Cerita Seks Panas – cerita mesum ini memang lah sebuah cerita dewasa yang mana berasal dari pengalaman ku sendiri, ini lah cerita bokep ku. Ditanganku saat itu ada hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan gambar janin berumur 10 minggu yang sehat. Keputusanku untuk di USG sebenarnya bukan untuk melihat janin ini tetapi untuk memeriksa perutku karena beberapa minggu ini aku merasa sering mual-mual dan tidak sembuh-sembuh dengan obat-obatan biasa. Aku tidak menyangka hubungan badanku dengan Ferry akan membuatku hamil dengan cepat, padahal hubungan badan pertamaku dengan Ferry baru menginjak bulan ke-3. Namaku Yunita, seorang dokter di Bandung yang sedang mengambil spesialisasi mata saat cerita ini terjadi. Umurku saat itu sekitar 36 tahun dan berstatus janda cerai dengan satu anak perempuan ABG. Mantan suamiku juga dokter ahli penyakit dalam yang belakangan aku ketahui punya kelainan sex, yaitu bisex (suka perempuan dan laki-laki). Sehingga karena tidak tahan akhirnya aku minta cerai setelah ayahku meninggal. Perceraian dan kehilangan ayah membuat aku menjadi gamang, apalagi bagiku ayahku adalah segala-galanya. Kegamanganku itu rupanya terbaca dan dimanfaatkan oleh dokter NL, seorang dokter senior yang sangat dihormati di kotaku yang juga sekaligus menjadi dosen pembimbing program spesialisku. Dengan pendekatan kebapakannya dia akhirnya bisa membawaku ke ranjangnya tanpa banyak kesulitan.
Affair kami awalnya berlangsung cukup panas karena kami
punya banyak kesempatan bersama untuk melakukannya di manapun kami ingin,
seperti di tempat praktek, di rumah sakit, di rumah dokter NL (saat ada
istrinya) bahkan di dalam pesawat kecil (dokter NL ini adalah juga seorang
pilot). Karena alasanku berhubungan dengannya adalah untuk mengisi kekosongan
sosok seorang ayah, maka aku pada awalnya tidak begitu peduli dengan kualitas
hubungan seks yang aku dapat yaitu jarangnya aku mendapat orgasme. Hubungan
kami inipun tidak pernah membuatku sampai hamil walaupun kami sering
melakukannya pada periode suburku tanpa pengaman. Karena perbedaan umur yang
cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa bosan setiap kali berhubungan badan
dengan pembimbingku ini. Apalagi kedekatanku dengan dokter NL ini membuatku
mulai dijauhi oleh teman-teman kuliahku yang secara tidak langsung mulai
menghambat program spesialisasiku. Akhirnya pada suatu acara reuni
kecil-kecilan SMAku, aku bertemu lagi dengan sahabat-sahabat lamaku, termasuk
Ferry. Aku dan Ferry sebenarnya sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga
beberapa teman menganggap kami pacaran. Tapi setelah lulus SMA, Ferry memilih
untuk berpacaran dengan sahabatku yang lain yang kemudian menjadi istrinya.
Kalau sebelumnya aku lebih sering berhubungan dengan istrinya Ferry, bahkan
kedua anak kami juga bersahabat. Tapi setelah acara reuni itu, aku juga menjadi
sering bekomunikasi kembali dengan Ferry, baik lewat telepon maupun SMS.
Akhirnya Ferry menjadi teman curhatku, termasuk masalah affairku dengan dokter
NL dan entah kenapa aku menceritakannya dengan detail sampai ke setiap
kejadian.
Ferry adalah pendengar yang baik dan dia sama sekali tidak pernah langsung menghakimi apa yang telah kulakukan, terutama karena tahu persis latar belakangku. Komunikasiku dengan Ferry sebagian besar sepengetahuan istrinya, walaupun detailnya hanya menjadi rahasia kami berdua. Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang dia mengajakku jalan-jalan untuk ngobrol langsung sehingga pelan-pelan aku mulai bisa melupakan afairku dengan dokter NL dan mencoba membina hubungan yang baru dengan beberapa laki-laki yang dikenalkan oleh teman-temanku. Sayangnya aku sering kurang merasa sreg dengan mereka, terutama karena mereka tidak bisa mengerti mengenai jam kerja seorang dokter yang sedang mengambil kualiah spesialisnya. Lagi-lagi kalau ada masalah dengan teman-teman priaku ini aku curhat kepada Ferry yang sebagai anak seorang dokter Ferry memang juga bisa memahami kesulitanku dalam mengatur waktu dengan mereka. Hingga pada suatu siang aku mengajak Ferry untuk menemaniku ke rumah peristirahatan keluargaku di Lembang yang akan dipakai sebagai tempat reuni akbar SMAku. Aku ingin minta saran Ferry tentang bagaimana pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di sana.
