Sebuah kisah aneh, sang suami menyewa seorang gigolo untuk memuaskan isterinya sendiri. Karena ia tdk sanggup memberikan kepuasan kepada isterinya, ia akhirnya memutuskan menyeawa gigolo untuk ML dan berhubungan seks dgn isterinya. Selengkapnya, berikut adalah kisahnya!
Sesudah kami menikah lebih dari 15 tahun, aku merasakan adanya kurang puas istriku dalam hal hubungan sex kami selama ini. – cerita sex terbaru – Beberapa bulan terakhir ini apabila kami berhubungan, khususnya saat-saat istriku gairahnya naik dan kemungkinan sedang menjelang orgasmenya dia selalu mengerang dan mendesahkan kata-kata,
“Gede-in dong, Mas, ayoooo, gede-in lagi, Masssss.. Ayyooooo. Mas aku pengin lebih gede dan panjang lagii..”
Cerita hot, Dan aku mesti tanggap akan desahan macam itu. Hal itu terutama karena aku maupun istriku meyakini bahwa desahannya itu tak mungkin aku penuhi. K0ntolku yg, yahh.., sedang-sedang saja mungkin jauh dgn khayalan kami, aku dan istri, yg selama ini juga termasuk senang nonton BF baik VCD maupun via internet.
Kita semua tahu tontonan fantasi itu banyak memicu libido kami yg memang sering kami perlukan untuk mencari variasi dalam hubungan seks kami. Dan di sana kita menyaksikan betapa para cantik dan tampan plus perlengkapan mereka yg nempel sebagai bagian tubuhnya seperti k0ntol, buah dada dan pantat maupun yg palsu seperti “dildo” dan sebagainya ukurannya sungguhlah ideal fantastis.
Dan itu akhirnya yg menjadi obsesi kami, termasuk yg akhirnya tersalur dalam desahan istriku tadi. Suatu malam ketika kami dalam keadaan asyik masyuk, pada saat-saat menghadapi puncak-puncak gairah birahi, kudengar kembali desahan itu,
“Mas, gede-in dongg.., ayyoo, mass.. Gedeinn.., aku pengin yg gedeeii.. Mass..”.
Ah, Dewi.., benarkah ucapanmu itu..?? Benarkah ke-inginan kamu itu..?? Aku setengah bertanya dalam bisu. Aku tdk berani bertanya secara langsung.
Aku belum tahu akan risikonya apabila dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku juga takut kalau dia benar-benar menginginkan dan aku tdk mempedulikan. Aku merinding dan gemetar kalau membayangkan dia sendiri yg mencari jalan diluar pengetahuan saya. Aku sangat takut dia melakukan selingkuh. Aku sangat mencintainya. Aku percaya, kalau dia mau, dgn gampang mendapatkan lelaki macam manapun yg dia inginkan. Kecantikan dan sensualnya akan dgn cepat membuat setiap lelaki siap memuaskan syahwatnya.
Aku sangat menderita apabila memikirkan semuanya itu. Aku demikian gelisah dan gundah hingga sering terbawa dalam mimpi-mimpiku. Hanya pada mimpiku terakhir beberapa malam yg lalu dari tidurku yg sama sekali sulit untuk nyaman, aku mendapatkan perasaan yg aneh.
Sepertinya aku sedang menyaksikan istriku digauli dan berhubungan seks dgn seorang pria yg sangat tampan. Yg aneh adalah aku merasakan birahi saat menonton Dewi yg berteriak histeris dilanda nikmat syahwatnya. photomemek.com Sayang aku terbangun sebelum mimpiku selesai. K0ntolku ngaceng dan birahiku yg masih menyala-nyala mendesak-desak untuk diselesaikan. Pagi itu aku melakukan onani tangan dgn mengingat-ingat bagaimana istriku dgn penuh nafsu secara aktif meladeni segala kemauan pasangannya sebagaimana yg kusaksikan dalam mimpiku. Aku merasakan kepuasan yg amat sangat saat spermaku muncrat-muncrat..
Yaa.., aku merasakan kepuasan syahwat yg luar biasa dgn mengingat gambaran istriku digauli orang lain. Sejak saat itu, aku sering onani dgn membayangkan istriku Dewi, digauli lelaki lain.
Pada suatu hari saat aku beranjak pulang dari kantor, saat aku bosan dgn berbagai hal aku iseng beli “koran got”. Aku suka sebut dgn “koran got” itu karena isinya memang pantes untuk dicemplungkan ke-got saja. Isi koran itu hanya penuh berita kriminil, kecelakaan yg serem-serem atau cerita hantu atau penyelewengan suami istri yg diungkapkan secara vulgar. Tetapi koran itu sangat laris. Pembacanya adalah masyarakat kelas bawah yg memang haus hiburan seperti tukang ojek, supir metro-mini atau pedagang K-5.
Singkat cerita sesudah membaca “head line”-nya aku langsung aku membuka-buka halaman bergambar untuk sekedar pelipur lara dan tak kulewatkan juga membaca larik-larik iklan mini.
Pada kelompok iklan Panti Pijat aku baca sederet iklan.
Ternyata banyak informasi yg membuat libido bergoyang. Antara lain, lihat, Panti Surgawi, buka 24 jam, sedia pemijat cantik dan ganteng. Hubungi no. HP xx8907. Kemudian lainnya, Pijat Gairah untuk suami istri, ditanggung memuaskan, hubungi 021-8877xx. Dari sekian iklan itu tiba-tiba ada iklan yg menarik bagiku, bunyinya begini, Pijat Sehat hubungi Pria, Jalu, usia 28 tahun, turunan Arab, tinggi 175 cm, berat 65 kg, tampan, berkumis dan bulu dada, size 18/5, ditanggung memuaskan. Bisa dipanggil ke rumah atau hotel. Hubungi 24 jam, HP no. 0818xx.
Ah, aku jadi langsung ingat istriku. Aku mau tunjukkan padanya iklan macam itu. Aku pengin tahu, adakah macam itu yg memang dia butuhkan. Yah, tetapi aku tetap harus hati-hati, agar tdk meninggung perasaannya. Cari” timing”-lah.
Tadi malam aku kembali mendengar desahan itu. Saat-saat aku konsentrasi untuk melepas spermaku dia kembali,
“Gede-in Mas, ayoo.., gede-in dulu Mas.. Yg gede yg enak, Mas..”.
Bagaimana mungkin? Dan aku terus saja mengayunkan kemaluanku yg pas-pasan ukurannya ini hingga spermaku tumpah ke liang memeknya.
Tetapi kali ini ada yg aku cemaskan.
Kali ini dia, Dewi istriku ini mengakhiri hubungan seks tanpa mendapatkan orgasmenya sama sekali. Aku tahu itu. Aku tahu apabila dia mendapatkannya dia akan menunjukkan luapan emosi syahwat yg nyata banget. Tetapi kali ini tdk. Dan itu nampak membuatnya kecewa dan menderita. Dan akhirnya kami tdk bisa tidur hingga larut malam. Pada kesempatan itulah aku tunjukkan padanya koran yg kubeli dan kusimpan untuknya.
“Bagaimana, Ma, kalau itu kita coba saja? Mama percaya nggak ada iklan ini?”
Istriku ini sesungguhnya sangat pemalu, termasuk di depan aku suaminya. Walaupun dia baca juga iklan itu dia nggak akan menjawabnya untuk tawaranku macam ini. Dan akulah yg harus mengerti sendiri jawabannya. Dan ada satu hal lagi, yg rasanya kini justru datang dari aku sendiri. Kebiasaanku onani dgn membayangkan lelaki lain menyetubuhi istriku Dewi mendorong syahwatku untuk melihat secara nyata kejadian itu.
