Diperkosa para polisi

Author:

walau bejat, tapi nikmat
Banyak orang menunggu musim liburan sekolah, termasuk aku. Ada yang mau ngajak aku liburan nggak nih? Ah, Bayu… Pengemis banget sih lo! Kalau mau liburan, sendiri juga nggak apa-apa kan? Awalnya aku mau ikut liburan sama temen- temen tapi karena aku telat konfirmasi keikut sertaan rombongan akhirnya aku nggak jadi deh ikut mereka. Huft!!! Pokoknya sendiri atau nggak aku harus tetap liburan. Jadilah aku liburan ke pulau Dewata sendirian. Aku berangkat menuju bandara di kotaku dan butuh waktu lebih dari sejam perjalanan udara sebelum pesawatku mendarat di pulau seribu pura. Kota Denpasar memang masih asing bagiku karena memang baru pertama kali aku menginjakan kaki dipulau ini. Biaya berliburku kali ini juga didapat dari Pak Nikki, Mas Arif dan Bang Dayat plus uang jajan dari orang tuaku. Enak bukan punya pacar-pacar yang baik and mapan… Hehehe… Aku menuju daerah Kuta menggunakan mobil carteran. Ketika sudah sampai disana, aku kebingungan untuk mengambil arah mana yang harus aku ambil agar sampai kesalah satu penginapan murah yang pas buat kantongku. Untunglah aku lihat ada Polisi Khusus yang bisa aku mintai keterangan. Para polisi gagah dan cantik menggunakan dasi merah itu terlihat ramah melayani pertanyaan para turis seperti aku. Aku dekati salah seorang polisi untuk meminta informasi. “Permisi Pak. Bisa bantu saya?”. Polisi itu pun balik badan dan menoleh kearahku. Ya ampun, hampir saja aku ambruk karena pingsan melihat kegagahan polisi itu. Wajahnya sangat jantan dengan kumis yang agak tebal dan alis yang tajam. Wajahnya terlihat seperti orang Jawa banget. Tertulis nama Gunawan Triatno didada kanannya. Dia mengenakan topi koboi khusus Bali Tourist Police. Dadanya tampak menonjol dan otot lenganya terlihat besar dibalik baju lengan panjangnya. “Ada yang bisa saya bantu, dek?”. “Oh.. iya Pak. Saya mau tanya, disini kalau mau penginapan yang murahan dikit kearah mana ya?”, tanyaku sambil gugup dan gemetarn akibat menatap wajah tampannya. Dia merekomendasikan beberapa penginapan murah untukku. Aku merasa sangat terbantu olehnya dan entah mengapa dia juga bersedia mengantarkanku menuju salah satu penginapan murah yang dia maksud. Setelah sampai, aku berterimakasih padanya. Keesokan harinya, aku kembali bertemu Pak Gunawan dimobil Polisi turis. Kami terlibat pembicaraan ringan dan malamnya aku ajak dia menemaniku untuk makan malam tetapi anehnya lagi dia tidak menolak tawaranku. Pucuk dicinta ulam pun tiba, di acara makan malam itu kami sempat bertukar nomor hape dan bercerita mengenai hal pribadi. Ternyata Pak Gunawan telah memiliki seorang istri dan seorang anak laki- laki berusia 8 tahun.Pak Gunawan adalah seorang Briptu berusia 34 tahun. Tingginya sekitar 175 cm dan beratnya ideal karena dia menjaga badannya agar terlihat berotot. Andaikan aku punya kesempatan untuk mencicipi pejuh pak Gunawan. Pikiranku melayang jauh sambil terus memandangi wajah gagahnya. Sadar Bay! Kamu nggak mau kan kalau sampai ngaceng sia-sia di tengah orang banyak? Aku membuyarkan lamunanku. Keesokan harinya aku sedang duduk di dekat sebuah pohon untuk menunggu kendaraan yang akan membawaku ke Ubud. “Halo Bay, lagi nunggu taksi ya?” Tanya si pengendara mobil Xenia itu yang ternyata adalah Pak Gunawan si POLISI Pariwisata Bali pujaanku. “Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat tugas?” tanyaku spontan. “Iya nih! saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mau ke kantor, ayo ikut Bapak saja” ajak Pak Gunawan. Karena Aku sudah kenal dekat dengan Pak Gunawan akhirnya aku mau juga nebeng Pak Gunawan walaupun aku sebenarnya harus membatalkan rencanaku pergi ke Ubud. Tapi disitulah awal bencana bagiku (Kenikmatan kaleeee). “Bayu, nggak keberatan kan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat ada beberapa barang saya yang tertinggal di sana?” Pak Gunawan sepertinya membuat alasan. “Iya Pak.. Gak papa kok… Santai aja”, aku senyum padanya. Pak Gunawan mempercepat laju mobilnya sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang. Sesampainya disitu aku ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Bripda Wayan (24), Briptu Made (25) yang sepertinya merupakan rekan kerja pak Gunawan. Di pojok rumah itu ternyata juga sudah menanti dua orang Polisi lain yaitu Bli Putu (29) dan bli Agung (27). Mereka semua tampaknya sudah menunggu sejak lama saat-saat seperti ini. “Halo Bayu, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru bli Putu. “Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, aku mulai kebingungan. Aku berusaha jual mahal dengan menjerit karena mulai digerayangi oleh para polisi berseragam lengkap. “Lepasin! Jangan coba-coba sentuh saya ya!”