Anggap saja namaku Rini. Tahun ini aku berusia 25 tahun. Pertualangan cintaku cukup banyak, setidaknya menurutku. Kebanyakan cowok-cowok yang pernah bercinta denganku kukenal dari internet. Salah satunya bernama Francis, dia berumur 30 tahun, orang Singapore yang datang ke Jakarta untuk bisnis. Aku mengenalnya cukup lama via internet sebelum bertemu dengannya. Saat itu aku sedang kesulitan keuangan (sekarang pun sebenarnya masih) dan dia menawarkan bantuan. Maka dari itu aku tidak keberatan ketika dia minta bertemu di kamar hotelnya setelah ia selesai meeting dengan partnernya. Saat itu umurku sekkitar 23 tahun.
Setelah kutunggu-tunggu akhirnya teleponku berdering menjelang tengah malam. Ternyata dari Francis. Sebetulnya dia kurang setuju aku ke hotelnya sendirian pada tengah malam begitu. Tapi kuyakinkan dia bahwa aku telah terbiasa keluar malam dan taksi yang kugunakan adalah taksi yang terkenal amannya, Blue Bird.
Menjelang jam satu subuh aku tiba di hotel tempat dia menginap. Hotelnya terletak daerah Slipi. Tidak terbayangkan olehku kalau Francis orangnya cukup tampan, tinggi dan putih bersih. Senyumnya yang khas sempat membuatku simpatik padanya. Kami pun ngobrol di dalam kamarnya yang lumayan luas. Pertama dia sibuk dengan note book-nya mengerjakan perkerjaannya, sedangkan aku duduk di atas ranjang asyik dengan acara TV yang 24 jam. Setelah dia selesai dengan pekerjaannya, dia pun menfokuskan perhatiannya kepada ceritaku. Bagaimana aku bisa kesulitan uang dan berhutang hingga berpuluh juta. Aku bercerita sampai aku menangis. Dia pun memelukku menenangkan diriku.
Tidak lama kemudian, dia permisi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Sebelumnya dia mengenakan jeans dan kaos oblong. Dia hanya mengganti celana jeans-nya dengan celana pendek. Dengan santai ia membaringkan dirinya di atas ranjang sembari memelukku. Lalu aku mulai bercerita tentang masa laluku yang cukup kelam. Bagaimana aku merasa canggung orang memperlakukanku karena aku mempunyai payudara yang cukup besar (36C).
“Sebesar itukah payudara kamu?”, tanyanya setelah aku menjawab pertanyaannya mengenai ukuran BH-ku.
Aku tersenyum dan mengangguk.
“Boleh aku melihatnya?”
Kutarik leher kaos oblongku hingga ia dapat mengintipnya sedikit.
“Wow, emang besar!”, decaknya, akupun tertawa.
“Ada orang punya yang lebih besar dariku dan lebih indah!”, tanyaku penasaran.
“Setidaknya payudaramu yang terbesar yang pernah kulihat!”, gelaknya, lalu mulai lancang meremas payudara kiriku dengan tangan kanannya. Aku tidak menepis tangannya malahan merapatkan diri. Reaksiku membuat dia tambah berani. Dia mencium bibirku dan lidahnya dengan lincahnya masuk mempermainkan lidahku. Kusambut ciumannya tidak kalah hotnya. Kunikmati sentuhan yang ia berikan pada payudaraku. Jarinya mulai meremas putingku.
“Ohmm” aku mulai merintih nikmat. Kurasakan celana dalam yang kukenakan di balik celana jeans-ku mulai basah. Dengan bantuannya aku melepaskan kaos oblongku dan dia pun demikian. Aku merasakan hangatnya kulitnya ketika kulit kami bersentuhan. Ditariknya salah satu tali BH-ku ke bawah sehingga salah satu putingku menyembul keluar menantang di matanya. Langsung saja dia melahap putingku dengan mulutnya. Putingku dihisapnya dan dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku pun merintih lagi dan meremas rambutnya. “Ohh.. Francisss.. nikmat sekali.. oohh.”
Putingku yang satunya tidak lolos dari remasan tangannya. Aku mulai meronta kegelian dan kenikmatan. Tanganku pun turun menelusuri punggungnya sebelum akhirnya menyentuh tonjolan panjang di balik celana pendeknya. Kuremas batangan itu dengan gemas sehingga membuat ia mulai mengeluh nikmat. photomemek.com Ditepisnya tanganku dan untuk sesaat ia menatapku sambil terus mengulum dan mengisap putingku. Tangannya melepaskan kaitan BH-ku, lalu bebaslah payudaraku dari BH. Dengan ganas ia terus menjilat, mengulum dan mengisap putingku bergantian. Bahkan dengan kedua tangannya dia menyatukan kedua putingku dan dihisapnya bersamaan.
“Ohhmm ooohh.. ” aku pun merintih lagi dan lagi. Kurasakan selangkanganku makin basah dan geli saja.
“Buka celana jeans kamu!”, perintahnya setelah berhenti ‘menyiksa’ putingku.
Nafasku memburu dan segera saja kuturuti perintahnya. Selagi aku membuka celana jeans-ku dia pun menarik turun celana pendeknya disertai celana dalamnya. Terpampang di hadapanku batang kemaluannya yang sudah mengacung panjang. Walau sedikit kurus, batang kenikmatannya lumayan panjang. Entah berapa centi.
Tanpa berkata apa-apa dia menyodorkan batang kenikmatannya ke wajahku. Mengetahui apa yang di inginkannya.. kujulurkan lidahku dan mulai menjilat kepala kemaluannya. Dia mulai merintih keenakan setelah lidahku dengan lincahnya menjilat sekitar lubang kencingnya. Kudorong ujung lidahku ke lubang kencingnya sambil jari-jariku menggelitik daerah pantat dan pahanya sehingga membuat dia gelinjang geli nikmat.
Ketika dia menikmati jilatanku. Tiba-tiba saja kuhisap batang kenikmatannya masuk ke dalam mulutku dengan kencang. Dia mengerang”, Oohh… Riniii.. eeenak sekaliii…” Aku tersenyum dan menarik batang kemaluannya keluar dari mulutku sambil masih mengisapnya. Lalu kuhisap masuk lagi ke dalam mulutku. Kugerakkan kepalaku maju mundur sehingga batang kenikmatannya masuk keluar, masuk, keluar.. masuk .. keluar dari mulutku. Aku menikmati kemaluannya karena baunya bersih dan menyenangkan. Rambutku diremasnya sambil mengerang nikmat. Karena selain mulutku mengisap dan mengulum batang kenikmatannya. Tanganku sibuk meremas buah pelirnya dan tanganku yang satunya sibuk meraba-raba, menggelitik sekitar lubang pantatnya.
“Ohh Riniii..” mendengar rintihannya membuatku bertambah semangat saja. Lidah kudorong masuk ke dalam lubang kencingnya selagi kuhisap batang kemaluannya.
“Ayo dong kita langsung mulai!”, serunya menghentikan kegiatanku.
Dia menindih tubuhku. Di hisapnya lagi putingku sambil tangannya meraba celana dalamku.
“Oooh Rini.. kamu basah sekali.” bisiknya sambil menyelusup jari-jarinya ke dalam celana dalamku menyentuh liang kewanitaanku yang memang sudah basah sejak tadi. Jari tengahnya mulai memainkan klitorisku.
“Ohh.. Uhhmm..” Aku mulai merintih keenakan. Entah kapan tiba-tiba saja celana dalamku sudah dibukanya. Batang kemaluannya diarahkan ke liang kewanitaanku yang sudah mekar dan berdenyut minta dimasukin batang kemaluannya.
“Ohh… yah.. setubuhi aku.., cepat! ” pintaku.
Dengan sekali dorong batang kenikmatannya sudah masuk ke dalam liang kewanitaanku.
“Oohh!”, aku seperti merasakan terkena strum saja ketika batang kemaluannya masuk ke liang kewanitaanku. Francis mulai memompa batang kemaluannya, masuk.. keluar.. masuk.. keluar liang kewanitaanku. Aku pun merintih semakin jadi, “Arrh… arrrgh.. arrrhh.. oooh yesss.. uhmm arrh arrh.. arh.. arh.. arhhggghh… arrgghh.”
Payudaraku bergoyang seiring Francis memompa liang kewanitaanku dengan batang kemaluannya.
“Yesss.. ohh yes.. Riniii.. ugghh.. uuggghh. ugghh… lubangmu memang nikmat bangett. uugh.. uughh.. uuggghh.” Francis tidak kalah diam. Mulutnya terus saja melenguh keenakan. Lima belas menit kemudian dia mempercepat genjotannya. Kutahu dia sudah akan keluar.
“Busyet!.. akuu sudaah mau keluar.. uugh.. ughh.. yesss.. oohh yes!”
Aku merasakan tubuhnya menegang dan batang kemaluannya menembakkan air mani ke dalam liang kewanitaanku. Batang kenikmatannya seolah bergetar di dalam liang kewanitaanku. Tidak lama kemudian tubuhnya pun jatuh lunglai di atas tubuhku. Kujepit batang kemaluannya dengan liang kewanitaanku sehingga membuat dia gemetaran untuk beberapa detik.