Aku ingin mimpi-mimpiku itu menjadi kenyataan. Duhh.. Gigiku gemelutuk menggigil dan gemetar dgn apa yg mungkin akan terjadi..
Aku jumpa istriku saat sama-sama kuliah di UKI. Dia adalah yuniorku dgn selisih 3 tahun kuliah. Dewi, demikian panggilannya, memiliki postur tubuh yg langsing dan getas. Dgn warna kulitnya yg coklat kuning, dia masih termasuk punya darah biru. Kecantikannya dikenal di seputar kampus. Dari sekian pesaing, akulah yg beruntung menjadi pemenangnya untuk mengajak ke pelaminan.
Orang tuanya masih ada hubungan sebagai cucu raja Jawa, entah dari permaisuri atau selir yg ke sekian. Dgn tinggi yg 167 cm dan berat 55 kg, dia nampak sangat sportif dan lincah. Sepintas posturnya mengingatkan figure Dyah Permatasari yg bintang sinetron itu. Dua orang anak hasil perkawinan kami dibesarkan di Solo sesuai dgn keinginan mertua kami agar lebih mengenal tradisi dan budayanya.
Di Jakarta kami masing-masing punya kegiatan dan bekerja. Kami memiliki cukup materi dan lingkungan social yg baik. Kami sama-sama sepakat bersikap demokrat dan liberal dalam memandang liku-liku kehidupan ini. Kami terbiasa berfikir positip dalam banyak hal. Dalam hal hubungan seks, saat ini kami lakukan sebagai penyaluran kebutuhan biologis semata. Dan itu kami lakukan dgn semangat rekreasi dgn penuh kesenangan.
Dan untuk masalah iklan tadi kini aku nggak akan tanya untuk yg ke 2 kali. Aku cukup lihat cahaya di matanya. Aku tahu aku harus mengambil inisiatip. Artinya dia mempercayakan padaku dan aku bertanggung jawab atas apapun risiko yg akan dihadapi. Saat itu pula, jam 23.35 WIB, tanpa ambil risiko memakai nomer telpon rumah, aku putar no. HP-nya melalui HP-ku.
Sesaat kemudian ada jawaban. Ternyata aku berhadapan dgn mesin rekaman yg minta agar aku merekam pesanku pada HP-nya. Aku lakukan dgn cukup mengatakan, “Hubungi kami segera”.
Ternyata tdk sampai 10 menit HP-ku bergetar. Aku memandang istriku, tetapi dia nampak acuh saja. Kuraih HP dan kubuka jawaban, “Hallo”.
Benar, aku menghadapi dan berbicara dgn Jalu. Dia minta maaf tdk segera membuka HP-nya karena kebetulan sedang membereskan buku-bukunya. Dia ceritakan bahwa saat ini sedang melanjutkan kuliah untuk meraih S2-nya. Dia seorang arsitek. Dia memang memerlukan dana untuk kelanjutan kuliahnya. Dia menyerahkan padaku di mana dan kapan kami sama-sama jumpa. Dan dia sangat tahu problem macam kami. Dia akan berusaha sebisanya untuk menolong kami, katanya. Ah, kedengarannya santun dan intelek banget. Benarkah?
Aku ceritakan pembicaraanku dgn Jalu pada istriku. Dia tetap saja menunjukkan ke-acuhannya. Tdk menolak dan tdk meng-iya-kan. Mungkin dia malu untuk menunjukkan girangnya. Siapa tahu.
Aku janji besok untuk mendapatkan konfirmasi tempat di mana yg paling nyaman dan aman. Kami tdk ingin hal macam ini mesti ketemu orang lain yg kami kenali.
Hotel IBS, kamar 534 & 535
Sesudah berpikir-pikir dan berputar-putar akhirnya aku memilih yg paling aman dan nyaman, Hotel IBS berbintang 4, yg terletak di seberang perempatan Manggala Wana Bhakti. Hotel itu merupakan group hotel Internasional. Hotelnya tersebar di seluruh dunia.
Di Jakarta mungkin ada 3 atau 4 hotel dari group dan nama yg sama. Sesudah konfirmasi dgn istriku, OK atau tdk nya, kemudian dgn Jalu untuk menetapkan waktu dan tempatnya, aku pastikan untuk booking 2 kamar connecting door dgn no. 534 & 535. Ini sebetulnya permintaan istriku, yg akhirnya keluar juga omongannya, alasannya nanti dia akan ceritakan saat ketemu sore nanti.
Dgn cara rasional dan praktis saja, aku dan istriku sepakat ketemu di restoran hotel jam 19.00 wib. Kupikir ada baiknya si Jalu juga kami temui dulu di tempat tersebut. Jadi kami sama-sama makan malam sekalian.
Ternyata aku dan Jalu datang lebih dulu. Istriku belakangan karena terjebak macet dari kantornya yg di jalan Sudirman. Sementara menunggu aku sempat sedikit memberikan introduksi kepada Jalu bagaimana kami sebagai suami istri. Aku tdk tahu apakah hal ini ada gunanya. Dan yg lebih penting lagi, ternyata Jalu ini orangnya sangat “handsome” dan nampak cerdasnya.
Dari ceritanya yg tak terlampau banyak, aku tahu bagaimana dia memandang hidup ini juga pragmatis dan positip saja. Jadinya tdk begitu beda dgn kami. Mengenai usia istriku yg hampir 38 tahun, lebih tua 10 tahun dari dia, bagi Jalu nggak masalah.
Mengenai hal-hal yg berkaitan dgn jasa untuk Jalu tdk ada masalah. Dia akan tidur menemani istriku hingga besok pagi. Dan, sesuai dgn yg tersebut dalam iklannya, dia juga tawarkan kepadaku kemungkinan untuk “threesome”, bersama bertiga dalam satu ranjang. Jawabanku adalah, untuk yg pertama ini biarlah aku menyaksikan saja dari balik pintu kamar sebelahnya.
Nampak istriku di ambang pintu restoran mencari kami dan kemudian mengajukan langkahnya. Duh, cantik benar Dewiku ini. Mungkin dia datang terlambat untuk ke salon mempercantik diri dulu. Lihatlah, lantai granit restoran yg mengkilat ini membuat bayangan tubuhnya bak peragawati sedang melangkah-langkah di “catwalk”-nya. Dia benar-benar bidadari.
Dan sesaat sesudah istriku datang dan sejenak duduk, sambil bersalaman kenalan dgn spontan penuh kekaguman Jalu membisikkan padanya bahwa “Jeng Dewi” amatlah cantik. Hal ini menjadi sangat penting dalam perjalanan petualangan ini selanjutnya.
Sikap istriku langsung cair yg ditunjukkan dgn senyumannya yg sangat menawan itu. Panggilan “jeng” yg lekat dgn budaya Solo ini membuatnya langsung akrab antara ke-duanya. Jalu ini sangat paham psikologi orang rupanya. Tentu saja, walaupun kobaran cemburuku menyala, hatiku gembira melihat perkembangan yg terjadi.
Syahwatku mengaliri urat-urat darahku. Kini aku sangat ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istriku ini digauli orang lain. Aku pengin melihat bagaimana dia menerima kenikmatan syahwat yg akan diberikan Jalu padanya. fantasiku.com Aku pengin lihat bagaimana wajahnya yg terhanyut dalam ayunan gairah libido bukan dgn aku, suaminya. Dan aku pengin lihat, bagaimana istriku menikmati kemaluan Jalu yg gede itu. Ahh.., rasanya celana dalamku menyesak.