. “Diam, kamu! Mau selamat nggak? Berani melawan POLISI yah”, kata Bli Agung. Aku mencoba melawan dengan memukuli dan menendang polisi itu. Tapi aku kalah setelah dihantam perutku oleh bli Wayan yang gagah, dan di gampar pipiku berkali- kali sampai aku lemas hingga merah dan bibirku berdarah. Aku hanya bisa meringis kesakitan. Aduh… Polisi-polisi ini kejam dan sadis banget ya… “Nah sekarang emut dan hisep Kontol saya, Kontol Pak Gunawan, Kontol Agung, kontol Made dan kontol Putu. Yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik anus kamu biar jebol, Mau?”, Karena ketakutan akhirnya aku mengulum Kontol para Polisi itu. Aku menyedot Kontol polisi-polisi itu satu- persatu dengan bibirku yang merah dan mulutku yang mungil, sambil tanganku menggenggam Kontol para Bapak Polisi sambil mengocok- ngocoknya. “Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah enak.. Uhhhh.. Bapak suka kamu Bay..”, seru Pak Gunawan. “Mmmphh, slerrpp, mmhh”. Dengan terpaksa aku menghisap Kontol- Kontol mereka sampai mereka semua berkelojotan. Aku memang ingin menikmati kontol pak Gunawan namun karena perlakuan mereka seperti ini aku mulai takut dan terpaksa melayani kontol- kontol mereka. “Gila, nih cowok nyepongnya mantep banget, kamu pasti sudah sering nyepongin Kontol pria yah? Ahahaha….”, kata bli Agung. Satu persatu para Polisi gagah itu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulutku hingga mengalir ke tenggorokanku. Walaupun aku hampir muntah namun mereka memaksaku untuk menelan pejuh kelima Polisi tersebut. Aku masih tak percaya bisa mengoral kontol para polisi gagah dan berotot ini. Wajahku mulai terlihat kewalahan lagi, mungkin karena mabuk pejuh dan merasakan mual pada perutku. Setelah mereka puas memperkosa mulutku ternyata mereka langsung menelanjangiku. Bli Made memegang kedua tanganku, Bli Wayan memelorotkan celana jeans- ku, Bli Putu merobek baju dan singletku. “Nih cowok homo badannya manis banget, imut lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, lembut banget”. Pak Wayan mengomentari putingku, sambil mulai menarik-narik putingku. Dalam sekejap aku sudah dalam keadaan tanpa busana. “Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, ancamku sambil teriak. “Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima latihan khusus”, Seru bli Made sambil menjambak rambutku. Aku sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja. Ketika bli Made hendak beraksi tiba- tiba Pak Gunawan protes, “karena saya yang dapat Bayu ini maka saya duluan yang nusuknya.” Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuhku menjadi tengkurap, kedua tanganku yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahku menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Gunawan itu kini mengelus ngelus bagian pantatku, dirasakan olehnya pantatku yang padat. Sesekali tangannya menampar pantatku dengan keras, bagai seorang bapak yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak, Plak, Plak!!”. “Wah bagus sekali pantat kamu Bay, kenyal, gila nih Gung, paha cowok satu ini manis amat. Putihnyaaaaa.. ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di lobangnya” ujar Pak Gunawan sambil terus mengusap- usap dan memijit-mijit pantatku sambil sesekali mencabuti bulu-bulu disekitar lubang anusku. aku mengaduh kesakitan. “Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat seenak ini, seperti pantat cewek aja”, kata pak Gunawan lagi. “Hotnyaaaaaaaaa, ya ampun, mulus, kenyal lagi” sambil memijat pantatku yang memerah karena tamparan tangan Pak Gunawan. Bli Putu lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantatku. “Aakhh, Pak, jangan sentuh pantatku!”, aku membentak mereka. “Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipiku. “Diam kamu, lonte homo! Mau saya rontokin gigi putih kamu!!”, bli Putu balas membentak. Aku hanya diam pasrah, sementara tangisanku mulai terdengar. Tangisku terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Gunawan secara perlahan-lahan mengusap kakiku mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulusku dan akhirnya menyusup masuk kedalam CD hingga menyentuh kebagian lobang pantatku. “Jangan Paaaaakkk! Saya mohon”, aku memelas ketakutan. