Cerita Sex Skandal Ngentot Pembantu Di Kamar Mandi

Author:

cerita sex hot – Cerita sex Indonesia ini adalah cerita
terbaru,,, saat itu aku sedang diminta menjaga rumah adik, karena keluarganya
akan pergi hingga sore dan Tinah tinggal di rumah, karena kondisi perutnya yang
kurang baik. Menjelang keberangkatan keluarga adik, aku sudah datang di sana.  “Mas..Tinah di rumah, perutnya agak kurang
beres. Mis yang tak bawa“, adikku memberi tahu. “Oo..ya“, jawabku. Tak berapa
lama mereka telah berangkat. Aku bergegas memasukkan sepeda motor ke dalam
rumah. Tinah lalu mengunci pagar. Aku masuk rumah lalu cepat – cepat duduk di
depan komputer, browsing, karena suami adikku memasang internet untuk mendukung
pekerjaannya. Mengecek email; cari info ini itu dan..tentunya get into
DS..he3x. 10menit kemudian Tinah menyajikan segelas es teh untukku. “Makasih ya
Tin“, ucapku. “Iya Pak..silakan diminum“, kata Tinah. pembantu – pembantu
adikku memang dibiasakan memanggil “Pak“ pada saudara – saudara majikannya,
padahal terdengar sedikit asing di telinga. 
Tinah lalu kembali ke dapur, aku lalu meminum es tehnya,
“Hah..segernya“, cuaca sedikit panas walau agak mendung. Tinah kembali memasuki
ruang keluarga, merapikan mainan – mainan anak adikku. Posisi meja komputer dan
mainan yang bertebaran di lantai selisih dua kotak. Semula aku belum ngeh akan
hal itu. Semula mataku menatap layar komputer di situs DS. Saat Tinah mulai
memasukkan kembali mainan – mainan ke keranjang, baru aku menyadarinya.
Sesekali aku meliriknya. “Sedikit putih ternyata anak ini. Bodynya biasa aja
sih, langsing dan kayaknya masih padat. Wah..ini gara – gara masuk situs DS
jadi mikir macem – macem..hi3x“, pikiranku berkata – kata. Karena jarak kami
yang lumayan dekat, maka ketika Tinah bersimpuh di lantai merapikan mainan di
keranjang, otomatis kaosnya yang sedikit longgar memperlihatkan sebentuk
keindahan yang terbungkus penutup warna biru. Tinah jelas tidak tahu kenakalan
mataku yang sedang menatap sebagian keindahan tubuhnya. “Andaikan
aku…uhh..ngayal nih“. Tak terasa penisku mulai membesar, “Ke kamar mandi
mbetulin posisi

penis nih..sambil kencing“. Komputer kutinggal dengan layar
bergambar Maria Ozawa sedang disetubuhi di kamar mandi. Aku lalu masuk kamar
mandi, membuka jins dan cd lalu mengeluarkan penis. Agak susah juga kencing
dengan penis yang sedikit tegang. “Lah..pintu lupa tak tutup“, aku terkejut.
“Terlanjur..gak ada orang lain kok“, aku mendinginkan diri.  Aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk
di depan komputer, melanjutkan ngubek – ubek DS. “Cari camilan di meja makan
ah..jadi lapar“. Aku mencari apa yang bisa dimakan untuk menemani kesibukan nge
– net. “Ada roti sama biskuit nih..asyik“.

