Nafsu Birahi Citra 16 : Senyum Terindah
Cukup lama Citra mematut diri di depan cermin lemari pakaianannya. Berputar putar dan melenggak lenggok samil memperhatikan beberapa bagian tubuhnya.
“Hhhh… Perutku makin membuncit… ” Kata Citra sambil mengudap-usap perutnya yang mulai terlihat membesar.”Tetekku…. Juga makin turun….” Imbuhnya lagi sambil berulang kali meremasi payudaranya kiri dan kanan secara bergantian. “Putingnya juga makin berwarna gelap…..”
“Mirip tubuh tukang sayur…. Tubuhku makin jelek… Tubuhku nggak seindah dulu…”
“Tak seindah dulu….” Ulang Citra. Sekilas, istri Marwan itu kembali teringat akan masa lalunya, teringat akan masa sebelum ia hamil, teringat akan masa malam pertamanya. “Dulu… tubuhku begitu menggoda… Tak ada seorangpun yang tak terpesona ketika menatap tubuhku….”
“Tubuhmu bagus banget Dek….” Kata Marwan sambil mengusapi payudaranya besar Citra. “Nafsuin…”
“Ah mas Marwan bisa aja…. SLUURP….” ucap Citra sambil menyelomot penis mungil suaminya.
“Uuuhh… Deeek…. Enak sekali isepanmu Deeekk….”
“8 cm…” Batin Citra, “Titit segitu… Tak terlalu kecil kali yaa…?” Tambah Citra lagi sambil terus meremasi kantung zakar suaminya.
“Ssshhh…. Deeek…. Uuuuhh… Enaaaknyaaaa…”
“Ahhhh…. Walaupun gak sebesar titit mantan-mantanku… Sepertinya ukuran titit segini masih bisalah memberikan diriku kenikmatan…” Batin Citra lagi sambil berulang kali membolak-balik batang kelamin suaminya.
“Kecil ya dek…?” Tanya Marwan yang sepertinya merasakan kegalauan istrinya. “Maaf ya Dek kalau bikin kamu kecewa…” Kata Marwan lagi sambil mengusapi rambut lembut Citra.
“Hmmm….. Enggak kok mas… Titit segini juga bisa memberi enak… ” Kata Citra berusaha membesarkan hati suaminya. “Yang penting khan titit mas masih bisa bangun…. Hihihi….”
“Makasih ya Dek…. Kamu mau menerima kekurangan Mas…”
“Hihihi… Iya Mas….Yuk Mas…. Kita coba lagi…. Aku udah pengen lagi nih… ”
Citra
Memang, Marwan bukanlah pacar pertama Citra. Ia adalah lelaki kesekian yang pada akhirnya bisa menikmati tubuh wanita molek itu. Karena sebelum berpacaran dengan Marwan, Citra telah menjalin hubungan dengan begitu banyak lelaki.
“Om Fais 17 cm, pengusaha, sering ngajak keluar kota, sukanya main-main ayam SMA….”
“Martin 11 cm, pedagang, baru punya anak kedua, pengen maen bertiga mulu….”
“Bang Rustam 12 cm, PNS, susah berdiri kalo pagi hari… ”
“Mas Budi 10 cm, mandor, mainnya selalu terburu-buru, tapi royal ama uang… ”
“Ridwan13 cm, anak SMP, lumayanlah buat kelas perjaka, mainnya lama….”
“Om Tejo 17 cm, bos kayu, bapak-bapak beristri dua, suka pake obat kuat, minta keluar dimulut terus… ”
“Sapto 12 cm, juragan roti, tititnya banyak panu, suka main di tempat umum… ”
“Nardi 9 cm, CS, jembutnya bauk dan panjang banget, cuman orangnya setia… ”
“Hmmm… Siapa lagi ya…?” Tanya Citra dalam hati sambil mengetuk-ketuk pipi mulusnya, mencoba mengingat nama-nama lelaki yang sudah pernah menikmati keindahan tubuhnya.
“Mas Rudi 14 cm, supir, punya tahi lalat di kantung telornya, suka gigit-gigit puting….”
“Mirza 16 cm, mahasiswa, berondong tajir, anak om Faiz… ”
“Rian 11 cm, mahasiswa tingkat akhir yang nggak lulus-lulus… ”
“Mas Puji 18 cm, olahragawan sejati…”
Karena jam terbangnya yang cukup tinggi , tak sulit bagi Citra untuk mengetahui ukuran kelamin beserta ciri khas dari masing-masing lelaki yang pernah tidur dengannya.