Selama makan malam, beberapa kali aku meninggalkannya dgn alasan ke toilet atau apa. Aku ingin memberikan kesempatan menjalin keakraban di antara mereka. Nampaknya mereka tahu dan memahami tingkahku. Mereka gunakan se-efektif mungkin untuk saling lebih dekat.
Jam 20.30 wib, saat yg pas untuk menyelesaikan acara makan malam ini. Pada Jalu aku berikan kunci kamar 534. Aku ceritakan mengenai “connecting door”-nya itu. Dia langsung beranjak menuju ke kamarnya. Aku jalan sama istriku ke kamar 535.
Rupanya istriku ingin mendapatkan kepastian dariku. Di dalam lift, kebetulan nggak ada orang lain, dia melakukan cek & recek, bahwa aku benar-benar mendukung ide ini. Apa lagi dia tetap memberikan kesempatan padaku untuk mengawasi apapun yg nanti berlangsung. Untuk itulah perlunya ada 2 kamar.
Dia bilang akan kagok apabila aku langsung berada sekamar saat dia bersama Jalu tidur bersama. Tetapi dari kamar lain “silahkan buka sedikit”, agar aku bisa mengawasinya selama Jalu berada sekamar dgnnya. Walaupun dia sampaikan tdk beruntun, karena birahinya sudah mulai mengganggu konsentrasinya, dia sampaikan idea dan pemikiran logis yg telah dia pertimbangkan itu.
Saat kami memasuki kamar, aku langsung membuka “connecting door”-nya, dan kami ber-tiga kembali berkumpul. Kami cairkan suasana lebih dahulu. Kami ngobrol dulu sesaat. Ahh.. Yg rupanya Jalu sangat profesional dan menguasai medannya, dia mulai memanaskan suasana. Tanpa canggung, dia mendekat dan duduk nempel istriku di pinggiran tempat tidur.
Dia raih tangan istriku dan mengelusinya, sambil cerita bab lain, misalnya masalah Pemilu tahun 2004 dan Siapa Presiden yg tepat untuk Indonesia ini? Sehingga kami semua jadi terpancing memberikan respon. Dan istriku mendapatkan jalannya untuk bersikap lebih wajar, tanpa perlu serta merta menarik tangannya, karena kagok atau malu padaku. Dan aku sendiri berlagak acuh, walaupun adikku di belakang celanaku ini mulai memberontak dan mendesak-desak.
Tahu kalau istriku membiarkan tangannya membelai, Jalu bergerak maju lagi. Dia mempepetkan lagi duduknya, meraih pinggang dan menempelkan hidungnya ke pundak Dewi. Dari rona wajahnya yg me-merah aku rasa Dewi mulai menggelinjang. Ini adalah lelaki pertama yg bukan suaminya yg telah menyentuhinya. Apalagi Jalu ini sangat tampan. Belum lagi informasinya tentang ukuran alat vitalnya yg selama ini selalu terungkap penuh rindu dalam desahan-desahan birahinya.
Terus terang aku hampir tak mampu menahan rasa cemburu yg luar biasa yg sebelumnya aku pikir akan mudah kuatasi. Tetapi saat melihat langsung di depanku bagaimana lelaki itu memeluki Dewi dan sebaliknya istriku ini nampak memberikan respon aktif, hatiku panas serasa terpanggang di atas bara. Jantungku berdegup kencang. Bukannya aku menyalahkan mereka semata, tetapi lebih kepada sikap pecundangku. Lelaki macam apa aku ini?!
Anehnya, di sisi lain aku menikmati rasa cemburu sebagai perangsang sensasi syahwatku. K0ntolku ngaceng menerima siksaan cemburu luar biasa yg menyala-nyala dan membakar diriku.
Kulihat rona wajah istriku semakin me-merah. Dia memandangku sejenak. Seakan memerlukan kepastian dariku. Aku acungkan jempolku yg gemetar menahan cemburuku sebagai kode dukunganku pada mereka. Kemudian dia mulai dgn tanpa canggung untuk menaruk pundaknya di dada Jalu.
Duuhh.. Ampuunn.. Sepertinya mataku kena ‘vertigo’. Topik omongan soal calon Presiden jadi semakin kabur dan kehilangan konteks. Dan aku sendiri sudah harus ancang-ancang untuk ‘lengser’ ke kamar sebelah.
Dan saat tak ada lagi keraguan dan kecanggungan di antara keduanya, dan saat perkembangan di lapangan demikian maju yg ditandai dgn bibir ketemu bibir antara Jalu dgn istriku, aku langsung berdiri dgn limbung.
Kusaksikan bibir mungil Dewi istriku menjemput bibir lelaki lain yg bukan suaminya itu. Bibir mungil Dewi mengatup menggigit kecil bibir Jalu. Dan Jalu me-respon dgn penuh nafsu yg memang sejak jumpa pada awalnya tadi aku sudah perhatikan bahwa Jalu ini sangat terpesona akan kecantikan seksual istriku.
Mereka semua akhirnya tanpa canggung melakukan itu di hadapanku. Aku berusaha cari pegangan untuk meneguhkan hati. Bukankah itu gagasanku sendiri, dan juga karena aku yg mendorongnya, mengatur dan membolehkannya. Dasar pecundang, uuhh.. Sakitnyaa..
Nampak di mataku dinding-dinding kamar bergoyang. Aku berjingkat menuju ke kamar 534 sebagai seorang suami yg kalah dan membiarkan istrinya digauli lelaki lain. Selanjutnya keadaan menjadi hening.
Tak ada suara-suara kecuali pukulan jantung pada dadaku. Yg kemudian kudengar ialah bunyi halus gesekan lembut dari gerakan Jalu dan istriku. Mungkin mereka rebah bergulir dan berguling ke kasur. Kupingku juga menangkap bunyi samar-samar kecupan bibir-bibir mereka. Aku berpegangan pada dinding..
Sebagaimana yg direncanakan, aku berkesempatan menyaksikan Jalu menggauli Dewi istriku melalui ‘connecting door’ ini. Dgn mematikan seluruh cahaya yg ada di kamarku, aku leluasa menyaksikan Jalu dan istriku tanpa mengganggu keasyikan mereka. Yg nampak hanyalah celah pintu yg gelap.
Kulihat Jalu turun sebentar, sepertinya atas permintaan istriku, untuk mematikan lampu besar, sehingga yg ada adalah cahaya remang-remang yg datangnya dari arah kamar mandi. Akibatnya suasana menjadi lebih romantis dan dramatis tanpa mengurangi kejelasan pandanganku pada mereka berdua.
Sebelum kembali berguling ke kasur, Dewi maupun Jalu saling melepasi busana pasangannya hingga setengah bugil. Kulihat jari-jari lentik Dewi berani dan tanpa ragu meraih ikat pinggang Jalu untuk melepasinya. Tangannya menarik resleiting celana dan me-melorotkannya hingga jatuh ke lantai. Aku sungguh heran, karena ulah itu tak pernah dia lakukan saat bercumbu dgnku.
Sementara itu Jalu juga melepasi kancing-kancing blus istriku kemudian rok bawahnya. Kini yg tinggal hanyalah pakaian dalam mereka. Istriku Dewi nampak amat sensual. Aku jadi terheran, tubuhnya yg sangat indah dgn wajahnya yg merona karena mengandung gejolak syahwat membuat dia menjadi ratusan kali lebih cantik dari biasanya. Aku tak pernah melihat gairahnya yg macam itu selama ini.
Dgn CD dan BH Armani-nya yg putih membuat si cantik ini menjadi Diva. Sepertinya aku menyaksikan dewi Banowati yg sedang turun dari peraduannya untuk menyongsong satria impiannya Arjuna. Rasa-rasanya untuk semua ini, Dewi benar-benar menyiapkan diri tanpa setahuku. Bukan kebetulan kalau hidungku sempat sepintas menangkap semerbak bau Channel no.5 yg mahal banget itu yg akan dgn cepat bisa merangsang nafsu seksual lelaki manapun.
