I have a dream

I have a dream

Malam kian larut ketika kurebahkan tubuhku di tengah peraduan malam. Perlahan kurasakan kegelapan menyelimuti sekelilingku tatkala kedua kelopak mataku terpejam. Kubiarkan anganku melayang, mengembara menembus batas antara dunia nyata dengan dunia maya. Pikiranku menerawang menembus lorong waktu yang berjalan perlahan namun penuh kepastian.

Kurasakan hawa dingin merasuk ke sumsum tulangku ketika kudengar daun-daun bambu bergesek. Iramanya mengalun perlahan menyenandungkan symphoni yang menggugah kalbu. Anganku terus mengembara tanpa arah tujuan. Akhirnya anganku berlabuh pada sebuah lukisan wajah. Kusunggingkan seulas senyum manis menatap lukisan itu. Wajah seseorang yang sudah lama menghias relung-relung kalbuku. Goresan wajah yang selalu hadir dalam kesendirianku. Guratan wajah yang selalu kucumbu dalam khayalku.

Hatiku seolah teriris pedih ketika kulihat samar-samar ada sebuah tangan yang merengkuh lukisan itu. Aku hanya dapat mendesah menahan sejuta rasa kecewa. Mataku menerawang jauh menatap kepergiannya. Apakah ini berarti aku akan kehilangan ia untuk selama-lamanya?

Perlahan-lahan kubuka mataku. Kutatap langit-langit kamarku. Gelap. Kulihat sekelilingku. Pekat. Kulangkahkan kakiku menuju tempat yang belum pernah kukenal sebelumnya. Sebuah belantara yang maha luas nan sunyi yang tak berujung pangkal. Aku terus melangkah.

Tiba-tiba kesunyian terasa menghantui setiap langkahku. Kurasakan bulu kudukku berdiri. Kian lama kurasakan kakiku berat untuk melangkah. Semakin kupaksa semakin kakiku menolaknya. Langkahku pun tiba-tiba terasa semakin tersendat dan akhirnya kakiku terasa lemas. Kutatap rembulan yang bersinar dengan terang benderang. Kupasrahkan diriku dengan apa yang akan terjadi padaku. Ketakutanku mulai sirna ketika mataku menatap sebuah lapangan rumput yang luas membentang di hadapanku. Aku terkesima dan terpana.

Tampak olehku sebuah lautan rumput nan menghijau terhampar luas bak permadani tebal. Kutegakkan tubuhku dan kulemparkan pandangan ke sekelilingku. Aku takjub tiada terkira. Luar biasa. Aku coba untuk menapaki lautan hijau yang luas membentang. Kembali aku melangkah menyusuri malam. Langkahku mendadak terhenti ketika kudengar derap langkah kuda mendekatiku. Kupasang telingaku baik-baik dan kudengar langkah kuda kian mendekatiku. Semakin lama semakin jelas kedengaran.

Tak lama kemudian di depanku nampak kokoh berdiri seekor kuda jantan berwarna putih yang perkasa. Kuamati kuda itu dengan seksama dan akhirnya pandangan mataku tertuju pada si penunggang kuda. Kuamati ia dari kaki ke tubuhnya sampai akhirnya mendarat di wajahnya. Seorang pemuda tampan yang wajahnya sudah sangat kukenal. Sebuah wajah yang mulanya hanya berupa lukisan. Kulihat ia melemparkan seulas senyum yang manis. Aku pun terhanyut oleh senyumannya yang khas itu. Kuberi ia seulas senyum termanisku. Kutatap lekat-lekat matanya yang tajam menatap ke arahku.

Perlahan-lahan ia turun dari atas kudanya dan berjalan menambatkan kudanya. Aku berdiri terpana menyaksikan kehadirannya. Kudengar rumput bergesek ketika ia melangkah mendekatiku. Sinar bulan memancar dengan terangnya menerpa wajahnya yang sangat tampan. Kutatap wajahnya dan pandanganku tertuju pada bagian atas bibir dan bagian dagunya yang berwarna kebiruan karena bekas dicukur. Aku hanya dapat menelan ludah ketika ia dengan gagahnya menghampiriku. Dengan serta merta aku menyongsong kehadirannya. Sepertinya ia pun sangat merindukanku seperti aku merindukannya.