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Gunawan, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamku dan langsung menyentuh lubang anusku. Kontan saja hal ini membuat badanku agak menggeliat, aku mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Gunawan tadi langsung menusuk liang anusku. “Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, aku menjerit badanku mengejang tatkala jari tengah Pak Gunawanan masuk ke liang anusku. Badanku pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Gunawan memainkan jarinya itu didalam anusku. Nafasku terengah-engah sambil mengerang kesakitan. Dengan tersenyum terus dikorek-koreknya liang anusku, sementara itu badanku menggeliat-geliat jadinya, mataku merem- melek, mulutku mengeluarkan rintihan- rintihan. Pak Gunawan menciumi bibir anusku sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam lubang anusku, kepala Pak Gunawan menghilang di antara belahan pantatku sambil kedua tangannya meremas- remas pipi pantatku. Sementara Pak Putu meremas dada kananku, dan mulutnya menggigit puttingku satunya lagi. Aku sekarang sudah telentang dengan kaki diangkat keatas. “Pak Gunawan, Putting cowok kesayanganmu ini gurih sekali, lembut lagi”. Bli Putu asyik menyantap putingku. “Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”. Aku terus mengerang kesakitan pada kedua putingku dan kenikmatan pada anusku. Setelah beberapa menit lamanya, Pak Gunawan kemudian mencabut jarinya. Melihat aku yang meronta-ronta, Pak Gunawan semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan Kontolnya ke dalam lubangku yang masih enak itu. Walaupun anusku sudah basah oleh air liur Pak Gunawan namun Pak Gunawan masih merasakan kesulitan saat memasukkan Kontolnya, karena anusku masih terlalu kecil untuk ukuran kontolnya. Aku hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan. Lalu dengan ngacengnya Pak Gunawan memasukkan batang Kontolnya lagi. “Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn”, terdengar suara erangan kesakitan keluar dari mulutku. Aku mulai menangis sambil mendesah menikmati Kontol Pak Gunawan yang mengaduk- aduk liang pembuanganku. Raut wajahku menahan sakit luar biasa pada anusku. Aku sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika Kontol pak Gunawan disodok- sodokkan ke lubang anusku. “Awwwwww… oh uhhhh……jangan, uh, duh Pakk, ampunn Paaaaaaaaaakkk!!”. Sungguh mengasyikan melihat expresiku yang merem-merem sambil menggigit bibir bawah. Pak Gunawan terus menggenjot anusku. Menit- menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Gunawan terus menggenjot tubuhku, aku semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Gunawan menggenjot tubuhku. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, mataku mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirku menganga mengeluarkan alunan- alunan rintihan lemah, “Ahh, ahh, oouuhh”. Lalu Pak Gunawan memposisikan tubuhku menungging. Pantatku sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang pahaku yang putih dan tegak. Pak Gunawan memasukkan Kontol besarnya yang berpanjang 18 cm ke liang pembuanganku hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga anusku hingga membuatku tersentak kaget dan kesakitan sampai mataku membelalak disertai teriakan panjang. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. ….. Paaaaaakkkkk!!!! Tidaaaaaaaaakkkk!!!”. Kedua tangan Pak Gunawan memegang pantatku, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Gunawan mengelus- elus pantatku. Beberapa menit kemudian, Pak Gunawan kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tanganku. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tanganku dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan Kontol Pak Gunawan. Wajahku menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaanku seperti itu, pak Gunawan semakin bersemangat mengebor liang anusku. “Anjingg, bangsaatt, anus, kamu, Bayu ngentoott, bapak entotin kamu”. Pak Gunawan merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Gunawan pun sampai kepuncak paling nikmat menikmati anusku, kontolnya menyemburkan pejuh kental yang luar biasa banyaknya memenuhi lubang anusku. “Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Gunawan melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras, mengejang dan bergetar dengan kepala menengadah keatas. “Aoohh, oouuhh, Polisi bangsat kamuuuuuuu pakkk!!”. Aku mengumpat sambil mendesah, tubuhku mengejang merasakan cairan pejuh Pak Gunawan membanjiri anusku. Puas sudah dia menyetubuhiku, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhiku dan puas dalam merojok anusku. aku menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, aku sadar bahwa polisi tiu telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri lubang anusku. Cairan kental hangat itu memenuhi liang anusku sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Setelah itu Bli Agung maju untuk mengambil giliran. Kali ini bli Agung mengangkat kedua kakiku ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan Kontolnya yang sudah tegang ke dalam anusku. Bli Agung masih mengalami kesulitan saat memasukkan Kontolnya, meskipun anusku kini sudah licin oleh pejuh Pak Gunawan. Kembali lubang duburku diperkosa secara brutal oleh Bli Agung, dan aku lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan. “Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh, keparaatttt.. ahhhhh”, teriakku. Namun kali ini aku tidak berontak lagi, karena aku pikir itu hanya akan membuat polisi itu semakin bernafsu saja. Sementara itu bli Agung terus memompa anusku dengan cepat sambil satu tangannya menarik-narik putingku dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh pejuh nya di dalam anusku. “Ooohh, makan nih pejuh polisi. Kamu suka kan?? Ahhhhhh… ohhhhhh!!”. Aku hanya dapat meringis kesakitan, tubuhku telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakiku sudah tidak dipegangi lagi. Aku dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam anusku. Sebagian pejuh bli Agung mengalir lagi keluar dari anusku. “Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh”, aku menjerit dengan tubuhku yang mengejang ketika bli Putu mulai menanamkan batang kemaluannya didalam liang anusku. Mataku terbelalak menahan rasa sakit anusku, tubuhku menggeliat-geliat sementara bli Putu terus berusaha menancapkan seluruh batang kontolnya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua Kontol tadi, aku masih agak tegang sehingga anusku masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Bli Putu berhasil menanamkan seluruh batang kontolnya didalam anusku. Tubuhku berguncang-guncang merasakan sakit dan pedih tak terkirakan di duburku. Aku pun terus memohon kepada Bli Putu agar mau melepaskannya. “Ahh, rasain kamu, akhirnya aku bisa juga ngerasain jepitan anus kamu sayang”, bisiknya ketelingaku. “Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintihku dengan suara yang megap-megap. Jelas bli Putu tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk duburku. “Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, aku merintih- rintih, disaat tubuhku digenjot Oleh bli Putu, badanku pun semakin menggeliat-geliat. Otot-otot dinding anusku kuat mengurut-urut batang kemaluan bli Putu yang tertanam didalamnya, karenanya bli Putu merasa semakin nikmat. Sambil memukuli pantatku dengan tangannya, berharap agar anusku mencengkram Kontolnya dengan lebih erat karena lobang anusku mulai semakin mengendur. Tiba-tiba bli Putu mencabut Kontolnya dan dia duduk di atas dadaku. Bli Putu mengocok-ngocok kontolnya dengan kuat, sampai akhirnya dia memuncratkan pejuhnya ke arah wajahku. Aku gelagapan karena pejuh bli Putu mengenai bibir dan juga mataku. Setelah itu bli Putu masih sempat membersihkan sisa pejuh yang menempel di Kontolnya dengan mengoleskan Kontolnya ke bibirku. Selanjutnya dua orang, Bli Wayan dan Bli Made maju. Mereka kini menyuruhku untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian bli Wayan berlutut di belakang pantatku dan mulai mencoba