr dan telinganya.
Tangannya mengapai penisku dari luar handuk lalu meremasnya. Laras kemudian menyibakkan handuk yang aku pakai dan merogoh penisku yang sudah sangat tegang. Handuk yang melilit di pinggangku dilepaskannya. Sejenak dia diam sambil menatap penisku.
โ€œKenapa sayang..โ€ tanyaku saat Laras berdiam diri.
โ€œEnggak apa-apaโ€ฆ Cuma heranโ€ฆ kok penis Ayah segede ini ternyataโ€ฆโ€ jawab Laras sambil meraih penisku dan meremas-remas.
Cairan kenal bening sedikit mengalir keluar dari penisku. Laras menggunakan cairan itu untuk mengusap kepala penisku dengan jempolnya yang mungil dan halus. Jempol itu diputar-putar di kepala penisku yang licin karena cairan yang keluar dari ujung penisku. Nikmat sekali rasanya.
โ€œLaraasss.. hhhโ€ฆโ€ aku mendesah karena nikmat.

Segera aku buka kancing baju seragamnya. Tampak bra ukuran 34-B warna kulit membungkus payudara Laras yang bulat dan kencang. Bra itu terlalu tipis sehingga mencetak bentu payudara Laras dan putingnya. Aku kecup dan jilat pangkal payudaranya, kemudian aku gigit dengan bibirku sambil menghisapnya. Dengan tak sabar segera aku buka baju seragam Laras, lalu aku raih kait bra yang ada di punggung Laras untuk melepasnya. Laras telanjang dada sekarang. Payudaranya bulat indah dengan puting yang mengeras berwarna cokelat muda kemerahan. Kurendahkan tubuhku agar dapat kukecup puting Laras. Laras memeluku sambil mendesis-desis.
Dengan penuh kelembutan aku nikmati sepenuhnya payudara Laras. Dengan cara menghisap, menjilat, dan mengulumnya. Lidahku menelusuri tiap sentimeter payudaranya yang kenyal. Puting yang mengeras aku hisap dan aku pilin dengan lidahku. Erangan demi erangan keluar dari mulut Laras. Erangan yang menggairahkan naluri birahiku.

โ€œAhhh.. sshhhโ€ฆ Ayaaahhโ€ฆ nikmaattโ€ฆterussssโ€ฆ. Aaahhhโ€ฆโ€ Laras mendesis-desis.
Tangan kanannya menekan kepalaku sementara tangan kirinya meremas dadaku dan memilin putingku. Berganti-ganti payudara kanan dan kirinya aku jilat, aku sedot dan aku gigit pelan-pelan. Setelah puas menghisap payudara Laras, aku arahkan lidahku ke perut Laras. Lidahku menari dengan penuh perasaan di permukaan perut Laras. Agar tak menghalangi aksiku, segera kuraih kancing rok seragam Laras dan membukanya. Aku tarik resletingnya ke bawah. Rok yang dipakai Laras pun melorot dan lepas. Kini Laras hanya memakai celana dalam berwarna kulit senada dengan branya. Lidahku berpindah menari di pusarnya. Perlahan lidahku bergerak ke bawah. Di antara pusar dan karet celana dalamnya aku jilat dan aku sedot dengan bibirku.
Kemudian sambil jongkok, kulihat celana dalam Laras basah di bagian vaginanya. Segera aku gigit perlahan-lahan vagina Laras dari luar celana dalamnya sambil kuletakkan kedua tanganku di pantatnya untuk meremas-remas pantat yang masih kencang dan padat.
โ€œAahhh Ayaahhโ€ฆโ€ desah Laras sambil menekan kepalaku ke vaginanya.

Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan. Sambil meremas pantatnya, aku selipkan jariku ke dalam celana dalamnya. Aku usapkan jari-jariku di belahan pantat Laras. Laras menggelinjang lagi sehingga vaginanya menabrak mukaku dengan agak keras karena kepalaku juga ditarik ke arah vaginanya. Segera aku pelorotkan celana dalam Laras ke bawah hingga terlepas. Vagina Laras benar-benar menawan. Vaginanya tebal dan penuh dengan selakang putih bersih di kanan kirinyanya. Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar vagina masih belum sempurna menambah daya tarik vagina yang baru matang. Ada cairan yang merembes keluar. Rupanya Laras benar-benar telah terangsang. Aku usap bibir vagina luarnya dengan jempol kananku. Cairan vaginanya membuat jempolku dengan licin mengusap vagina Laras. Permainaku aku lanjutkan ke klitoris Laras. Mula-mula aku usap klitoris Laras dengan jempolku, kemudian sambil menekan klitorisnya, jempolku bergerak memutar mengitari klitorisnya. Setelah itu dengan jari dan jempol aku pijit klitoris Laras lalu aku urut dari atas ke bawah.