“Maaf… aku tidak dapat memuaskanmu”, katanya setelah menggulingkan tubuhnya ke sampingku.
Aku tersenyum padanya, “Tidak apa-apa kok!”, bisikku penuh pengertian, toh dia bukan laki-laki pertama yang tidak dapat memuaskanku.
“Ohh Rinii.. kamu terlalu pengertian!”, ujarnya lalu memelukku setelah akhirnya kami berdua jatuh tertidur.
Permainan tidak hanya sampai di situ. Sekitar jam 4 subuh tiba-tiba aku merasa tangannya meraba dan meremas payudaraku lagi. Aku pura-pura tidur pulas. Lidahnya mulai menjilat dan mengulum kedua puting susuku secara bergantian. Mau tidak mau aku mulai merintih keenakan tapi mataku masih tertutup rapat. Tiba-tiba saja dia langsung memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang belum cukup basah. Aku mengerang antara kesakitan dan nikmat. Francis tidak peduli, sepertinya dia terangsang sekali menyetubuhiku selagi aku tidur. Gerakannya sungguh tidak beraturan kadang cepat kadang lambat, membuatku kelimpungan nikmat. Batang kemaluannya seperti sedang mempermainkan liang kewanitaanku. Lama-kelamaan liang kewanitaanku bertambah basah. Genjotan Francis begitu keras dan semakin cepat. Tangannya meremas payudaraku sambil terus menggenjot liang kewanitaanku dengan batang kemaluannya. Nafasnya semakin memburu dan memburu. Tiba-tiba tubuhnya menegang dan spermanya pun menyemprot keluar dalam liang kewanitaanku. Mau tidak mau aku menjerit karena ketika dia keluar, payudaraku diremasnya dengan kuat sekali. Kurasakan lagi tubuhnya gemetaran sebelum akhirnya jatuh menimpa tubuhku.
Jam 7 pagi aku pun kembali ke rumah (aku tinggal sendirian). Sejak itu, tidak ada berita darinya. Bantuannya tidak pernah datang. Sepertinya aku dikibulin lagi. Aku merasa jijik pada diriku sendiri. Hutang yang melilitku benar-benar telah mengubah jalan hidupku.
Di ceritaku yang terdahulu, aku bercerita tentang Francis, salah seorang teman internetku. Kali ini teman internetku yang lain, namanya Wong. Dia adalah teman internetku dari Malaysia, JB. Aku mengenalnya pada awal tahun 1998 dan bertemu dengannya setahun kemudian.
Ayahnya seorang yang cukup berada, makanya aku mengharapkan dapat meminjam uang darinya. Karena hutang yang melilitku benar-benar membuatku menemui jalan buntu. Sementara itu aku belum juga mendapat pekerjaan.
Wong usianya setahun lebih tua dariku. Sebelumnya aku sempat menjadi cybergf-nya. Tapi kemudian memutuskanku setelah 4 bulan kami bersama secara cyber. Terus terang saja, dia sering menelponku dari Malaysia ke Jakarta hanya untuk telepon seks denganku.
Di pertengahan tahun 1999, dia datang ke Jakarta menemani tamu ayahnya, entah dalam rangka apa. Dia menginap di salah satu hotel terkenal di Jakarta. Seperti layaknya aku menemui Francis dulu, tengah malam aku menunggunya di lobi hotel. Kami bertemu di lobi hotel tempat dia menginap. Kulitnya sedikit gelap untuk keturunan Chinese, well, aku pun demikian. Badannya tegap namun sedikit gemuk. Wajahnya tidaklah terlalu tampan.
Setelah menyalamiku, dia pun mengajakku ke kamar hotelnya. Kutahu apa yang akan terjadi dan aku bersedia menerima resikonya. Yang penting bagiku adalah mendapatkan sedikit pinjaman darinya. Gayanya yang begitu sombong tidak kupedulikan.
Di kamarnya kami nonton TV sambil ngobrol di atas sofa. Kamar yang di tempatinya cukup luas. Suasana begitu kaku sampai akhirnya dia menyuruhku melepaskan jaket kulitku (saat itu aku mengenakan jaket kulit, t-shirt dan jeans warna hitam). Aku pun melepaskan jaketku. Kutangkap matanya menatap buah dadaku yang ukurannya memang lumayan besar tapi kucuekin saja.
Dia mulai menanggalkan celana panjangnya yang berwarna coklat. Tinggallah celana pendek. Kemudian dia duduk lagi di sampingku. Kami kembali membicarakan tentang hutangku. Dia bilang akan mempertimbangkan akan membantuku atau tidak. Aku cuma bisa tersenyum kecut. Ingin rasanya aku menangis tapi kutahan.
Wong mengeluh merasa letih. Ditariknya tanganku mengikutinya ke atas ranjang. Dia minta aku memijitnya. Kuikuti keinginannya. Tubuhnya menelungkup di atas ranjang kemudian kedua tanganku mulai memijitnya.
Sekitar 15 menit aku memijat punggung, leher dan kakinya sampai akhirnya dia bilang cukup. Aku hendak beranjak kembali ke sofa, tapi tangannya menarikku kembali ke ranjang hingga tubuhku jatuh ke sampingnya. Akhirnya kubiarkan diriku berbaring di sampingnya sambil mataku menatap TV yang masih menyala. fantasiku.com Aku pura-pura menikmati film yang sedang ditayangkan. Kurasakan dia mulai mendekapku selayaknya aku ini guling. Tangannya meraba buah dadaku. Jari-jarinya berkeliling di sekitar buah dadaku mencari putingku dan dia menemukannya. Karena putingku bereaksi dengan remasan tangannya atas buah dadaku.
Mataku tetap kutumpukan pada TV. Ia mulai mengesek-gesekkan batang kemaluannya ke pahaku. Nafasnya mulai memburu dan lidahnya mulai dimainkanya ke telingaku. Tanpa kuinginkan aku merasa cairan hangat keluar dari liang kewanitaanku menembus celana dalamku. Sepertinya aku mulai terangsang, apalagi jari-jarinya mulai meremas dan memilin putingku yang mengeras. Sepertinya dia tahu aku mulai terangsang. Tiba-tiba dia menciumku dengan mulutnya yang bau rokok. Lidahnya dijulurkannya sehingga mau tidak mau aku pun mengisap lidahnya. Wong melenguh, batang kemaluannya terus digeseknya ke pahaku. Aku merasakan batang kemaluannya sudah mengeras dan makin besar saja. Aku merasa tubuhku gemetaran karena terangsang. Dia menindihku dan menyingkap t-shirt-ku menutupi wajahku.
Tiba-tiba aku merasakan Wong menggigit putingku. Aku mengerang pelan kesakitan. Wong menarik ‘piring’ BH-ku ke bawah lalu yang kurasakan kemudian lidahnya dengan lincah menjilat-jilat putingku. Nafasku jadi semakin berat dan memburu. Rangsangan yang kudapat sungguh tidak terhingga enaknya. Lidahnya begitu kuat menjilat putingku bergantian. Dia mulai mengisap putingku, ditariknya putingku sembari terus mengisap. Aku mengerang nikmat, “Ohmm… uggghhm…..”
Tidak lama kemudian dia berhenti mengisap putingku. Yang kutahu kemudian dia melepas celananya dan celana jeans-ku. Kami berdua telanjang bulat di atas ranjang yang empuk. Diremasnya buah dadaku dengan ganas sebelum mulutnya kembali melahap putingku bergantian. Dipeluknya diriku dan membalikkan badan sehingga kami berubah posisi.
Kini giliran tubuhku yang menindih tubuhnya. Instingku memberitahukan aku harus melayaninya. Kutarik putingku keluar dari mulutnya meskipun ia masih asyik mengisapnya. Aku mencium lehernya, putingku menyentuh puting kecilnya. Wong segera mendekapku. Kudorong tubuhnya setelah kuberikan cupang dekat bahunya. Lidahku berpindah memainkan putingnya. Kutekan lidahku ke puting susunya yang kecil mungil itu dan kujilat.. jilat.. jilat .. jilat dan isap.. isap.. isap. Kugigit putingnya pelan sambil jari kukuku sibuk menggaruk puting satunya. Kudengar dia mendesah keenakkan. Batang kemaluannya yang menyentuh perutku terasa makin tegang saja. Kucuekin batang kemaluannya untuk sementara selagi aku asyik mempermainkan putingnya.
“Hisap dong batang kemaluanku! ooohh”, terdengar desahannya memintaku mengisap batang kemaluannya. Lidahku pun berpindah menjilat kepala kemaluannya. Baunya khas. Kujilat kepala batang kemaluannya. Kuisap kepala kemaluannya ke dalam mulutku. Lalu kudorong lidahku ke lubang spermanya. Tanganku meremas buah pelirnya pelan seakan-akan memijit. Aku tidak ingin bermain terlalu lama dalam oral seks kali ini. Aku segera merangkak ke atas tubuhnya, setengah berlutut di atas badannya. Kuarahkan batang kemaluannya mendekati liang kewanitaanku yang sudah basah sejak tadi. Tidak langsung kumasukkan, kugunakan kepala kemaluannya menggaruk-garuk bibir kewanitaanku dulu sehingga membuat Wong tambah terangsang dan merem-melek dibuatnya.