Roti kusemir mentega dan selai kacang dan diatasnya kulapis
dengan selai blueberry, “Hmm..enaknya. Nanti bikin lagi ah..masih banyak
rotinya“. Rumah adikku tipe agak kecil, jadi jarak antar ruangan agak dekat.
Letak meja makan dengan kamar pembantu hanya 3meter – an. Kulihat dengan ujung
mata, Tinah sedang di kamarnya entah beraktifitas apa. Selesai menyelesaikan
semiran roti, aku kembali ke ruang keluarga yang melewati kamar pembantu dan
kamar mandi mereka. 2detik aku dan Tinah bertatapan mata, tidak ada sesuatu,
biasa saja. Kumakan roti sambil n – DS lagi. Terdengar gemercik air di
belakang. Mungkin Tinah sedang mencuci perabotan dapur atau sedang mandi.
“Belum ambil air putih nih..“, tak ada maksud apa – apa dengan suara air
tersebut. Hanya kebetulan aku belum minum air putih, walau telah ada es teh.
Aku ke ruang makan lagi dan mengambil gelas lalu menuju dispenser. Mata dan
pikiran hanya tertuju pada air yang mengucur dari dispenser. Baru setelah
melewati kamar mandi pembantu ada yang special di sana. ”Lah..pintunya kok
sedikit mbuka. Tin lupa dan sedang apa di dalam..moga gak mandi. Bisa dilaporin
ngintip aku”. Masih tak terlihat kegiatannya, setelah tangan yang sedang
menggapai gayung dan kaki yang diguyurnya baru aku ngeh..Tinah sedang mandi.  ”Duhh..kesempatan sangat – sangat langka
ini..tapi..kalo dia teriak dan nanti lapor adikku..bisa gawat

bin masalah.
Berlagak gak liat aja ahh”. Aku menutup pintu kaca ruang makan dan melewati
kamar mandi Tinah. Tiba – tiba ”Ahh..ada kecoak..Hush..hush..Aduhh..gimana
nih”, terdengar keributan di sana. ”He3x..ternyata dia takut kecoak toh”, aku
tersenyum sambil pegang gelas saat melewati kamar mandi. ”Pak..Pak”, Tinah
memanggilku. ”Walah..malah panggil aku. Gimana nih”. ”Tolong ambilkan semprotan
serangga di gudang ya Pak..cepet ya Pak..atau..”, tidak terdengar lanjutan
kalimatnya. Sejak Tinah bersuara, aku sudah berhenti dan diam di dekat pintu
kamar mandi. ”Atau..Bapak yang masuk pukul kecoaknya..mumpung masih ada”,
lanjutnya. Deg..”Ini..antara khayalan yang jadi nyata dan ketakutan kalo
dilaporkan”, aku berpikir. ”Cepet Pak..kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk aja..nggak
pa – pa.  Nggak saya laporin ke Bapak
sama Ibu”, Tinah tahu keraguanku. ”Jangan ah..nanti kalo ada yang tau atau kamu
laporin bisa rame”, jawabku. ”Nggak Pak..bener. Aduh..cepet Pak..dia mau pindah
lagi”, Tinah kembali meyakinkanku dan meminta aku cepat masuk karena
kelihatannya si kecoak mau lari lagi. ”Ya udah kalo gitu. Bentar..ambil sandal
dulu”. Sambil tetap menimbang, take it or leave it. Aku menaruh gelas di meja
makan lalu mengambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu. Entah rejeki atau kesialan
bagiku tentang kemunculannya. ”Aku masuk ya Tin”, masih ragu diriku. ”Masuk aja
Pak”, Tinah tetap membujukku. Kubuka pintu kamar mandi sedikit, lalu kuintip
letak kecoaknya, belum terlihat. Pintu dibuka lebih lagi oleh Tinah.

Kepalanya sedikit terlihat dari balik pintu dan tangannya
menunjuk letak kecoak, ”..tuh Pak mau lari lagi”. Aku melihatnya dan mulai
masuk. Tinah berdiri di balik pintu dengan menutupi sedikit bagian tubuhnya
dengan handuk. Terlihat paha; pundak dan daging susunya. Serta rambut yang
diikat di belakang kepalanya, walau hanya sedikit semua. Handuknya menutupi
bagian paha ke atas, perut hingga bagian dada, warna biru, yang disangga tangan
kirinya. Semua hal itu dari ekor mataku, karena fokusku pada sang kecoak.
”Memang mulus dan cukup putih”,