โ€œAyahhh.. aku sayang Ayahโ€ฆโ€ Laras mengerang sambil menggelinjang.
โ€œIya.. Ayah juga sayang Larasโ€ฆโ€
Kupuaskan mataku untuk melihat vagina gadis yang baru mekar ini sambil terus memainkan jempol dan jariku di bibir vagina dan klitorisnya. Dengan jari-jari dan jempol tangan kiriku, kusibak kedua bibir vagina Laras. Tampak bagian dalam vagina laras berwarna merah muda yang terus mengeluarkan cairan sedikit demi sedikit. Jempol kananku kupercepat mengusap mengitari klitoris Laras. Tiba-tiba Laras menjambak rambutku dan menariknya mendekatkan wajahku ke vaginanya. Segera aku hisap vagina Laras. Lidahku perlahan menjilat-jilat vagina dan klitoris Laras seperti kucing mandi.
โ€œAyah.. uhโ€ฆ nikmatโ€ฆ.โ€
Kujawab lenguhan Laras dengan memainkan lidahku di lubang vaginanya. Lalu dengan cepat aku sedot klitoris Laras sambil memasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya. Kugunakan lidahku untuk menusuk dan mengorek lubang vaginanya. Laras menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidah dan mulutku yang melumat vaginanya. Kusedot vaginanya sambil memutar lidahku di klitoris Laras. Jambakan pada rambutku makin kencang. Kepalaku dihentak-hentakkan ke arah vaginanya. Tak kubiarkan gadis yang masih segar ini untuk berlama-lama tersiksa menanti orgasme. Kutusukkan lidahku ke dalam vaginanya sambil kugetarkan dengan cepat. Lalu dan tubuh Laras menggelinjang hebat, dia berdiri sambil meliuk-liuk seolah pohon cemara yang tertiup puting beliung. Kemudian Tubuhnya mengejang kemudian dia melolong keras dan panjang.

โ€œAyyyaaahhโ€ฆ. Ahโ€ฆuhโ€ฆ. Aku mau pipisโ€ฆโ€ teriak Laras sebagai cara menikmati orgasmenya.
โ€œKeluarkan saja sayangโ€ฆ supaya Laras merasakan kenikmatannyaโ€ kataku memberi instruksi di sela jikatanku di klitorinya yang makin cepat.
โ€œTapi Ayahโ€ฆ. Auw..aahhhโ€ฆโ€ Laras kembali teriak dan mengerang. โ€œnikmat bangetโ€ฆ Laras puasโ€ฆ puas Yahโ€ฆโ€
Danโ€ฆ serrrโ€ฆserrr cairan orgasme Laras mengalir dengan deras. Tubuhnya membungkuk ke depan kemudian mendongak seperti akan terjatuh ke belakang. Tubuh Laras makin mengejang. Kembali cairan orgasme Laras mengucur. Tangan kananku berusaha menopang tubuh Laras yang bergerak liar sambil kejang-kejang. Sedotanku di vaginanya makin intens, menyedot habis cairan orgasmenya sambil menjilat-jilatinya.
Setelah beberapa saat, perlahan aku berdiri. Tanganku tetap menopang tubuh Laras yang kini terkulai lemas dan lututnya menggigil akibat orgasme yang dia alami. Laras memeluku sambil bergayut dengan terpejam dan menggigit bibirnya bawahnya sendiri. Segera aku menenangkan Laras dengan mencium kedua matanya, pipinya, hidungnya dan kemudian aku hisap bibirnya.

โ€œAyahโ€ฆ.โ€ Laras memanggil sambil matanya tetap terpejam.
โ€œYa sayangโ€ฆ?โ€
โ€œAyah sayang Laras..?โ€
โ€œTentu, Ayah sayang Larasโ€ jawabku sambil terus menciumi wajahnya.
Laras mempererat dekapannya untuk menjaga keseimbangan agar tak jatuh. Agar lebih mudah menopangnya, tubuh Laras aku balik sehingga dia membungkuk membelakangi aku. Sambil tetap bertahan untuk berdiri, aku peluk tubuhnya dari belakang. Aku kecup tengkuknya. Aku cium sekujur punggungnya sementara tangan kananku menopang tubuh Laras sedangkan tangan kiriku bermain-main kecil di vaginanya. Penisku yang masih berdiri dengan gagah aku gesek-gesekkan di belahan pantatnya. fantasiku.com Tapi rupanya Laras sudah tak mampu berdiri lagi. Segera aku menggendong Laras sambil mencium bibirnya yang menyunggingkan senyuman. Matanya sayu menatapku mesra. Aku baringkan Laras pelan-pelan di tempat tidur tanpa melepaskan hisapan bibirku di bibirnya. Kemudian aku berbaring miring di samping Laras dengan posisi menghadap ke arahnya.