“Rin… Kita mulai yuk!” serunya, tiba-tiba mengangkat pantatnya sehingga batang kemaluan menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku. Bersamaan kami menjerit nikmat. Kudiamkan sebentar batang kemaluannya di liang kewanitaanku, lalu aku mulai mengangkat pantat sehingga batang kemaluannya mulai meninggalkan liang kewanitaanku dan kuturunkan pantatku lagi hingga batang kemaluannya masuk lagi menerobos masuk ke liang kewanitaanku yang hangat.
Aku mulai mengerakkan pantatku naik turun, buah dadaku yang besar juga naik turun, naik turun mengikuti gerakanku. Batang kemaluannya terus masuk.. keluar.. masuk.. keluar.. masuk.. keluar liang kewanitaanku. Gerakanku sengaja kulambat-lambati tapi kemudian akupun mempercepat gerakanku. Tangannya meremas pantatku sambil menolongku mempercepat genjotanku.
“Arrhh.. ooh.. oooh… ooohh.. yah.. ooohh… goyangin.. oooh..Riniii…kuperkosa kamu sekarang .. .arrrgghh… uugughh.. arrrgh!”
Wong terus mengerang keenakkan. Salah satunya meremas buat dadaku dan mencubit putingku. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan batang kemaluannya di dalam liang senggamaku, tiba-tiba Wong mengangkat pantatku, dilemparkannya tubuhku ke samping. Segera ia mengocok batang kenikmatannya dan spermanya keluar menembak ke arah perutku. Kulihat tubuh Wong mengejang. “Ooohhrrrh!”, rupanya dia tidak mau aku hamil karena waktu itu kami tidak memakai kondom. Segera dia bangkit langsung ke kamar mandi membersihkan badannya. Setelah itu aku pun ikut membersihkan tubuhku. Di kamar mandi aku menangis tanpa suara, kugosok sabun berkali-kali membersihkan tubuhku. Betapa aku merasa hina dan kotor.
Setelah aku kembali berpakaian, Wong langsung menanyakan jam berapa aku akan pergi. Aku merasa tersinggung sekali hampir saja aku kembali menangis tapi berhasil kutahan. Aku bilang aku akan pergi menjelang pagi. Wong berjanji dia akan menghubungiku sebelum kembali ke Malaysia. Kuiyakan dengan anggukan kepala.
Wong memang meneleponku sebelum dia kembali ke Malaysia, JB. Katanya, dia baru akan membantuku kalau aku benar-benar sudah kepepet sampai ke pengadilan. Kembali lagi, aku cuman bisa tersenyum kecut.
Rini namaku (Bukan nama sebenarnya). Aku berasal dari Kalimantan Barat dari sekarang ini sudah pindah ke Jakarta bersama keluargaku. Aku kehilangan kegadisanku saat berusia 15 tahun (Well, dengan cowok pertamaku tentunya, alasannya klise, demi cinta). Aku ingat benar tiap cowok yang pernah berhubungan seks denganku. Setelah dua tahun meninggalkan cowokku yang pertama (dia cowok brengsek!), aku baru berhubungan seks lagi dengan cowok lain. Cowok kedua yang pernah menikmati tubuhku, adalah saudara sepupuku sendiri yang usianya 5 tahun lebih muda dariku. Dua tahun kemudian baru aku berhubungan kembali dengan cowok yang lain.
Cowok yang ketiga adalah teman internetku. Namanya Wayne. Orang Vietnam keturunan Chinese dan usianya setahun lebih tua dariku. Dia adalah teman internet pertama yang pernah menikmati tubuhku. Saat itu aku berusia 22 tahun, berada di Melbourne untuk kuliah. Aku suka sekali chatting dengan Wayne yang berada di Brisbane. Awalnya kami cuman ber-cyberseks-ria. Dia adalah ‘pelanggan’ tetapku. Setelah beberapa kali cyber seks, kami pun mulai berphone seks ria.
Setelah hampir dua bulan perkenalan kami, tiba-tiba saja dia mengirimkan tiket pesawat dan uang saku untukku. Katanya dia ingin sekali bertemu denganku. Kamipun sepakat bertemu di Gold Coast karena dekat dengan Brisbane. Beberapa hari menjelang keberangkatanku ke Gold Coast, kami bersepakat tidak akan ber-phone sex atau pun masturbasi biar pas ketemunya kami tambah hot.
Aku sedikit tegang untuk bertemu dengannya. Kami sama sekali tidak pernah saling mengirim photo. Hari itu, di Gold Coast, aku menunggunya di kamar motel di mana aku menginap. Lewat handphone, aku menelepon ke rumahnya dan ternyata dia belum pulang kuliah. Lalu sekitar setengah jam kemudian, handphone berdering. Terdengar suaranya ketika kuangkat, katanya dalam satu jam dia akan tiba di tempatku setelah kukatakan nama motel dan nomor kamarku.
Deg-degan rasanya menunggu detik demi detik, menit demi menit. Aku berusaha membayangkan dia itu jelek sekali sehingga aku tidak akan terlalu kecewa bila bertemu dengannya. Satu jam sudah berlalu tapi dia tidak kunjung datang. Di kamar motelku ada dua ranjang. Satu single bed dan satunya lagi double bed. Sepertinya kamar yang kutempati adalah untuk keluarga. Karena semalam aku tidak tidur sama sekali, akupun jatuh tertidur di atas single bed yang nyaman serta empuk.
Sekitar hampir setengah jam, tiba-tiba terdengar suara memanggil namaku. Kutahu dia setengah mengantuk, kusuruh ia masuk karena pintu kamar sengaja tidak kukunci. Belum sadar penuh, samar-samar aku melihat seorang lelaki masuk, melempar tasnya begitu saja langsung berjalan ke arahku. Yang kuingat kemudian, orang itu memelukku, erat sekali. Kubuka mataku lebar-lebar menatap wajahnya ketika dia selesai memelukku. Wajahnya ternyata cute dan alisnya tebal.
“Wayne?”.
“Yah,.. Saya Wayne, kamu manis sekali Rin?”
Mendengar pujiannya aku cuman bisa tersenyum. Lalu ia pun pergi menutup pintu kamarku yang lupa ia tutup tadi. Sambil tersenyum simpatik dia menghampiri diriku lagi. Tiba-tiba saja dia mencium bibirku, diisapnya bibirku sehingga aku mendorong lidahku keluar, langsung saja dia mengisap lidahku begitu pula sebaliknya, aku memancing lidahnya masuk ke dalam mulutku sehingga dapat kuisap ke dalam mulutku. Lidahku suka sekali menjelajahi dalam mulutnya seakan-akan mengoda lidahnya untuk bereaksi dengan lidahku.
Wayne menghentikan ciuman kami dan ditatapnya buah dadaku. Kedua tangannya terangkat dan meremas kedua belah buah dadaku. Hatiku berdesir seakan disengat listrik ketika merasakan remasan tangannya. Dua tahun aku tidak disentuh oleh laki-laki, ini benar-benar bagaikan pertama kali saja. “Rin, payudaramu sungguh lembut dan besar!” pujinya membuatku terasa melayang apalagi jarinya menemukan putingku yang bereaksi dengan remasan tangannya. Nafasku mulai memburu begitu pula nafasnya.
Lidah Wayne menjelajahi leherku sambil tangannya masih meremas-remas buah dadaku. Tanganku tidak tinggal diam. Tangan kiriku meraba-raba dadanya lalu ke bawah, ke selangkangannya. Kuremas gundukan yang menonjol keluar dari celana jeans-nya. Wayne memutuskan untuk membuka kancing kemeja biru yang kukenakan. “Silakan, kalau kamu mau memandang langsung payudaraku!” bisiknya. Kubantu ia membuka kancing kemejaku. Aku memakai BH hitam waktu itu. Buah dadaku yang lumayan besar sepertinya akan mencuat keluar. Wayne membuka t-shirt dan celana jeans-nya dan hanya mengenakan kolor yang berwarna coklat. Ditarik tanganku dan didorongnya tubuhku ke atas ranjang yang lebih besar. Baru disadarinya kalau aku dari tadi ternyata hanya mengenakan pakaian dalam dan kemeja. Kini dengan pasrah aku berbaring di atas ranjang dengan pakaian dalamku saja yang berwarna hitam.