Menyaksikan semua yg berlangsung di depan mataku itu cemburuku menggelegak menyertai dan membakar sanubariku.
Darahku langsung panas dan naik meloncat ke-ubun-ubun. Mataku nanar menyaksikan sebuah sensasi perselingkuhan isteriku dgn lelaki lain yg justru aku sendiri yg merancang dan menyiapkannya. Jantungku memukul-mukul dadaku seakan hendak berontak meledak. Tetapi kesadaranku secepatnya berusaha melerai. Bukankah ini juga keinginanmu? Keinginan syahwatmu? Kenapa mesti cemburu? Nikmatilah! Saksikan hal-hal yg akan terjadi di depan matamu kini dan nikmatilah.
Sementara itu sang Arjuna Jalu tampil seperti lelaki yg anggun. Wajah Semit-nya masih tergurat dari hidung dan kumisnya yg lembut itu. Dadanya yg penuh bulu lembut rasanya nikmat untuk jadi sasaran jilatan dan gigitan Dewi. Bulu-bulunya itu berkesinambungan turun hingga tepian CD Charles Jourdan-nya yg kemudian lanjut pada kedua tungkai kakinya. Dan pasti bulu-bulu itu melebat di selangkangan dan seputar kemaluannya. Nampak k0ntolnya membuat guratan besar melintang di Charles Jourdannya dgn alur ke-arah kanan sepertinya bungkusan pisang tanduk dari Bogor.
K0ntolku langsung ngaceng banget seperti dongkrak membayangkan apa yg selanjutnya akan terjadi.
Sejenak mereka saling memandang. Dari raut wajahnya nampak sekali mereka saling mengagumi dan terpesona. Kemudian dgn senyuman-senyuman yg penuh syahwat mereka saling berangkulan. Bermenit-menit mereka berpagut, saling memainkan bibir dan lidah dan sedot-menyedot sebelum akhirnya kembali berguling ke kasur.
Sebagai pelayan jasa Jalu menunjukan servicenya yg prima. Dgn kelembutan yg dahsyat, dia meneruskan pagutan bibirnya, Tangan kirinya memeluki tubuh Dewi dan tangan kanannya mulai bergerilya mengelusi, meremas, mencubit kecil dan mencakar secara lunak bagian-bagian peka istriku yg berada di bahu, ketiak, buah dada berikut puting susunya. Istriku langsung terbang ke-awang-awang.
Matanya setengah tertutup membeliak ke atas menyisakan bagian putihnya. Desahan nafas, erangan dan rintihan halusnya mulai terdengar sangat erotis. Di tempatku, tetap dgn kobaran iri dan cemburu yg luar biasa aku blingsatan mengelusi tonjolan kemaluanku dalam celanaku. Aku juga mendesah pelan menahan gejolak darah syahwatku yg menyala-nyala dalam sakit dan cemburu itu.
Ketika tangan-tangan berbulu Jalu terus mengelusi perutnya, bahkan kemudian turun untuk mengelusi CD Armani, terdengar lenguh panjang,
“Aahh.. Yaacchh..”, dari bibir istriku. Rasanya Dewi sudah mulai memasuki keadaan “trance”.
Sementara dgn ketat tangannya mempererat pelukannya pada tubuh pria anggun Jalu itu, pagutan panas bibirnya tak henti-hentinya ber-kecipak dalam lumatan-lumatan berkesinambungan. Dia ber-gelinjang dan menggeliat-geliat-kan pinggulnya menahan derita nikmatnya.
Jalu melepaskan ciumannya dan menggiring lidah serta bibirnya turun ke leher, kemudian ke dada. Dgn hidungnya yg mancung itu dia dorong tepian BH Armani istriku hingga buah dadanya yg bak bukit surgawi itu menyembul ranum membawa pesonanya. Bibirnya langsung mengisapi lingkaran pentil-pentilnya. Tentu saja tanpa tertahankan lagi Dewi kontan mengaduh kecil dan menggeliat-geliatkan dadanya.
Melihat reaksi yg demikian dari Dewi, Jalu semakin bernafsu dan meningkatkan serangannya. Jari-jari tangannya merambati celah CD Dewi dan menyusup merabai bibir kemaluan istriku itu. Antara mengelus, memelintir dan menusuk-nusuk halus, jari-jari yg relatip cukup gede dan panjang itu benar-benar memberikan kenikmatan tak bertara kepada istriku.
Aku ikut gelagapan, sesak nafasku menyaksikan reaksi istriku..
Serangan Jalu berlanjut dgn ciuman dan gigitan kecil di permukaan perut Dewi. Secara spontan istriku ini meraih rambut Jalu dan meremasi dgn penuh gereget birahi. Desahannya makin panjang dan nyaring. Rasanya dia tak lagi mempertimbangkan aku sebagai suaminya yg juga berada di dekatnya.
Dalam gelegak penuh iri dan cemburu ini justru rasa kenikmatanku hadir melihat apa yg aku saksikan kini.
Kemaluanku sangat membengkak. Pasti “precum”ku sudah membanjir pula. Aku menikmati secara seksual “rasa takluk” pada lelaki macam Jalu ini. “Rasa takluk” itu merambati dan menelikung diriku untuk bertekuk lutut pada keperkasaannya yg bisa membuat istriku tunduk mengikuti gejolak nafsunya. Rasanya “rasa takluk” macam itu bisa membuat aku “rela” di rendahkan ataupun di hinakan.
Diinjak kepalakupun aku “rela”. Dan “rela”-ku itu merupakan bentuk nikmat nafsu birahi yg merambati aku saat ini. Ciuman Jalu turun lagi. Rambut kemaluan istriku yg sudah mulai tersentuhya dia jilati dan isap satu-satu. Remasan tangan istriku semakin keras dan menyakitkan kepala Jalu. Dia menyeringai tetapi tdk mengendorkan serangannya.
Akhirnya bibir Jalu mulai menggarap bibir memek Dewi. Kali ini tak terbendung lagi. Dewi melonjak-lonjakkan pantatnya, melepaskan tangannya untuk berpindah menariki dan meremasi sprei hotel hingga tempat tidur itu menjadi awut-awutan. Teriakkan histeris erotiknya tak lagi terkendali. Suara gaduh memenuhi kamar bintang 4 yg kedap suara itu.
Aku juga ikut gaduh dalam emosiku. Keringatku mulai mengucur kepanasan walaupun berada dalam ruang AC yg dingin. Aku ikut kelimpungan sambil terus melotot mengamati si Jalu terus meningkatkan jilatan dan lumatannya.
Aku jadi sadar.. Aku menyadari apa yg Jalu lakukan itu tak pernah aku berikan pada istriku. Aku bisa mengerti apabila reaksi dan akibatnya menjadi demikian erotis sensasional baginya.
Ah.. Betapa aku egois, kurang tanggap dan tak mau melakukan inovasi. Dan akhirnya pengalaman nikmat tinggi macam itu justru didapatkan dari orang lain.
Kegaduhan oleh desah dan rintihan histeris berkesinambungan memenuhi kamar hotel itu. Keringatku semakin deras mengucur. Kini jilatan Jalu berubah menjadi tusukkan-tusukkan lidah yg berusaha menembusi rongga memek Dewi bak ikan moa yg mencari sarangnya. Secara reflek dan otomatis istriku meregangkan pahanya sehingga Jalu menjadi leluasa melumatkan bibir dan lidahnya untuk menembusi memeknya. Bahkan tangan Jalu kini juga sedikit mengangkat tungkai kaki kanan Dewi sampai bibirnya benar-benar mampu menyedoti seluruh bibir memeknya. Tetapi sesaat kemudian.. Tiba-tiba Jalu menghentikan serangannya dan bangkit.