Sambil menatap gadis muda yang sedang mekar itu. Aku belai wajahnya. Nafasnya sudah tidak tersengal lagi dan mulai teratur. Sementara itu ketegangan penis mulai turun. Aku peluk Laras. Wajahnya aku benamkan di dadaku. Komunikasi tanpa kata-kata ini membuat Laras tersenyum. Tangannya menggapai meraih wajahku lalu menariknya ke arah wajahnya kemudian Laras melumat bibirku. Aku mencoba pasif dengan membalas sekedarnya. Laras menjilat dan menghisap seluruh permukaan wajahku. Lidahnya lincah menari-nari membuat aku tak tahan bersikap pasif. Aku pagut bibir Laras dan menghisapnya kuat-kuat. Laras bangkit menindihku. Kubiarkan aksinya yang liar menjilat sekujur tubuhku. Tangannya meremas penisku dan mengocoknya. Kemudian ujung penisku dijilat dan dikulum sambil disedot. Mula-mula dengan halus dan pelan. Aku benar-benar melayang dibuatnya. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis sampai ke sekujur sumsum tulangku.

Penisku perlahan-lahan kembali tegang. Tak tahan dengan perlakuan Laras atas penisku, aku bangkit dan kubalik tubuh Laras sehingga dia ada di bawah kembali. Laras meronta dan protes.
โ€œAyah kok gitu sihโ€ฆ Biarkan Laras di atas dongโ€ฆ Laras ingin Ayah menikmati aja permainan Larasโ€ katanya sambil berontak.
Aku ingin sedikit menggoda Laras, oleh karena itu aku tak memberi kesempatan kepada dia untuk berada di atas. Segera aku kulum puting Laras dan mengisapnya sambil memutar-mutar lidahku. Kembali Laras menggelinjang dan tak mampu berontak dan protes lagi.
โ€œAyah nakalโ€ฆโ€ kata Laras sambil melingkarkan tangannya di leherku.
Kepalaku ditekan ke bawah sampai-sampai kepalaku terbenam dalam lembah di antara payudara Laras. Kemudian tangannya mengapai penisku yang sudah sangat tegang. Kubiarkan Laras meremas dan mengocok penisku sambil mengisap payudaranya. Aku ingin menikmati aksi tangannya terhadap penisku. Sekali lagi cairan yang keluar dari ujung penis digunakan Laras untuk mengelus kepala penisku dengan jempolnya. Sambil mengelus kepala penisku Laras mengocok batang penisku.
Mula-mula Laras menggocok maju mundur dengan lembut, lama kelamaan kocokannya diputar ke kiri dan ke kanan dengan cepat seperti orang mengulek sambel. Akan tetapi karena posisi Laras di bawah, dia tidak leluasa dan aku merasa kurang nikmat. Laras minta sekali lagi agar aku yang berada di bawah. Aku jawab permintaan Laras dengan menjepit tubuhnya dengan kakiku dan memeluknya erat-erat. Kemudian aku berguling menjatuhkan diri ke samping kiri sambil mengangkat tubuhnya sehingga dia ada di posisi atas. Rupanya Laras tidak siap ketika aku berguling.
โ€œAuwโ€ฆ Hihihiโ€ฆโ€ Laras memekik lalu tertawa. โ€œAyah bener-bener nakalโ€ฆ Masa Laras dibikin kaget sihโ€ฆโ€
โ€œKan Laras tadi yang minta di atasโ€ฆโ€ sahutku sambil meremas payudaranya dan memelintir putingnya.
Laras menghentikan jawabanku dengan mengulum mulutku. Lidahnya mencari-cari lidahku. Setelah bertemu lidahku dikait-kait dengan lidahnya. Aku hanya memberi reaksi seperlunya. Aku biarkan Laras bermain-main dengan mulut dan lidahku, Sementara vaginanya digesek-gesekkan ke penisku. Penisku yang sejak tadi tegang dan keras berkali-kali menyodok klitorisnya. Laras bergerak maju mundur sambil mendesis-desis. Karena gesekan vagina dan klitoris Laras, penisku terasa hangat dan basah oleh cairan yang keluar dari vagina Laras.

Ciuman Laras berhenti, bibir dan lidahnya menyusuri wajahku, mencium telingaku dan leherku. Gerakan lidahnya lincah sekali berpindah menyusuri kulit dadaku. Bibirnya mengecup dan menghisap-hisap putingku, sambil terus menggesekkan vagina dan klitorisnya di penisku. Kini Laras duduk sambil terus bergerak maju mundur sambil menekan penisku dengan vagina dan klitorisnya. Gerakan Laras makin cepat. Dia nampak merasakan nikmatnya gesekan vagina dan klitorisnya dengan penisku. Matanya terpejam sementara bibirnya mendesis dan mengerang. Kubantu Laras memenuhi kenikmatan yang diperolehnya dengan meremas-remas payudaranya serta memutar-mutar putingnya.
โ€œAahh.. Ayahโ€ฆ Nikmat sekaliโ€ฆโ€ kata Laras sambil mempercepat gerakkannya.