***
“Sayang… Enak banget memekmu….” Ucap Puji yang tak henti-hentinya mencucupi vagina Citra dengan wajah penuh nafsu.
“Sshh…. Uuuoohhh… Enak banget masss…” Erang Citra sambil terus-terusan meremasi rambut ikal Puji.
“Pasti memek ini rasanya legit banget ini sayang….Aku suka… Sluurpp…. Nyam….”
“Iya mas… Legit…. Ooohh… Jilat terus mas… Jilaaaat….. Sshh…”
“Aku pengen ngentotin kamu sayang…. Kita ngentot yuk…”
“Sshhh….Ini juga kita lagi ngentot mas…. Uuuhhh…”
“Kali ini aku pengen masukin kontolku sayang…. Aku pengen ngontolin memek kamu…” Kata Puji yang tiba-tiba menghentikan jilatannya pada vagina Citra dan merangsek naik dan menempatkan penisnya di bagian bawah tubuh pacarnya.
“Looh… Mas… Kok berenti,,,,?”
“Aku pengen masukin kontolku sayang… Boleh yaaa..?”
“Enggak Mas… ” Tolak Citra ketus, sambil menahan pinggul Puji menjauh dari celah selangkangannya
“Ayolaaah…. Dikiiitt aja… Kepalanya aja deeehh….” Pinta Puji sambil mulai menyelip-nyelipkan batang beruratnya kecelah kenikmatan Citra.
“Ssshh…. Digesek-gesek aja mas… Gitu juga enak khan…? Eeehhhmmm….”
“Ayolah sayaang…. Dikiiiittt aja….” Kata Puji yang kemudian menggerak-gerakkan batang penisnya menggasak vagina Citra dari luar bibir kelaminnya.
“Kalo mau masukin tititmu…. Kita nikah dulu mas….”
“Pikiranmu kok kolot banget sih sayang… ” Gerutu Puji, “Emang harus begitu ya…?”
“He’eeehhh…. ” Jawab Citra sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, “Ssshh….Oooohh….”
“Aku pasti nikahin kamu kok sayang…. Tapi sebelumnya, kita coba yang enak-enak dulu yuk… Aku pengen ngontolin memek kamu…..”
“Sssh… Nggak Mas….Enggak… ” Jawab Citra meninggikan suaranya.
“Kamu nggak sayang aku yaaa…?”
“Bodo ah…. Kalo mas nggak mau nahan diri… Yaudah… Mending mas pulang aja deh… Kita gausah ngelakuin hal seperti ini lagi…” Kata Citra ketus sambil mendorong tubuh Puji menjauh.
“Pleeeeaaaseeee… Dikit aja sih… ” Pinta Puji pantang menyerah, “Masa dari dulu cuman dikasih nggesek-gesek mmek mulu sihhh…?”
“Enggak mas… Enggak…!” Ucap Citra mulai emosi. “Hormati prinsipku mas… Kalo mas nggak mau nurutin, silakan aja mas cari cewek lain yang mau muasin nafsu-nafsumu…”
Merasa tak dapat meminta persetujuan Citra, akhirnya Puji menyerah.
“Hehehe… Iya deh.. Iyaaa… Kita gesek-gesekkan aja yaaa….” Rayu Puji sambil terus menggoyang pinggulnya maju mundur.” Begini juga enak kok sayang…” tambahnya lagi sambil meremas dan menyeruput payudara besar kekasihnya.
Itulah hebatnya Citra, walaupun ia adalah petualang cinta ,memiliki banyak pacar, dan seringkali melakukan persetubuhan, ia masih tetap ingin menjaga keperawanannya. Yah, walau hanya sekedar kissing, necking, grinding, dan petting, sedikit banyak Citra sudah bisa mendapat kepuasan dari mereka.
Namun, berbeda dengan Puji. Lelaki bertubuh besar itu tak mampu menahan hasrat birahinya untuk melangkah lebih lanjut. Karena rasa penasaran dan nafsu Puji yang begitu besar, menggesek-gesekkan penis saja dirasanya sangat amat kurang. Terlebih persetubuhan ala Citra ini sudah sering mereka lakukan semenjak awal hubungan cinta mereka.
“Terus mas… Terus…. Gesek terus… Ooohhh… ” Erang Citra keenakan.