Dengan gemas dia menindihku dan menciumi belahan dadaku yang dalam. Tangannya meremas-remas pantatku. Dengan giginya dia melepaskan salah satu tali BH-ku. Putingku yang berwarna coklat muda pun mencuat keluar akhirnya. Seperti bayi saja dia langsung saja mengisap putingku dan digigitnya sehingga aku mengerang antara sakit dan nikmat. “Aakkkhh… hmm… Wayneee”
Tangan kanannya berpindah ke selangkanganku. Celana dalamku sudah basah karena cairan kewanitaanku. Tiga jarinya ditekan-tekan dan di gosok-gosok di antara selangkanganku. Benar-benar membuatku terangsang sekali. Sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah dadaku yang sebelah kanan. Buah dadaku yang sebelah kiri masih diisapnya dengan rakus. Setelah beberapa detik kemudian, dia melepaskan celana dalamku dan celana dalamnya juga. Tanganku segera meraih batang kemaluannya yang tidak begitu besar tapi tegak sempurna. Kugenggam erat batang kemaluannya dalam tanganku dan kuremas-remas. Kali ini aku mendengar dia mengerang nikmat, “Ooohh… Nikmat sekali”
Setelah itu dia pun membuka BH-ku. Membebaskan buah dadaku dari himpitan BH. Dibenamkan wajahnya di antara buah dadaku sambil lidahnya menjilat jilat. “Waynneee… hmm… oohh”, kugigit bibirku menahan nikmat ketika jarinya menggelitik bibir liang kewanitaanku dan mulutnya sibuk menjilat dan mengisap putingku bergantian.
Melihat aku sudah begitu terangsang. Wayne segera saja memakai kondom, dibuka lebar-lebar kakiku dan ditusuknya batang kemaluan ke dalam liang kewanitaanku yang telah basah sekali. Pertama kali merasakan tusukan batang kemaluannya, aku benar-benar merasakan bagai disengat listrik. Baru kusadari, setelah dua tahun, aku benar-benar merindukan tusukan batang kemaluan dari seorang laki-laki di liang senggamaku. Aku dan dia sama-sama mengerang nikmat saat itu. Lalu yang kuingat, Wayne mulai menggerakkan badannya naik.. turun, naik.. turun. Setiap gerakannya benar-benar membawa nikmat bagiku. Lalu diangkat kakiku sehingga membebani kedua pundaknya. “Oooohh… uugghhmm”, benar-benar nikmat sekali. Terasa sekali batang kemaluannya menusuk liang kewanitaanku dalam sekali.
“Ohh Rini… indahnya hidup ini.., kalau aku bisa bersetubuh denganmu terus! Ooohh… ini lebih indah dari telepon seks!”
Wayne terus saja mengenjotku dengan batang kemaluannya. Matanya merem-melek menikmati batang kemaluannya.
“Genjot terus..”
“Uggh.. uuuggghh… Ooouuuggh.. ugh.. uggh”
Gerakannya semakin cepat dan keras. Terdengar suara-suara ‘basah’ setiap buah pelirnya bertemu dengan lubang pantatku. Keringat kami mengucur deras. Buah dadaku bergerak naik.. turun, naik.. turun dalam himpitan pahaku disetiap genjotan Wayne.
“Riniii… oooh.. terus.., aku hampir sampai oouuuggh” Wayne segera menurunkan kakiku dari pundaknya. Tangannya meremas buah dadaku dengan keras sehingga aku menjerit kesakitan dalam nikmat. “Aarrrgghh.. waynee!”
Tubuh Wayne mengejang sebelum akhirnya jatuh lunglai di atas tubuhku. Kurasakan keringatnya dan keringatku bercampur aduk. Diciuminnya pipiku dan membiarkan batang kemaluannya mengecil di dalam liang kewanitaanku. Dengan sendirinya batang kenikmatannya pun permisi keluar dari liang senggamaku yang masih berdenyut-denyut minta ditusuk lagi. Malamnya kami kembali berseks ria lagi dan lagi.
Keesokkan siangnya, Wayne tampak tidak bersemangat melayani nafsuku. Katanya kepala batang kemaluannya rasanya sakit sekali. Aku tidak kehabisan akal. Aku ingat ketika aku sakit gigi, aku suka sekali memakai es batu untuk mengusir rasa sakit walaupun cuma sebentar. Kuambil es batu dari lemari es dan kutaruh semuanya di atas mangkuk.
Wayne sudah bugil saat itu dengan batang kemaluannya yang sudah tegang. Kumasukkan salah satu es batu dan kugigit-gigit sehingga hancur di dalam mulutku. Lalu lidahku yang dingin pun menjilat batang kemaluannya. Kulihat Wayne gemetar dibuatnya. “Dingin!. ooohh… apa yang kamu lakukan!” tanyanya. Aku tidak menjawab. Hanya tersenyum dan meneteskan air es ke atas kepala kemaluannya lagi. Lalu kujilat, jilat, jilat dan jilat dengan lidahku yang mulai hangat lagi. Kumasukkan bongkahan kecil es batu ke dalam mulutku, lalu tiba-tiba saja kuisap batang kemaluannya ke dalam mulutku. Wayne merintih nikmat. “Oohh Rinnn that.. really so uuuggh.. niceee”
Aku terus saja mengisap dan menjilat batang kemaluan Wayne dengan es batu di dalam mulutku. Wayne terus saja merintih dan mengerang nikmat tiada hentinya. Jariku yang dingin bekas air es menyentuh pelirnya dan meremas lembut. Wayne mengerang tambah gila saja. Tangannya meremas kuat sekali pada bantal dan sprei. Kakinya mengejang terus-menerus menahan nikmat yang kuberikan dari mulutku yang dingin.
“Feeling better?” tanyaku iseng sebelum memasukkan es batu yang lain ke dalam mulutku. Wayne hampir saja tidak dapat menjawab, “Eeehh yes” jawabnya susah payah karena aku kembali mengisap batang kemaluannya dengan batu es yang masih utuh di dalam mulutku. Gerakan kepalaku kali ini kupercepat naik turun. Tanganku terus saja memijit-mijit pelirnya. Nafas wayne semakin berat dan memburu. Aku tahu dia sudah mau keluar. Kuperlambat isapanku lalu kupercepat lagi. Mempermainkan batang kemaluannya seperti itu benar-benar membuatku tambah gemas dan terangsang saja.
“Rinn.. cepat hisap..” mohon Wayne akhirnya aku mempercepat isapan batang kemaluannya. Kutarik keluar batang kemaluannya dari mulutku dan kuisap masuk lagi. Kubiarkan mulutku kehabisan es batu. Kuberanikan diri menelan cairan es batu yang bercampur dengan cairan batang kemaluannya yang asin. Sungguh, baru pertama kali ini aku menikmati melakukan oral seks. Terhadap mantanku, aku tidak pernah menyukainya.
“Uuuhhgg.. ooohh yesss.. uugghh.. ooohh.. oooh.. arrghh.. arrgh”, rintihan Wayne semakin tidak beraturan saja, tapi aku terus saja mengisap batang kemaluannya dengan mulutku yang mulai hangat, “Oooh.. hisap sekarang!”
Kaki Wayne mengejang tegang dan batang kemaluannya yang berada di dalam mulutku bergetar. Aku mengambil inisiatif terus mengisapnya. Air maninya menyemprot keluar dalam mulutku. Kuputuskan untuk menelannya. Ah, ternyata rasanya nikmat juga, seperti air kelapa saja cuma agak asin. Kuisap habis air maninya tidak setetes pun yang lolos dari jilatanku.
Kupanjat tubuh Wayne dan tersenyum puas padanya. Aku puas dapat memuaskannya. Diciumnya bibirku. Lima belas menit kemudian, batang kemaluannya tegang lagi dan kali ini batang kemaluannya ditusukkannya ke dalam liang kenikmatanku dari belakang. Empat hari dengan Wayne, tiada hari tanpa seks. Aku sering memberikannya blow job dan dia pun sering menyiksa nikmat liang kewanitaanku dengan jari dan batang kemaluannya. Memang setelah berkali-kali kami bercinta, cuma sekali aku mencapai puncak. Saat itu posisinya aku yang di atas menaiki tubuhnya. Tapi bercinta dengan Wayne adalah salah satu petualanganku yang murni karena aku berseks ria dengan rela dan sepenuh hati. Bukan lantaran kepingin ditolong untuk melunasi hutangku (pada saat itu aku belum punya hutang). I really enjoy it. Wayne sekarang sudah menikah dan tinggal di Sydney.
Aku, Rini. pernah punya teman internet yang berusia setengah abad dan berakhir dengan bermain cinta. Malam itu aku di cyber caf dan chatting. Dia yang duluan menyapaku. Ternyata dia orang Taiwan yang sedang business trip di Jakarta. Kami chatting sebentar. Pada saat itu aku sedang stres berat karena masalah hutangku. Seperti biasa layaknya cowok-cowok yang lain, lelaki setengah baya ini menawarkan bantuan. Dan seperti biasanya pula aku selalu percaya. Well, orang stres dan depresi selalu berharap walaupun sangat kecil kesempatannya. Kupikir, kalau dia mau berhubungan seks, yah kuberikan saja toh dia bukan orang yang pertama. Siapa tahu aku bisa dapat sedikit uang darinya. Ironis sekali pemikiranku saat itu.
Aku lupa namanya. Benar-benar lupa. Satu jam setelah chatting dengannya, aku pun berangkat ke hotelnya. Hotelnya dekat Mall Taman Anggrek. Seperti biasa, langgananku taxi Blue Bird yang sudah kuhafal mati nomor teleponnya.