Tubuhnya melengkung bungkuk ke depan, lengannya bertumpu pada dadaku. Mukanya menunduk dengan mata terpejam. Bibir bawahnya digigit sendiri. Sesekali Laras mendongak ke belakang, lalu membungkuk lagi. Kugunakan tangan kananku untuk meremas payudara Laras dan memilin putingnya, tangan kiriku meremas-remas pantat Laras. Sesekali aku oleskan jariku ke bagian luar anusnya setelah aku basahi dengan ludahku, dan setiap jariku mengoles anusnya, Laras memekik. Gerakan Laras makin cepat dan liar. Rupanya dia segera akan mendapatkan orgasme lagi.
โ€œAyahโ€ฆ ahโ€ฆah..uh.. Laras mau pipis lagiโ€ฆโ€
Kembali tubuh laras mengejang beberapa saat, cairan vaginanya keluar dengan deras kembali. Pantatnya menekan ke bawah menjepit penisku dengan kedua bibir vaginanya. Klitorisnya terasa berdenyut-denyut kenyal. Laras yang lemas tak berdaya menjatuhkan diri di dadaku kemudian memeluku lalu dengan gemas diciumnya leher dan dadaku. Aku diamkan Laras untuk beristirahat. Sambil membelai dan menciumi kening dan matanya. Bagaimanapun juga dua kali orgasme tentu membuatnya lelah. Perlahan-lahan Laras membuka matanya dan tersenyum.

โ€œAyahโ€ฆ Ayah hebatโ€ฆโ€ kata Laras dibarengi senyum. โ€œaku bisa keluar dua kali tanpa bersetubuhโ€
Sepertinya Laras merasakan penisku kini kembali tegang dan terasa mengganjal tertindih tubuhnya, walau tadi sempat menurun kekerasannya tapi belum sampai benar-benar lembek,. Aku peluk Laras sambil mengelus punggungnya. Beberapa saat kemudian Laras mencium lagi leherku sambil disedot dan dijilat. Penisku yang mengganjal vaginanya kembali tergesek-gesek karena Laras mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya mula-mula pelan dan tidak teratur, lama kelamaan gerakanya kurasakan memutar ke kiri, kemudian ke kanan. Hal ini membuat penisku terasa nikmat.
โ€œAhโ€ฆ Larasโ€ฆโ€ aku mendesah. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena Laras segera mencium bibirku dan melumatnya.
โ€œAyah nggak boleh boleh nakal lagiโ€ฆ Ayah harus nurut sama Laras. Laras nggak boleh dibalik di bawah lagi..โ€ kata Laras sambil terus menggoyangkan pinggulnya.

Aku hanya menggangguk sambil mendesah menikmati gerakan dan gesekan vagina Laras di penisku. Laras kembali duduk sambil terus menggesekkan vaginanya di penisku. Kemudia, tanpa dikomando Laras mundur ke belakang kemudian bersimpuh di antara kedua lututku dan meraih penisku, lalu dikocoknya sambil kembali mengelus kepala penisku yang basah karena cairan orgasmenya sendiri dengan jempolnya. Tiba-tiba Laras sudah mengulum penisku. Lidahnya berusaha menari di dalam rongga mulutnya yang penuh dengan penisku. Usaha Laras untuk memuaskanku dengan oral cukup keras. Dia berusaha memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya yang tentu saja tak akan bisa. baru separo saja penisku sudah memenuhi rongga mulutnya. Berkali-kali Laras hampir tersedak karena penisku menyodok tenggorokannya dan masuk ke dalam kerongkongannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika penisku masuk dalam kerongkongannya. Serasa dijepit dan dikocok benda lunak yang kenyal.