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : NGENTOT PACAR KETAUAN CALON IBU MERTUA dan DIPERKOSA SUPIR KU TAPI BIKIN KETAGIHAN SEX
Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan
bercanda, tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini sering
menyinggung seputar pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks masing-masing.
Sekali-sekali kita juga bercanda mengenai “perabot” kita masing-masing dan apa
saja yang suka dilakukan dengan “perabot” itu saat bersetubuh. Entah kenapa
dari obrolan yang sebenarnya lebih banyak bercandanya ini membuat aku mulai
sedikit terangsang, putingku kadang-kadang mengeras dan vaginaku mulai terasa
sedikit berlendir. Waktu aku lirik celananya Ferry juga terlihat lebih menonjol
yang mungkin karena penisnya juga berereksi. Dalam pikiranku mulai terbayangkan
kembali beberapa hubungan badan di masa lalu yang paling berkesan
kenikmatannya. Tanpa terasa akhirnya kami sampai di rumah peristirahatan
keluargaku, perhatianku jadi teralihkan untuk memberi pesan-pesan kepada mamang
penjaga rumah dan tukang kebun yang ada di sana untuk mempersiapkan rumah
tersebut sebelum akhirnya membawa Ferry berkeliling rumah. Seperti waktu SMA dulu, obrolan kami
kadang-kadang diselingi dengan saling bergandengan tangan, saling peluk dan
rangkul atau sekedar mengelus-elus kepala dan pipi. Setelah selesai berkeliling
kami kembali ke ruang tengah yang mempunyai perapian yang biasa dipakai
menghangatkan ruangan dari udara malam Lembang yang cukup dingin. Di sana Ferry
kembali memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami
dalam posisi berhadapan.
Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan bahunya
sehingga kami terlihat seperti pasangan yang sedang berdansa. “Mmmmpppphhhh ……”
Ferry tiba-tiba memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut.
Walaupun saat itu aku benar-benar kaget, tapi entah kenapa aku merasa senang
karena dicium oleh orang yang aku anggap sangat dekat denganku. Dengan
jantungku berdebar aku kemudian memberanikan diri untuk membalas ciumannya
sehingga kami berciuman cukup lama dengan diselingi permainan lidah ringan.
“Ahhh…….” Tanpa sadar aku mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya
berakhir. Sesaat setelah bibir kami lepas, aku masih memejamkan mata dengan muka
sedikit menengadah dan bibir yang setengah terbuka untuk menikmati sisa-sisa
ciuman tadi yang masih begitu terasa olehku. Aku baru tersadar setelah Ferry
menaruh telunjuknya dibibirku yang sedang terbuka dan memandangku dengan lembut
sambil tersenyum. Kemudian dia menarik
kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan dengan eratnya.
Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai tidak teratur, ciuman tadi telah
membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan belaian laki-laki. Tanpa menunggu lama,
aku mengambil inisiatif untuk melanjutkan ciuman kami dengan memangut bibir
Ferry lebih dulu setelah melakukan beberapa kecupan kecil pada lehernya.
Kali ini aku menginginkan ciuman yang lebih “panas” sehingga
tanpa sadar aku memangut bibirnya lebih agresif. Ferry langsung membalasnya
dengan lebih ganas dan agresif, lidahnya langsung menjelahi mulutku, membelit
lidahku dan bibirnya melumat bibirku. Ciuman yang bertubi-tubi dan berbalasan
membuat tubuh kami berdua akhirnya kehilangan keseimbangan hingga jatuh
terduduk di atas sofa. Tangan Ferry
mulai bergerilya meremas-remas buah dadaku, mula-mulai masih dari luar baju
kaosku tapi tak lama kemudian tangannya sudah masuk ke dalam kaosku. Kedua
cup-BHku sudah dibuatnya terangkat ke atas sehingga kedua buah dadaku dengan
mudah dijangkaunya langsung. Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam
mempermainkan putting buah dadaku. Bibir Ferry juga mulai menciumi leher dan
kedua kupingku sehingga menimbulkan rasa geli yang amat sangat. Terus terang
dengan aksi Ferry itu aku menjadi sangat terangsang dan membankitkan
keinginanku untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan dosen pembimbingku
praktis aku tidak pernah lagi tidur dengan laki-laki lain. Aku saat itu sudah sangat berharap Ferry
segera memintaku untuk bersetubuh dengannya atau meningkatkan agresifitasnya ke
arah persetubuhan. Aku rasakan vaginaku sudah sangat basah dan aku mulai sulit
berpikir jernih lagi karena dikendalikan oleh berahi yang semakin memuncak.
