Sambil melamun, Aditya tiba-tiba ingat tugas fotografinya untuk mengambil obyek outdoor. Segera dia masuk ke kamarnya mengambil kamera dan kembali ke teras depan. Sambil berjalan di taman, dia mencari-cari obyek untuk dijepret, berharap ada kupu-kupu yang hinggap di atas bunga-bunga peliharaan ibunya. Nah, ada seekor kupu-kupu yang hinggap, segera dia pasang aksi seperti fotografer profesional untuk mengambil gambarnya. Baru asik-asiknya motret, Aditya dikejutkan oleh sapaan Mbak Ine yang tiba-tiba saja sudah masuk ke dalam taman di rumahnya. Pagi yang cerah itu Aditya sendirian di rumah karena kuliahnya kosong hari itu, Adiknya sudah berangkat sekolah, sedangkan orang tuanya pergi ke luar kota. Setelah bangun tidur (biasanya kalau libur dia bangun agak siang, kira-kira jam 9), Aditya menuju kamar mandi. Segera disiramnya tubuhnya dengan air dingin yang segar. Selesai mandi dan berpakaian, dia menuju meja makan untuk sarapan. Setelah itu baca-baca koran sebentar, kemudian beranjak ke teras depan rumah. Sambil duduk-duduk, dia menatap ke rumah depan yang didiami oleh Mbak Ine dan suaminya Mas Anto, tetangganya yang sering bertandang ke rumah Aditya untuk ngobrol-ngobrol bersama ibunya atau keluarganya. Mbak Ine adalah wanita yang cantik berumur kira-kira 28 tahun. Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang modern, yang selalu mengikuti mode, sedangkan suaminya Mas Anto adalah tipe pria pekerja yang kadang selalu lupa waktu dan keluarga. Mas Anto umurnya kira-kira 35 tahun. Mereka berdua belum dikaruniai anak dan di rumah itu hanya tinggal bertiga bersama seorang pembantu yang berusia kira-kira 20 tahun serta seekor anjing Dalmatian peliharaan Mbak Ine. Mas Anto mempunyai perusahaan warisan orang tuanya yang cukup besar dan sukses, sehingga waktunya sering tersita untuk memikirkan perusahaannya daripada memikirkan istrinya yang cantik dan seksi kesepian di rumah yang cukup besar itu. Dia hanya ditemani pembantu dan anjing setianya. Aditya sendiri adalah seorang mahasiswa komunikasi jurusan advertising di sebuah fakultas swasta terkenal.“Eeeh… dik Aditya… lho… kok ngga kuliah..? Baru ngapain tuh, motret yah..? Mbok motret Mbak Ine aja yang cantik ini daripada motret kupu-kupu..!” sapa Mbak Ine. “Aduh, saya kirain siapa… bikin kaget aja Mbak Ine ini… Anu Mbak, hari ini aku libur, eh… Mbak Ine mau cari Ibu ya..? Baru ke luar kota tuh Mbak, pulangnya mungkin lusa.” jawab Aditya. Sekilas Aditya melihat dandanan Mbak Ine hari itu, cantik sekali dia dengan kaos you can see-nya yang memperlihatkan lengannya yang putih mulus dan rok mininya di atas lutut memperlihatkan kedua kaki jenjangnya yang berbetis indah dan berpaha putih mulus. Rambutnya yang panjang berwarna agak kemerahan digerai dengan bandana menghiasi kepalanya. Bibirnya yang seksi berwarna merah disapu lipstik merah tipis, pokoknya dahsyat deh dandanan Mbak Ine. “Ahh… enggak, mbak cuma mau maen aja, abis bosen sendirian di rumah. Si Suli baru ke pasar, jAditya Mbak nggak ada kegiatan apa-apa nih…” “Lho… Mas Anto apa udah berangkat Mbak..? Biasanya kan jam 10:00 baru ngantor..?” tanya Aditya. “Udah, tadi pagi-pagi sekali jam 8:00. Katanya mau meeting sama kliennya di kantor. Paling pulangnya juga baru ntar malem…” jawab Mbak Ine sambil menghela napas panjang. “Dik Aditya ngapain motret bunga segala..?” sambung Mbak Ine. “Ini nih Mbak, buat tugas mata kuliah fotografi. Motret obyek outdoor..!” jawab Aditya. “Kalau gitu motret Mbak Ine aja, Mbak kan nggak kalah cantik sama model-model cover girl di majalah itu, ya nggak..?” sahut Mbak Ine.