“Aku harus mendapatkan keperawananmu Citra….” Pikir Puji sengit. “Harus bisa..”
Sambil terus berpura-pura menuruti permintaan Citra, Puji terus saja menekan pinggulnya ke selangkangan Citra, menggerakkan tubuhnya naik turun guna menggesek-gesekkan batang penisnya kuat-kuat ke vagina kekasihnya.
“Sssh….Uuuhh… Enak sayang… Enak….” Erang Citra yang mulai terlena akan kenikmatan persetubuhannya. Walau penis Puji tak sampai masuk keliang kenikmatannya, namun urat-urat yang bertonjolan di batang kelamin kekasihnya itu mampu menggelitik klitorisnya secara maksimal. Sehingga membuat wanita bertubuh sintal itu menggelijang-gelijang keenakan.
“Ayo terus sayang… Aku mau sampe nih…. Ayo gesek terus… Teruuuss.. Uuuhh ”
“Hehehe… Begitu orgasmemu datang… bakal aku sodok memek munafikmu ini dengan kontolku Citra…. Hehehe…” Pikir Puji licik. Sengaja, Puii bersiasat untuk menggiring Citra pada kenikmatan tertingginya guna bisa mencoblos gerbang kenikmatannya. “Ketika kamu orgasme… pasti pertahananmu bakal melemah…”
“Aku mu keluar mas… Aku mau keluaarr… Oooohhhh… Ooooohhhh….” Teriak Citra sambil membalas goyangan pinggul Puji. Kaki jenjang Citra pun langsung mengait ke paha Puji dan jemarinya mencengkeram kasur kuat-kuat.
“Ooooohhhh…..Aku keluuuuaar maaasss….. Aku keluuuaaarrr….” Erang Citra lantang.
“CREET CREEEET….. CRE…..”
Tiba-tiba, ketika Citra sedang asyik-asyiknya merasakan kenikmatan tertingginya, Puji langsung membelokkan arah gesekan penisnya menjadi tusukan. Dan dengan kecepatan tinggi, kekasih Citra itu lalu menggenggam batang kelaminnya lalu mengarahkan kepala penisnya tepat kelubang vagina Citra.
“OOUUUGGHHH… AARRRGGGHHHH….” Teriak Citra keras sambil mengejat-kejat. “Aaaaarrrggg….. Maaas… Apa yang kamu lakukan….? Jangan Mas…. Jangan…”
“Dikit aja sayang…. Dikiit ajaaa yaaa…” Pinta Puji sambil mencoba tanpa henti, menusukkan kepala penisnya ke vagina Citra. Dengan badannya yang berukuran besar, ia buru-buru mendekap tubuh mungil Citra dan terus menusukkan kepala penisnya maju. Berusaha mendobrak gerbang kewanitaan Citra.
“ENGGAK MAS… ENGGAAAK…” Ronta Citra sambil menahan sekuat tenaga, “Enggak Maaass… Aku nggak mau…!” teriak Citra lantang sambil mencoba mendorong tubuh kekasihnya itu. Walau kakinya masih lemas karena orgasmenya, Citra berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh besar Puji menjauh.
“GUBRAK…”
Puji jatuh kebelakang, terjengkang dan terguling dari dipan membentur lemari pakaian. Kesempatan itu langsung Citra gunakan untuk melarikan diri.
“BANGSAT….” Teriak Puji spontan. Dengan muka yang memerah, ia lalu buru-buru bangkit dari tempatnya terjatuh dan langsung melompat mendekat kearah Citra dan menangkap pergelangan tangannya. Sambil membalikkan tubuh kekasihnya, Puji mulai memberikan hukuman pada Citra.
“PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK….” Lima tamparan hebat dari tangan besar Puji segera mendarat diwajah ayu Citra, membuat matanya seketika berkunang-kunang dan tubuhnya terhuyung lemas.
“KAMU…. CEWEK AKU…. JADI KAMU…. HARUS TURUTIN…. APA MAUKU….” Perintah Puji dengan nafas menderu-deru. “KALO KAMU MAU NAKAL.. SINI AKU AJARIN….” bentak Puji sambil meremas payudara Citra kuat-kuat dan menamparnya berkali-kali. Sehingga membuat kulit payudara yang semula putih mulus seketika menjadi merah lebam.