masih sempat aku memikirkannya. Bagaimana
tidak, jarak kami hanya 2 – 3 langkah, tidak ada orang lain lagi di rumah.  ”Plak..plak”, kecoak pun mati dengan sukses.
Aku guyur dengan air agar masuk ke lubang pembuangan. Tanpa memikirkan lebih lanjut,
aku lalu melangkah ke luar kamar mandi. ”Terima kasih ya Pak..sudah nolongin”.
”Oh..iya..”, sambil kutatap dia dan Tinah tersenyum. ”Bapak nggak cuci tangan
sekalian..di sini saja”, tawar Tinah. ”Wah..ini. Makin bikin dag dig dug”.
”Emm..iya deh”. Aku akan mencuci tangan dengan sabun, yang ternyata posisi
tempat sabun ada di belakang tubuh Tinah. Aku menengok ke belakang tubuhnya.
Rupanya dia baru sadar, lalu mengambilkan sabun, ”Maaf Pak..ini sabunnya”.
Tinah mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang sedikit basah berpindah
dan tangan kami mau tidak mau bersentuhan. ”Makasih ya”, ujarku. Aku mencuci
tangan dan mengembalikan sabun padanya. ”Bapak nggak..sekalian mandi”, tanya
Tinah. ”Waduh..tawaran apa lagi ini. Tambah gawat”. ”Iya..nanti di rumah”.
”Nggak di sini saja Pak?”. ”Kalo di sini yaa di kamar mandi depan”. ”Di kamar
mandi ini saja Pak..”. ”Nggaklah..jangan. Di depan aja. Kalo di sini ya habis
kamu mandi”. ”Maksud saya..sekalian sekarang sama saya. Hitung – hitung Bapak
sudah nolongin saya”. Matanya memohon. Deenngg, sebuah lonceng menggema di
kepala. ”Ini ajakan yang membahayakan, juga menyenangkan”, pikirku. ”Bapak
nggak usah mikir. Saya nggak akan bilang siapa – siapa. Ya Pak..di sini saja”,
dia memahami kekhawatiranku. ”Emm..ya udah kalo kamu yang minta gitu”, jawabku.  Entah mengapa aku merasa canggung saat akan
membuka kaosku. Padahal tidak ada orang lain dan juga sesekali ke pijat plus.
Aku buka jam tanganku dulu, lalu aku keluar dari kamar mandi dan kuletakkan di
meja makan. Posisi Tinah masih tetap di belakang pintu, dengan tangan kanan
menahan pintu agar tetap agak terbuka. Kembali ke kamar mandi, kubuka kaosku
dan kusampirkan di cantolan yang menempel di tembok. ”Pintunya nggak ditutup
aja
Tin ?”, tanyaku. Pertanyaanku sesungguhnya tidak memerlukan jawaban, hanya
basa basi. “Nggak usah Pak..kan nggak ada siapa – siapa”, jawab Tinah. Lalu
kubuka jinsku, kusampirkan pula. Sesaat aku masih ragu melepas kain terakhir
penutup tubuhk, cd – ku. “Bapak nggak nglepas celana dalem ?”, tanyanya.
“Heh..ya iya”, kujawab dengan nyengir. Penisku sebisa mungkin kutahan tidak
mengembang, tapi hanya bisa kutahan mengembang ¼ – nya. Sengaja kutatap matanya
saat melepas cd – ku. Mata Tinah sedikit membesar. Kusampirkan juga cd – ku.