Walaupun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan cara Laras meng-oral penisku aku merasa kasihan juga melihat dia berkali-kali hampir tersedak, aku raih lengan Laras dan aku tarik tubuhnya. Laras menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak dan ingin bertahan dengan posisinya.
โ€œAku juga pengen cium vagina Laras..โ€ kataku, tapi Laras tetap bergeming, asyik dengan penisku.
Lama-kelamaan pertahananku hampir jebol. Kocokan mulut dan kerongkongan Laras membuat penisku berdenyut-denyut. Segera aku duduk dan meraih badan Laras.
โ€œLarasโ€ฆ Ayah udah ga kuatโ€ฆโ€ Kataku sambil meraih kedua lengan Laras. Penisku yang terlepas dari mulutnya tampak keras dan ujungnya berwarna kemerah-merahan.
โ€œAyah belum ejakulasi. Aku mauโ€ฆโ€œ protes Laras tak berlanjut karma aku aku lumat bibirnya.
Segera aku posisikan Laras di bawah lagi dan dengan lembut aku cium dan aku hisap payudaranya. Kemudian aku tindih Laras sambil terus mengulum dan memainkan putingnya. Laras mendesis, dan aku bergerak menyusuri tubuhnya dengan lidahku. Saat sampai di vaginanya, dengan rakus aku hisap cairan yang merembes keluar. Lidahku kembali memainkan klitorisnya lalu memasuki liang vaginanya secara berganti-ganti. Laras menjerit kecil. Kepalaku dijepit dengan kedua pahanya sambil ditekan dengan kedua tangannya. Laras kembali terangsang hebat. Aku ingin memasukkan penisku ke dalam vaginanya

Aku segera bangkit dan kembali menindih tubuh Laras. Penisku yang sudah sangat tegang berada di bibir vaginanya. Perlahan aku gesekkan kepala penisku di klitorisnya. Laras mendesis sambil memejamkan mata. Dengan perlahan gesekan penisku bergeser ke bawah dan ujungnya masuk ke dalam vagina Laras. Laras menggigit bibirnya sambil meringis. Aku tarik kembali penisku dan pelan-pelan kembali aku masukkan. Walaupun liang vagina Laras sudah sangat basah, ternyata sulit juga penisku melakukan penetrasi. Vagina Laras masih sempit, atau kemungkinan besar masih perawan. Tusukan penisku kuhentikan. Laras membuka matanya dan tersenyum.
โ€œAyahโ€ฆ Pelan-pelan masukinnya yaโ€ฆโ€ kata Laras sambil mengelus dan meremas dadaku.
Aku jawab permintaan Laras dengan mendorong penisku sedikit lagi. Laras menahan nafas sambil berjengit. Sekarang sudah seperempat bagian yang masuk ke dalam vagina Laras. Aku cium dan aku kulum puting Laras. Laras membuka matanya. Kembali aku lihat senyuman Laras.
โ€œMasukin lagi Yahโ€ฆ Tapi pelan-pelan yaโ€ฆโ€
โ€œYa sayangโ€ฆ Ayah akan pelan-pelan masukinnya. Sakit ya..?โ€ tanyaku sambil mendorong kembali penisku. Kini sudah separo yang masuk.
โ€œEnggak sakitโ€ฆโ€ kata Laras sambil menggelengkan kepalanya. โ€œLaras ingin Ayah masukin semuanya ke dalamโ€ฆ Auwโ€ฆsshhhโ€ Laras kembali memekik kecil ketika penisku aku tarik keluar perlahan dan aku masukkan lagi.
Aku tahu Laras kesakitan ketika penisku maju memasuki vaginanya lebih dalam lagi. Air matanya meleleh, tapi hebatnya, dia masih menyunggingkan senyuman. Aku kocok penisku pelan-pelan yang baru masuk setengahnya.
โ€œAyoโ€ฆ masukin lagi Yahโ€ฆ biar tuntasโ€ฆโ€ Laras kembali memintaku untuk memasukkan penisku lebih dalam.

Aku kasihan melihat dia meringis kesakitan ketika penisku keluar masuk, walaupun baru setengah bagian. Aku luruskan tangan kananku agar bisa menopang tubuhku dengan posisi setengah tegak. Dengan demikian satu tanganku bisa leluasa mengelus vaginanya. Aku pijit-pijit dengan lembut klitoris Laras, kemudian jempolku aku putar-putar di klitorisnya. Laras melingkarkan kedua kakinya dipinggangku, dan tanpa aku duga, dia angkat pinggulnya dengan keras dan cepat sambil menekan pantatku dengan kedua telapak kakinya sehingga penisku masuk semuanya.
โ€œAawwโ€ฆโ€ Laras menjerit kesakitan sendiri akibat tindakannya itu. Wajahnya memerah menahan sakit.
โ€œโ€Larasโ€ฆ Sakit yaโ€ฆ?โ€ kataku sambil mencium bibirnya untuk menenangkan. โ€œAyah akan pelan-pelan supaya sakitnya hilang dan berganti dengan nikmat.โ€
Laras berusaha tersenyum walapun masih terlihat ekspresi kesakitannya. Aku diam sejenak agar vagina Laras menyesuaikan diri dengan penisku. Kemudian perlahan aku angkat penisku sampai keluar tiga per empatnya, lalu aku dorong masuk lagi. Laras masih menahan nyeri, terlihat dia menggigit bibir sambil meringis. Air matanya merembes keluar lagi. Aku tarik lagi penisku, lalu aku masukkan lagi berulang-ulang dengan pelan. Laras membuka matanya menatapku. Kuberi Laras senyuman yang dia balas dengan rangkulan mesra dan mencium bibirku. Gerakan penisku makin mantap keluar masuk vaginanya walaupun dengan kecepatan tidak sampai maksimal. Laras mulai menggoyangkan pinggulnya dan mendesah.