Sebaliknya Ferry kelihatan masih merasa cukup dengan mencium meremas buah
dadaku saja yang membuat aku semakin tersiksa karena semakin terbakar oleh
nafsu berahiku sendiri.
“To, kamu mau ga ML sama aku sekarang ?” Kata-kata itu
meluncur begitu saja dengan ringan dari mulutku di mana dalam kondisi biasa
sangat tidak mungkin aku berani memulainya. Hanya dengan melihat Ferry
menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum, aku langsung meloncat dari sofa
dan berdiri di hadapan Ferry sambil melepas kaos atas dan BHku dengan
terburu-buru. Melihat itu, Ferry membantuku dengan melepas kancing dan
risleting celana jeansku sehingga memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri
ke bawah. Ferry sekali lagi membantuku
dengan menarik celana dalamku sampai terlepas hingga membuat tubuhku
benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yang menutupi. Tanpa malu-malu, aku
kemudian menubruk Ferry di sofa untuk kemudian duduk dipangkuannya dengan
posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya. Kami lalu berciuman lagi dengan
ganasnya sambil kedua tangan Ferry mulai meraba-raba dan meremas-remas tubuh
telanjangku sebelah bawah.. “Akkhhhhhh ….” Aku menjerit pendek saat Ferry
memasukkan jari tangannya ke dalam liang senggama dari vaginaku yang sudah
mengangkang di pangkuannya. Tanpa menunggu lama mulut Ferry juga langsung
menyambar putting payudaraku membuat badanku melenting-lenting kenikmatan yang
sudah lama tidak kunikmati. Ferry semakin agresif dengan memasukkan dua jarinya
untuk mengocok-ngocok liang senggamaku yang membuat gerakan badanku semakin
liar. Gerakanku yang sudah makin tidak terkendali rupanya membuat Ferry
kewalahan, lalu dengan perlahan dia mendorongku untuk rebah di karpet tebal
yang terhampar di bawah sofa. Kemudian dengan tenang Ferry mulai membuka
bajunya satu persatu sambil mengamati tubuh telanjangku dihadapannya yang
menggelepar gelisah oleh berahiku yang sudah sangat memuncak.
Melihat Ferry memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih
berpakaian lengkap, tiba-tiba aku menjadi sangat malu sehingga aku raih bantal
terdekat untuk menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku rapatkan supaya
kemaluanku tidak terlihat Ferry lagi. Sesaat kemudian aku merasakan Ferry
membuka pahaku lebar-lebar dan tanpa menunggu lama-lama kurasakan penisnya
mulai melakukan penetrasi. BLESSSSSS ……kurasakan
penis Ferry meluncur dengan mulus memasuki liang senggamaku yang sudah becek
sampai hampir menyentuh leher rahimku.
“Uhhhhhhmmmm ….” Aku mengeluarkan suara lenguhan dari balik bantal
menikmati penetrasi pertama dari penis sahabatku yang sudah aku kenal lebih
dari 20 tahun. “Katanya tadi mau ngajak ML ….” Kata Ferry sambil mengambil
bantal yang kupakai menutupi mukaku sambil tersenyum menggoda. “Sok atuh
dimulai saja ….” Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu CROK …
CROK … CROK …CROK …. CROK … ayunan penis Ferry langsung menimbulkan
bunyi-bunyian dari cairan vaginaku.
Ferry mengait kedua kakiku dengan tanganya sehingga mengangkang
dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa menggerakkan pinggulnya dalam
melakukan penetrasi selanjutnya. “Ferryoo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat sekali
…Ferryoo….” Aku mulai meracau kenikmatan.