“Iya deh, Aditya percaya kok kalau Mbak cantik, seksi lagi… tapi apa mbak bersedia buat modelku. Kan ini nanti hasilnya untuk didiskusikan di depan kelas, Mbak…” “Kenapa enggak… siapa tau nanti ada produser atau talent scout atau dosenmu yang tertarik untuk mengontrak Mbak. Kan Mbak jAditya terkenal… hi.. hi.. hi..” canda Mbak Ine. “Ngomong-ngomong kamu bilang tadi, Mbak seksi ya..? Apa bener githu..?” sambil tangan Mbak Ine mencubit pinggang Aditya. Aditya hanya tersenyum, dan kemudian menarik tangan Mbak Ine untuk mengarahkan gayanya jadi model pemotretan. Setelah 15 frame diambil Aditya, sekarang Mbak Ine malah yang aktif merubah sendiri gayanya. Dia tundukkan badannya ke depan sambil tangannya menyangga tubuhnya di bebatuan kolam, rambutnya dibiarkan tergerai ke belakang. Tatapan matanya tajam ke depan menatap kamera, sedangkan bibirnya yang sensual terbuka sedikit. Aditya mengambil posisi di depan Mbak Ine, dia terperangah memandang pose Mbak Ine sambil gemetar memegang kamera. photomemek.com Karena dari pose itu terlihat jelas gundukan payudara Mbak Ine yang kenyal dan indah itu menggantung di balik kaos you can see yang berpotongan leher rendah. Melihat keindahan duniawi itu, membuat Aditya menelan ludah dan segera mengabadikannya sebanyak 5 frame. Setelah ganti pose, sekarang Mbak Ine duduk di atas bebatuan kolam sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar tapi tangannya diletakkan di depan selangkangannya sehingga menutupi celana dalamnya. Kepalanya dimiringkan sedikit dan bibirnya terbuka, tatapannya sayu seakan mengajak untuk tidur. Disuguhi pemandangan seperti itu, Aditya blingsatan sendiri. Paha Mbak Ine yang mulus sekali serta betisnya yang indah, membuat Aditya yang penggemar betis indah cewek ini ingin mengelus dan mengecup serta menjilatinya.Celana dalam Mbak Ine yang mengintip nakal berwarna ungu, nampak menggembung indah menggambarkan bukit kemaluannya walaupun sedikit terhalang oleh tangan Mbak Ine. Payudara Mbak Ine yang mengkal berukuran 34B, tampak tercetak jelas dihimpit kaos ketatnya. Tanpa disuruh lagi, si Aditya junior di balik celana pendeknya menggeliat bangun. Setelah beberapa kali mengambil gambar, Mbak Ine melontarkan usul, “Dik Aditya gimana kalo kita ganti setting? Ke rumah Mbak aja… kan nanti bisa di kolam renang segala. Entar Mbak bikinin spagheti kesukaan kamu deh… gimana..?” Aditya terdiam sejenak, kemudian mengangguk setuju. Lalu Aditya membereskan kameranya dan mengunci pintu rumah. Selanjutnya Aditya mengikuti langkah Mbak Ine dari belakang. Sambil berjalan Aditya menatap Mbak Ine yang berjalan di depannya, sungguh seksi sekali wanita ini. Cara berjalannya, lenggak-lenggok pinggulnya, pantatnya yang padat bulat