Lalu dengan tenang Tinah menyampirkan handuk biru yang sedari tadi menutup sebagian tubuhnya. “Duh..pantatnya masih ok. Pinggangnya tidak berlemak. Sabar ya nak..kita liat situasi dulu”, kataku pada sang penis sambil kuelus.  Tinah lalu membalikkan badan. Cegluk, suara ludah yang kutelan. “Uhh..susu yang masih bagus juga. Pentilnya nggak terlalu besar, areolanya juga, warnanya pas..nggak item banget. Perutnya sedikit rata dan..hmm..rambut bawahnya hanya sedikit”. Mau tidak mau, penisku makin mengembang dan itu jelas dilihat Tinah. Kembali sebisa mungkin kutahan perkembangannya. Tinah lalu menggosok gigi dahulu. Karena aku tidak membawa sikat gigi, hanya berkumur dengan obat kumur. “Bapak saya mandiin dulu ya”, kata Tinah. “Terserah kamu”, jawabku sambil tersenyum. Tinah lalu mengambil segayung air, diguyurkan ke badan dari leher dan pundak. Mengambil lagi segayung, diguyurkan ke perut dan punggung ditambah senyum manisnya. Ia lalu meraih sabun, digosokkan ke leher; pundak; dada dan tangan kananku. Dibasahinya sabun dengan diguyur air lalu digosokkan ke tangan kiri; perut; penis; bola – bolaku. “Uhh..gimana bisa nahan penis nggak ngembang”. Bagaimana tidak, saat menggosok penis dan bola – bolaku sengaja digosok dan di urutnya. Ditatapnya senjata kebanggaanku, lalu menatapku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum juga. Diambilnya lagi segayung air, sabun dibasahi dan sisanya diguyurkan ke paha dan kaki lalu digosoknya. Sabun kemudian diletakkan di pinggir bak mandi, kemudian mengambil segayung air dan diguyurkan

ke badan depanku. Ambil segayung lagi dan diguyurkan lagi, tak lupa senjataku dibersihkan dari sisa – sisa sabun. Sedikit diremas oleh Tinah. Kutahan keinginanku untuk membalas perlakuannya, “biar Tinah yang pegang kendali”.  “Balik badan Pak”, perintahnya. Air diguyurkan ke punggung dan bagian bawah badanku. Digosoknya punggung; pantat; lalu paha dan kaki sisi belakang. Bonusnya, kembali menggosok penis dan bola – bolaku dan meremasnya. “Duh..ni anak. Bikin senewen..sengaja membuat panas aku“. Kembali air mengguyur tubuh belakangku, sebanyak 3x. Dibalikkan badanku lalu mengguyur senjataku, digosok – gosoknya hingga sedikit memerah. Jantungku makin berdebar. “Sudah selesai Pak“, kata Tinah. “Makasih ya Tin“. “Emm..kamu mau tak mandiin juga ?“, kepalang basah, kutawarkan permintaan seperti dia tadi. “Nngg..nggak usah Pak..ngrepoti Bapak“. “Ya nggaklah..jadi imbang kan“. Langsung kuambil segayung air lalu kuguyur ke tubuh depannya. Ia hanya menatapku. Kuambil lagi segayung. Lalu sabun yang tadi tergeletak di pinggir bak mandi kuambil dan aku basahi. Kugosok leher; pundak; dan kedua tangannya. Kubasahi sabun lagi dan kugosokkan ke dada; kedua susu dan pentilnya; serta perut. Kutatap matanya saat kugosok kedua gunungnya yang kumainkan sedikit pentil – pentilnya. Tinah juga menatapku.

Baca Juga Cerita Sex Panas : Cerita Sex Menikmati Memek Mulus Tante Keturunan Arab

Matanya mulai sedikit sayu. 1menit – an kumainkan pentil
–pentilnya, lalu sedikit kuremas susu kirinya. Bibirnya sedikit membuat huruf o
kecil dan “ohh..hhmm“. Kubasahi lagi sabun, dan kugosokkan ke pinggang; paha
dan kedua kakinya. Vagina luar hanya kusentuh sedikit dengan sabun, takut perih
dan iritasi nanti. Itupun sudah cukup membuat matanya makin meredup. Air
segayung lalu kuguyurkan ke tubuhnya 2 – 3x. Kugosok dan kuremas sedikit keras
dua gunungnya. Sedikit berguncang. Dua tangan Tinah memegang pinggir bak mandi,
mulai erat. Kumainkan lagi pentil – pentilnya. 
Aku merundukkan badan dan kukecup pucuk – pucuk bunganya bergantian. Tak
perlu lagi ijin darinya. Tangan kiriku

