Gol-gol indah

 

Gol-gol indah

Aku mengenal seks dengan laki-laki semasa SMA saja, itu pun pada saat aku kelas 2 sampai 3 SMA.Karena aku orangnya tertutup akan masalah ini makanya selama masuk bangku kuliah keinginanku aku pendam. Apalagi di tempatku lingkungannya (kampus dan rumah) adalah homophobia!

Rasanya bosan juga kalau setiap selesai latihan bola (latihan setiap sabtu sore) aku harus mengurung diri di kamar kost atau pergi ke warnet, soalnya diantara sekian anggota klub bola kami, mungkin hanya aku yang tidak pernah pergi kencan. Sedangkan yang lain rata-rata sudah pada punya pasangan, cewek! Aku sih bukan tidak mau, memang tidak tertarik.

Umurku 23 tahun, tinggi 172 cm, berat 65 kg, aku suka sekali main bola di hobby grup kampusku (di daerah Suci, Bandung). Diantara teman-teman berlatihku, aku punya teman dekat 2 orang, namanya Deni dan Gugun. Mereka sama-sama punya cewek. Keakrabanku dengan keduanya didasari karena aku suka mereka. Deni dengan tinggi 175 cm, badannya padat dan kencang serta berwajah ganteng. Gugun tingginya 170 cm, juga padat dan berotot, dangan penampilan yang agak innocent, dengan latihan fisik yang lumayan berat dan juga diselingi dengan renang 2 minggu sekali. Sering sekali aku membayangkan bisa mendapatkan salah seorang dari sobatku ini sebagai “teman plus”, tapi sepertinya tidak mungkin, yang kurasa mereka tidak mempunyai gelagat untuk suka pada cowok. Bagiku, Gugun dan Deni sering terlihat akrab sekali, maklumlah mereka dulu satu SMA, sebelum masuk ke Perguruan Tinggi Swasta ini, itulah yang membuatku agak cemburu terhadap mereka. Makanya aku selalu menempel mereka, kemana pun mereka jalan untuk mencari tahu apakah mereka Bisex, kecuali pada saat mereka apel dengan masing-masing ceweknya.

Setiap kali kuperhatikan, tetap saja keakraban mereka tidak menunjukkan gelagat Bisex. Pernah sih aku mancing-mancing untuk mengajak mereka nginap di tempat kost-ku (kedua-duanya sekaligus), yah.. tetap saja hasilnya nol besar. Pernah suatu kali aku membuka obrolan dengan topik bisex, tapi mereka hanya senyum-senyum saja, malah cenderung melecehkan, yang membuatku menjadi down.

Nah.. pada bulan Maret 2001, dimana rasa penasaranku terjawab begini ceritanya.
Hari itu latihan tidak lama lari keliling lapangan saja. Setelah selesai, seperti biasa setelah ngobrol sana sini, aku pamit mau pulang, dan salah satu dari kedua temanku bertanya dengan nada mengejek, “San.. loe kagak pernah ngapel masa sih loe, kagak minat ama cewek-cewek Bandung?”Aku tidak menggubris, sebenarnya perih sekali ditanya seperti itu, cuma aku berusaha menutupinya dengan membalas, “Ah bosen ah ama cewek.. lagi nyari cowok niih..!” timpalku sekenanya. Kedua temanku pun hanya tertawa, kebetulan aku berbeda arah pulang dengan kedua temanku itu, langsung saja aku pamit dan menuju arah rumah kost-ku. Perasaan sepi kembali menghantuiku, cuma aku langsung berpikiran, mending aku malam mingguan di warnet. Yaah.. hanya warnet yang bisa bikin hatiku agak terhibur, biasalah paling aku chat atau surfing melihat situs X.