Kupeluk erat lehernya untuk mengungkapkan rasa rinduku, dan ia pun memeluk pinggangku dengan eratnya pula. Kutengadahkan kepalaku dan kulihat ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tanpa menunggu komando, bibirku dan bibirnya pun bertemu. Aku dan ia kemudian saling pagut. Kubiarkan bibirku dilumat habis olehnya. Kurasakan geli campur nikmat luar biasa ketika bekas cukuran kumis dan dagunya menyentuh bibir dan daguku. Aku pun akhirnya tidak tinggal diam. Kulumat bibirnya dengan rakus sambil kusedot-sedot lidahnya dalam rongga mulutku. Kurasakan ada sesuatu yang menyodok-nyodok penisku yang sudah mengejang. Kami terus berpagut sambil sesekali ia menepuk-nepuk dan mengelus-elus pantatku.

Setelah merasa puas melumat bibirku, ia melepaskan pagutannya. Sambil berpelukan mesra aku dan ia pun melangkah. Aku terus melangkah mengikuti irama langkahnya sambil menyandarkan kepalaku ke bahunya yang sangat kokoh. Ketika sampai di tempat yang landai, ia menghempaskan tubuhnya yang gempal di atas hamparan rumput yang agak basah oleh embun. Ia pun tiduran sambil telentang, aku pun lalu merebahkan tubuhku di sisinya. Kusandarkan kepalaku di atas dadanya yang bidang. Berdua, kami terhanyut dalam romantika malam. Sukmaku terasa melayang saat mataku menerawang menatap langit sambil menghitung bintang. Kutatap wajahnya yang bersih tersiram cahaya rembulan.

Kubelai pipinya dengan mesra dan ia pun membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba kurasakan harum nafasnya serasa menerpa wajahku. Kupejamkan mataku dan kurasakan bibirku tersentuh oleh bibirnya. Dilumatnya bibirku dan dimainkannya lidahnya di rongga mulutku. Kubuka mataku dan kuatur posisiku sehingga aku menindihnya. Sambil terus berpagut, tangannya memeluk erat pingganggku. Aku pun memeluk lehernya dengan erat pula.

Kami terus berpagut sambil berguling-gulingan di tengah lapangan yang bermandikan cahaya bulan. Kami terus berguling-gulingan sambil tangannya sibuk hendak melepas kaosku. Akhirnya ia berhasil melepas kaosku hingga aku 1/2 telanjang sekarang. Aku pun tak mau kalah, dan akhirnya aku berhasil melepas kaos yang menempel di tubuhnya.

Ia melepaskan pagutannya ketika kurasakan ada beban berat menindihku. Ia menindihku dalam keadaan 1/2 telanjang. Bulu kudukku berdiri ketika bibirnya menyentuh daun telingaku dan kurasakan penisnya keras menekan penisku. Ia terus mencium dan menjilat daun telingaku dengan nafsu yang berkobar. Nafsuku pun kian menggelegak. Bulu kudukku kian tegak berdiri ketika ia memindahkan sasarannya ke arah leherku. Aku hanya menggelinjang sambil mendesah perlahan.

Oughh.. ia terus mengecup leherku sambil sesekali menjilatinya. Bibirnya kian ganas ketika ia mulai menjilat dan menghisap kedua putingku secara bergantian. photomemek.com Aku hanya dapat menggelinjang-gelinjang menahan sejuta hasrat, sambil kedua tanganku mengelus-elus punggungnya yang basah oleh embun. Nafsuku kian menggelora dan tampaknya ia pun mengalami hal yang sama.

Bibirnya kian nakal dan nafsunya kian menggelegak ketika ia mengecup dan menjilati setiap titik tubuhku. Setelah puas, ia pun mendaratkan bibirnya di atas pusarku. Ia terus menjilati pusarku dengan sangat bernafsu sambil mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di daerah pusarku, sedangkan tangannya sibuk hendak melepas kancing celanaku.