tercetak ketat di rok mininya, paha mulusnya, betis indahnya, oooh, sungguh indah. Ingin rasanya Aditya menikmatinya. Setelah masuk di dalam rumah, Mbak Ine mempersilahkan Aditya menganggap sebagai rumah sendiri dan meminta Aditya menunggu sebentar untuk ganti pakaian. Aditya pun duduk di ruang tengah sambil nonton siaran TV kabel yang tidak terdapat di rumahnya. Aditya memandang kagum rumah besar yang dihiasi perabotan moderen itu yang menggambarkan kesuksesan bisnis Mas Anto. Siro, anjing Dalmatian Mbak Ine tampak berlari-lari kecil menghampiri Aditya dan duduk tenang di sisi kaki Aditya.Tidak lama, Suli pembantu Mbak Ine yang sudah pulang dari pasar, membawakan minum untuk Aditya. “Monggo lho Mas Aditya… diminum dulu airnya… saya ke belakang dulu, mau masak.” “Ehm… iya Sul… makasih yaa… kamu udah pulang to…?” jawab Aditya. Suli ini memang usianya tidak berbeda jauh dengan Aditya, dua tahun lebih muda dari Aditya. Suli berasal dari Jawa Tengah, manis orangnya, putih kulitnya dan bisa dibilang seksi juga. Kalau diberi nilai, yah… 6 lah..! Aditya sering juga mengintip si Suli ini kalau sedang menyiram taman dengan menggunakan celana pendek yang memamerkan paha mulusnya dan kaos ketat bekas pemberian Mbak Ine yang menampakkan gundukan payudaranya. Benar-benar terlihat masih murni dan belum terjamah lelaki. Tidak lama kemudian, Mbak Ine turun dari kamarnya di lantai atas mengenakan jas kamar dan kemudian menghampiri Aditya, lalu duduk di sebelahnya. Mbak Ine kemudian mengobrol sebentar dengan Aditya, dan berkeluh kesah serta curhat tentang kesepiannya ditinggal oleh Mas Anto yang super sibuk. Hingga tidak disangka, Mbak Ine tanpa risih pun bercerita tentang kehidupan seksualnya bersama suaminya kepada Aditya. Aditya pun walaupun segan, tetap berusaha mendengarkan dan menghibur Mbak Ine. Sesekali sambil curhat, Mbak Ine duduk tidak beraturan hingga jas kamarnya tertarik dan tampaklah paha putih mulus yang dihiasi bulu-bulu halus. Aditya pun menelan ludah melihat keindahan itu, juniornya mulai berontak di dalam celananya. Tiba-tiba Mbak Ine seperti tersadar kemudian berkata, “Aduh… sory ya, Di… Mbak kok malah jadinyaa curhat. Padahal tadi kita kan mau pemotretan ya..? Ayo deh, kita langsung aja ke kolam renang di belakang,” sambil menggeret tangan Aditya menuju ke kolam renang. Setelah sampai, Aditya pun menyiapkan peralatannya, sementara Mbak Ine melepas jas kamarnya.“Sudah siap Mbak..?” tanya Aditya sambil membalikkan badan menatap Mbak Ine. Aditya terkesiap melihat Mbak Ine memakai bikini yang hanya menutupi sedikit payudaranya dan secarik celana dalam menutupi kemaluannya hingga bulu-bulu kemaluannya sedikit keluar dari celana yang bisa dibilang hanya seperti secarik kain itu. Kontan yunior Aditya pun berteriak, “Merdekaaa…” mengacungkan kepalannya, berdiri tegak di dalam celananya sehingga tampak sedikit menggembung bila dilihat dari luar. Mbak Ine yang melihat Aditya melongo memandangnya hanya senyam-senyum saja, apalagi ketika Mbak Ine melihat tonjolan di celana Aditya akibat kepalan merdeka yunior Aditya. “Heh… Di… ati-ati, ada lalat masuk mulut kamu ntar…” Mbak Ine menyadarkan