memasukkan Kontolnya ke lubang anusku. “Gila nih cowok, pantatnya mantap bener, hangat lagi, lihat nih bro paha si Bayu. Mulus dan putih banget. Bener kata Pak Gunawan” Kata Bli Wayan. “Ampuunn Pakkkk, jangan sodomi saya lagi… paakk, saya mohoonn… sakit…”. Membayangkan kesakitan itu, aku mencoba untuk berdiri, tetapi kepalaku dipegang oleh bli Made yang segera mendorong wajahku ke arah Kontolnya. Kini aku dipaksa mengulum dan menjilat Kontol bli Made. Kontol bli Made yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulutku.Sementara itu, bli Wayan masih berusaha menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anusku. “Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk.. udah pakk…..!!!” Sesekali bli Wayan menampar pantatku dengan keras, sehingga aku merasa panas. “Gila nih anak laki, bokongnya mantap banget dan lobangnya kecil banget” Kemudian bli Wayan menjilati lubang anusku. Aku merasakan sensasi aneh yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya saat lidah polisi Wayan menjilati lubang anusku yang sudah berlumuran pejuh. Ia berada dibelakangku dengan posisi menghadap punggungku. Ketika lobang pantatku sudah terbuka, bli Wayan merentangkan kedua kakiku selebar bahu, dan.. “Aaakkhh.”, aku kembali melolong panjang, badanku mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat bli Wayan menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anusku. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah anusku, dengan tidak perlu bersusah payah bli Wayan berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anusku, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuhku kembali disodok- sodok. Tidak lama kemudian aku kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusku sudah jebol oleh Kontol bli Wayan yang gede banget yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini bli Wayan memperkosa anusku perlahan-lahan, karena lubang anusku masih sangat sakit. Ketika bli wayan menarik Kontolnya, bibir anusku terasa ikut tertarik sehingga agak monyong keluar. Lalu bli Wayan menyodokkan lagi Kontolnya, sehingga kini anusku mengempot. “Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt… ooohhhhh”. Aku menjerit keras sekali, aku merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakan. Bli Wayan merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat Kontolnya dijepit oleh anusku. Bli Wayan merasa Kontolnya lecet didalam duburku. Kenikmatan yang terus- menerus dirasakannya ketika menunggangi pantatku. Tak terbayang bagaimana wajah Bang Wando, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami pacarnya. Pacar yang selalu bisa menyenangkannya, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh Oknum-oknum Polisi sepertinya. Aku yakin bang Wando pasti langsung menonjok ampe babak belur para polisi bejat ini. Bang Wando… Tolong Bayu… Seperempat jam lamanya bli Wayan menyodomiku, waktu yang lama bagi aku yang semakin tersiksa. “Eegghh, aakkhh, oohh… ohhh…”. Dengan mata merem- melek serta tubuh tersodok-sodok, aku merintih-rintih. Saat aku berteriak, kembali bli Made mendorong Kontolnya ke dalam mulutku, sehingga kini aku hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutku penuh oleh Kontol bli Made. Tubuhku terdorong kedepan dan kebelakang mengikuti gerakan Kontol di anus dan mulutku. aku berteriak-teriak kesakitan. “Ahhhhhhhhhh….. Ooooooo… Ampoooon pak.. ampun pak Polisiiii!!!!” Keadaan ini berlangsung 35 menit sampai akhirnya bli Wayan dan bli Made mencapai puncak secara bersamaan. Bli Wayan yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya liang pantatku menyemburkan pejuhnya di dalam anusku, aku sekarang semakin merasakan perih pada anusku yang semakin lecet dan tersiram pejuh bli Wayan. Dan bli Made menyemburkan pejuhnya di dalam mulutku. Aku terpaksa menelan semua pejuh bli Made agar aku masih dapat bernafas. Aku hampir muntah merasakan pejuh itu masuk ke dalam kerongkonganku, namun tidak dapat karena Kontol bli Made masih berada di dalam mulutku. Aku biarkan saja Kontol bli Made berada di dalam mulutku untuk beberapa saat sampai bli Made menarik keluar Kontolnya dari mulutku. Plop! Sebagian sisi pejuh briptu Made yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liurku. Kemudian