โ€œAyahโ€ฆ terusโ€ฆโ€
โ€œNggak sakit kan sayangโ€ฆโ€ bisikku di telinga Laras sambil menjilatinya.
Laras tersenyum menatapku, kemudian diraihnya kepalaku lalu bibirku dilumat dan disedot. Lidahnya menari di dalam rongga mulutku. setelah yakin Laras tidak kesakitan lagi, aku percepat gerakan penisku sedangkan Laras juga makin mantap memutar pinggulnya. Kakinya tetap melingkar di pinggangku, sementara telapak kakinya yang ada di atas pantatku menghentak-hentakkan pinggulku hingga makin dalam tusukkan penisku di vaginanya. Laras terlihat sangat menikmati persetubuhan ini. Berkali-kali dia mendesah dan mengerang karena nikmat. Matanya kadang menatapku sambil tersenyum lalu terpejam menikmati tusukkan penisku di vaginanya.
Aku juga sangat menikmati goyangan pantat Laras. Vaginanya terasa sempit dan licin, sehingga menambah rasa nikmat yang muncul di batang penisku. Vagina Laras seperti mempunyai jari yang meremas penisku. Remasan vagina Laras makin nikmat ketika dia memutar pinggulnya. Penisku serasa disedot dan dipijit vagina Laras. Kaki Laras makin erat menjepit pinggangku dari sisi kanan dan kiri, sementara telapak kakinya makin kencang menghentakkan pantatku.

Kemudian aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan tanganku yang bertumpu di springbed. Kembali aku pompa vagina Laras sambil bertumpu dengan jari kakiku seperti orang push up. Akibatnya, tusukkan penisku makin mantap dan makin dalam. Laras berkali-kali menjerit dan mengerang karena keluar masuknya penisku. Tangan Laras berusaha menggapai kepalaku. setelah didapatkan, kepalaku ditarik. Aku menjatuhkan diri perlahan sambil bibirku mengulum putingnya, lalu Laras memelukku dengan erat sambil meraih kepalaku kemudian menciumi wajahku. Bibirnya dengan ganas dan liar melumat dan menyedot bibirku, sementara goyangan pinggul Laras dan hentakan penisku di vaginanya makin cepat, bibir Laras dengan cepat mengulum telingaku hingga aku menggelinjang nikmat. Lidahnya menyusup di dalam daun telingaku dan mengkorek-korek lubang telingaku. Kurasakan vagina Laras sudah sangat basah dan semakin licin sehingga penisku makin mudah keluar masuk di dalamnya.
Kurasakan kaitan kaki Laras makin erat, hentakan telapak kakinya dipantatku makin keras, tetapi tidak langsung dilepas seperti tadi, melainkan waktu penisku menghujam di vaginanya, Laras menekan pinggulku akan lama dan tentu saja penis agak lama juga berdiam diri di dalam vagina Laras. Yang kurasakan saat penisku berdiam di dalam vagina Laras beberpa detik, terasa vaginanya makin hangat dan makin basah, hingga sampai suatu saat Laras memekik sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Laras. Apalagi ditambah tekanan telapak kaki Laras di pinggulku juga makin kencang. Pelukan Laras makin erat. Tiba-tiba kuku tangan kanannya yang tajam mencengkeram pundak kiriku sementara tangan kirinya mengkait erat leherku.

โ€œAyahโ€ฆ Sshhโ€ฆ Nikmat sekali Ayahโ€ฆ Laras pipis lagiโ€ฆโ€ teriak Laras di sela-sela orgasme yang ketiga.
Aku percepat kocokan penisku untuk menyempurnakan orgasme Laras. Mulutku mencari-cari putingnya lalu menghisapnya dengan kuat. Laras melenguh panjang lalu diam lemas tak bergerak.
โ€œKita istirahat dulu ya, Sayangโ€ฆ Laras capek kan..?โ€ kataku sambil menciumi wajahnya lalu berhenti dengan membiarkan penisku tetap di dalam vagina Laras.
โ€œNggak mauโ€ฆโ€ Laras merengek manja.
Di tengah kelelahannya, tangan Laras kembali memelukku dengan kencang. Bibir dan lidahnya menyusuri muka dan leherku, sedangkankan kedua kakinya kembali melingkar pinggangku dengan erat. Rupanya Laras tak ingin aku berhenti mempompakan penisku di vaginanya. Kembali aku ayunkan pantatku untuk memompa vagina Laras.
โ€œAyah belum apa-apa, kan?โ€ katanya lagi.