mengusap – usap lembut luar vaginanya.
“Ouuh Paakk..“, Tinah mulai mendesah. Kukecup bibirnya lembut, “nanti dilanjut
lagi“. Matanya seakan bernada protes, tapi Tinah diam saja. Kubalikkan
tubuhnya, lalu kuguyur punggungnya sekarang. Sabun kugosokkan ke punggung;
pinggang; pantat. Sabun kubasahi lagi lalu kugosokkan ke paha dan kaki bagian
belakang. Aku menyusuri tubuh depannya lagi dari pinggang belakangnya. Tinah
sedikit menggeliat geli. Kutangkupkan dua tanganku di dua susunya. Aku senang
bermain – main di susu yang bagus atau masih ok. Seluruh belakang lehernya aku
cium dan kecup, begitu juga dua kupingnya dan kubisikkan ”kamu diam saja
ya..cup”. ”Geli Paakk..”, Tinah mendesah lagi. Dua pucuk bunganya makin
mengencang dan keras. Aku menyentil – nyentil, kuputar – putar seperti mencari
gelombang radio. Dua tangan Tinah mencengkeram paha depanku. ”Aahh..hmmppff”,
erangnya. Tangan kananku mengambil segayung air, kuguyur ke tubuh depannya.
Kali ini kuusap – usap vagina luarnya dengan tangan kanan, sedang yang kiri
tetap di susu kanan Tinah.  Pahaku makin
dicengkeramnya. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seiring kecupan dan
ciumanku di belakang leher dan daun – daun telinganya. Sesekali aku menyentuh
bibir dalamnya. Terasa telah menghangat dan sedikit basah. ”Ppaakkk..oohhh”.
Tubuhnya mulai menggeliat – geliat. Jari tengah kanan kumasukkan sedikit dan
kusentuhkan pada dinding atas vaginanya, sedang jempol kananku kutekan –
tekankan di lubang kencingnya. ”Aauugghhh Ppaakkk..eemmmppfff”. Kuku – kuku
jemari Tinah terasa menggores dua paha depanku. ”Kenapa Tinah..hmm..kamu
sendiri yang memulai kan”, bisikku. Tangan kiriku meraih kepalanya dan
kupalingkan ke kanan, dan kutahan lalu kucium dengan nada 2 kecup 1 masukkan
lidah.

Tinah terkejut, matanya sedikit membesar tapi kemudian ia
menikmatinya. Ganti tangan kananku melakukan hal yang sama. Tinah hanya bisa
mengeluarkan suara yang tertahan ”nngg..emmppfftt..nnngggg”, begitu berulang.
Vagina dalamnya makin hangat dan basah. Secara tiba – tiba kuhentikan lalu
kubalikkan badannya menghadapku. Kemudian aku sandarkan tubuhnya di bak mandi.
Aku kemudian