Anggap saja namanya Tony. Pertama kali melihatnya, kesan yang kudapat adalah perutnya gendut sekali. Pasti berat menahan bebannya di atas tubuhku. Wajahnya terlihat keras dan tangannya besar serta kasar ketika dia menyambut tanganku untuk bersalaman. Langsung saja aku mengikutinya ke kamar hotelnya.
Sementara dia kembali sibuk mencari cewek-cewek Jakarta di internet, akupun nonton TV. Segera saja aku bosan karena dia sama sekali tidak mengajakku bicara. Sialan, aku dicuekin. Emang nikmat! Aku pun mengeluh ingin pulang saja. Segera dia matikan note book-nya dan duduk di sampingku, di bibir ranjang. Sambil berbicara mengenai dirinya sendiri yang sudah cerai dengan istrinya dan anaknya yang berusia belasan tahun sedang kuliah di luar negeri, tangannya yang kasar langsung saja meremas buah dadaku. Aku berusaha menghindarinya. Tak ingin rasanya aku disentuh olehnya.
Ketika aku hendak berdiri dan pergi meninggalkannya. Tiba-tiba dia menarik tanganku dengan kasar dan kuat. Dihempaskannya aku ke atas ranjang, segera dia menindihku dengan tubuhnya yang lumayan berat. Kedua tangan meremas buah dadaku dengan keras sekali, aku sampai merintih kesakitan. Tiada aku merasa nikmat sama sekali.
“You hurting me..” rintihku. Dia cuma tertawa. Aku berusaha mendorong tubuhnya tapi kedua tanganku segera dikuncinya dengan salah satu tangannya naik di atas kepalaku sedangkan tangannya yang satunya dengan kasar meremas buah dadaku sambil bibirnya berusaha menciumku. Aku meronta tapi tiada arti. Dia malah tambah menyakitiku dengan remasan atas buah dadaku.
“Payudaramu sangat besar dan lembut.. You like it right?” bisiknya sambil tangannya terus meremas buah dadaku bergantian.
“You like the way I squeeezing it… right? uuugghh” Aku diam saja tidak berkutik. Kututup mataku, tak ingin kulihat wajahnya. Muak sekali rasanya pada diriku sendiri. Kumaki terus dia dan diriku yang bodoh ini. Kutahu aku tidak bisa lolos lagi darinya. Setengah berbisik kuminta dia mematikan lampu dan menutup gorden. Pertama dia tidak mau, katanya dia mau melihat dengan jelas tubuh bugilku. Tapi setelah kuminta lagi dan lagi, dia pun mau melakukannya. Dia hanya menyisakan lampu kecil dari meja kecil di samping tempat tidur.
Kubiarkan dia menelanjangiku, well setidaknya bagian bawahku. Bagian atas dia cuma membuka kancing kemejaku dan menarik BH-ku ke atas. Kubiarkan dia merajalela di atas tubuhku. Dicubitnya putingku dan diremas remasnya buah dadaku dengan tangan kasarnya. Sambil meremas buah dadaku, lidahnya menjilat-jilat lincah di atas putingku. Tubuhku mengkhianatiku, liang kewanitaanku mulai basah apalagi ketika dia memasukkan salah satu jari yang lumayan besar dan gendut ke dalam liang kewanitaanku. Digigitnya putingku gemas sambil jarinya menusuk-nusuk liang kewanitaanku. Mau tidak mau aku menjerit kesakitan diantara nikmat, “Aakkhh..”
“Ohh yesss, you like it… don’t you… huh?” tanyanya.
Aku diam saja. Kubenci sekali dengan tubuhku yang mulai terangsang dengan sentuhannya. Kututup mataku dan kugigit bibirku agar tidak keluar suara. Cuma nafasku yang mulai terasa berat. Ketika kubuka mataku, ternyata dia sudah bugil dan batang kemaluannya yang lumayan besar sudah diacungkannya dekat liang senggamaku.
“Tunggu… pakai kondom dulu dong”, mohonku tapi dia tidak peduli. Belum sempat aku menghindar dia sudah mendorong pantatnya dan batang kemaluannya itu sudah masuk ke dalam liang kewanitaanku yang sudah basah sekali.
“Oookkh… yesss!” kudengar rintihannya yang kemudian ia mulai mengenjotku dengan kemaluan tuanya yang masih cukup ‘gagah’. Tenaganya lumayan besar karena dia mampu mengangkat pantatku sambil memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku. Kugigit bibirku agar tidak merintih nikmat. Tak ingin aku dia tahu kalau aku mulai menikmati persetubuhan ini. .
“Uugghh… uugh.. ugh.. ugh.. uuugh.. uughh.. uuugghh.. uuuggh.., kamu suka kan!”, Terus saja dia menggenjot batang kemaluannya menghunjam liang kewanitaanku. Tidak sampai lima menit kemudian tiba-tiba saja tubuhnya itu mengejang, “Aarrggghh!” Segera dikeluarkan batang kemaluannya dan dikocoknya beberapa kali sampai akhirnya air maninya menyemprot keluar di atas perutku. Kurasakan hangatnya air maninya di atas perutku. Setelah itu dia pun berjalan ke kamar mandi membersihkan tubuhnya, setelah itu giliranku.
Kutatap wajahku yang terpantul di cermin kamar mandi. Kumaki diriku sendiri. Aku mandi dan menggosokkan sabun sebanyak-banyaknya di selangkanganku hingga terasa perih, begitu pula perut, puting dan leherku. Tapi rasa jijik dan kotor tidak juga hilang. Setelah itu akupun meninggalkan hotelnya langsung tanpa banyak bicara lagi. Aku tahu dia tidak mungkin membantuku dalam menyelesaikan hutangku. Sungguh, inilah salah satu kesalahanku yang paling bodoh.
Dalam petualanganku mencari bantuan dana untuk melunasi hutangku dengan teman internet bukan hanya dengan orang-orang dari manca negara. Orang lokal juga pernah. Aku ingat, namanya Rudy. Pertama kami hanya chatting biasa. Lalu dia mulai meneleponku di tengah malam. Kami bercinta via telepon. Suaraku yang katanya seksi sangat merangsangnya sehingga membuat dia ingin sekali bertemu denganku. Tapi aku menolak, karena dia sudah beristri. Saat itu istrinya baru habis melahirkan dan sedang isitrahat di rumah orang tuanya bersama bayi perempuannya. Tinggal dia sendiri di rumah.
Aku punya prinsip tidak akan mau menganggu cowok yang sudah berkeluarga ataupun sudah punya pacar. Pantang lah! Dia menawarkan bantuan yang tidak sedikit padaku jika aku mau bertemu dengannya dan membiarkannya melakukan anal, tentu saja aku menolak.
Saat itu, aku baru saja patah hati dengan salah satu teman internetku yang dari Singapore. Aku pernah bertemu dengannya dan sebenarnya dia mencintaiku tapi dia tidak dapat menerima kenyataan kalau aku pernah berhubungan seks dengan sepupuku sehingga dia memutuskanku. Setidaknya cowok ini tidak pernah menyentuh tubuhku walaupun dia ada kesempatan untuk itu. Kami hanya berphone seks, itupun setelah dia kembali ke Singapore. Dan setidaknya, dia pernah mengirimkan uang untuk membantuku melunasi hutangku. Ah, aku kangen deh dengannya. Entah bagaimana keadaannya sekarang.
Oke, kembali ke Rudy. Rudy ini bebal sekali tidak pernah sekalipun menyerah walaupun sebenarnya dia sendiri ragu-ragu. Dia pernah mengirimkan photonya padaku lewat email-ku yang di hotmail. Usianya 32 tahun dan putih bersih kulitnya. Rudy bahkan sudah menemukan motel terdekat di daerah dekat tempat tinggalku. Aku pun terus menolak tawarannya. Saat itu aku masih mengharapkan cowok Singapore-ku kembali padaku. Aku berharap pada hari Ulang Tahunku dia akan sudi mengirim short email untukku.
Tapi yang kudapatkan hanyalah kekecewaan. Dia tidak pernah kembali dan Rudy mengambil kesempatan pada saat aku sedang sedih. Sehari setelah hari Ulang Tahunku yang ke 24, Rudy datang ke tempatku dan menjemputku untuk ke motel. Ini adalah pertama kali aku ke motel di Jakarta.
Motel memang tidak terlalu bagus, tapi lumayanlah. Rudy dan aku cuman ngobrol-ngobrol dulu di atas ranjang sementara TV menayangkan daftar nama nama menteri baru di kabinet pemerintahan reformasi. Aku berbaring membelakangi Rudy.
“Kok diam sih? katanya pengen dipeluk!” bisik Rudy sambil memelukku dari belakang. Memang yang kudambakan adalah pelukan dari seseorang pada saat itu. Aku selalu suka dipeluk, karena aku merasa aman karenanya. Kubiarkan Rudy memelukku dari belakang sambil tangannya meremas-remas buah dadaku.