Penisku yang belum tercabut dari vaginanya digoyang dan dikocok vagina Laras. Gerakan pinggul Laras tak seganas tadi, lebih lebih lembut dan pelan tapi terasa sangat nikmat. Dengan semangat dan bergairah aku pompakan penisku ke dalam vaginanya, dan kembali Laras mengerang sambil meremas rambutku. Berkali-kali bibirnya mencari bibirku kemudian melumat dan menyedot. Lidahnya mengait lidahku. Kami saling hisap dan saling menggoyangkan pinggul.
Kembali aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan kedua lenganku. Lalu aku raih kaki Laras satu per satu dan aku angkat ke depan dadaku lalu kurapatkan kedua kakinya kemudian aku tekuk lututnya. Dengan posisi ini, vagina Laras menyempit dan terasa lebih menjepit penisku. demikian pula gesekan penisku di vagina Laras lebih terasa. Laras berkali-kali mengerang dan menjerit.
โ€œAyahโ€ฆ Laras nikmat sekaliโ€ฆ Sshhโ€ฆ Aahhhโ€ฆโ€ kata Laras di sela desahannya. โ€œAyah nikmat nggakโ€ฆ?โ€
โ€œIyaahhโ€ฆ nikmat sekali sayangโ€ฆโ€ sahutku.

Aku memompa vagina Laras dengan cara cepat dan pelan berganti-ganti. Kadang aku mengujamkan dengan keras penisku, kadang aku tarik dengan cepat tapi tidak sampai lepas kemudian aku hujamkan lagi dengan cepat dan keras. Erangan, teriakan dan desahan Laras makin sering dan makin keras terdengar. Hal ini membuat aku makin bergairan menusuk-nusukkan penisku. Apalagi kemudian badan Laras meliuk-liuk ke kakan dank e kiri seperti ular yang mengejar mangsanya. Aku percepat gerakan pinggulku memompa Laras lalu aku pelankan lagi.
โ€œSsshhhโ€ฆ Ayah nakalโ€ฆahhhโ€ฆโ€
โ€œLaras sukaโ€ฆ?โ€
โ€œSukaโ€ฆ Nikmat sekali Yahโ€ฆโ€ sahut Laras. โ€œAahhhโ€ฆ Ayah juga suka..? Aahhhโ€ฆ Ayah juga nikmat?โ€ tanya Laras kemudian
โ€œiyaaahhhโ€ฆ Ayah sukaโ€ฆ ssshhhโ€ฆ Nikmat sekali sayangโ€ฆโ€

Aku mencari klitorisnya dengan jari tangan kananku sementara tangan kiriku menahan kedua kakinya agar tetap tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kemudian, aku elus klitoris Laras sambil terus mengocok penisku. Reaksi Laras sungguh luar biasa ketika jari dan jempolku mengelus dan memijit klitoris Laras yang tegang dan licin terkena cairan yang terus-menerus merembes keluar dari vaginanya. Erangannya makin keras. Pinggulnya bergoyang makin hebat. Tiba-tiba dengan kuat kedua tangannya mencengkeram tanganku yang mengesek-gesek klitorisnya sampai kuku-kuku tangannya menghujam ke dalam kulit lenganku. Rasa sakit dan perih akibat luka terkena tusukan kuku Laras lak kuhiraukan. Jari dan jempolku teruis mengelus dan meijit klitoris Laras dengan cepat.
Tubuh Laras meliuk-liuk tak karuan, kadang ke kanan dan ke kiri, lalu melengkung ke belakang, lalu membungkuk ke depan, lalu ke belakang lagi, ke depan lagi dan seterusnya. Akhirnya terdengar jeritan Laras yang sangat keras disertai gerakan tubuhnya yang mengejang dengan kuat sambil melengkung ke belakang. Kepalanya mendongkak, pinggulnya bergetar hebat sampai aku dapat merasakan penisku seperti dipijat dan digetarkan, lalu vagina Laras terasa sangat basah dan hangat. Selanjutnya aku melepas kedua kaki Laras yang tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kaki Laras kembali membelit pinggangku. Selanjutnya aku peluk Laras sambil menggeser tubuhku sehingga pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya.