Kedua kakiku kemudian dipindah ke atas bahu Ferry sehingga
pinggulku lebih terangkat, sedangkan Ferry sendiri badannya sekarang menjadi
setengah berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis Ferry lebih banyak mengenai
bagian atas dinding liang senggamaku yang ternyata mendatangkan kenikmatan luar
biasa yang belum pernah aku dapat dari laki-laki yang pernah meniduriku
sebelumnya. “Adduuhhh …. enak sekali … ooohhh…. … kontolnya ….tooo…..kontolmu
enak sekaliii …” aku mulai meracau dengan pilihan bahasa yang sudah tidak
terkontrol lagi. Aku lihat posisi Ferry kemudian berubah lagi dari berlutut
menjadi berjongkok sehingga dia bisa mengayun penisnya lebih panjang dan lebih
bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang dengan cukup keras oleh ayunan
pinggul Ferry. Ayunan penisnya yang
panjang dan dalam seolah-olah menembus sampai ke dalam rahimku secara terus
menerus sampai akhirnya aku mulai mencapai orgasmeku. “Yanntooooooo ….. aaaak
…kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau… dddaaapaaat …” kata-kataku jadi terputus-putus
karena guncangan badanku. Ferry merespon dengan mengurangi kecepatan ayunan
penisnya sambil menurunkan kakiku dari bahunya. “Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh
…….” Akhirnya gelombang orgasmeku datang bergulung-gulung, bola mataku
terangkat sesaat ke arah atas sehingga tinggal putih matanya saja dan kedua
tanganku meremas-remas buah dadaku sendiri.
Ferry memberikan kecupan-kecupan kecil saat nafasku masih terengah-engah sambil tetap memaju mundurkan dengan pelan penisnya yang masih keras menunggu aku siap kembali karena dia sendiri belum sampai ejakulasi. Setelah nafasku mulai teratur, aku peluk Ferry lalu kami berciuman dengan penuh gairah dan kepuasan untuk babak ke satu ini. “Yunita, aku boleh minta masuk dari belakang ?” Bisiknya ditelingaku “Tentu saja sayang, kamu boleh minta apa saja dari aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis padanya. Ferry dengan hati-hati bangun dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia cabut penisnya dari vaginaku. “Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena merasa geli bercampur nikmat saat penisnya dicabut. Aku lihat penis Ferry masih mengacung keras dan sedikit melengkung ke atas, batang penisnya yang penuh dililit urat-urat terlihat sangat basah oleh cairan vaginaku. Karpet yang tepat di bawah selangkanganku juga sangat basah oleh cairanku yang langsung mengalir ke karpet tanpa terhalang bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya berbulu sedikit seperti anak-anak gadis yang baru mau puber, itupun hanya ada di bagian atas dekat perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi mencukurnya.
Baca Juga Cerita Mesum Indonesia : AKU SELINGKUHI ISTRI TEMAN KU SAAT AKU BERTAMU KE RUMAH NYA dan MESUM JADI SIMPANAN JANDA KAYA
“Ayo Lan, balikkan tubuh kamu” Pinta Ferry padaku Setelah
berhasil mengankat tubuhku sediri, aku lalu membalikkan badan untuk mengambil
posisi menungging sebagai persiapan melakukan persetubuhan doggy style sesuai
permintaannya tadi. Aku rasakan Ferry medekat karena penisnya sudah terasa
menempel di belahan pantatku dekat liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan
sedikit untuk mempermudahnya melakukan penetrasi. BLESSSSS ………………… untuk kali
kedua penisnya masuk ke dalam liang senggamaku dengan mulus
“OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH …………” Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti
masuknya penis tersebut. Kurasakan penis Ferry mulai bergerak maju mundur,
bukan hanya karena gerakan pinggulnya saja tapi juga karena dengan tangannya
Ferry juga menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan arah gerakan penisnya
dia sehingga aku seperti “ditabrak-tabrak” oleh penisnya. “Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh
….aaarrrkkkhhh “ Aku terus-terusan mengerang kenikmatan PLEK … PLEK … PLEK …
PLEK … terdengar suara pantatku yang beradu dengan pahanya Ferry.
“AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH …..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-lolong
dengan kerasnya. TREK … tiba-tiba kudengar suara pintu yang dibuka. “Neng Yunita … ada apa Neng ?” Aku mendengar
suara penjaga rumahku bertanya dengan suara gugup. Rupanya dia dikagetkan saat
mendengar lolonganku tadi yang membawanya datang kemari, tapi akhirnya menjadi
lebih kaget lagi setelah melihat majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya.