Sesampainya aku ke tempat kost, aku tambah meringis soalnya teman-teman kost pada mudik.Waah payah! aku makin tidak bersemangat malah aku jadi malas ke warnet, lalu aku sambil istirahat nonton TV di kamar. Tidak lama kemudian ada yang mengetok pintu, aku berpikir paling si ibu kost yang mau nitip kunci rumahnya soalnya biasalah dia hari sabtu suka keluar kota, tapi kalau tidak salah ibu kost-ku itu sudah pergi dari tadi. Hmm, jadi siapa ya, masih dengan pakaian bola (soalnya tadi latihan tidak begitu berat jadi tidak membuat bajuku kotor) aku menuju pintu dan kubuka. Ternyata.. Gugun dan Deni yang mengetok masih dengan seragam latihan yang masih bersih itu.

“Eh.. kirain siapa, ayo masuk.” ajakku.
“Kok nggak jadi pulang? kalian nggak siap-siap ngapel gitu?” tanyaku.
Deni menjawab, “Lagi males nih..” “Lagian gue juga nggak tega liat loe sendirian malem minggu begini..” seraya mereka melepaskan sepatu dan langsung masuk.
“Yang laen pada kemana San?” tanya Gugun.
“Tau tuh pada mudik, ibu kost juga nggak ada,” jawabku sok tegas.
“Eh tuh kalo mau minum di tempat biasa, gelasnya juga yang biasa..”

Akhirnya memang benar, mereka berdua benar-benar tidak pergi ngapel, malah ngobrol di kamarku ngalor ngidul. Aku pada saat itu tidak ada kepikiran sedikit pun ke arah seks, photomemek.com maklumlah, yang tadinya aku siap-siap untuk bete sendirian, eh malah ditemenin sama dua orang cowok yang kusuka. Yah, obrolan pun berlalu begitu aja sampai-sampai sudah gelap, sekitar jam 7:30 malam. Karena aku merasa gerah, aku lalu siap-siap mandi. Tapi si Gugun menahanku supaya tidak mandi, kata dia, bau keringat cowok itu bisa bikin horny.
“Trus apa hubungannya?” tanyaku.
“Gini.. loe khan tidak percaya? mau bukti nggak..?” tanyanya lagi.
Deg! aku langsung berpikiran yang bukan-bukan, dan aku dengan sedikit memancing. Oke.. sekarang kita cari tahu siapa yang bau keringetnya bikin horny. Keduanya langsung setuju, dan tiba-tiba Deni dan Gugun langsung membuka kaosnya.

“Ayo San, buka bajunya,” kata mereka.
Penisku langsung menegang ketika ditantang begitu. Melihat mereka sudah membuka kaosnya masing-masing, aku dengan terpaksa dan rasa ingin tahu lalu kubuka kaosku. Deni membuka permainan ini, lalu Gugun menutup dan mengunci pintu kamarku. Kita bertiga saling berdekatan, dan aku semakin horny melihat tubuh mereka yang agak mengkilat karena sisa keringat dan sedikit lengket, ditambah aroma laki-laki yang jantan sekali. Oh aku semakin tidak menentu. Degh.. degh.. degh.. Pertama kita bertiga saling memegang pundak samping kiri kanan.

“Sekarang loe yang akan di tes San..” ujar Deni sambil nyengir, lalu dia mencium ketiakku. Tak lama, “Hmm.. enak baunya loe San..” disusul dengan Gugun melakukan hal yang sama, cuma dia sambil sedikit menjilati ketiakku.

“Sekarang giliran loe San, loe jadi juri, mana diantara gue dan Gugun yang paling seksi bau keringetnya.”
Lalu aku merunduk ke ketiak Deni. “Oooh baunya sangat enaak.. membuatku ingin menjilatnya..” apalagi aku sempat melirik ke arah puting si Deni yang mengeras itu. Belum sempat aku mengetes ketiak Gugun, dari arah belakang Gugun sudah memelukku seraya menciumi punggungku dan tonjolan di balik celananya menggesek-gesek samping pantatku, ditambah sentuhan kulitnya yang lengket membuatku semakin meledak-ledak. Melihat itu, langsung saja kulumat puting Deni dan dia mengerang-erang, “Terusin San!” ujarnya. Sambil dia melepaskan celana bolanya. Wow.. penis yang selama ini kuidam-idamkan itu keluar dari balik celana bolanya, dari putingnya aku langsung berpindah ke penis Deni dan Gugun berusaha melepaskan seluruh pakaianku lalu dia membuka pakaiannya sendiri. Akhirnya kami bertiga telanjang bulat, dengan sisa-sisa keringat sehabis latihan bola sore tadi.