Tak lama kemudian celanaku lepas, sehingga aku hanya tinggal memakai celana dalam saja. Dengan nafsu yang kian berkobar ia mulai menjilati celana dalamku. Kurasakan penisku kian menegang, sehingga kepalanya sedikit mengintip dari balik celana dalamku. Semakin lama tonjolan di celana dalamku kian besar saja. Ia mulai mengelus-elus penisku sambil bibirnya mendarat di pahaku. Aku hanya dapat menggelinjang menahan nikmat.

Akhirnya ia pun melepas celana dalamku, sehingga aku telanjang bulat. Dengan serta merta ia mengambil posisi jongkok dan menaikkan kedua kakiku ke atas pundaknya yang kokoh. Kurasakan asshole-ku dijilati olehnya. Lidahnya nakal menjilati asshole-ku. Ia terus menggelitik asshole-ku dengan lidahnya. Aku mengerang sambil kedua tanganku berpegangan erat pada rumput yang tumbuh di sana. Ia semakin liar menjilati asshole-ku dan kadang kala menggigit bulu-bulu lembut yang menghiasi asshole-ku dengan mesra. Akhirnya ia berhenti menjilati asshole-ku dan kulihat ia membasahi jari-jari tangannya dengan ludahnya dan kemudian kurasakan ada sesuatu yang menusuk-nusuk asshole-ku.

Aku merintih kesakitan. Lama barulah jarinya dapat masuk ke asshole-ku, kemudian dengan gerakan ritmis ia mulai memaju-mundurkan jarinya. Aku merasakan sakit tetapi juga nikmat luar biasa. Aku hanya dapat merintih dan menggelinjang. Lama kelamaan rasa sakit itupun berubah menjadi nikmat. Ia terus menggerak-gerakkan jarinya sambil sesekali menjilat buah zakarku yang berbulu. Kurasakan ia mengulum buah zakarku sambil tangannya bergerak-gerak di asshole-ku. Semakin lama semakin cepat ia menusuk-nusuk asshole-ku dan semakin kuat ia mengulum dan menyedot buah zakarku. Aku hanya dapat meringis.

Ia kemudian mengeluarkan jarinya sambil menurunkan kakiku dari pundaknya. Akhirnya ia pun meraih batang kejantananku yang kian mengeras. Perlahan dikocoknya penisku. Kurasakan lidahnya mulai menjilati kepala penisku yang membesar dan mengkilat. Tak lama kemudian kepala penisku sudah masuk semuanya ke rongga mulutnya. Ia terus mengocok sementara mulutnya sibuk mengenyot dan menyedot penisku. Perlahan ia mengocoknya, sementara tangan kirinya mengelus-elus buah zakarku. Ia terus mengenyot.. menyedot.. mengocok dan mengelus. Aku kian meronta dan menggelinjang sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang hitam tebal.

Kulihat ia memutar posisi tubuhnya sehingga membentuk posisi 69. Ia terus mengocok.. mengulum dan menyedot-nyedot penisku. Sementara aku sibuk membuka kancing celana jeans-nya dan akhirnya aku pun berhasil memelorotkan celananya. Serta merta aku memelorotkan celana dalamnya, sehingga tampaklah olehku penisnya yang beukuran besar dengan rambut yang lebat menggantung tepat di wajahku.

Serta merta aku meraih batang kejantanannya dan kukocok perlahan dan kumasukkan ke mulutku. Mulutku terasa penuh. Aku terus mengocok perlahan sambil tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang padat. Akhirnya jari kiriku menemukan asshole-nya. Jari kiriku mulai keluar masuk asshole-nya sementara ia menggoyang-goyangkan pantatnya dengan teratur. Aku terus mengocok dan mengenyot penisnya.

Kurasakan penisku berdenyut-denyut dan otot pahaku mengejang. Akhirnya, crett.. crett.. crett.. Spermaku tumpah ruah di mulutnya. Ia terus mengulum penisku sambil terus mengocoknya perlahan-lahan. Aku pun melenguh panjang, “Oughh yess..!”