Lagi pula siapa yang menyangka kami akan nekat bersetubuh
siang hari bolong di ruang keluarga yang terbuka dan masih ada penghuni rumah
lainnya. “Ga ada apa-apa kok Pak, saya
sedang mijetin Neng Yunita nih …” Kudengar Ferry menjawab dengan tenang tanpa
ada nada kaget atau gugup seolah-olah tidak terjadi apa-apa, bahkan tanpa
menghentikan pompaan penisnya. Hanya kecepatannya saja dikurangi sehingga tidak
terdengar lagi bunyi-bunyian heboh yang berasal dari beradunya
kemaluan-kemaluan kami “Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …” Aku tetap tidak mampu
menahan erangan nikmatku walaupun aku sangat kaget kepergok sedang bersetubuh
oleh Mamang penjaga rumah yang sudah megenalku sejak kecil “Aa..aduh punten
Neng Yunita … punten Agan … Mamang tidak tahu Agan-agan sedang sibuk begini,
Mamang tadi takut ada apa-apa denger suara Neng Yunita seperti menjerit”
Lanjutnya dengan muka pucat setelah sadar apa yang dilihatnya. “Ya sudah pak,
Neng Yunita juga ga apa-apa kok” Kudengar jawaban Ferry “Yaaa Mmmaammang … sayaa
gaaaa apa-apa ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh ….shhhhh “ Aku coba bantu
menjawab tanpa melihat ke arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena aku
benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan dari gerakan penis Ferry. “Nuhun upami kitu mah, mangga atuh Neng …
mangga Agan … mangga lajengkeun deui, Mamang mah mau ke belakang lagi” kata
Mamang sebelum kemudian berlalu menghilang di balik pintu. PLEK … PLEK … PLEK
…PLEK …PLEK …Ferry kembali menggenjot penisnya dengan kecepatan penuh
“Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss …..arrrrkkkkhhhh “ Aku kembali
menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras lagi dari sebelumnya CROK … CROK
…CROK … CROK….CROK …cairan vaginaku mulai membanjir lagi, sebagian ada mengalir
turun lewat kedua pahaku sebagian lagi ada yang naik melalui belahan pantatku
karena terpompa oleh penis Ferry. Kepergok oleh penjaga rumah sedang bersetubuh
memang menegangkan, tapi sekaligus membuat aku semakin terangsang setelah
melihat sendiri Ferry bisa mengatasinya dengan tenang. “Geliiiiii …. Aduuuhh…geli
sekaliiiii….uuuhhhhhh ….oohhhhhh….Ferryo….geliii …“ Teriakku saat jari-jari
Ferry mulai mempermainkan liang duburku yang telah basah oleh cairan dari
vaginaku.
“Sakkkiiiiit ….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh ….” Jeritku ketika Ferry malah memasukkan jari tangannya ke dalam liang duburku setelah dilumasi cairan vaginaku terlebih dahulu. Saking sakitnya aku sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah duburku untuk menepis tangannya tapi tidak berhasil. Tapi seperti waktu pertama kali vaginaku diperawani oleh mantan suamiku dulu, rasa sakit itu lama-lama hilang dan berganti menjadi rasa nikmat yang sangat berbeda. Walaupun tidak senikmat penis Ferry yang ada di liang senggamaku, tapi tambahan gerakan jarinya di liang duburku mulai membuatku semakin bergairah. Tiba-tiba kurasakan gerakan Ferry menjadi tidak teratur lagi, penisnya seperti berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku sedangkan nafasnya seperti ditahan-tahan. Mungkin Ferry akan ejakulasi ? Memikirkan hal itu, aku menjadi tambah bergairah menuju orgasmeku yang kedua. “Lan… Yunita…sepertinya aku sudah akan keluarrrr …. “ Kata Ferry dengan sedikit tertahan “T…ttung…ggguu sebentar lagi To …. Yunita juga sss … sudah …hhhaampir dapppatt lagi” Aku berharap bisa orgasme barengan pada saat Ferry ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah kupakai menggesek-gesek klitorisku sendiri. “Ahhhhh …” aku menjerit tertahan saat Ferry mencabut tangannya dari liang duburku Ferry sekarang memakai kedua tangannya itu untuk menahan pinggulku sambil menekan-nekankan penisnya yang berdenyut makin kencang. “Yunitaaaa …ga bisa aku tahan lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh” Ferry mengerang tertahan saat ejakulasi SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrrtt…cccrr r…cccrrtt…
aku merasakan ada tiga kali semburan kuat dalam liang
senggamaku diikuti belasan semburan kecil. Semburan air mani yang hangat
akhirnya membuat aku juga segera mendapatkan orgasmeku yang kedua. “Ferryoo…. Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh
……duuuuhhh …. benar benar kamu nikmat” aku mulai meracau dengan suara pelan
karena sudah sangat lemas. Walaupun penis Ferry masih terasa keras setelah
ejakulasi, badanku sudah terlalu lemas untuk bisa menahan tubuhku sendiri dalam
posisi menungging. Aku pasrah saja ketika Ferry membalikkan badanku tanpa
melepaskan penisnya dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup lama, tapi
tidak banyak keringat yang keluar dikarenakan udara Lembang yang cukup sejuk,
tapi aku lihat tubuh Ferry tetap agak berkilat oleh keringatnya sendiri. Kami
kemudian berciuman dan berpelukan lagi dengan mesra, tidak pernah terlintas
dalam pikiranku sampai pagi tadi sebelum berangkat ke sini bahwa aku akan
bersetubuh dengan sahabat dekatku sendiri. Tapi aku hampir tidak ada rasa
menyesal telah melakukannya, padahal waktu aku pertama kali disetubuhi dosen
pembimbingku ada rasa menyesal yang cukup dalam. “Yunita, kamu bisa
menikmatinya sayang ?” Ferry berbisik di telingaku “Enak sekali To, baru kali
ini aku merasakan nikmat yang luar biasa ” Jawabku dengan lembut
“ Terima kasih ya To” Ferry membalasnya dengan kembali
memangut bibirku dengan lembut di sisi lain aku merasakan Ferry mulai
menggerakkan penisnya maju mundur lagi walaupun masih dengan perlahan. Saat itu aku sudah sangat kelelahan dengan
persetubuhan dua babak tadi sehingga tidak siap untuk melanjutkan ke babak
berikutnya. “To, aku udah kecapean sekarang … kalau kamu masih mau lagi, kita
lanjutkan setelah aku istirahat sebentar. Boleh kan ya sayang ?” Aku coba
menolak Ferry melanjutkan niatnya dengan sehalus mungkin. Ferry rupanya bisa mengerti
dan menghentikan gerakan penisnya, sebagai gantinya aku melakukan kontraksi
pada otot-otot vaginaku untuk “meremas-remas” penis Ferry yang masih keras saja
sampai sekarang walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya sangat
menikmatinya sampai akhirnya berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih
lemah dan lebih sedikit dari yang pertama. “Uuuuuuuuhhhhhh ….” Aku kembali
melenguh saat Ferry menarik penisnya yang mulai melunak. Kami kemudian
melanjutkan obrolan kami tanpa mengenakan pakaian dulu, tapi aku tetap menutup
badanku dengan selimut yang disediakan dekat perapian karena walau bagaimanapun
aku masih ada sedikit perasaan risi bertelanjang bulat di depan sahabat
laki-lakiku. Ferry ternyata sangat kaget
waktu mengetahui aku tidak memakai kontrasepsi dan sangat menyesal sudah
mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku. Aku coba tenangkan dirinya bahwa
akulah yang menginginkan dia berejakulasi di dalam tubuhku, lagi pula selama
ini baik mantan suamiku maupun dosen pembimbingku selalu mengeluarkannya di
dalam dan aku hanya bisa hamil di tahun pertama pernikahan kami.
Aku juga ceritakan bahwa baru dengan Ferry aku bisa dua kali
mengalami orgasme dalam sekali bersetubuh sampai aku merasa kepayahan, padahal
sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai orgasme. Ferry bilang bahwa dia selalu berusaha
mendahulukan pasangan-pasangannya mendapat orgasme duluan, minimal sekali,
sebelum dia berejakulasi. Waktu aku balik tanya memangnya sudah pernah meniduri
berapa wanita, dia hanya nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu mengetahui
bahwa aku bukan perempuan satu-satunya selain istrinya yang dia tiduri, tapi
aku berusaha redam perasaan itu karena tujuan hubungan kami bukan seperti itu.
Ferry kemudian memintaku untuk bersedia melakukan variasi hubungan anal
dengannya, aku sempat kaget dan menolak permintaannya. Apalagi bila mengingat
sakitnya liang duburku waktu dia memasukkan jari tangannya, apalagi kalau
penisnya yang besar dan keras itu ? Tapi waktu aku melihat pandangan
memohonnya, hatiku menjadi luluh dan bilang ke dia bahwa aku tidak mau
sering-sering melakukannya karena takut bentuk anusku berubah drastis. Kami
kemudian sempat tertawa-tawa waktu membahas tentang peristiwa tertangkap basah
oleh Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara langsung akibat lolongan dan
jeritan erotisku. Aku i memang dikenal
oleh orang lain sebagai orang yang kalem sehingga kalau sampai menjeri-jerit
tentu saja akan mengagetkan mereka.