Aditya. “Ehh.. Ehhmm.. ii.. iiya.. ya… Mbak…” jawab Aditya gelagepan. Mbak Ine sengaja jalan melenggak-lenggok di depan Aditya dan kemudian merebahkan diri di sisi kolam renang sambil mengangkangkan kakinya untuk menggoda Aditya. Aditya hanya bisa melotot menyaksikan tubuh indah Mbak Ine. “Di… ayo cepetan doong… dipotret. Kamu tuh kayak nggak pernah liat cewek pake baju renang aja..!” “Iii.. iii.. iiiyaa… iyaa… Mbak..” sambil tangannya gemetar memegang kamera dan menekan tombol. Akhirnya, setelah satu rol film dihabiskan di kolam renang, Mbak Ine tanpa memakai jas kamarnya lagi, menarik tangan Aditya ke dalam lalu dibawanya ke lantai atas masuk ke kamarnya. “Eh… Mbak mau kemana niih..?” tanya Aditya. “Ssst… udah diem aja, nanti kamu tau sendiri..!” jawab Mbak Ine. Di dalam kamar yang luas terdapat sebuah tempat tidur besar, satu televisi 29 inchi dan perangkat stereo canggih, serta AC yang dingin. Aditya menjadi semakin terbengong-bengong, sementara Mbak Ine langsung mengunci pintu kamar itu.“Mbak… maaf, kita mau ngapain di sini..? Rasanya saya nggak pantes deh di sini. Ini kan kamar Mbak Ine sama Mas Anto.” kata Aditya. Mbak Ine mendekati Aditya, meletakkan telunjuknya di mulut Aditya, dan menyuruh Aditya untuk diam. “Di… udah lama Mbak nggak pernah dipuji sama cowok, apalagi sama Mas Anto. Tadi Mbak seneng kamu bilang Mbak ini cantik dan seksi.” kata Mbak Ine. “Mbak pingin kamu potret Mbak dalam keadaan bugil..! Kamu mau khan… tolong Mbak… please… ya Di… Nanti kamu boleh melakukan apa aja yang kamu mau sama Mbak.” lanjut Mbak Ine. Aditya terdiam, tapi matanya masih nakal melihat puting payudara Mbak Ine yang menonjol di penutup dadanya. Tanpa menunggu persetujuan Aditya, Mbak Ine melepas penutup dadanya, sehingga sekarang terlihatlah kedua payudaranya yang bulat kencang dan indah itu menantang Aditya. Mbak Ine kemudian menyalakan TV dan stereo set lalu menyetel VCD porno. Suara ah.. uh.. ah.. uh.. dari VCD terdengar keras, “Nggak pa..pa…. Di, kamar ini kedap suara kok. Jadi nggak bakalan ketauan kita ngapa-ngapain di sini.” kata Mbak Ine seakan-akan tahu akan kekhawatiran Aditya. Mbak Ine mulai menggoyangkan badan meliuk-liuk seperti penari striptease ditingkahi suara VCD porno sambil tangannya menyusuri tubuhnya. Mulai dari payudaranya diremas-remas sendiri hingga dipermainkan putingnya, lalu turun ke perut dan kemudian masuk ke celana kecil dan bermain-main di vaginanya. Matanya merem-melek menikmati permainannya sendiri. fantasiku.com Sementara Aditya gemetaran mengambil gambar Mbak Ine, konsentrasinya terbelah, antara mengambil gambar dan terangsang nafsu birahinya. Aditya kemudian mendekat dan merebahkan dirinya di lantai kamar yang berkarpet itu untuk mengambil gambar Mbak Ine yang setengah bugil itu menari-nari di atasnya. Setelah jeprat-jepret, kemudian Mbak Ine yang masih mengangkanginya itu menarik tangan Aditya dan membimbingnya menyentuh bukit kemaluan yang masih tertutup itu. Mbak Ine mendesis-desis dan menggeliat-geliat, Aditya jadi terpana tidak menyangka Mbak Ine yang cantik dan yang selama ini dikenalnya itu bisa berubah menjadi liar seperti ini.Kemudian Mbak Ine