Ini aku maksudkan agar pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya sehingga klitoris Laras makin merasakan tekanan penisku. Genjotanku makin aku perkuat dan percepat. Jeritan Laras makin menjadi, gerakannya makin liar, sementara vaginanya makin kuat mencengkeram dan menggetarkan penisku. Vaginanya seolah memijat dan menghisap penisku. Penisku serasa diremas kemudian dipilin dengan benda yang sangat kenyal, licin dan hangat. Akibatnya penisku pun berdenyut-denyut. Rasa nikmat yang luar biasa mulai aku rasakan di ujung penisku, lalu perlahan menjalar menuju pangkalnya. Rasa nikmat itu kembali mengalir dari pangkal penisku dan dengan cepat menuju ujungnya.
โ€œLarasโ€ฆ sshhhhโ€ฆ Ayah mau keluarrrrโ€ฆโ€ Kataku mengeksperesikan kenikmatan yang aku rasakan.
Laras menjawab dengan mengaitkan kakinya kembali ke pinggangku kemudian menariknya sehingga penisku menghujam makin dalam. Aku tekan vagina Laras dengan penisku dalam-dalam kemudian aku peluk Laras sambil kucari bibirnya lalu melumat dan menghisapnya kuat-kuat saat spermaku muncrat di dalam vagina. Laras memekik kecil karena semprotan spermaku mengenai dinding liang vaginanya.

โ€œOhโ€ฆ Ayahโ€ฆ nikmat sekaliโ€ฆโ€
โ€œIya sayangโ€ฆ nikmat sekaliโ€ฆ.โ€
Kemudian kami terkulai dengan posisi aku menindih tubuh Laras. Laras masih berusaha menciumi wajahku dan menghisap bibirku. Kubuka mataku dan menatap mata Laras. Kami tersenyum puas lalu kembali Laras mencium bibirku.
โ€œAyah cabut yaโ€ฆ?โ€ kataku
โ€œJangan duluโ€ฆ Laras masih ingin penis Ayah ada di dalamโ€ jawab Laras. Maka aku biarkan sejenak penisku sampai mengendur dan mengecil di dalam vagina Laras. Beberapa saat kemudian aku berguling ke samping kiri Laras.
โ€œAyah puasโ€ฆ?โ€ Tanya Laras samil memelukku.
โ€œPuas sekali, Sayangโ€ฆโ€ jawabku.
Aku balas pekukan Laras dengan meletakkan tangan kiriku sebagai bantal kepala Laras sedangkan tanganku membelai wajahnya. Laras menelusupkan wajahnya di dadaku.
โ€œLaras puas nggak..?โ€ Tanyaku balik.

Laras tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil memejamkan mata kemudian menggigit putingku. Kami beristirahat sambil tiduran berpelukan. Perlahan kesadaran nalarku pulih. Aku menengok jam weker didital yang ada di atas nakas. Jam 14.36. Berarti sudah hampir sore. Aku lirik Laras yang meringkuk dalam pelukanku, ternyata dia sudah tidur.

Perlahan aku angkat kepala Laras dan aku meletakkan batal di bawah kepalanya, lalu aku bangun menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat pintu kamarku sedikit terbuka dan ada seorang di balik pintu. Sepertinya seorang perempuan. Orang itu dengan cepat menghilang dari pintu. Aku kejar orang itu sambil menyarungkan handuk di pinggangku. Sampai di pintu aku tidak melihat siapa-siapa. Yang jelas bukan isteriku, tubuh orang itu lebih pendek dari isteriku.

Ahโ€ฆ Siapa dia? Pembantuku kah? Di rumah ini hanya ada aku dua orang pembantu, seorang tukang kebun, seorang sopir, dua orang satpam dan Laras. Selain Laras, wanita di rumah ini hanya Ayu yang bertugas memasak dan Wiwid yang bertugas membersihkan rumah. Siapa dia? Ayu atau Wiwid? Aku tidak mungkin mengejar wanita itu lebih jauh. Aku segera menutup pintu dan menguncinya. Aku kembali ke tempat tidur.
Aku berbaring di samping Laras kembali. Aku tatap Laras yang tidur dengan nyenyak. Aku mencoba mengingat peristiwa yang aku alami dari pagi sampai sore ini. Apa yang baru saja aku lakukan? Menyetubuhi Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan? Kenapa Laras mau dengan mudah menyerahkan kegadisannya? Mengapa Laras sangat ahli memanjakan nafsuku? Darimana dia belajar hubungan sex? Apa..? Kenapa..? Bagaimanaโ€ฆ? Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku dan tak satupun dapat aku jawab.

Berbagai pertanyaan yang berkecamuk membuat aku ingat isteriku. Marahkah dia jika tahu? Ah, tentu saja isteriku akan marah jika tahu aku sudah menyetubuhi Laras. Haruskah aku menyesalโ€ฆ? Menyesal setelah menikmati tubuh perawan yang baru tumbuh? Perawan yang mempercayakan hidupnya kepadaku karena aku sudah mengangkat dia sebagai anak asuhkuโ€ฆ Sungguh pengecutnya aku kalau sampai hal itu terjadi. Aku tak akan menyesali persetubuhan ini.,,,,,,,,,

Author: Scott Sanchez