“PLAK… PLAK… PLAK…”
“AAARRRGGGGHHH…..” Rintih Citra kesakitan, ” Aduh sayang… Sakit… Tetekku sakit sayang….”
“Sakit…? Hehehe..” Tanya Puji sambil tersenyum,” LONTE… HARUS… TAHAN… SAKIT….!” Tambahnya lagi sambil menjorokkan tubuh ramping Citra kearah tempat tidurnya lagi. Membuat wanita bertubuh molek itu rebahan telentang tanpa daya.
Lalu, tanpa basa-basi, Puji pun lagi-lagi menubruk tubuh Citra dan terus meremas kuat-kuat kedua payudara besar Citra sambil menyelomot putingnya bergantian.
“Aku harus bisa … PERAWAIN MEMEKMU… LONTE…. ” Ancam Puji, “Aku bosen dengan semua larangan dan aturan-aturanmu… Aku pengen ngerasain nikmatnya NGENTOTIN MEMEKMU…”
Citra tahu dengan sifat jelek Puji dan ia pun sadar dengan konsekuensinya saat ini. Puji adalah seorang lelaki pemarah yang tak akan pernah bisa dilawan ketika sedang emosi. Ia adalah lelaki pemaksa dan pendek akal. Dan sepertinya, emosinya kali ini lebih hebat dari emosi-emosi sebelumnya.
“Ampun sayaaang… Ampunnn…” Erang Citra meminta belas kasihan, “Jangan ambil keperawanan aku…”
“Hehehe… LONTE… TAK… BOLEH…. MENOLAK… KONTOL….” Jawab Puji
“Hik hik….Jangan sayaaang…. Hik hik hik… ” Pinta Citra sambil mulai menitikkan air mata. Karena tak tahu harus melakukan apa, ia pun menangis.
Citra tahu, jika malam ini adalah malam tersialnya. Malam dimana nafsu birahinya merubah orang terkasihnya menjadi setan penuh amarah. Nafsu menjadi bencana. fantasiku.com Di saat liburan weekend panjang seperti ini, pasti tak ada seorangpun penghuni kosan yang memilih tinggal disini. Apalagi, tanggal muda dan baru gajian, mereka pasti pulang kedaerahnya masing-masing.
“Ampun Maas… Ampuuunnn… Hik hik Hhuuuuu… ”
“Gausah nangis sayang… Ngewe itu enak kok… Nggak sakit sama sekali… Malah… Rasanya eeenak banget…” Jelas Puji sambil kembali menjejalkan penisnya yang masih keras ke celah kenikmatan Citra.
“Hik….Hik… Jangan ambil perawan aku sayang…. Jangaan…” Teriak Citra keras sia-sia karena sekeras apapun ia berteriak, tak akan ada orang yang bisa mendengarnya.
“Ssssttt… LONTE… HARUS…. NURUT….” Kata Puji yang kemudian melesakkan kepala penisnya maju. “Sumpah….. Memekmu susah sekali dijebolinnya sayang…” Heran Puji.
“AAARRRGGGHH….. Hik hik… Saaakitt… Sayaang… Hik…Hik… Hhhuuuuuu…. Saaakiittt… Jangan tusuk memek aku sayang… Jangaaan…. Ssssh… JAANGAAAANN….” Raung Citra sambil terus berusaha membebaskan diri.
“Ssstt…DIEM….” Kata Puji yang merasa terganggu dengan erangan-erangan Citra. “Mpppfff….” Cium Puji berusaha membungkam mulut Citra dengan bibirnya, sambil menghentakkan pinggulnya kuat-kuat. Mungkin karena otot vagina Citra yang terlalu kuat, berkali-kali batang penis Puji membengkok. Bahkan sesekali, kepala penisnya menjelepat keluar seiring tusukan brutalnya.
Sambil terus berusaha menjebol gerbang pertahanan vagina Citra, Puji tak henti-hentinya meremas dan menciumi mulut mungil kekasihnya. Lidah basahnya yang panjang pun tak lupaIa sengajakan untuk terus-terusan menyelinap masuk kedalam mulut Citra.
“Sluuurrp… Jangan tegang sayang… Rileks aja… Cup cup.., Muaah… ” Rayu Puji.
“Jangan Maaas…. Jangaaann….”
Namun ketika Puji sedang asyik-asyiknya mencoba merenggut keperawanan kekasihnya,
Entah mendapat keberanian darimana, Citra menggigit bibir Puji kuat-kuat. Membuat lelaki bertubuh gempal itu seketika berteriak-teriak kesakitan.