Setelah agak lama, aku berpindah ke Gugun dan aku langsung mencium bibirnya. Kupegang batang penisnya yang paling besar dan panjang diantara kami. Dengan posisi berlutut dan berhadapan, aku dan Gugun saling berciuman, lalu Deni berdiri dan dari arah samping dia mengarahkan penisnya itu ke mulut kami. “Oooh enak sekali..” ditambah dengan aroma keringat yang sangat merangsang, aku sampai-sampai dengan serakahnya menghisap penis Deni. Melihat aku sibuk dengan mainan baruku. Gugun langsung berdiri dan berciuman dengan Deni, setelah itu Gugun merendahkan posisi badannya ke dekat pantat Deni. Aku masih sibuk menghisap penis Deni yang asin dan enak itu.

Tidak berapa lama kamudian, kaki Deni mulai mengangkang dan aku melihat dengan jelas Gugun bermain-main di sekitar pantat Deni. Bagiku bermain di daerah pantat adalah suatu hal yang baru. Lalu aku mendekati Gugun dan kita saling berciuman lagi. Kemudian Deni langsung nungging.

“Ayo San, loe mau coba pantat si Deni nggak?” tanya Gugun.
Aku yang sudah terangsang begitu hebat, tanpa berpikir lagi aku langsung menciumi pantat Deni dan menjilati anusnya.
“Enak nggak San?” tanya Gugun.
“Enak..” jawabku.
Lalu Gugun menawarkan lagi, “Loe mau nyoba yang lebih enak?”
“Apaan Gun?” tanyaku.
“Tadi kan pantat si Deni udah gue basahin duluan, jadi aromanya agak berkurang.”
“Nih, cobain pantat gue.” sahutnya.
Mendengar itu aku agak ragu dan Deni langsung bangkit, “Ayo Saan.. enak lhoo..”
Aku melihat si Gugun sudah nungging dan Deni menciumi putingku. Lalu, benar saja setelah aku mendekatkan wajahku ke pantat si Gugun, aroma khas tercium olehku, aku semakin horny saja begitu mencium aroma itu lalu aku langsung menjilati anus si Gugun. Dia mengerang keenakan.Setelah puas, aku berhenti. Deni dan Gugun pun mendekap dari kiri dan kanan.

“Loe mau dijilat San?” tanya Gugun dengan wajah menggoda.
“Gue mau ngerasain pantat loe..”
Aku langsung gugup, “Euuh.. gue belum pernah Den.. nggak ah..”
“Ayolaah..” bujuknya.
Akhirnya dengan beberapa sentuhan dari mereka aku menyerah dan mereka berdua saling berebut menjilati pantatku. Sesekali memasukkan jari ke anusku. “Oowww.. nikmaat..” aku tidak tahan akhirnya aku mencari dan mendapatkan pantat Deni, aku langsung menjilatnya sedangkan Gugun tetap menikmati sajian pantat virginku dari belakang. Dan.. setelah itu Deni langsung membalik badannya dengan kaki terbuka dan agak diangkat.

“Guun masukin doong.. Honeey..” pintanya.
Dengan sigap Gugun menghampiri Deni dan menghisap penis Deni, sambil jarinya keluar masuk anusnya. Aku sangat takjub melihat pemandangan ini, tanganku ditarik oleh Deni dan dia menggapai penisku dan mengarahkan ke mulutnya. “Ayo Guun.. masukin sayaang..” ujarnya. Dan.. “Bless..” penis Gugun lenyap ditelan pantat Deni, dibarengi dengan goyangan penis Gugun keluar masuk, dan Deni pun semakin giat menghisap penisku. Aku mencoba berganti posisi menjadi 69 tapi Gugun jadi terhalang, jadi cuma Deni saja yang bisa tetap mengisap penisku, sesekali dia memainkan jarinya di anusku, lalu menjilati anusku. Di depanku penis Gugun tetap keluar masuk pantat Deni. Lalu aku sambil mengocok penis Deni, aku merasakan lidah Deni menembus anusku. Aku mendongak ke arah Gugun.