Kemudian dilepaskannya kenyotannya dan perlahan-lahan dijilatinya kepala penisku yang berlumuran sperma. Hangat dan anyir. Setelah bersih, ia pun berguling, sehingga sekarang aku yang menindih tubuhnya yang perkasa. Aku terus mengocoknya dan aku mulai menjilati bulu-bulu lebat yang tumbuh di atas penisnya. Kemudian aku menjilati batang penisnya yang besar berurat dan akhirnya kepala penisnya yang merah dan membesar masuk ke dalam mulutku dengan sukses.

Kupercepat kocokanku dan kuperkuat sedotan dan kenyotanku ketika kurasakan penisnya berdenyut-denyut. Kudengar ia mengerang sambil kedua tangannya berpegangan erat pada pinggangku. Semakin cepat aku mengocok dan mengenyotnya, semakin keras pula ia melenguh. Ougghh.. Aku terus mengocoknya dan mengenyotnya sambil tangan kiriku mengelus-elus buah zakarnya dan pahanya yang berbulu halus.

Akhirnya, crott.. crott.. crott.. Cairan kental berwarna putih serta berbau anyir itu pun muncrat dan tumpah ruah di mulutku. Kudengar ia melenguh panjang.
“Oughh yess..!” kutelan semua spermanya, dan perlahan-lahan aku mengocok penisnya yang sudah mulai berkurang ketegangannya.
Kemudian kulepaskan kulumanku dan aku mulai menjilati kepala penisnya yang berlumuran sperma bagaikan menjilat es krim terenak di dunia.

Kemudian kurebahkan tubuhku di sisi tubuhnya. Dengan mesra ia mencium keningku, kemudian turun ke bibirku. Aku dan ia pun kembali berpagut sambil saling berpelukan erat dan hangat. Akhirnya ia pun tiduran telentang dan aku sandarkan kepalaku ke lengannya yang kokoh.

Kupandangi langit yang berhiaskan bulan dan bertaburan bintang. Aku tersenyum menatap sang dewi malam yang telah menjadi saksi bagiku. Kulihat rembulan pun serasa ikut tersenyum menikmati permainku dengannya. Sebuah pengalaman romantis yang mungkin hanya berada dalam angan-angan. Percintaan yang menggelora di tengah padang rumput nan membentang luas dengan disirami oleh cahaya rembulan yang terang benderang.

Angin pun seakan tak kuasa memberi rasa dingin pada dua sosok tubuh yang sedang memadu cinta dengan nafsu yang menggelora. Kulihat ia sudah tertidur pulas karena kelelahan. Kupandangi wajahnya dan tubuh polosnya yang putih bersih disiram cahaya rembulan dengan butiran-butiran halus keringat yang membasahi tubuhnya tampak mengkilat ditimpa cahaya rembulan. Kupeluk erat tubuhnya dan kusandarkan kepalaku di dadanya yang bidang berbulu lebat. Kupejamkan mataku dan kuresapi bau tubuhnya yang maskulin.

Tanganku tiada henti-hentinya menggerayangi seluruh titik tubuhnya yang berbulu. Kuraba lagi perutnya yang berbulu lebat, kemudian turun ke bulu-bulu lebat yang tumbuh di atas penisnya. Kumainkan jari-jariku di sela-sela bulu hitam itu. Kemudian tanganku meraba dan mengelus-elus buah zakarnya, kemudian kupindahkan sasaranku ke penisnya yang sudah kembali ke ukuran semula. Aku hanya tersenyum sambil mempermainkan penisnya. Kukecup dadanya dan kucium bau keringatnya yang khas seorang laki-laki. Tanpa terasa aku pun tertidur di dadanya sambil tanganku mendekap penisnya.

Aku tersentak kaget ketika kurasakan ada cahaya yang menyilaukan mengenai kelopak mataku. Kubuka mataku perlahan-lahan dan kupicingkan mataku ke arah sumber cahaya itu. Ternyata itu adalah cahaya matahari pagi yang masuk menerobos jendela kamarku. Seketika aku tersentak dan kupandangi sekelilingku. Kosong. Kemana gerangan perginya sang pangeranku? Kurasakan celana dalamku basah dan kupegang penisku ternyata basah oleh spermaku. Kupegang cairan itu terasa lengket dan tercium olehku bau anyir khas bau sperma. Aku baru sadar kalau ternyata aku hanya mimpi.

“Sialan..!” pikirku.

Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Author: admin