berjongkok dan mulai mengecupi vaginanya. ”Jjanggann
Ppakk..jorok..”, dengan dua tangannya menahan laju kepalaku. Kutatap matanya
dan ”sssttt..”, jari telunjuk kanan kuletakkan di bibirnya. Dua tangannya
kusandingkan di samping kiri dan kanan tubuhnya.  Kukecup kecil, sekali dua kali. Kemudian
lidahku mulai menjulur di pintu kenikmatan kami. Mataku kuarahkan menatapnya.
Tinah agak malu rupanya, tetapi ada sedikit senyum di sana. Lidahku makin
intens menyerang vagina luar dan dalamnya. ”Ssuuddaahh
Pppaakk..aaaddduuuhh..oohhhh”, disertai geliat tubuh yang makin menjadi. Karena
tak tahan dengan seranganku, dua tangannya meremas dan sedikit menarik rambut
dan kepalalu. Cairan lavanya makin keluar. Dua tanganku mendekap erat buah
pantatnya. Jari tengah kiriku sesekali kumasukkan ke vagina dari belakang lalu
kesentuhkan dan kutekan sedikit ke anusnya. ”Aammppuuunnn
Pppaakkk..oouuuggghh..eeemmmpppfffs  ssuudddaahhh..ooohhhh”,
matanya agak membeliak ke atas dan kepala serta rambutku diremasnya kuat. Lava
kepuasan dirinya mengalir deras, rasanya gurih sedikit manis. Kudekap erat
Tinah dengan kepalaku di vaginanya dan pantatnya kuremas – remas. Kepalaku
tetap diusap –usap oleh Tinah. Ia menarik kepalaku dan menciumnya ganas. Lambat
laun Tinah dapat belajar dariku. Tangan kanannya meremas dan menarik – narik
penisku. ”Panjang ya Pak”, tanya Tinah. ”Biasa kok Tin..pingin ya..”, godaku.
”Aahh Bapak..”, jawabnya dengan memainkan bola – bolaku. Tinah merundukkan
tubuhnya lalu tangan kirinya memegang penis dan menciumnya. Mungkin ia belum
pernah meng – oral suaminya dulu sebab penisku hanya dicium – cium dan diremas
– remas. ”Kamu mau ngemut burungku Tin..kayak ngemut permen lolly ? Tapi kalo
belum pernah ya nggak usah..nggak pa – pa”. Tinah menatapku dan kubelai
rambutnya. Dengan wajah ragu didekatkannya penisku di bibirnya. Tinah mulai
membuka mulut, sedikit demi sedikit penisku memasuki mulutnya. Tinah menatapku
lagi, meminta penjelasan langkah selanjutnya. ”Sekarang..kamu maju mundurkan
dengan dipegang tanganmu. Yaa..gitu..oohh..hhmm”. Rupanya muridku cepat
mengerti penjelasan gurunya. Rambut dan kepalanya kubelai dan kuremas – remas.
”Lalu..lidahmu kamu puter – puter di kepala penis atau
di lubang kencing yang
bergaris panjang ituuu..yyyahhhh..sssuuudddaahh pppiiinnnttteeerrr kkkaaammuu
Tttiinnnn”.  Kuangkat kepalanya dari
penisku dan kami berciuman dengan panas. Saling meremas susu; pantat dan
kelamin masing – masing. Lalu kubalikkan lagi tubuhnya menghadap bak mandi.

Dua tangannya kuletakkan di pinggir bak mandi. Kembali aku bermain – main di gunung Tinah. Penisku yang telah panas dan mengacung sekali kudekatkan ke vaginanya. Kukecup – kecup pundak dan leher belakangnya. Ikat rambutnya aku lepas sehingga dirinya terlihat makin seksi kala menggeliat – geliat dan rambutnya tergerai ke sana kemari. Aku geser – geserkan penis di pintu surgawinya, sengaja aku mempermainkan rangsangan pada Tinah. ”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu mau burungku kumasukkin..hmm.. ?”. ”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya makin kencang. Kumasukkan penis pelan – pelan. ”Eemmppff..”, erangnya. Lalu kuhentakkan pelan hingga penisku terasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Aku menggerakkan tubuh pelan – pelan, kunikmati jepitan dinding – dindingnya yang masih kuat. Dua tanganku tak henti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 pelan 3 kuhentakkan dalam – dalam. Lalu tangan kananku meraih kepalanya seperti tadi dan kucium panas bibirnya. Dinding vagina Tinah makin hangat dan banjir sepertinya. Dua tangannya mencengkeram erat pinggir bak mandi.  Sekarang tanpa hitungan, kumasuk keluarkan penis cepat dan kuat. ”Oohh.. oohh…hhmmppffftt..”, erang Tinah berulang. Sedang aku sedikit menggeram dan ”oouugghhh..hhmmppff..mpekmu enaknya Tttiinn..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku dan pantat Tinah makin rapat. Tangan kanan kuusap – usapkan di vaginanya. Dalam kamar mandi hanya ada suara tetes air satu – satu serta desah, bunyi beradunya paha dan pantat dan erangan kami. ”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Tttiiinnn..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Di dalam apa di llluuaarrr”, tanyaku. ”Dddaa lllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Tinah. Mendengar itu serangan makin kufokuskan. Segala yang ada di tubuhnya aku remas. Dua tangan Tinah tak tahan di pinggir bak mandi dan mencengkeram paha serta pantatku. Bibirku dicarinya lalu