“Guun.. gue juga dong.. masukin!” aku memohon sambil melihat wajah gantengnya yang sudah dibasahi dengan keringat.
“Oke Sayang..” katanya.
“Tapi sebelumnya loe duluan masukin ke pantat gue San! pleasee..” katanya.
Lalu dia tidur terlentang, dengan bantuan Deni akhirnya penisku juga masuk ke pantat Gugun. Kaki Gugun tertahan di pundakku. Lalu tak lama Deni pun mulai menggerayangi pantatku dengan jari-jarinya, saking enaknya aku berhenti. “Den masukin dong punya loe.. Deni sayang..” sambil kulebarkan selangkanganku, fantasiku.com akhirnya Deni berhasil mendekatkan kepala penisnya ke anusku, lalu dengan perlahan (karena ukuran punya Deni tidak begitu besar tapi panjang) dan akhirnya masuklah batang penis Deni ke pantatku. “Ooohh..” aku merasakan nikmat yang tiada tara, di depanku merasakan pantat si Gugun dan wajah gantengnya, dan dari belakangku ditusuk oleh si Deni, benar-benar membuat kami bertiga mandi keringat, khususnya aku dan Deni.

Beberapa saat kemudian, Deni mulai merasa pertahanannya akan jebol dan dia membisikan sesuatu, “Sayang.. dikeluarinnya di dalem yaa?” sambil dia mencium leherku.
“Iyaa..” jawabku dan, “Aaah.. aauugghh.. oohh..” Deni meluncurkan spermanya ke dalam pantatku, terasa hangat dan menyembur. Sambil menarik perlahan, Deni memainkan putingku dan aku semakin merasa naik ke puncak. Aku merunduk untuk mencium Gugun.

“Guun.. gue juga di dalem ya dikeluarinnya..”
“iya Sayaang.. masukin aja semuanya..” pintanya dan sampai akhirnya Deni memasukkan jarinya ke dalam pantatku, aku semakin tidak tahan dan akhirnya, “Oohh.. nikmaat..” kukeluarkan semua spermaku ke dalam pantat Gugun sambil aku menarik tangan Deni dari pantatku karena terasa ngilu. Setelah keluar semua, kutarik penisku dan aku langsung mendekap Gugun dari arah kiri, dan Deni mendekap Gugun dari sebelah kanan. Aku berbisik pada Gugun, “Ayo Gun, sekarang loe keluarin..” lalu aku memulai gerakan mengocok penis Gugun yang agak besar itu, ditambah Deni menghisap putingnya dan, “San tolong gue, pakek jari loe dong Say..” kata Gugun, dan dia langsung mengocok penisnya sendiri dan aku menurut saja. Aku mulai menggerakkan jariku maju mundur, dan semakin cepat Gugun mengocokkan penisnya sampai akhirnya dia pun memuncratkan spermanya. Sprei kasurku sampai basah oleh campuran keringat dan sperma Gugun. “Oooh.. indah sekali sewaktu sperma Gugun memancar dari lubang penisnya..” lalu kami saling berpelukan dan saling membelai, agak lama.

Setelah tenaga kami agak pulih, lalu kami bangkit menuju kamar mandi yang berada di kamar kost-ku. Sambil mandi mereka berdua bercerita, ternyata mereka selama ini telah sering melakukan hal ini, antara Deni dan Gugun. Setelah melihat aku yang selalu sendiri dan tidak pernah kencan dengan cewek, mereka punya kesimpulan bahwa aku ini ada kemungkinan suka cowok juga, jadi mereka merencanakan hal ini sebelumnya ingin menambah variasi katanya, dan tentu saja aku suka sekali, aku tidak mau kehilangan mereka berdua, dan syukurlah mereka juga tidak mau kehilanganku dan cewek mereka selama ini, untuk apa ya?
Den, Gun, thanks ya.. kalau bukan karena kamu berdua, saya tidak mungkin mengalami hal ini. Gool.. akhirnya saya kebobolan juga.

Tamat
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

 

Author: admin