“AAAAARRRRGGGGHHH…..” Teriak Puji kesakitan.
Merasa Puji lengah, Citra kembali meronta dan berusaha bangun untuk membebaskan diri. Tak lupa, Citra pun menendang-nendangkan kakinya sembari bangkit dari tempat tidurnya.
“ANJING…!…” Teriak Puji, “LONTE LAKNAT…!”
Tak menggubris, kekasih Puji itu buru-buru bergerak menjauh kearah pintu kamar kosan dan langsung membukanya lebar.
“HEH…. Mau kemana kau LONTE….?” Umpat Puji, yang tiba-tiba merasa gelap mata. Ia segera bangun, dan mengejar Citra.
Merasa keselamatannya agak terancam, Citra pun buru-buru berlari, menghambur keluar mencari tempat bersembunyi.
“Kekamar mandi belakang…” Perintah otaknya, memberikan respon tercepatkepada kaki tubuhnya untuk egera berlari menuju kamar mandi paling ujung yangbada dirumah ini. Dan begitu sampai didalam kamar mandi, Citra segera mengunci pintu dan mencoba bersembunyi.
“KELUAR KAMU CITRA LONTE… KELUAR….” Teriak Puji yang ternyata tahutempat persembunyian kekasihnya. Karena mungkin kehabisan akal, Puji segera menendang pintu kamar mandi itu dan membuat pintu kayu itu bergetar hebat.
“JDUK….JDUK…. ” Saking kerasnya tendangan Puji, engsel pintu itu sampai bergetar. “JDUK….JDUK…. ”
“AYO KELUAR KAMU LONTEKU SAYANG….” Teriak Puji dari luar kamar mandi sambil terus menendangi pintu itu.
“Mati aku….” Batin Citra. “Pintu ini tak bisa bertahan lama….” Tambahnya lagi sembari mencari cara supaya bisa keluar dari tempat ini.
Matanya segera menyisir kamar mandi itu, “Sepertinya tubuhku muat kalo lewat jendela kamar mandi…”
Tanpa berpikir panjang, Citra segera naik ke bak kamar mandi dan membuka jendela ventilasi. Beruntungnya, sisi luar kamar mandi adalah taman samping rumah kosan. Jadi, selepas ini, dia bisa kabur mencari pertolongan ke tetangga sekitar.
“HEH LONTE…. BUKA PINTU… ” Teriak Pujij lantang sambil masih terus mendobrak pintu kamar mandinya.
JDUK… JDUK… KREK….
“Pintu itu hampir jebol….Engselnya hampir copot semua….” Batin Citra ketakutan. “Aku harus segera keluar dari sini….”
Karena ketakutan yang amat sangat, Citra seperti mendapat tenaga tambahan. Ia dapat mengangkat tubuhnya naik dengan mudah dan segera menyelusup keluar melalui jendela itu. Beruntung, ternyata jendela kamar mandi itu berukuran cukup besar
“Wuihhh… Muat….” batin Citra bersyukur ketika setengah tubuhnya sudah keluar dari jendela kamar mandi.
“JDUK… JDUK… JBRAAAAK…”
Pintu kamar mandi jebol. Dan terlontar keras ke tembok.
“HEH… LONTE BANGSAT… MAU KABUR KAMU YA….” Teriak Puji ketika tahu jika setengah tubuh wanita buruannya sudah keluar dari jendela kamar mandi. Dengan gerakan supercepat, lelaki bertubuh besar itu segera menangkap kaki jenjang Citra dan menariknya masuk dengan paksa.
“AAARRRGGHHH….” Jerit Citra seketika ketika tubuhnya kembali merosot masuk kedalam kamar mandi.
“JANGAN KABUR LONTE….” Umpat Puji.
“LEPASKAN MAS… LEPAAASS….” Teriak Citra yang segera saja menendang-nendang Puji secara acak. “LEPAASKAAAN….”
JBLUG… JBLUG…DUK…. GUBRAK…
Tiba-tiba, tubuh besar Puji terjatuh dan terhempas menabrak dinding kamar mandi. Rupanya tendangan Citra berhasil mengenai wajah Puji dan membuat tubuh besar kekasihnya itu mundur. Buru-buru Citra segera mencoba melarikan diri lagi. Sekuat tenaga ia berusaha menarik tubuhnya keluar dari jendela, tanpa mempedulikan luka-luka yang ia dapati.