Dia bangun naik ke bantal dan merangkulkan tangan kanannya ke bahu Dewi untuk kemudian kembali melumati bibir isteriku. Sementara itu tangan kiri Dewi jatuh ke pinggul Jalu dekat dgn kemaluan Jalu yg sejak tadi sudah lepas dari CD-Jourdan-nya.
Dgn sedikit menggulirkan badannya tangan Dewi sudah langsung menyentuh kemaluan Jalu yg gede dan panjang itu. Agak kaget Dewi menyentuhnya.
Mungkin dia tdk membayangkan bahwa k0ntol Jalu segede itu. Aku sendiri juga demikian. Hal itu tdk sesuai yg tertera di iklannya. Aku kira alat vital itu setdknya berukuran 20 cm dgn bulatan yg 5 atau 6 cm. Aku deg-deg-an melihat adegan itu. Apa yg akan terjadi nanti. Sementara Jalu sendiri rupanya sudah juga sangat terhanyut. Sudahlah.. ‘que sera-sera’.. Terjadilah apa yg akan terjadi..
Ternyata Dewi menjadi sangat bergairah. Dgn tetap melayani pagutan bibir Jalu pada bibirnya dia raih kemaluan Jalu itu. Jari-jari lentiknya mengurut-urutnya.
Sungguh suatu pemandangan yg sangat erotis dan penuh sensasi. Kelembutan jari-jari putri ningrat itu mengelusi batang kemaluan kasar penuh otot milik si Jalu.
Sans’, Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; list-style: none; orphans: 2; outline: none; padding: 1em 0px; widows: 2;”>Dewi napak demikian merasakan bagaimana batang itu dalam genggamannya. Dia rasakan gede panjangnya. Dia rasakan kerasnya. Dia rasa-rasakan denyut-denyutnya.
Aku pastikan Dewi sedang berusaha melupakan bayangan pada suaminya, aku, yg tak mungkin memberikan pesona erotik yg saat ini sedang dalam rengkuhannya.
Dewii.., aku relaa.. Koq, begitu tangis hatiku yg juga sensasi birahi yg melanda aku. Ya.. Suatu paradoks sedang melanda diri dan kepribadianku.
Tangan Dewi terus mengurut-urut k0ntol itu dgn gemas sementara bibir dan lidahnya terus merespon aktif lumatan bibir Jalu.
Kali ini Jalu menunjukkan kehendaknya. Ditariknya tubuh Dewi hingga menindih tubuhnya. Dia sorong kebawah kepala dan bibir Dewi agar menciumi lehernya, agar juga merambati dadanya. Dia remasi rambut Dewi untuk membangkitan gairahnya. Dia ganti yg mengerang untuk memacu libido istriku. Jalu ingin istriku melakukan sebagaimana dia telah lakukan padanya pula. Dia ingin Dewi menciumi seluruh tubuhnya. Dan Dewi, istriku ini.., dia melakukan hal yg tak pernah dia lakukan kepadaku.
Dia seakan berubah jadi cheetah Afrika yg lapar. Mungkin dia benar-benar telah mabuk tenggelam dalam birahinya, dgn ganasnya dia gigit dan lumati dada Jalu hingga kuyup dgn air ludahnya. Bulu-bulu halus di dada itu membuat Dewi bak ular kobra yg meliuk-liuk melata di bukit savanna yg penuh rerumputan itu. Ohh.. Dewii.., istrikuu.. Oouuhh.. Ternyata kk.. Kamu.. Bb.. Bisaa.. Y.. Yyaa..
Ciumannya merangsek liar ke perut. Puser Jalu dijilati dan di kecupinya. Rambatan bibirnya terus menelusur ke bawah hingga daerah kemaluannya. Nampak k0ntol Jalu mencuat tegak kaku mengganjal hingga ke bahunya. Tangan Dewi menyibak rambut-rambutnya itu kemudian menenggelamkan wajah cantiknya ke belantara jembut di selangkangan Jalu. Terdengar kecipak bibir lembutnya pada setiap melepaskan kecupan-kecupannya.
Erangan Jalu, “Ampun Jeng.., ampuunn..” membuat Dewi tak menghitung nilainya lagi sebagai perempuan darah biru. Kepalanya terkadang bergeleng-geleng cepat saat menyedot-nyedot selangkangan kanan maupun kiri milik Jalu itu.
Dgn tangan kirinya yg terus menahan kemaluan menuju ke arah perut itu, bibir dan lidah istriku ini merambat ke bola-bola pelir Jalu. Dikulumnya, dijilati dan diisep-isepnya dgn penuh rakus.
Emosi syahwatku terseret kesetanan. Kuperosotkan sendiri celanaku. Kubetot k0ntolku dari CD. Tanganku mengocokinya dgn bergegas-gegas. Aku ditimpa ledakan nafsuku sendiri. Dalam bara iri dan cemburuku apa yg dilakukan istriku pada Jalu dan apa yg Jalu terima dari lahapan istriku pada k0ntolnya membuat aku tergetar.
Ah.. Sangat paradoks.. Iri dan cemburuku berbarengan dgn dorongan syahwatku untuk mengeluarkan desahan juga,
“Terus Dewii.. Teruss.., Masmu ini, suamimu, pengin menyaksikan kamu melahapi seluruh tubuh Jalu, Dewii.., teruus..”.
Ternyata Dewi memberi lebih banyak. Dia angkat tungkai kaki Jalu hingga posisi pahanya menempel ke dadanya. Dgn demikian arah anal Jalu menjadi terbuka. Kini dgn hidung, bibir dan lidah Dewi berusaha “nyungsep” ke lubang anal itu.
Dia jilati bukit kecil dibawah pangkal kemaluan Jalu dan.. Berusaha untuk terus ke bawah lagi. Jalu dibuat
“kelimpungan”. Kegatalan syahwatnya melanda dgn hebat. Dia mengangkat lebih tinggi pantatnya hingga Dewi benar-benar bisa menjilat dan menyedoti anusnya.
Ah, sungguh pemandangan yg sama sekali tak terbayangkan olehku sebelumnya. Lihatlah, Dewi si perempuan jelita itu benar-benar menampilkan ke-jalangannya. Dgn berbungkuk-bungkuk dia terus menggerakkan kepalanya mengikuti rambatan lidah dan bibirnya merengkuh kerutan-kerutan anus Jalu.
Kini suara erang Jalu berpadu dgn nafas memburu Dewi. Dan.. Oh, rupanya Dewi diburu oleh birahinya. Dia merubah posisi. Dia tarik kembali dan rebahkan kaki Jalu untuk ditindihnya. Dgn mulutnya yg kini menyerang kemaluan Jalu dgn mengkulum dan mengisapinya, memeknya digosok-gosokkannya ke dengkul Jalu.
Aku menyaksikan betapa istriku ini sepertinya ahli bagaimana membawa pria terbang ke awang-awang. Aku heran darimana dia belajar. Mungkinkah dari BF atau VCD yg sering kami tonton bersama?! Dan yg lebih heran lagi keahliannya itu tak pernah dia berikan untukku yg suaminya. Ah, Dewikuu..
Secara khusus aku menyaksikan bagaimana perlakuan bibir dan lidah Dewi pada kemaluan Jalu.
Lidahnya merambati pangkal hingga batangnya, kemudian saat mencapai kepalanya tangannya menggerakkan agar posisi kepala itu dalam jangkauan jilatan sebelum akhirnya seluruh bibirnya mencaplok kepala yg memenuhi mulutnya itu. Dia lakukan hal itu ber-ulang-ulang sehingga Jalu jadi kelojotan.