bli Made memaksaku untuk membersihkan sisa pejuh Kontolnya dengan cara menjilatinya. Bripda Wayan juga masih membiarkan Kontolnya terbenam dalam anusku dan sesekali masih menggerak-gerakkan Kontolnya di dalam anusku, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Aku dapat merasakan kehangatan pejuh di dalam lubang anusku yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusku. Perih yang luar biasa dirasakan lubang duburku setelah kontol itu keluar.. Setelah bli Wayan mencabut Kontolnya dari anusku, lalu bli Agung mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarikku mendekati dan mengangkat tubuh kecilku lalu memposisikan mengangkangi Kontolnya dan menghadap kearahnya. Bli Agung kemudian mengarahkan Kontolnya ke anusku, dan kemudian memaksaku untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh Kontol bli Agung langsung masuk ke dalam duburku. “Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk.. pak.. ampuninnnn Bayu…”, Aku mengerang kesakitan dan memohon iba dari polisi berbadan kekar dan berwajah tampan khas bali itu. Setelah itu, aku dipaksa bergerak naik turun. Sesekali bli Agung menyuruhku menghentikan gerakan untuk menahan orgasmenya. Bli Agung dapat merasakan duburku berdenyut-denyut seperti memijat Kontolnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan liang anusku yang sudah basah oleh pejuh-pejuh rekan-rekannya. Bli Agung masih belum puas. Dia memiringkan tubuhku lalu mengangkat kaki kananku ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan Kontolnya di anusku. Aku menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirku sendiri hingga lecet, wajahku yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba para Polisi itu. Bli Agung tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Bli Agung tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat aku diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya kedalam anusku. Aku kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam liang pembuanganku. Selanjutnya Pak Gunawan yang masih mau lagi yang mengambil giliran untuk memperkosaku. Dia menarikku dari pangkuan bli Agung, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Aku disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas Kontol pak Gunawan. Kemudian secara kasar pak Gunawan menarik pantatku turun, sehingga anusku langsung terhunjam oleh Kontol Pak Gunawan yang sudah berdiri keras. “Akkhh, aakkhh, oogghh,.. Pak.. sudah… anusku sakit banget pak…”. teriakan memilukan keluar dari mulutku. Kontol pak Gunawan, yang jauh lebih besar daripada Kontol Polisi rekan-rekannya diruang ini memasuki anusku, masuk semuanya ke dalam anusku, membuat aku kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam duburku. Aku merasa dinding anusku dikoyak-koyak oleh Kontol Pak Gunawan. Pak Gunawan memaksa aku untuk terus menggerakkan pinggulku naik turun, sehingga Kontol Pak Gunawan dapat bergerak keluar masuk duburku dengan leluasa. Kemudian Pak Gunawan menarikku ke arah dadanya, sehingga kini dadaku berhimpit dengan dada berotot Pak Gunawan. Pak Gunawan benar- benar terangsang. Melihat posisi seperti itu, Bli Wayan melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantatku beberapa kali. “Akkhh, aakhh, damn, shitt.. sakit Pak!”, Aku kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahaku. Cambukan bli Wayan sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan pahaku. Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun aku tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatku, sehingga aku berhenti menggerakkan pinggul. Merasakan bahwa gerakanku terhenti, Pak Gunawan marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantatku dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya aku menggerakkan sendiri pantatku naik turun secara refleks. Pak Gunawan mencengkram pinggulku, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengeborku itu. “Oohh, sshh, shh… bapak suka anusmu Bay.. Uhh… ohhhh”, Pak Gunawan mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantatku yang empuk basah menduduki selangkanganya. Ketika Pak Gunawan hampir mencapai klimaks, dia memelukku dan berguling, sehingga posisi kami kini bertukar, aku tidur di bawah dan Pak Gunawan di atasnya. Sambil mencium bibirku dengan sangat bernafsu, Pak Gunawan terus menggenjot anusku. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gunawan terhenti. Pak Gunawan mencabut Kontolnya keluar dari duburku dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar lubang anusku. Kemudian dia menarik tangan kananku dan memaksaku untuk meratakan sperma yang ada di sekitar anusku dengan tanganku sendiri. Setelah itu bli Putu yang tampan dan gagah itu mengambil giliran memperkosa anusku. Ia mengangkat kedua kakiku dan menyandarkannya diatas bahunya, bli Putu menempelkan kepala Kontolnya di mulut anusku. Dengan kasar bli Putu menyodokkan Kontolnya dengan keras kedalam liang duburku. Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit bli Putu memompa duburku dengan kasar, membuat duburku semakin terasa lecet dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, bli Putu mencabut Kontolnya dari duburku dan memaksa aku untuk membuka mulut lebar- lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, bli Putu memaksa aku untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua polisi disitu tertawa senang melihat itu, sementara aku menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajahku terlihat gelagapan oleh sperma milik Bli Putu. photomemek.com Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para polisi kejam itu terhadap tubuhku. Kali ini aku tidak kuat lagi. Setelah lima polisi itu selesai memperkosaku untuk kesekian kalinya, aku akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhku terutama dianus. Aku telah diperkosa habis- habisan selama kurang lebih 7 jam oleh polisi-polisi bejat itu. Dan semua kejadian itu direkam oleh pak Gunawan. Lebih- lebih ketika posisi kedua tanganku yang terikat digantung keatas. Bli Made menjilati dan menciumi ketiakku. “Mmuuahh, ketek kamu bagus banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”. Liur bli Made membasahi ketiakku. Aku kembali disetubuhi dari satu arah tentu saja lubang anus. Aku kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakiku berusaha menendang- nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan. “Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh!!!” Aku terus berontak seperti orang kesetanan. Karena pantatku mulai mengering, Pak Made kembali membasahi pantatku dan batang Kontolnya sendiri dengan lotion agar licin. Bli Made menyodomiku untuk kesekian kalinya. Dilanjutkan dengan bli Wayan lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat seperti pantatku, ia semakin bernafsu menghancurkan anusku. Kemudian mereka kembali menelentangkan aku di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian- bagian tubuhku yang bisa di gunakan untuk memuaskan kontol kontol mereka. Bli Agung memasukkan Kontolnya ke dalam mulutku, dan memaksa mengulumnya. Pak Gunawan menyarangkan Kontolnya ke dalam anusku, double penetratio, yang berdarah-darah. bli Putu melesakkan Kontolnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantatku yang sudah dimasuki kontol pak Gunawan. Akhirnya aku yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan anus yang dalam keadaan lecet parah, dan terus mengeluarkan darah dan sisa sperma. Darah dan sperma berceceran dimana- mana. Sudah puas para polisi tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuhku yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan. Setelah para polisi gila itu pergi aku tidak tahu apa-apa lagi. Aku pingsan dan tak berdaya. Walaupun liburanku dipulau Bali masih ada beberapa hari, aku memutuskan untuk mengurung diri dikamar dan tidak ingin keluar. Pak Gunawan beberapa kali meng-sms atau misscall ke hapeku namun tidak aku gubris karena aku terlanjur sakit dengan kelakuannya dan teman-temannya dua hari lalu. Aku pun pulang ke kotaku dengan trauma yang dalam dan sesampainya dirumah, ayah dan ibuku bingung melihat aku yang diam dan tampak melamun padahal aku habis liburan. Mungkinkah aku trauma untuk berlibur sendiri lagi? Tragis…..!!! Aku malas untuk mengingat-ingat tampang dan nama-nama para polisi periwisata itu namun setiap aku mendengar kata Bali, aku selalu ingat kelakuan mereka yang memperkosaku. Aku harus bagaimana???? Tolong aku teman-teman…,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,