menurunkan badannya, jongkok di atas Aditya dan kemudian menindih Aditya. Sekarang bukit kemaluannya menekan keras yunior Aditya yang sama-sama masih tertutup celana itu. Aditya sendiri masih terus mengintai dari balik kamera dan menjepret ekspresi Mbak Ine yang sedang dalam keadaan terangsang hebat. Mbak Ine menggoyang-goyangkan pinggulnya dan mau tak mau Aditya keenakan dan segera meletakkan kameranya di lantai. Kemudian Mbak Ine membungkuk dan mencium bibir Aditya, dan Aditya pun membalas sehingga mereka sekarang saling mengulum. Aditya memeluk punggung halus Mbak Ine sehingga payudaranya yang bulat itu menekan kuat di dada Aditya. Sejenak kemudian mereka melepaskan diri. Mbak Ine kemudian melepas celananya sehingga sekarang 100 persen bugil. Rambut kemaluannya yang lebat tapi rapih itu terlihat menggairahkan. Aditya yang sudah pernah menyetubuhi ceweknya itu pun tidak tinggal diam, dia juga melepas pakaiannya sehingga mereka berdua bugil sekarang. Mbak Ine kemudian duduk di pinggir tempat tidur dan merebahkan tubuhnya, lalu Aditya jongkok di depan selangkangannya dan membuka kedua paha Mbak Ine lebar-lebar. Aditya kemudian menciumi betis indah Mbak Ine dan menjilatinya bergantian kanan-kiri. Tangannya meraba-raba paha mulus Mbak Ine. Ciuman dan jilatan itu mulai naik ke paha dalam, terus sampai ke selangkangan dan sampailah ke klitoris. “Oooohh…. aaahh…. Adityaii…. trusss… Diii…. jilat terus sayang….”Aditya pun dengan rakusnya terus menjilati dan menjorokkan hidungnya ke klitoris dan vagina Mbak Ine. Mbak Ine merapatkan pahanya ke kepala Aditya untuk mendapatkan jilatan Aditya yang intens itu. Hingga sampai suatu saat, tubuh Mbak Ine mengejang kuat dan berteriak keras, rupanya Mbak Ine sudah mencapai orgasmenya yang pertama. Aditya pun terus menjilati cairan kenikmatan yang keluar dari liang senggama Mbak Ine dengan rakusnya. Setelah itu Aditya bangkit dan mengelap wajahnya yang basah karena cairan kenikmatan dengan tangannya, lalu memandang Mbak Ine yang masih terengah-engah memejamkan mata sambil terbaring menghayati orgasmenya baru saja. Aditya kemudian merebahkan diri di ranjang di samping tubuh bugil Mbak Ine, lalu Mbak Ine pun bangkit dan meraih kejantanan Aditya yang tegak keras itu. Dielus-elus dengan lembut dan diciuminya kemaluan Aditya, “Hmm… I like it… yummy…” ceracau Mbak Ine. Kemudian dikocoknya pelan, terus meningkat cepat sampai Aditya merem-melek tidak karuan gerakannya. Setelah itu, Mbak Ine membungkukkan kepalanya dan mulai memasukkan kejantanan Aditya ke dalam mulutnya. Dikenyot-kenyot dan dihisap-hisap dengan kuat hingga Aditya kelabakan karena diberi kenikmatan seperti itu.Aditya merasa nikmat sekali, kalah jauh pacarnya jika dibandingkan dengan Mbak Ine. Aditya merasa ada yang mau mendesak keluar dari kemaluannya namun ditahannya kuat-kuat sambil menarik kepala Mbak Ine untuk melepaskan kulumannya di penis Aditya. Aditya tidak mau spermanya terbuang sia-sia di mulut Mbak Ine, dia maunya menumpahkan spermanya di liang senggamanya Mbak Ine atau minimal di paha atau betisnya. Mbak Ine menatap Aditya dengan nanar, kemudian menggulingkan tubuhnya di samping Aditya