”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas kuat – kuat. Bibirnya dilepas dariku dan ”ooouuggghhh..”, desah Tinah panjang. Lava yang hangat terasa mengaliri penisku yang masih bekerja. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kudekap erat tubuh depannya. Kukecup dan kugigit leher belakangnya.

Baca Juga Cerita Sex Mesum : Cerita Sex Penjual Nasi Yang Bertubuh Bak Gitar

Lalu tangan kiriku meraih kepalanya dan kucium dalam –
dalam. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan magma berkali – kali. ”Ooouugghhh
Tttiinnaahhh..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di
susu sedang yang kanan di vaginanya.  Lama
kami berposisi seperti itu. ”Makasih ya Tin..kamu baik sekali. Enak banget
tubuhmu”, kataku dengan membalikkan badannya dan kucium mesra bibirnya. Penis
kumasukkan lagi, masih ingin berlama – lama di hangatnya vagina Tinah. ”Saya
yang terima kasih Pak. Sudah lama saya pingin tapi sama orang nggak kenal kan
nggak mungkin Pak. burung Bapak pas di mpek saya”, Tinah menjawab dan mencium
bibirku pula. ”Mpekmu masih kuat nyengkeramnya..dan panas”. Kubelai – belai
kepalanya, ”kok bisa kamu pingin ngajak main sama aku ? Malah aku yang takut
kamu laporin”. Sambil mengusap – usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin
mainan adik, saya liat gambar di komputer. Terus waktu Bapak kencing tadi kan
lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang agak gede pas keluar dari celana”.
”Oo gitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih nyimpen obatnya ?”, sambil kucubit
pipinya. ”Masih kok Pak..sisa yang dulu”, jawab Tinah. Makin lama terasa
penisku yang mengecil. Kucium dalam – dalam lagi bibirnya, ”sekarang..mandi
yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Tinah menjawab sambil tersenyum manis. Ia lalu
memelukku erat. Aku membalasnya dengan memeluk erat dan mengusap – usap
punggung serta kepalanya. TAMAT

Cerita Sex SARI Sebagai Imajinasi Senggamaku.

Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk
orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks atas wanita.
pengalaman ini kualami

beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang lalu di
tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satusatunya cewek di
kost ini, namanya Sari.  Aku heran ibu
kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Sari bekerja di dekat
kost sini. Sari cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang
relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora
adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan
aku bisa mendapatkannya, pikirku. menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke
vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya. 
Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah
punya pacar yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, aku baru pernah dua
kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan mbak Anik, teman sekantorku dan
dengan Esther. Dengan pacarku, aku belum pernah melakukannya. Swear..! Beneran.  Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah
dari rumah induk ibu kost, sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Sari dari
kamarku yang hanya berjarak tidak sampai 10 meter. Yang gila dan memuncak
adalah aku selalu melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka
melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari tempat
untuk melampiaskan imajinasi seksku
Sambil memanggil nama Sari, crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak
dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Sari. Aku juga
suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau
pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang
lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan mengocok penisku,
menyebut-nyebut nama Sari sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, aku pernah
melakukan masturbasi di depan kamar Sari, kumuntahkan spermaku menetesi pintu
kamarnya. Lega rasanya setelah melakukan itu. 
Sari kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam
diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya.