“Ternyata loe tidak bohong.. tetek loe emang gede.. tangan gue aja tidak cukup menutupinya”, bisiknya lagi sambil meremas buah dadaku sedangkan batang kemaluannya digesek-gesek di belahan pantatku sehingga dapat kurasakan batang kemaluannya yang sudah tegang dan keras.
Tangan Rudy turun menyentuh selangkanganku, saat itu kami berdua memang sudah melepaskan celana jeans masing-masing. Rudy menemukan aku belum basah benar, akhirnya dia memutuskan untuk kembali meremas buah dadaku. Setelah meremas, dengan posisi badan setengah bangun, Rudy mencium dan menjilat telingaku. Kurasakan hembusan nafasnya di telingaku, mau tidak mau aku mengigil geli.
“Rinii.. mana putingmu? hmmm”, bisiknya sambil jari tangannya terus meraba-raba mencari putingku dari balik BH dan kaosku. Gerakan jarinya benar-benar merangsangku. Aku mulai menikmati permainan tangannya. “Hmm.. eehh” rintihku lemah.
Rudy menemukan putingku yang tegang menegang karena sentuhannya. “Ini dia.. he.. he.. he…” langsung saja Rudy menggaruk keras putingku. Kali ini dia memusatkan perhatiannya pada putingku. Kali ini badanku sudah bergerak menghadapnya. Kedua putingku dipelintirnya pelan dengan jari-jarinya sehingga aku tambah merintih keenakan serta geli. Kurasakan cairan hangat keluar dari liang kewanitaanku sedikit demi sedikit. Rudy mencium celana dalamku dan di jilatnya.
Tanpa membuka kaosku, Rudy membuka tali BH-ku dan kemudian dengan lahapnya dia mengulum salah satu putingku sehingga merem-melek aku dibuatnya. Putingku yang satunya digaruk-garuk dengan jarinya serta tangannya yang lain sibuk menggaruk-garuk liang kewanitaanku yang masih mengenakan celana dalam.
“Ooohh.. eehh.. hmm” terasa tenggorokanku kering. Aku menelan ludah membasahi tenggorokanku. Rintihanku semakin jadi. Rudy segera meloloskan celana dalamku serta miliknya juga. Dipasangnya kondom sebelum dihunjamkannya ke dalam liang kewanitaanku yang sudah basah sekali. Rudy terus saja menjilat dan mengulum putingku bergantian ketika batang kemaluannya asyik memasuki liang senggamaku. Aku benar-benar merasa nikmat sekali apalagi tangan Rudy memijit-mijit bagian atas liang sorgaku. Gila, aku pun merintih semakin kuat dan nafasku seakan-akan habis dibuatnya. Aku pun akhirnya merasakan akan mencapai puncak dan Rudy tahu itu. Dipercepat gerakan dan pijitannya, bibirnya asyik saja mengulumku.
“Aakkhh…” aku merintih lemah. Kugigit bibirku kuat sekali. Tubuhku menegang dan aku mencapai puncak kenikmatan yang menyenangkan sekali. Tidak lama kemudian tubuhku pun melemas. Rudy masih saja belum klimaks, dibalikkannya tubuhku dan pantatku diremasnya. Aku tahu apa yang akan dilakukannya. Kurasakan batang kemaluannya menyentuh lubang pantatku yang masih belum pernah dimasuki batang kemaluan. Aku pasrah saja, badanku lemas sekali setelah aku klimaks tadi.
Setengah memaksa Rudy menusuk batang kemaluannya ke dalam lubang pantatku yang masih sempit sekali. Aku menjerit kesakitan. Benar-benar sakit sekali. Aku menangis dibuatnya.
“Ooouukkkh.. gilaa.. nikmat banget lubang pantat loe.. sempit sekali”, Rudy terus saja menusuk batang kemaluannya lebih dalam lagi dan membiarkannya sebentar. Kugigit bibirku sampai terasa perih menahan sakit. Lalu Rudy pun mulai menarik keluar batang kemaluannya dan menusuknya lagi ke dalam lubang pantatku. “Aduuuh.. nikmat sekali say.. uggh.. uugh. uggh.. heehh.. uugh”, kudengar rintihan nikmat Rudy di telingaku. Nafasnya berat dan tambah berat saja. Untunglah tidak berlangsung lama, karena tidak lama kemudian Rudy mencapai klimaks dan menyemprotkan spermanya di dalam lubang pantatku.
Ternyata dia sudah melepaskan kondomnya saat dia akan menusuk lubang pantatku. Dibiarkan batang kemaluannya mengecil di dalam lubang pantatku setelah itu ditariknya keluar. Sejak hari itu, aku tidak pernah bertemu dengan Rudy dan dia pun tidak pernah meneleponku lagi. Janjinya padaku untuk transfer uang kerekeningku tidak pernah dipenuhinya. Janji tinggal janji. Aku tidak pernah menyalahkan mereka. Yang kusalahkan adalah diriku sendiri. Begitu bodoh dan lugu. Akhirnya aku cuma bisa menangis dan menangis. Aku benar-benar membenci diriku!
Aku pernah bercinta dengan orang India. Namanya Ricky. Aku kenal dia dari net tentunya. Orangnya ramah dan tampan. Tidak seperti orang India pada umumnya, kulitnya bahkan lebih putih dari kulitku sendiri. Tapi seperti orang India pada umumnya, dia tinggi besar.
Ricky sama sajalah dengan cowok yang lain. Memberi harapan kalau dia akan membantuku, yang tentunya tidak pernah dia penuhi. Aku yang memang sudah putus asa, tetap saja tergoda dangan harapan palsu itu.
Pertama, kami hanya minum-minum di Pub tempat dia menginap. Hotel mewah daerah Senin. Ribut sekali suasananya sehingga aku dan dia harus saling berteriak kalau ngomong. Dia pesan Whisky dan aku memesan Whisky cola. Sepertinya Whisky-nya kebanyakan daripada colanya. Aku merasa wajahku merah karena panasnya Whisky itu. Kamipun memutuskan berbicara di kamarnya saja, walau aku merasa kepalaku berdenyut, tapi aku masih bisa berjalan tegap mengikuti langkah Ricky masuk ke kamarnya.
Tapi sesampai di kamarnya, aku merasa tidak tahan lagi dan akhirnya ambruk di atas tempat tidurnya. Ricky membantuku melepaskan sepatu hak tinggiku dan membetulkan posisi tubuhku di atas ranjang. Aku hanya berbaring sebentar kemudian nonton TV bersamanya. Kami berdua tidur berdampingan, nonton TV sambil ngobrol.
Entah karena suasana atau apa, Ricky tiba-tiba menindihku dan bertanya, “Boleh kan aku menciummu?” aku tidak menjawab, bingung melihat aku lama tidak bereaksi, Ricky langsung saja mendaratkan bibirnya ke atas bibirku. Lembut sekali bibirnya, tidak seperti yang lain. Benar-benar lama sekali dia mencium dan menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku sampai kehabisan nafas.
Dengan bangganya dia mengatakan, cewek-cewek yang pernah diciumnya dulu selalu berkata kalau dia itu the best kisser, aku cuma tersenyum. Sebenarnya, buatku, sehebat apapun kiss-nya dia.. as long i don’t have any feeling to him, aku tidak akan menikmatinya. Bahkan terus terang, aku merasa jijik pada diriku sendiri begitu gampangnya menyerahkan diriku pada sebuah harapan tipis yang ternyata kosong.
Akhirnya yang kuingat dia menelanjangi diriku setelah dia menelanjangi dirinya sendiri. Bibir dan lidahnya begitu asyik memainkan putingku yang besar. Dijilat dan dikulumnya… begitu lama dia bermain di atas putingku, mempermainkan putingku dengan lidahnya dan bibirnya di sela-sela giginya yang rata. Akhirnya aku mulai terangsang apalagi jarinya menyentuh bibir kemaluanku dan mengocok-ngocok di sana. Akhirnya aku basah dan bertambah basah.
Seluruh tubuhku seakan dilumuri oleh ludahnya karena dia mencium hampir setiap inci tubuhku. Dia bahkan menjilat pusar perutku. Ketika dia hendak menjilat liang kewanitaanku, aku menolak.. entah kenapa, mungkin aku sedang tidak mood.
Aku tertawa geli dan nikmat ketika dia menjilat ketiakku yang bersih dan licin tanpa bulu. Tidak pernah seorang pun yang pernah menjilat ketiakku sebelumnya. Diremasnya buah dadaku, dijilat jilat lagi putingku sehingga aku merasakan liang kewanitaanku tambah basah saja dan berdenyut-denyut.
Meskipun sejak tadi dia sudah telanjang, tidak sekali pun aku memperhatikan batang kemaluannya sampai akhirnya dia meminta blow job dariku. Kali ini aku yang menindih tubuhnya. Dadanya penuh dengan bulu membuatku sedikit sukar untuk menjilati putingnya. Terus terang, aku suka sekali memainkan puting cowok yang kecil mungil kalau gemas, sering aku isap-isap lalu kugigit.
Aku cuma menjilat putingnya dan mengisapnya sebentar sampai akhirnya aku merangkak turun ke batang kemaluannya. Siapa sih yang bilang kalau orang India barangnya selalu besar, setidaknya punya Ricky tidaklah besar, bahkan cenderung lebih kecil daripada punya Francis, salah satu temanku yang dari Singapore.