Sesudah itu dia konsentrasikan mulutnya untuk memompa dan sekaligus tubuhnya terus bergoyang menggeliat menekan dan menggosok-gosokkan memeknya pada tonjolan lutut Jalu dgn frekwensi yg cepat sekali.
Ketika kecepatannya semakin bertambah Dewi mengeluarkan erangan erotis yg menandai hadirnya kenikmatan yg melanda seluruh saraf-sarafnya. Rasanya Dewi sedang sekarat menjemput orgasmenya. Dan benar. Dgn raungan bak cheetah yg lapar tadi, Dewi meraih orgasmenya. Si jelita itu menggeram. Tangannya yg cantik dgn jari-jarinya yg lentik meraih seprei dan apa saja yg bisa diraihnya, menarik-narik acak-acakan seakan hendak merobek-robeknya.
Hal itu berlangsung sekitar 30 detik sebelum akhirnya dia rebah. Rubuh. Sepi. Kecuali tarikan nafas-nafas yg panjang dari kedua insan itu. Hebat.
Ternyata Dewi bisa mendapatkan orgasmenya sebelum kemaluan Jalu menembusi memeknya. Orgasme itu dia raih berkat obsesi dan timbunan syahwat yg selama ini tak tersalurkan.
Dgn perasaan yg semakin iri, cemburu dan penasaran, merasakan ketdk mampuanku, aku sendiri langsung duduk terjengkang ke lantai. K0ntolku mengangguk-angguk. Tanpa kuharapkan sebelumnya, spermaku yg tak mampu kutahan muncrat-muncrat.
Aku juga mendapatkan orgasmeku. Beberapa saat mereka diam. Aku juga ikut diam.
Dewi setengah merem kemudian melek melihat langit-langit. Menerawang jauh akan apa yg baru terjadi. Dia merasakan betapa birahi yg melandanya membuat dia lupa segalanya. Sepintas dia menengok ke pintu kamarku. Ke arahku. Yg nampak pasti hanyalah celah yg gelap. Aku sendiri juga dalam posisi terbengong-bengong.
Mereka berdua menggunakan jeda ini untuk istirahat sejenak. Dewi turun, tetap telanjang, menuju ke lemari es yg tersedia. Dia buka dan ambil minuman dingin kalengan. Diambilnya 1 lagi untuk Jalu. Mereka istirahat di tepian tempat tidur. Masih sempat istriku mencium bibir Jalu sambil saling melepaskan senyuman. Aku jadi ikut haus. Aku juga perlu minum. Kuikuti langkah Dewi. Kuambil minuman kalengan dari lemari es di kamarku.
Tdk sulit bagi Jalu untuk kembali memulai pertarungan baru. Dia professional dan sangat kreatif disamping inovatif. Sesudah sejenak istirahat, sementara istriku masih duduk ditepian tempat tidur, dia yg belum menikmati datangnya orgasme secara aktif memulai dgn turun dan merebahkan diri tepat di bawah kaki Dewi di karpet kamar yg bersih itu.
Dia renggut kaki yg ranum dan bersih itu. Dia jilati telapak kakinya, kecupi dan kulum jari-jarinya yg lentik dgn kuku-kukunya yg dicat kemerahan.
Kontan sepertinya kena sengatan listrik ribuan watt, istriku menjerit histeris dan berguling ke kasur. Kemudian Jalu dgn buasnya menggigiti tumitnya yg mungil bak telur puyuh itu.
Jilatannya liar menjalar menuju betis-betisnya di tungkai kanan dan kiri. Kembali Dewi berguling-guling menahan erotismenya. Nafas istriku terdengar ngos-ngosan menahan derita nikmat syahwatnya.
Dgn cepat diraihnya kepala Jalu agar melepaskan kakinya. Tetapi itu tdk sungguh-sungguh. Dia bukannya menarik, tetapi lebih tepat justru menahan dgn cara meremasi kepala itu. Istriku ini nggak akan melewatkan setiap sensasi erotik yg sedang dia alaminya.
Dari betisnya, Jalu menggulingkan tubuh Dewi hingga posisinya setengah tengkurap. Dia kejar lipatan lutut bagian belakangnya dgn jilatan dan gigitan kembali. Kembali aliran listrik menjalari tubuh Dewi. Dia mengerang dgn setengah menangis karena nikmatnya.
Sekali lagi aku ingat diriku yg egois ini. Apa yg dilakukan Jalu tak pernah sedikitpun terpikir olehku. Aku jelas telah kehilangan momentum yg sangat penting bagiku di depan istriku ini. Dasar pecundang..
Ciuman Jalu kembali menjalar merambati pahanya. Serasa berjuta semut-semut menyerang Dewi saat bulu-bulu kumis dan rambut-rambut tajam di pipi Jalu merambah pahanya yg sangat halus itu.
Ciuman Jalu melaju menuju arah belakang pangkal pahanya. Dewi berusaha bangun kemudian terjerembab, lagi-lagi bangun dan kembali terjerembab. Rupanya itu disebabkan tak mampunya menahan gelora syahwatnya yg terdongkrak akibat ulah Jalu ini. Perasaannya bagai dipermainkan gelombang samudra. Kini Jalulah yg membangunkan Dewi. Ah, tdk. Bukan membangunkan tetapi menarik pinggul Dewi hingga berposisi menungging. Hal ini adalah sebagai kelanjutan ciuman dari arah belakang pangkal pahanya yg merambat ke gundukkan pantat Dewi. Dgn posisi ini Jalu menjadi leluasa untuk meneruskan ciuman dan jilatannya lebih ke atas menuju anus istriku.
Dgn bertumpu siku tangannya pada kasur serta menaruh kepalanya pada bantal Dewi menungging sempurna.
Jalu dgn ganas menjilati bokong dan dubur Dewi. Hal ini mungkin untuk mengimbangi istriku yg sebelumnya juga menjilati pantatnya. Aku lihat bagaimana Dewi menerima ini dgn amat tersanjung. Dia melenguh seperti anak lembu. Tangannya menggapai-gapai ke belakang berusaha meraih kepala Jalu. Dan saat didapatnya, ditariknya kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke pantatnya. Duhh.. Pasangan yg saling mengerti iramanya gejolak syahwat.
Ternyata situasi berikutnya ini membuat Dewi lebih tenang. Dia nampak sangat menikmati apa yg Jalu berikan. Dan Jalu terus bergerak..
Direbahkannya kembali tubuh Dewi dan ditelentangkannya. Diangkatnya lutut istriku agar melipat dgn telapaknya duduk di kasur. Jalu menggeser tubuhnya untuk merangkul paha itu dan mulai dgn menjilatinya.
Gerakan Dewi menjadi lebih terkendali lagi saat bibir Jalu menangkap bibir memeknya. Kini dgn halus dan penuh belaian Jalu menjilati memek Dewi. Yg kudengar adalah rintihan yg sayup-sayup keluar dari mulut isteriku. Dewi menikmati belaian lidah Jalu di memeknya. Terkadang berteriak kecil. Mungkin lidah itu menyentuh G Spot-nya.
Adegan berikutnya adalah Dewi yg menarik tubuh Jalu untuk menindih tubuhnya. Kembali kedua bibir mereka berpagutan. Tangan Jalu memainkan jari-jarinya pada klitoris istriku sesaat untuk kemudian merogohi lubang memeknya.
Bokong Dewi naik turun untuk menjemput jari-jari Jalu agar menusuki lebih dalam lagi.
Dewi mengeluarkan jeritan kecil dan desahan,
”Acchh.. Nggak tahaann.. Ayoo Mass, aku tak tahan lagii..” sambil pantatnya terus menerus naik turun.