dan berkata, “Ayo Aditya sayang, perbuatlah apa yang kamu suka… nggak usah takut… berikan Mbak perlawanan kamu yang hebat… sayang… Come on, honey…” Aditya pun tanpa basa-basi lagi, lalu menggumuli tubuh indah Mbak Ine, melumat bibir sensualnya, menciumi setiap inci tubuhnya hingga Mbak Ine menggelinjang. Meremas-remas payudaranya, mencaploknya dan menjilati putingnya dengan penuh nafsu. Terus menjilatinya dengan tujuan ke arah vagina, terus turun ke paha dan betis hingga tubuh Mbak Ine yang putih dan sintal itu sekarang basah oleh jilatan Aditya.
“Ayo sayaang… mana punya kamu… siiniii… shhh… cepeett… masukiiin… ooohh…” tangan Mbak Ine dengan tidak sabar menarik kejantanan Aditya ke selangkangannya. Aditya pun mengerti dan maklum apa yang diinginkan Mbak Ine yang mungkin sudah lama tidak disentuh oleh Mas Anto, suaminya. Aditya pun segera menempelkan kejantanannya ke bibir kemaluan Mbak Ine dan menggesek-gesekkannya di sana. Mbak Ine menggerak-gerakkan kepalanya tidak karuan hingga rambutnya kusut mendapat gesekan kenikmatan dari Aditya. Perlahan, kemudian Aditya mengarahkan kepala penisnya ke depan lubang kenikmatan Mbak Ine, ditekannya.“Auuh… oooh… aaahhh… ehhmmm… trusss… sayy… aaahhh…” Mbak Ine menggelinjang terkena tarian lidah Aditya. “Sluupss…” meleset, dicobanya lagi, “Sluppss…” meleset lagi. Mbak Ine menggelinjang karena kejantanan Aditya yang meleset itu mengenai klitorisnya. Lalu Mbak Ine membantu menuntun kemaluan Aditya, dan Aditya menekan kuat-kuat hingga, “Bless…” masuklah kepala kejantanan Aditya ke dalam lubang kemaluannya. “Auuuh… sayy… pelan… sakiiit… punya kamu gede banget…” jerit Mbak Ine. Aditya pun merasa linu karena kepala batang kejantanannya dijepit vagina Mbak Ine yang super sempit itu. Dicobanya menekan pelan-pelan hingga masuk perlahan-lahan batang penisnya. Dibantu dengan goyangan pinggul Mbak Ine, Aditya menekan terus secara perlahan hingga masuklah semua batang kemaluannya ke dalam liang senggama Mbak Ine. Sejenak Aditya diam merasakan rasa nikmat penisnya dijepit bibir kemaluan super sempit Mbak Ine. “Mbak sayaang… masih sakiit enggak..? Kalo masih sakit, udahan aja deh… kasihan Mbak nanti.” “Jangan… jangan dicabut… teruskan sayang… udah nggak sakit kok..!” spontan tangan Mbak Ine memeluk erat bahu Aditya dan kakinya dilingkarkan di pinggang Aditya. Mendengar itu, Aditya kemudian mulai melakukan gerakan penisnya maju-mundur. Lama kelamaan, gerakan itu semakin cepat dan cepat dan yang terdengar hanya dengusan nafas Aditya dan desahan kenikmatan Mbak Ine. Aditya memperlambat gerakannya untuk menurunkan tensi permainan, dan bangkit duduk sambil merengkuh tubuh Mbak Ine. Hingga sekarang, mereka berdua posisinya berhadapan berpangkuan, Aditya terus menusuk-nusukkan kejantanannya sampai tubuh Mbak Ine menggelosor jatuh berbaring kembali di ranjang. Aditya mengganti posisi, sekarang dia berdiri di atas lututnya menusuk-nusukkan kejantanannya ke kemaluan Mbak Ine sambil tangannya merengkuh kaki Mbak Ine yang kiri, diciumi dan dijilati betisnya. Kembali ke posisi konvensional, sambil bergulingan Aditya berpindah posisi membuat Mbak Ine bergerak di atas