Kubuka kulit batang kemaluannya. Aku melihat lubang kemaluannya sudah mengeluarkan lendir. Kukeluarkan lidahku dan kujilat, rasanya asin, baunya sama seperti umumnya. Kudengar dia mulai mendesah. Kujilati kepala batang kemaluannya dengan lidahku.. jilat naik.. jilat turun. Pertama jilatanku pelan saja sampai akhirnya aku mulai mempercepat jilatanku.
Ricky mendesah sampai akhirnya merintih, kemudian aku mengisap masuk batang kemaluannya ke dalam mulutku. Kusedot sampai hidungku bertemu dengan bulu kemaluannya, kukeluarkan batang kemaluannya dan kusedot masuk lagi. Aku mulai mengoyangkan kepalaku maju mundur. Setiap gerakan kepalaku yang menyebabkan batang kemaluan keluar masuk.. keluar masuk mulutku, menyebabkan Ricky tambah gemetaran saja.
“Ooohh… Riniii… that really nicee… uuggghh… hmmphh… Ooohh”, erang Ricky sambil meremas rambutku yang panjangnya cuma sampai sebahu. Kulepaskan kepala batang kemaluannya dari mulutku, kujilat pelirnya sambil kukocok batang kemaluannya dengan tanganku.
Tiba-tiba dia menyodorkan kondom padaku, langsung saja kusobek bungkusan kondom itu lalu kukeluarkan kondomnya dan berusaha memasangnya pada batang kemaluannya yang sudah merah ujungnya karena kuisap tadi. Aku emang tidak pandai memasangkan kondom pada siapapun dan terus terang, aku tidak suka kondom. Ricky akhirnya turun tangan memasangkan kondom pada batang kemaluannya.
Dia mengangkat tubuhku dan menghempaskannya ke samping. Segera dia menindihku dengan tubuhnya yang lumayan berat itu, diacungkan batang kemaluannya mendekati liang senggamaku tanpa basa basi. Batang kemaluannya ia hentakkan masuk ke dalam liang kewanitaanku yang sudah mulai kering. Aku mengerang sakit sedangkan dia mengerang nikmat.
“Rinii.. nikmat sekali liang kewanitaanmu..!” rintihnya kemudian mengenjotku dengan batang kemaluan yang telah terlapisi kondom. Melihat buah dadaku yang besar ikut bergerak disetiap tusukan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku, Ricky merasa gemas dan langsung saja meremas buah dadaku lalu digigitnya putingku. Baru kali itu aku bersuara, “Akkkhh… oohh..” sakit rasanya tapi Ricky mengira aku mengerang nikmat, dia terus saja mengisap putingku dengan giginya menancap di sana. Terpaksa aku mendekapnya sehingga dia kehabisan nafas dan akhirnya dia melepaskan putingku. Dia pun mulai konsentrasi menusuk dan mengenjotku dengan batang kemaluannya.
Kubiarkan Ricky menggenjot liang sorgaku yang pelan-pelan mulai basah lagi. Hatiku sebenarnya menjerit kenapa aku bisa jadi begini. Aku benar-benar jijik dan malu pada diriku sendiri. Tiba-tiba aku merasa aku ini tidak ada bedanya dengan pelacur gratisan. Hatiku pedih setiap kurasakan hentakan batang kemaluannya di dalam liang senggamaku.
Sementara aku menahan air mataku, Ricky pun mencapai klimaks dan akhirnya ambruk di atas tubuhku. Sempat-sempatnya dia menjilat putingku sebelum dia membalikkan tubuhnya dan berbaring di sampingku.
Kulihat dia melepaskan kondomnya dan segera mengantikan dengan yang baru. Ya ampun, dia masih mau lagi, ternyata batang kemaluannya masih saja tegang. Ricky mengaku sudah lebih dari setahun dia hanya mansturbasi dan tidak merasakan hangatnya liang kenikmatan seorang wanita.
Dia memintaku yang berada di posisi atas. Aku segera saja merangkak di atas tubuhnya. Ricky meremas pantatku ketika aku membimbing batang kemaluannya menuju ke liang kewanitaanku, lalu dengan tidak sabar Ricky segera saja menarik pantatku ke bawah sehingga batang kemaluannya masuk dalam sekali ke liang senggamaku sepertinya aku merasakan kepala batang kemaluannya mencapai perutku saja. Ricky melenguh nikmat, “Ohh..”
Aku tidak mengangkat pantatku seperti layaknya pada umumnya diposisi begini. Aku hanya mengoyangkan pantatku maju mundur dengan batang kemaluannya masih di dalam liang kewanitaanku. Gerakan ini benar-benar ampuh membuat Ricky merintih dan mengerang nikmat.
“Ooohh… Riniii, sempit sekali milikmu!” aku tersenyum mendengarnya, tentu saja dia merasa liang kewanitaanku memijit batang kemaluannya karena sambil mengerakkan pantatku maju mundur dengan batang kemaluannya masih di dalam, akupun mengerakkan liang kewanitaanku dengan gerakan hendak menahan pipis. Cara ini sering kugunakan pada Wayne. Kuingat Wayne juga mengerang minta ampun padaku saat itu.
Ricky meremas payudaraku sambil aku mempercepat gerakan pantatku maju mundur. Tidak sampai 10 menit Ricky klimaks lagi.
“Ooouuukkkhh.. saya mau keluar..!” Serunya lalu meremas kedua buah dadaku dengan keras sekali sehingga aku menjerit, “Akkkhh..” Aku segera mengangkat pantatku setelah beberapa detik kemudian setelah dia melonggarkan remasan pada buah dadaku, kulihat batang kemaluannya mulai mengendor dan mengecil.
Segera aku ke kamar mandi dan menutupnya, kubuka showernya, masa bodoh dengan panasnya. Kubersihkan tubuhku sebersih-bersihnya seperti biasanya aku tidak pernah merasa bersih meskipun sudah kusabuni beberapa kali. Akhirnya akupun jatuh menangis mendekap diriku sendiri di dalam shower.
Aku bertemu dengan Ricky lagi untuk kedua kalinya. Kami memang bercinta lagi saat itu karena aku masih berharap dia mau mengerti keadaanku dan membantuku. Sungguh pemikiran yang bodoh tapi yang jelas, ketika dia minta yang ketiga kalinya aku bilang padanya, “Saya bukan pelacur murahan!”. Terakhir yang kudengar adalah Ricky sudah bertunangan.
Kali ini Rini akan menceritakan tentang si Bule satu-satunya yang pernah bercinta dengan Rini. Namanya Andrew, orang Belanda berumur 34 tahun. Kebetulan dia datang untuk liburan. Rini bertemu dengannya sebagai teman, tidak ada maksud apapun karena Rini sudah tidak mau membodohi diri sendiri dengan harapan harapan kosong yang pernah ada. Jadi, boleh dibilang Rini bercinta dengannya berdasarkan suka sama suka (waktu itu Rini sedang goyah banget sih, tidak peduli pada diri sendiri lagi.., dan memandang rendah diri sendiri).
Andrew sangat tinggi, hampir mencapai 2 meter lebih. Rini hanya mencapai di bawah dadanya saja. Matanya biru langit (tapi Rini lebih suka mata biru laut yang kelam), warna rambutnya coklat muda dan wajahnya biasa-biasa saja.
Malam itu aku menemani dia minum di cafe hotel tempat di mana dia menginap di daerah Matraman. Hotel baru yang cukup nyaman. Nama hotelnya aku sudah lupa tuh.., sepertinya aku sedikit mabuk ketika mengikutinya ke kamar untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan, kami berencana ke HardRock cafe (aku belum pernah ke sana).
Tapi ketika sampai di dalam kamarnya, aku langsung saja melepas sepatu hak tinggi yang menyiksaku. Kakiku terasa nyaman sekali ketika menapak karpet hotel yang dingin. Langsung saja aku menjatuhkan diri ke atas ranjang besar yang empuk sambil menyalakan TV. Enggan sekali rasanya bepergian apalagi sebenarnya aku kurang menyukai kehidupan malam, aku lebih suka menghabiskan waktu di kamar hotel untuk ngobrol dan nonton TV (seperti yang aku lakukan pada teman-teman chatting sebelum Andrew dan sesudah Ricky).
Andrew mengelus punggungku (aku berbaring telungkup saat itu) dan mengajakku pergi, kuulurkan waktu dengan mengatakan 15 menit lagi. Andrew terus mengelus punggungku yang kemudian diteruskan dengan remasan pada pantatku yang besar. Rasa ngantuk dan letih sudah merasukiku, mungkin karena minuman yang kuminum di cafe tadi. Kubiarkan dia meneruskan aksinya sementara aku terus menatap TV sambil berusaha untuk tetap terjaga.
Kurasakan tangannya menyelusup ke bawah t-shirt biru gelapku, telapak tangannya yang hangat menyentuh kulit punggungku yang dingin, terasa kehangatan yang nyaman. Begitu pandainya dia mengelus punggungku sambil memijit sampai akhirnya aku menikmatinya.