BLUGH…
“Huhh… Berhasil…Hhhh…Hhhh Hhhh….” Desah Citra lega sambil menjatuhkan diri diatas rumput pekarangan belakang. Pagar yang cukup tinggi membuatnya sedikit bersyukur, karena tak ada seorangpun yang dapat melihat kedalam halaman rumah. Sambil rebahan telentang, Citra mencoba mengatur nafas. photomemek.com Sejenak, wanita cantik itu mencoba mengamati luka-luka tubuhnya. Hidungnya mengeluarkan darah, dan mulutnya terasa anyir. Payudaranya memerah memar, dan perutnya meruam perih.
“Ckckckck…. Hebat sekali kekasih cantikku ini….” Kata Puji yang tiba-tiba sudah berdiri disamping tubuh Citra sambil mengocok penisnya yang masih menegang keras.
“Astaga… Mas Puji….” Kaget Citra yang buru-buru mengambil ancang-ancang bersiap kabur. Rupanya ia terlalu lama berdiam diri sehingga tak menyadari jika kekasihnya sudah keluar rumah.
“JBLUUUKK…”
Secepat kilat, Puji segera menendang perut Citra. Membuat gadis cantik itu terlempar kesamping sejauh beberapa puluh sentimeter. Terguling-guling hingga menabrak tembok pagar.
“AMPUN MAS… AMPUUUN… UHUK UHUK UHUK…” Jerit Citra sambil terbatuk-batuk hebat.
“LONTE LAKNAT…. TERIMA PEMBALASANKU….” Raung Puji sambil terus-terusan menendangi dan memukuli Citra tanpa henti.
“AAARRGGGHH….UHUK UHUK UHUK…” Rintih Citra sambil terus terbatuk-batuk. Sambil meringkuk, Citra berusaha melindungi tubuh lemahnya dari tendangan beruntun Puji.
Karena berulang kali menerima pukulan dan tendangan tubuh Citra pun melemah. Hingga akhirnya, Citra menyerah, membiarkan dirinya tersakiti.
“Hhhh… Hhhh… Hhhh…. LONTE….? Kamu masih mau melawan lagi… ?” Tanya Puji dengan nafas tersengal-sengal. “Hhhh….Hhhh… Kalo mau melawan, ayo sini… Biar aku hajar tubuh seksimu…”
Tak menjawab, Citra hanya terdiam sambil menatap tajam kearah kekasihnya itu. Tubuhnya benar-benar lemas sehingga ia tak mampu lagi melakukan perlawanan sama sekali.
“Hahahaha…. Sekarang… Aku bakal ambil perawanmu sayang….” Kata Puji dengan nada penuh kemenangan, “Bakal aku gedel-gedel memek perawanmu dengan kontolku ini… LONTE…. Hahahaha….”
Tanpa membuang waktu, Puji segera meraih kedua kaki Citra lalu membukanya pahanya lebar-lebar.
“Kalo kamu diem seperti ini khan enak sayang… Bisa dapet enak tanpa harus luka-luka gini… Hahahaha….” Tambahnya lagi sambil mulai mengarahkan penisnya yang masih berdiri tegang ke arah vagina Citra.
Walau tubuh Citra sudah tak mulus lagi, Puji ternyata masih memiliki nafsu yang cukup besar. Nyatanya, ia masih saja penasaran untuk mengambil keperawanan kekasihnya itu. Tangannya segera meremasi payudara Citra yang memerah lebam, sambil sesekali mulutnya mengenyot puting payudara Citra yang sudah belepotan pasir.
“SLEEEP….”
Kepala penis Puji, pada akhirnya berhasil masuk kedalam vagina Citra.
“Ssssshhhh…..Uuuuuoooohhh… Sayaaang…. Akhiiirrrnyaaaa……” Erang Puji lega sambil terus menggoyangkan pinggulnya menekan vagina Citra, menusukkan penis beruratnya masuk semakin dalam.
“JUUUH….” Tiba-tiba, Citra meludahi wajah Puji, “LELAKI ANJING… BUNUH SAJA AKU SEKALIAN…”
“BLETAK….”
Sebuah benda tumpul, menghantam keras tepat di pelipis Puji. Membuat darah segar seketika mengucur menetes turun ke pipinya.