tubuhnya. Sekarang Mbak Ine yang aktif bergerak di atas tubuhnya. Mbak Ine merasa nikmat sekali dengan posisi demikian karena bisa mengontrol masuknya penis ke vaginanya.Tak lama kemudian, terasa denyutan teratur di dinding kemaluan Mbak Ine, Aditya pun membantu memompa dari bawah dan memasukkan kejantanannya lebih dalam lagi. “Aaaw… sayaaang… akuuu mmaauu… ke… keeluu… aaarrr… aaahhh…” dan “Creet… creeet…” cairan hangat keluar dari liang senggama Mbak Ine membasahi batang penisnya hingga keluar sampai pangkal kemaluannya. Itulah orgasme kedua Mbak Ine. Mbak Ine pun menggelosor lemah menindih tubuh Aditya sambil memeluk Aditya erat. Aditya mengelus-elus rambut panjang Mbak Ine dan punggung halus mulusnya sementara tangan yang satunya meremas-remas pantat bulat Mbak Ine. Mbak Ine sudah dua kali orgasme, sementara Aditya belum keluar sama sekali, hingga setelah beberapa saat, keduanya terdiam, Aditya mulai kembali memegang peranan. Dengan masih berpelukan, mereka berguling berganti posisi dengan penis masih di dalam vagina hingga kembali ke posisi konvensional. Diciumnya dengan lembut bibir sensual Mbak Ine dan dibalas dengan permainan lidah. Kembali Aditya meremas-remas payudara Mbak Ine dan memainkan putingnya hingga Mbak Ine kembali terangsang. Aditya mulai melakukan gerakan maju-mundur kejantanannya dan makin lama makin cepat. “Plok… plok… plok…” suara selangkangan mereka berdua bertabrakan. “Crop… cropp… cropp…” suara kemaluan Mbak Ine yang masih basah oleh cairan kenikmatan dirojok senjata tegangnya Aditya. Hingga tidak lama kemudian, Aditya ingin keluar, “Oooh… Mbak… aaahh… akuuu… mmmaauuu keluuuaaarrr…” “Terusin sayang, hehm…. oooh… kluarin di dalem ajaaa… saayyy… aaahhh…” jawab Mbak Ine. Sebelum air mani Aditya memancar, Mbak Ine kembali orgasme, hingga akhirnya setelah itu “Crooot… crooot… crooot…” air mani Aditya dengan sukses keluar di dalam liang senggama Mbak Ine. Terkabullah sudah keinginan Aditya. Mbak Ine masih melingkarkan kakinya di pinggang Aditya dan tangannya memeluk erat bahu Aditya sambil pinggulnya digoyang-goyangkan. Lima menit Aditya mempertahankan posisi itu hingga terasa lemas. Penisnya mengkerut di dalam vagina Mbak Ine untuk relaksasi.“Aditya sayaaangg… kamu hebat deh… Mbak suka sama permainan kamu. Kalau kamu pingin lagi, jangan malu-malu bilang ama Mbak yach..! Ntar mbak kasih yang lebih dahsyat lagi… Oke sayang…” sambil mengecup bibir Aditya dengan mesra. “Mbak juga hebat… punya Mbak masih sempit dan enak jepitannya… apalagi goyangannya… wauw…” puji Aditya. Seperempat jam lamanya mereka berdua saling memuji, hingga akhirnya berbenah diri dan memakai kembali pakaian mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, mulai dari permainan tAditya, si Suli, pembantu Mbak Ine mengintip perbuatan mereka berdua di dalam kamar dari lubang kunci sambil masturbasi sendiri. Suli sungguh terpesona dengan besarnya kejantanan lelaki seperti milik Aditya yang baru dilihatnya pertama kali. Dengan mengintip dan masturbasi itu Suli pun mendapatkan orgasmenya yang baru pertama kali dirasakan itu hingga celananya basah. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,