Tahu bahwa sudah saatnya senjata utamanya dilepaskan Jalu bergerak mendaki tubuh Dewi dan Dewi secara refleks merentangkan paha kiri dan mengangkat paha kan ke bahunya.
Kini saatnya kusaksikan detik-detik kerinduan istriku Dewi akan k0ntol gede yg menembusi memeknya akan kesampaian.
Tangan Jalu meraih kemaluannya yg gede panjang itu dan mengarahkan tepat pada lubang memek Dewi yg telah siap menerimanya.
Dieluskannya kepala k0ntolnya pada celah memek itu untuk mendapatkan cairan pelumas dari memek istriku. Dan kemudian.. Mulai nampak ada dorongan.. Dan dorongan.. Dan sekali lagi dorongan.. Dan bleezz.. Blezz..
Istriku yg menyeringai tdk sama sekali kehilangan ke-ayu-annya. Dia sama sekali tdk menunjukkan semacam rasa was-was. Justru dia nampak sangat menantikan saat-saat ini. K0ntol sebesar itu mungkin akan menyobek memeknya. Sesaat dia nampak kesakitan. Yaa.. Dia kesakitan..
Aku juga agak panik menyaksikannya..
Dewi menjerit.. Mengaduuhh.. Minta ampuunn.. Amppuunn..
Tetapi dorongan Jalu tak pernah terhentikan hingga akhirnya batang gede dan keras sepanjang 20 cm itu masuk amblas kelubang memek istriku. Bukan main.
Aku sempat menyaksikan bagaimana bibir memek Dewi melesak terbawa masuk saat k0ntol Jalu menembus memeknya.
Dgn tangannya Jalu merangkul paha dan bibirnya menciumi kaki istriku dan mulai memompa.
K0ntolnya berayun keluar dan masuk menembusi memek,
“Ohh.. Yaacchh.. Yeezz..”.
Memek Dewi mencengkeram dgn kuat setiap tusukkan dan tarikan k0ntol Jalu, akibatnya bibir itu nampak terbawa keluar dan masuk mengikuti iramanya tarikan dan tusukkan.
Semakin banyak Jalu memompa, semakin naik gelinjang syahwat Dewi. Kini nampak kepala Dewi menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan kenikmatan.
Aku sangat tahu, selama 15 tahun ini aku nggak pernah mampu memberikan kenikmatan sebesar itu.
Dewi sendiri merasakan hal yg sangat dahsyat. Dinding kemaluannya menjadi demikian mengetat. Rasanya saraf-saraf erotiknya menciptakan jaring yg saling kompak untuk menjepit batangan k0ntol Jalu. Dan hasilnya bagi Jalu maupun Dewi adalah rasa sangat legit.
Dalam mengayun atau memompa Jalu memiliki “sense”yg hebat. Terkadang pelan dan pelan sekali, kemudian cepat dan cepat sekali.
Permainan yg silih berganti ini memberikan sensasi erotik untuk syahwat Dewi. Dan akibatnya ada semacam rasa haus yg melandanya. Inilah yg disebut sebagai kehausan erotik.
Efek kehausan erotik itu membuat Dewi limbung dan memerlukan media untuk penyaluran. Misalnya meremasi kain sprei, atau mencakari lawan seksualnya, atau menggigit bantal. Jalu tahu apa yg saat ini menyerang Dewi. Dgn cepat diulurkan jari-jari tangannya ke mulut Dewi. Dan benar. Dgn cepat mulut Dewi mengulum dan mengemuti jari-jari dan jempol Jalu. Macam anak orok yg menangis dan diam saat diberi dot, Dewi menjadi lebih tenang walaupun terus merintih dan berdesah.
Sejenak kemudian Jalu mencabut k0ntolnya dari kemaluan istriku, kemudian menurunkan kaki dari pundaknya. Dia merubah posisi. Ditariknya tubuh Dewi ketepian kasur kemudian kembali mengangkat tungkai kaki Dewi, kali ini ke-dua-duanya, kembali ke bahunya. Dgn posisi ini k0ntol Jalu kembali menembusi memek istriku secara lebih melesak ke dalam lagi. Dan saat pertama kemaluan itu masuk, istriku sempat menjerit. Mungkin sekali disebabkan kemaluan panjang itu langsung menyentuh G-spotnya.
Kemudian yg kulihat Jalu kembali mengayun-ayun dan memompa secara ritmis. Dewi mengimbangi pompaan Jalu dgn goyangan dan geliat pinggulnya.
Sungguh keduanya nampak serasi dalam kerjasama mengayuh samudra nikmat yg bertara itu. Tiba-tiba Dewi bergerak agresip. Dia bangkit dari kasur. Ditariknya lengan Jalu agar dia ganti yg telentang.
Dewi naik menindih tubuh Jalu. Dgn duduk mengangkangi, dia raih kemaluan Jalu dan diarahkannya memasuki memeknya. Dan.. Blezz, batang 20 cm itu langsung tenggelam dalam jepitan ketat memek Dewi.
Kini Dewilah yg bergerak seperti memompa. Gerakan Dewi persis seperti orang mencuci di penggilesan. Bedanya adalah, kalau tukang cuci mendorong tangannya yg maju mundur untuk menggilas pakaian yg dicucinya, tetapi Dewi mendorong dan kemudian menarik pantatnya untuk menarik dorong memeknya menggilas kemaluan Jalu.
Dgn cara itu kemaluan Jalu langsung menyodoki G-spot Dewi. Perubahan posisi ini rupanya merupakan obsesi Dewi dalam upaya menikmati secara maksimal k0ntol Jalu. Aku yg menyaksikannya dari arah belakang melihat bagaimana bibir memek Dewi nampak ketat sesak keluar masuk mengikuti keluar masuknya k0ntol segede itu.
Dgn tambahan inisiatip Jalu yg menggoyang naik turunkan pantatnya, sempurnalah harapan Dewi dalam mengarungi samudra nikmat itu. Nampak keduanya saling berpacu mengejar puncak-puncak syahwatnya.
Dan kembali kulihat Dewi berada diambang orgasmenya. Dia ayunkan kepalanya ke depan dan ke belakang atau ke kanan dan kekiri sehingga rambutnya yg panjang itu terlempar sana sini seperti rambut penyanyi rock yg sedang kesetanan.
Keringatnya nampak mengalir dalam dinginnya AC kamar. Dewi benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggapai kepuasannya. Bermenit-menit telah lewat, gerakan mereka tdk nampak mengendor. Aku yakin Dewi mendapatkan multi orgasme. Mungkin orgasme beruntun yg sangat panjang. Dan dia belum akan berhenti.
Berikutnya kembali Jalu yg ganti mengambil peranan. Dipeluknya Dewi. Dipagut tengkuknya. Jalu menggeser tubuhnya ke arah punggungnya. Dia dorong Dewi hingga merangkak. Jalu asongkan k0ntolnya menembusi kemaluan Dewi dari arah belakang. Anjing kawin, itulah gaya yg mereka lakoni sekarang.
Dan Jalu kembali mulai memompa dari arah belakang. Dewi kembali melempar-lemparkan rambutnya yg panjang itu.
Duhh.. Betapa cantiknyaa.. Banowati ini..
Dalam telanjang dan mengkilat karena keringatnya, Dewi menggeliat dan memaling-malingkan mukanya atau mengantuk-antukkan kepala dan melemparkan rambutnya ke depan dan kebelakang. Sungguh sebuah pemandangan yg sangat mendebarkan dan amat erotis. Hingga akhirnya Jalulah yg kewalahan.