Aku yakinkan Ferry bahwa akan bisa mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tidak menceritakan kejadian ini kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma menyesal Mamang itu sudah melihat tubuh telanjangku dalam posisi dan ekspresi yang sangat merangsang pikiran laki-laki. Setelah hampir dua jam beristirahat, aku berkata kepada Ferry bahwa aku belum melihat bentuk persisnya penis dia saat ereksi karena ketika tadi sedang ereksi hampir selalu berada dalam vaginaku. Ferry balas menjawab bahwa dia juga tidak sempat memperhatikan dengan teliti bentuk vaginaku, oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung melakukan foreplay saja dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat balik bertanya tentang apa yang dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks aku sangat awam. Akhirnya kami mulai melakukan posisi 69 itu dengan aku berada di atas karena benar-benar ingin melihat biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata memang diameter penisnya Ferry sangat besar saat ereksi walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi yang istimewa adalah tonjolan urat-urat pembuluh darah yang mengelilinginya sepeti ulir sekrup yang membuat gesekan pada dinding vaginaku lebih terasa nikmat. Tak lama kemudian kami mulai bergumul lagi dengan berahi yang lebih panas karena melakukannya dengan kesadaran penuh bukan lagi karena reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku mengambil posisi di atas dia sehingga bisa mengendalikan bagian mana saja dari liang senggamaku yang ingin di sentuh penisnya. Sedangkan Ferry sendiri selain meremas buah dadaku dan menghisap putingnya, juga mempermainkan kelentitku dengan jari-jarinya. Akhirnya aku mencapai orgasme pertama yang sangat nikmat sekaligus lelahkan untuk babak ke dua ini.
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : NGENTOT DI RUMAH ORANG TUA dan GAIRAH SEX WANITA BERJILBAB
Ferry kemudian menagih janjiku untuk berhubungan secara anal
sesaat setelah orgasme pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi menungging.
Sekarang penis Ferry langsung masuk ke liang duburku setelah dibasahi dulu
dengan cairan vaginaku yang menetes. Aku benar-benar merasa kesakitan yang luar
biasa saat penisnya masuk ke dalam lubang duburku yang ototnya masih kaku.
Bahkan aku sempat menjerit jerit kesakitan sebelum akhirnya mulai merasakan
nikmatnya hubungan anal bahkan bisa sampai mendapat orgasme walaupun tidak
hebat penetrasi di vagina. Setelah orgasme keduaku pada anal, Ferry kembali
menyetubuhiku secara konvensional sampai aku mencapai orgasme ketiga padahal
Ferry belum juga mendapat ejakulasinya . Saat itu aku benar-benar sudah
kepayahan menerima serbuanny sehingga akhirnya aku terpaksa memohon untuk
berhenti karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan penuh
pengertian Ferry menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa kecewa di
matanya. Karena hari sudah menjelang malam, setelah beristirahat sebentar
sambil berciuman, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Sebelum pulang
aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga rumah supaya tidak perlu bercerita tentang
apa yang dilihatnya karena kami melakukannya sebagai orang dewasa yang saling
membutuhkan dan saling suka satu sama lainnya.
Si Mamang bilang dia mengerti sebagai janda tentunya aku butuh laki-laki
yang menemani saat kesepian. Dalam perjalanan pulang aku menawarkan ke Ferry
untuk melakukan seks oral di mobil sambil berjalan sampai dia bisa ejakulasi.
Aku menawarkan itu karena merasa bersalah telah
menyia-nyiakan sahabatku yang telah memberikan kenikmatan yang bertubi-tubi
ditambah beberapa petualangan seks yang sangat baru buatku termasuk juga
petualangan kepergok Mamang yang mendebarkan. Ferry tentu saja menyambutnya
dengan antusias dan dia memintaku untuk melepas BHku supaya sambil di oral dia
bisa membalas dengan permainan tangannya pada buah dadaku. Dengan nekat aku
lalu mencopot BHku saat mobil berjalan yang artinya aku harus melepas kaosku
dahulu sebelum melepaskan BHnya itu. Sebuah mobil sempat memberi lampu jauh
saat aku bertelanjang dada, aku tidak tahu apakah pengemudinya sempat melihat
kondisiku saat itu. Dengan sabar aku mulai melakukan seks oral sedangkan Ferry
mengemudikam mobil Audi A4 Triptroniknya hanya dengan satu tangan saja karena
tangan kirinya dipakai untuk memainkan buah dadaku. Aku sempat bergurau bahwa
penisnya dia sangat “yummie” sehingga tidak membosankan untuk dikulum dimulut
atau digesek-gesek di vagina. Sekarang aku mengerti kenapa Ferry mau
bersusah-susah memainkan buah dadaku sambil mengemudi karena ternyata
rangsangannya pada buah dadaku itu membuatku banyak melakukan gerakan spontan
pada mulutku saat mengulum penisnya yang membuatnya merasa lebih nikmat.