Andrew melihat sikap pasrahku memutuskan untuk berbuat lebih jauh, dia membalikkan tubuhku dan setengah menindihnya mulai mengelus perutku, lalu pelan-pelan tangannya naik ke atas menyentuh payudaraku.
Mataku tetap tertuju pada acara TV seolah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan. Terdengar suaranya membatalkan niat ke HardRock Cafe, lebih baik tinggal di kamar hotel dan menikmati moment yang menyenangkan.
Kutahu yang dia maksud, akupun hanya tersenyum tanpa mengalihkan perhatianku dari TV. tangannya menyelusup lagi ke balik t-shirt-ku dan langsung saja meremas buah dadaku yang masih berlindung di balik BH hitamku.
“Rini.., payudaramu besar dan lembut..” Andrew menyadari putingku bereaksi dengan sentuhan dan remasannya. “Juga sangat sensitif…” bisiknya lalu meloloskan t-shirt-ku dari kepalaku. Setelah tubuhku lolos dari t-shirt yang kupakai, kukembalikan pandangan mataku ke TV lagi, pasrah, itulah yang kulakukan!
Ketika aku merasakan bibirnya menyentuh putingku dengan BH yang masih melindungi, aku pun menutup mataku. Hatiku bergetar entah karena nikmat atau karena ragu. Andrew benar-benar pandai dalam merangsangku. Gerakan bibir dan giginya atas putingku benar-benar membuat kemaluanku langsung basah. Dengan bantuanku, dia meloloskan celana jeans-ku dan celana dalamku. Tinggallah diriku dengan BH saja di atas ranjang. Tapi BH-ku tidak bertahan lama, setelah Andrew puas menjilat pusar perutku sembari kedua tangannya meremas kedua buah dadaku, tiba-tiba saja kedua tangannya menarik penutup dadaku dengan cepat sehinnga BH-ku langsung saja lepas dari tubuhku.
Segera Andrew beranjak naik ke payudaraku. Seperti bayi yang kehausan, Andrew langsung saja mengisap putingku yang sudah ereksi sambil kedua tangannya meremas-remas pantatku. Kedua putingku dihisap secara bergantian oleh Andrew, bahkan kadang diremasnya dan berusaha disatukan kedua putingku sehingga dia dapat menjilat bersamaan. Akupun mulai benar-benar menikmati permainannya. TV tetap nyala tapi perhatianku sudah terpecah.
Andrew tampaknya senang melihat reaksiku, jilatannya turun ke bawah perutku lalu turun.., turun.., dan turun.. Andrew segera membuka kedua pahaku dan kemudian kurasakan hembusan nafasnya di sela-sela bulu jumbutku yang setengah menutupi kemaluanku. Tiba-tiba aku merinding karena geli.
Lidah Andrew segera menyapu bibir kemaluanku. Dia menjilati klitorisku sehingga membuat nafasku terasa berat dan memburu. Betapa berpengalamannya Andrew dalam hal beginian. Kurasakan dia memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang kemaluanku yang sudah makin terasa basah.
“Ahh.., oouuh..”, rintihku nikmat ketika Andrew mengisap liang kewanitaanku dan menelan lendir yang keluar dari liang sorgaku. Setelah menghisap, dia menjilat lagi dan lendirku pun tidak habis-habisnya terus keluar. Kubuka lebih lebar lagi kakiku sehingga Andrew lebih mudah menjilat liang kewanitaanku sambil menusuk-nusuk jarinya yang besar ke dalam liang kewanitaanku.
“Oohh” Kugigit bibirku agar tidak merintih terlalu keras.
“Andrew.., ohh.., is sooo niceee…” rintihku sambil meremas rambutnya.
Andrew bertambah semangat, dia memasukkan jari telunjuknya juga. Akupun menjerit sedikit kaget. Gila, seperti batang kemaluan saja yang masuk, apalagi ditambah jilatan dan isapannya yang memabukkan.
Ingin rasanya aku segera menuntaskan permainan ini, tapi tidak dengan Andrew. setelah jarinya terus-menerus dikeluar-masukkan dalam liang kewanitaanku, langsung saja jari itu dimasukkan ke dalam mulutku sedangkan jari tangannya yang satunya langsung menggantikan menusuk-nusuk liang kewanitaanku.
Kuisap saja jari tangannya yang beraroma lendirku sendiri. Andrew menarik jarinya dari mulutku dan kembali menusukkannya ke dalam liang kenikmatanku lagi.
Akupun merintih semakin jadi, “Arrh…, arhrh…, arrhh…, oooh.., oooh.., Andreww”
Andrew penasaran aku tidak klimaks. Segera saja dengan jarinya dia menggunakan lendirku mengolesi lubang pantatku yang sebelumnya dia jilat dulu. Seumur hidup belum ada yang pernah menjilat lubang pantatku, Hanya Andrew yang melakukannya.
Setelah dia merasa lubang pantatku cukup basah oleh lendirku. segera saja dia memasukkan jari tengah tangan kanannya ke dalam lubang pantatku bersamaan jari tengah tangan kirinya menusuk masuk ke dalam liang kewanitaanku. Aku menjerit, “Akkkhh…, ouugghh..” antara sakit dan nikmat. Andrew langsung menggerakkan tangannya maju mundur sehingga aku merasa kedua lubang bagian bawahku ditusuk-tusuk, bukan tusukan pada lubang pantatku yang nikmat, tapi tusukan pada liang kewanitaanku yang nikmat apalagi jari jempolnya terkadang memijat klitorisku.
Andrew menghentikan semua kegiatannya lalu segera menelanjangi dirinya sementara aku tergeletak lemas di atas ranjang. Sempat kulihat batang kemaluannya yang besar dan panjang. Andrew lah yang mempunyai batang kemaluan yang terbesar dan terpanjang yang pernah kulihat. Andrew cepat sekali memasang kondom pada batang kemaluannya yang sudah keras itu.
Tanpa berkata apa-apa Andrew menjilat jari kakiku kemudian naik ke lututku kembali menjilat liang kewanitaanku sehingga aku merintih nikmat lagi. Tiba-tiba kedua tangannya mengenggam kedua pergelangan kakiku yang kemudian dilebarkan dan diangkat, pantatku terangkat dan jatuh ke atas pahanya, kurasakan kepala batang kemaluannya menyentuh bibir kewanitaanku.
Dia meletakkan kedua kakiku pada kedua bahunya. Dengan salah satu tangannya dia menuntun batang kemaluannya mengaruk-garuk dan menekan-nekan bibir kewanitaanku.. Aku merintih lagi, “Oooohh…, pleasee.., just do it…, hmmffh…”
Mendengar aku memohonnya, Andrew langsung saja menghentakkan pantatnya ke depan. Hentakan yang keras sekali sehingga langsung saja batang kemaluannya amblas masuk ke dalam liang kewanitaanku, sakiiit tapi tidak ingin dia berhenti di situ saja. Andrew membiarkan aku menarik nafas dulu, lalu segera dia mengoyangkan pantatnya maju mundur. Kurasakan batang kemaluannya yang besar dan keras itu ‘menyiksa’ liang kewanitaanku dengan ganas dan cepat.
“Oooohh.., Rini.., liang kewanitaanmu basah dan hangat.., uuggh.., ooohh.., yesss” Andrew mengerang tidak kalah kerasnya dengan diriku. Kuremas bantal yang berada di sampingku. Dinginnya AC dalam kamar tidak dapat mendinginkan nafsu Andrew dan diriku.
Permainan berlangsung cukup lama, ketika aku ingin klimaks, Andrew tiba-tiba melipat lututku sehingga pahaku menghimpit buah dadaku yang dari tadi bergerak naik turun. Ditusuk kembali batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaanku yang terasa mekar dan panas.
“Ooouuccckh…, arrfffhh”, Bersamaan kami mengerang dilanjutkan rintihan-rintihan, diiringn desahan nafas yang memburu dan berat, lebih dari 10 menit Andrew mengenjotku dengan posisi seperti itu sampai kemudian…
“Rini.., may i come nowww?.., uuugh.., uuggh.., uugghh..” Andrew sudah mau keluar sedangkan aku masih belum merasa akan klimaks, tapi tetap saja aku menganggukkan kepala.
Andrew mempercepat gerakannya lalu tak lama kemudian ia mengerang keras sekali. Kurasakan batang kemaluannya gemetaran dalam liang kewanitaanku, sampai akhirnya Andrew ambruk.
Malam itu, Andrew mengerjaiku sebanyak 3 kali dan tidak sekalipun aku klimaks. Untuk membahagiakannya aku pura-pura klimaks dan terus terang aku cukup terlatih dalam hal ini soalnya aku sering melakukannya pada permainanku yang terdahulu.
Andrew pun kembali ke Singapore, tempat di mana dia bekerja sebagai engineering. Akupun tidak pernah berniat mengontaknya begitu pula sebaliknya, yang terasa bagiku setelah itu adalah hambar. Tidak ada rasa kecewa ataupun sedih.
Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,,,,