Dia mempercepat pompaannya dan berteriak ke Dewi,
“Acchh.. Dewii.. Akuu mauu keluarr..”.
Dan yg kemudian aku saksikan adalah benar-benar sama sekali di luar perkiraanku. Dan itu sangat memukul harga diriku.
Teriakan Jalu itu disertai dgn menjambak rambut istriku dan kemudian seakan memaksa rebah telentang ke kasur. Dan dgn sigap Jalu bergerak mengangkangi Dewi dgn dgn tetap menjambak rambutnya, menekan kepalanya ke kasur dan mengasongkan k0ntolnya yg nampak berurat-urat itu ke mulut istriku.
Semula aku pikir Dewi pasti akan menghindar dan menolaknya. Aku tahu persis dia sangat geli atau jijik untuk cara macam itu. Tetapi apa yg terjadi. Dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.
Bahkan saat ujung k0ntol Jalu menyentuh bibirnya langsung terbuka. Lidahnya menjulur-julur siap menerima apa yg akan tumpah ke mulutnya. Matanya nanar mengamati seluruh sosok Jalu. Mata yg haus dalam penantian.
Dan dgn suara seperti teriakan kemenangan gorilla jantan, Jalu memuntahkan spermanya ke mulut Dewi istriku ini. Nampak sesaat istriku gelagapan dan cairan-cairan sperma meleleh keluar dari mulut mungilnya itu.
Berkali-kali batang k0ntol itu mengangguk-angguk setiap kali air mani itu menyemprot. Dan istriku ternyata dgn lahapnya menerimanya. Sungguh aku tak berpikir bahwa Dewi akan minum sperma.
Apalagi sperma orang lain. Dia tak pernah menunjukkan gejala suka pada hal tersebut. Bahkan ketika nonton BF ataupun VCD dia selalu mau muntah kalau menyaksikan adegan macam itu. Tetapi kali ini, apa yg membuat dia menjadi demikian lain.
Adakah aku yg baru tahu..?!
Dan ketika k0ntol itu memuncratkan berliter-liter sperma, Dewi melahapnya dgn rakus. Bahkan yg tercecer di dagu, pipi, susu dan tangannyapun masih dia colek dan jilati. Benar-benarr.. Deh si Dewikuu..
Jalu langsung telentang kecapaian. Mereka telah bekerja keras untuk kepuasan yg mereka dapatkan. Dewi bangun dan kembali mengambil minuman dingin yg disertai makanan kecil, nampaknya sebungkus coklat. Yaa.., itu akan cepat menyegarkan dan memulihkan tenaga mereka. Dia ambil juga untuk Jalu.
Saat itu Dewi melihat ke arahku dan kemudian melangkah. Aku buru-buru loncat ke ranjang berpura-pura tidur. Dia melongok ke ranjangku sesaat untuk kemudian balik keranjangnya. Aku yakin dia tdk percaya kalau aku tidur.
Dia tahu aku dan membiarkan aku bebas memilih apa mauku. Dia tak mau menggangguku yg bisa-bisa mengganggu kenikmatan-kenikmatan yg akan dia raih berikutnya.
Beberapa saat kemudian kudengar kembali kecupan-kecupan lembut. Ah.., mereka telah meraih staminanya kembali. Babak-babak lanjutan akan kembali berlangsung. Sesudah aku juga ikut minum dan makan coklat aku kembali ke
“connecting door” untuk menyaksikan babak-babak lanjutan ini.
Malam itu mereka bergelut hingga menjelang pagi. Entah berapa kali mereka melakukan persetubuhan. Kulihat Dewi berbelas kali meraih orgasmenya. Dia menemukan pengalaman yg orang sebut “orgasme beruntun” atau multi orgasme.
Dia benar-benar bak kuda liar atau cheetah yg lapar. Dan yg lebih aku herankan adalah Jalu yg tetap saja tegak dan tegar melayani istriku di ranjang penuh nafsu itu. Bagaimana kemaluannya tetap saja tegak dan berkilat-kilat untuk terus memberikan kesempatan pada istriku meraih kepuasannya.
Aku sendiri sudah roboh kehabisan spermaku. Aku melakukan berkali-kali onani sambil menyaksikan persetubuhan istriku dgn lelaki itu. Batang dan ujung kemaluanku kini berasa sangat pedih dan panas. Aku nggak tahan lagi menyaksikan mereka hingga usai. Aku rebah ke ranjang walaupun tdk tidur. Segala iri dan cemburuku pupus menerima kenyataan yg terus berlanjut.
Istriku belum bangun saat Jalu muncul di kamarku dalam keadaan sudah berpakaian rapi. Dia minta maaf untuk pergi lebih awal. Dia bilang istriku pasti sangat lelah dan membiarkannya tetap tidur. Aku memahami. Kusodorkan amplop imbalan jasa padanya.
Aku bilang,
“Kamu hebat. Apa resepnya?”, yg hanya dijawab dgn senyuman sambil menerima amplopku.
Saat di ambang pintu dia berbalik dan berbisik padaku. Nafsu syahwat istriku sangat besar. Jangan heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yg dia dapatkan seperti semalaman ini. Mungkin akan berlangsung hingga beberapa bulan mendatang.
Ah, gayanya macam konsultan psikolog saja. Dia juga pesan sebaiknya jangan lagi panggil dia untuk menghindari tumbuhnya kontak batin yg bisa berkembang menjadi saling terikat. Dia juga tawarkan padaku, kalau diperlukan dia bisa memberikan beberapa alamat pria yg memberikan jasa macam dia.
“Jangan khawatir. Mereka adalah orang-orang yg sehat, santun dan rata-rata cukup terpelajar”, katanya sepertinya mempromosikan usahanya.
Istriku baru bangun jam 8 pagi. Dia bilang lapar dan minta aku untuk pesan makanan ke room service. Kami tdk banyak bicara pagi itu. Aku sendiri berlagak “everything is OK”.
Sesudah mandi dan makan kami keluar dari hotel. Dewi langsung jalan ke kantornya.
Ah.., Jakarta terus bergulir dalam keriuhan paginya. Kemacetan jalan-jalan nampak menelan seluruh jalanan metropolitan ini.
Segalanya berlangsung sebagaimana hari-hari yg lain. Segala luka dan duka seakan terhapus dalam keriuhan ini.
Di kantor aku langsung tenggelam dalam tugas rutinku. Saat jam makan siang istriku menelpon, “Sudah makan, Mas? Makan apa? Enak?”, demikianlah se-akan tak ada yg istimewa telah terjadi.
Yah, memang. Bagi Metropoiltan Jakarta, tak banyak yg istimewa terjadi. Kini yg sering datang dalam benakku adalah bisikkan Jalu saat di ambang pintu hotel itu, yg agar tdk heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yg dia dapatkan seperti semalaman ini.
Akan halnya aku sendiri mungkin mengalami semacam “methamorphose”. Rasanya kini aku berubah untuk lebih bisa menerima kenyataan. Atau lebih tepatnya, “lebih bisa menikmati kenyataan”.
Bahkan, diam-diam akulah yg ketagihan. Kapan lagi bisa menyaksikan Dewi isteriku digauli orang lain dgn penuh nikmat syahwat? Kapan lagi aku bisa mendengar rintihan atau desahannya saat menanggung derita birahi?
Kapan lagi aku bisa menyaksikan bibir mungil dan lidah cantik isteriku menjilat dan menciumi k0ntol gede lelaki lain? Dan bahkan kemudian minum sperma yg muntah di mulutnya? Kapan lagi aku bisa menyaksikan bagaimana kemaluan si jelita yg sempit itu ditindas dan libas oleh k0ntol segede Jalu punya itu? Ah.. Kapan lagi..??,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,