 Bahkan beberapa kali
kulihat suka pulang

pagi-pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai kejadian yang
menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu. 
Seperti biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah
larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, lalu
celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan tangan
kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Sari. Tapi tiba-tiba aku terhenti
mengocok penisku, karena memang Sari entah tiba-tiba tengah malam itu baru
pulang.  Dia memandangiku dari kejauhan,
melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya.
Sepertinya kutangkap dia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap
keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut. 
Setelah dia masuk kamar, dengan cuek kulanjutkan masturbasiku dan tetap
menyebut nama Sari. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya,
bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya
tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan
keinginan yang lebih dalam.  Paginya,
ketika aku bangun, sempat kusapa dia. 
“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di
matanya. Kami hanya bertatapan. Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga
begitu.  “Kok semalam sampai larut
sih..?” tanyaku. “Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi
sebelum dia menjawab. “Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu
gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi. “Semalam
nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba menyelidiki. Wajahnya memerah dan
tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Sari
pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.
Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku
berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada halaman kecil
kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian.
Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon
di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon
mangga
besar yang cukup rindang.  Rasanya nasib
baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Sari atau
berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab.
Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang
saja kalau aku sangat menginginkannya.

Sari diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau
tertunduk.  Aku mengajaknya menikmati
malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat
kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo,
istrinya di sana, tiap Sabtu pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung,
persiapan Puasa di rumah. Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku
dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping,
tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Sari di halaman, di
meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah
mendapat jawaban pasti.  Sabtu malam,
malam semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost.
Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan
beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku
sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, aku sudah menelan beberapa obat
kuat/perangsang seperti yang diiklankan.  
Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Sari mau
menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku
sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku
mengocok penisku. Sambil kusebut nama Sari, kupejamkan mataku, kubayangkan
sedang menikmati tubuh Sari. Sungguh mujur aku waktu itu. Di tengah
imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Sari telah ada di
belakangku.  Tanpa malu dan sungkan
dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku.  Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya,
lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat. “Sari.. Sari.. achh.. achh..
nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang
terangkat tergelincang

karena kocokan tangan Sari.  “Uhh.. achh.. Sari, Sari.. ohhh.. aku mau
keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri. Kemudian kulihat Sari
bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.  “Oohhh Sari… Uhh Sariii.., Saarrii… Nikmat
sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat. Akhirnya aku tidak
dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Sari,
membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya,
pikirku. 

Lalu Sari berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang. Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Sari, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.  Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Sari yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.  “Ehh.., ehhh..!” desis Sari menikmati cumbuanku. “Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya. Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhhh.., aku segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.

Baca Juga Cerita Sex Mesum : Cerita Sex Menikmati Memek Mulus Tante Keturunan Arab

 Terkadang dia
mendesis, terlebih

kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya,
sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan
tangan kanan atau kiriku seolah mau lepas. Sari menegang,
menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri
lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya,
kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua
telanjang bulat.  Kutangkap kedua tangan
Sari dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal
bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata tubuh kami
masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku
menempel lagi di tubuhnya, enak rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di
dadaku dan tangannya memeluk leherku. 
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku
menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di
sana, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Sari tergelincang dan
menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia
berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di
klitorisnya sampai terasa semakin basah. 
Kubimbing Sari mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang.
Kusuruh dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan
kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka
saja seiring rabaanku.  Setelah itu aku
turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya. 

Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit. “Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.   Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.  Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan sensasi jepitan

vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Sari dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur.  Ahh Sari, dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman.Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan Sari. Demikianlah cerita sex hot. Cerita Sex SARI Sebagai Imajinasi Senggamaku.