Kaget sekaget-kagetnya, Puji tak mengira jika Citra yang sudah lemas ini masih sanggup memberikan perlawanan. Sambil menarik nafas panjang, Puji yang sudah setengah jalan menusukkan penisnya kedalam vagina Citra, mau tak mau mencabutnya kembali.
Matanya melotot, wajahnya memerah, dan tubuhnya bergetar. Rupanya emosi yang ada didalam diri Puji sudah tak mampu tertampung lagi. Siap untuk meledak hebat.
“Bunuh aja aku Mas….” Kata Citra pelan, “Bunuh aja aku..”
“LOOONTEEEEE…. LAAAKNAAAATTTT……” Teriak Puji sambil mengepalkan tangannya dan menghantarkan kearah tubuh Citra.
Citra yang melihat emosi Puji, hanya memejamkan mata, sambil mencoba menyunggingkan bibirnya. Bersiap untuk menerima segala macam siksaan dari lelaki yang sempat singgah dihatinya. Kekasih tercintanya.
“BLETAAAAKKK… JBLUK…..”
Tiba-tiba, sosok Puji yang semula ada di atas tubuh Citra terlontar jauh kebelakang, dan tergantikan dengan sesosok lelaki tinggi kurus.
“Kamu baik-baik aja mbak..?” Tanya sosok itu sambil melepas jaketnya dan membungkuskan ketubuh telanjang Citra.
Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepalanya.
“Kalo berani… Cari lawan yang seimbang…. Jangan bisanya nyakitin perempuan…” Bentak sosok itu kearah Puji.
“SIAPA KAU BANGSAT….?” Murka Puji,” BERANI-BERANINYA KAU MENGGANGGU URUSAN ORANG LAIN..?”
Tanpa menunggu jawaban, Puji segera membalas perlakuan sosok tadi tanpa ampun. Dengan ukuran tubuh yang berbeda begitu jauh, jelas saja, sosok itu merasa kerepotan menghadapi amukan Puji.
Citra yang sudah sangat lemas, hanya mampu melihat perkelahian kedua pria yang berbeda ukuran itu. Hingga akhirnya, kedua pelupuk matanya perlahan-lahan mulai berat. Dan akhirnya menutup rapat.
***
Aroma obat tercium begitu kuat di rongga hidung. Membuat Citra membuka mata.
“Terang benderang…. Ini sudah pagi ya….?” Tanya Citra dalam hati.
“Mbak…. Kamu sudah sadar….?” Tanya seorang wanita berseragam putih-putih yang berulang kali melambai-lambaikan tangannya didepan hidung Citra, “Mbakk…?”
“Aku dimana….?” Tanya Citra lirih sambil mengamati ruangan sekitar. “Kok aku bisa ada disini…?”
“Kamu di klinik mbak…” Ucap wanita berseragam tadi. “Mas itu yang mengantarkan mbak kesini….” Jelasnya lagi sambil menunjuk sesosok pria yang sedang duduk diranjang sebelahnya. Dengan kepala yang penuh perban, gips ditangan, mata yang lebam dan bibir yang membengkak, pria itu mencoba melambaikan tangannya, dan berusaha menyapa Citra dari tempatnya berada.
“Itu khan lelaki yang barusan menolongku…” Batin Citra.
“MAS PUJI….” Panik Citra yang tiba-tiba segera mencari dimana keberadaan kekasihnya itu.
“Tenang aja mbak… Pria yang tadi malam mau memperkosamu sudah berada di pihak yang berwenang… Jadi dia nggak akan bakal mengganggu-ganggu mbak lagi…” Jelas lelaki itu. “Sekarang… Mbak rileks saja….”
“Kamu siapa….?” Tanya Citra.
“Namaku Marwan….” Jawab lelaki itu sambil tersenyum manis dan buru-buru turun dari ranjang periksanya. Dengan langkah pincang, lelaki itu segera mengamit tangan Citra.
“ASTAGA…” Ucap Citra lirih, “Itu senyum terindah yang pernah aku lihat….”
Seketika, Citra merasa sakit yang ada ditubuhnya tiba-tiba terangkat, dan tergantikan dengan rasa nyaman serta hangat yang menyebar cepat dari tangan ke sekujur tubuhnya. Tak lagi ia merasakan nyeri, tak lagi ia merasakan ngilu. Yang ada, hanyalah perasaan bahagia dan hati yang berbunga-bunga.,,,,,,,,,,,,,,
(TAMAT)