Walaupun aku sudah berusaha maksimal, tapi Ferry belum saja berejakulasi
padahal sudah dekat rumahku. Tepat
ketika mobilnya sudah berhenti di depan pintu pagar rumahku, Ferry tiba tiba
menekan kepalaku dengan kedua tangannya sampai batang penisnya amblas menyodok
masuk ke kerongkonganku dan …. CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya memuntahkan air
mani yang sangat banyak yang terpaksa aku telan langsung ke perutku “Aaaaahhhh ….”
Kudengar suara Ferry mengerang nikmat Aku coba berontak karena hampir tidak
bisa bernafas, tapi Ferry hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya Crut
…crut …crut …crut … masih ada beberapa semprotan lagi yang keluar dari penisnya
berceceran di dalam rongga mulutku, malah ada beberapa yang menempel di bibir,
pipi dan hidungku.
Ketika aku bangun dari pangkuan Ferry, aku lihat si Bibi
sedang membuka pintu pagar dan anakku menunggu di pintu garasi. Dengan
terburu-buru aku menyambar tisu yang disodorkan oleh Ferry yang sedang
tersenyum nakal. Aku hanya sempat menghapus mukaku sekenanya karena takut
anakku datang mendekat dan melihat penisnya Ferry yang tetap mengacung setelah
ejakulasi. Saat aku turun dari mobil malah aku lupa membawa BHku yang ada di
jok belakang. Waktu aku mencium anakku,
dia sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan mulutnya rada ada bau
amis. Ferry memang memberiku banyak petualangan seks yang tidak pernah aku
bayangkan sampai umurku yang bisa dibilang matang ini walaupun frekuensi
pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku
hanya berhubungan badan dengan dia saat aku benar-benar membutuhkannya atau
karena Ferry memang memintanya. Aku ingin tetap hubungan kami hanya sebagai
sahabat karena hubungan persahabatanku dengan Ferry jauh lebih berharga dari
pada kebutuhanku mencari pasangan hidup. Setiap kali berhubungan badan aku
selalu memaksanya untuk ejakulasi di dalam, aku tidak mau ejakulasinya di luar
ataupun memakai kondom walaupun dia sangat khawatir karena merasa spermanya sangat
subur. Akhirnya kekhawatiran Ferry terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan
sampai mencapai usia 10 minggu janin yang aku kandung. Asalnya aku tidak
percaya sampai diperiksa oleh temanku sesama dokter dengan menggunakan alat
USG. Karena hubunganku dengan Ferry belum mencapai 3 bulan, berarti janin itu
berasal dari hubungan seks kami yang awal-awal.
Dengan umur kandungan yang sudah besar, akhirnya aku minta tolong temanku untuk merekomendasikan dokter koleganya di luar kota untuk membantu menggugurkannya. Aku tidak mau di kuret di kotaku karena dapat menimbulkan kehebohan besar. Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif pasang IUD sehingga Ferry tetap bisa leluasa berejakulasi di dalam tubuhku seperti keinginanku. Petualanganku denga Ferry akhirnya terhenti setelah dua tahun ketika ada dokter yang melamarku dan memboyongku ke luar kota. Bukannya aku tidak ingin setia pada suamiku yang baru, tapi sebenarnya aku sering merindukan belaian keintiman khas Ferry mengingat dasar hubungan seks kami yang istimewa. Walaupun dia selalu menjawab komunikasi dariku, tapi dia tidak pernah lagi memintaku untuk melayaninya seperti yang dulu dia lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks. Padahal tinggal dia minta, aku pasti pergi ke kotanya dengan cara apapun hanya untuk melayani kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia sedang ada di kotaku, Ferry tidak pernah menolak kunjunganku ke hotelnya untuk melepas rindu akan siraman air maninya. Demikianlah cerita bokep IBU DOKTER YG MENJANDA oleh cerita sex hot