Namaku Rendy. Masalah rumah tangga memang sangat rumit untuk dijelaskan. Sudah semenjak aku SD, kedua orang tuaku bercerai. Dan ibuku nikah lagi dengan seorang pria duda. Dia punya 3 anak cewek. Jadinya aku punya saudara tiri 3 orang. Akupun mulai tidur dalam satu kamar dengan kakak tiriku yang umurnya lebih dari 1 tahun dari aku. Aku saat itu sama sekali tak faham masalah sex. Namun hal itu berubah setelah aku mulai mengenal dari temen-temenku yang punya novel-novel 17+.
Awalnya aku tak punya perasaan ama kakak tiriku ini. Tapi melihat perlakuan ibuku kepadanya aku jadi kasihan melihatnya. Dan tanpa terasa perasaan cinta itupun akhirnya tumbuh. Aku sering membantu dia dalam segala urusan agar tidak kena marah ibuku. Sebab tahulah bagaimana anak tiri. Kami masih bermain bersama, dan terkadang saling membantu.
“Mbak Afif udah punya pacar?”, tanyaku.
“Masih SMP koq ngobrolin pacar”, jawabnya.
“Berarti belum punyakan?”,tanyaku.
“Iya”.
“Kalau mbak jadi pacarku gimana?”
“EH? Ada-ada saja kau, akukan kakakmu”.
“Akukan juga yang selalu melindungi mbak, aku cinta sama mbak, Aku kasihan melihat mbak diperlakukan seperti itu ama ibu”
Mbak Afif nggak menjawab.
Aku pun tak habis pikir, apakah mbak Afif marah terhadapku atau tidak. Hingga kemudian di saat tidur (kami masih sekamar) aku ingin menunjukkan rasa sayangku. Aku pertama kali memanggilnya. “Mbak? sudah tidur?”
Ia tak menjawab, berarti ia sudah tidur.Aku tertuju ama celana pendeknya yang menantang. Entah kenapa aku sangat terangsang sekali. Aku saat itu baru saja khitan. Jadinya terasa sekali geli ketika penisku konak. Aku coba cium pahanya, ia tak bergeming, hingga kemudian aku menciumi seluruh tubuhnya bagian belakang.Akupun memeluknya dari belakang sambil sesekali meremas payudaranya. Aku tak bisa melihat ekspresinya karena ia tidur membelakangiku.
Paginya aku bangun sendirian di atas tempat tidur. Celaka, berarti mbak Afif sudah bangun!! Aku segera bangun dan melihat keadaan. Ibuku dan Ayahku sudah pergi bekerja, sebab mereka memang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Dan saat itulah aku secara tak sengaja berpapasan dengan mbak Afif yang berdiri di luar kamar. Ia bersandar di dinding dan menatapku.
“Dek Rendy, kenapa adek cinta kepada mbak?”, tanyanya.
“Aku cinta banget sama mbak, aku tak ingin mbak berpisah denganku”, jawabku.
“Dek Rendy terlalu baik ama mbak”, tampak air mata membasahi pipinya.
Aku mendekat ke arahnya dan kuberanikan diri untuk mengusap air matanya. Entah momen romantis itu kudapat dari mana, tapi tak terasa mbak Afif jatuh dalam pelukanku. Mungkin karena mbak Afif sendiri tak punya tempat untuk berteduh di keluarga baru ini. Kedua kakaknya sudah pergi sendiri-sendiri, yang satu kuliah, yang satu lagi sudah berkeluarga. Dan di rumah ini tak ada yang bisa mengayomi dia selain diriku.
Entah siapa yang memulai kami yang masih berusia 15 tahun ini mulai berciuman. Bibirnya sangat seksi, dan entah siapa yang memulai aku mulai berani meremas payudaranya.
“Ke kamar yuk dek!”, ajaknya.
Kami pun ke kamar. Padahal hari itu harusnya kami sekolah. Tapi kami malah bercumbu di kamar. Awalnya kami hanya berciuman dan bercumbu. Akupun ingat dengan adegan video porno yang pernah aku tonton. Video pornonya adalah video porno jepang. Rasanya ingin kupraktekkan, mumpung ada lawan mainnya.
“Mbak, tahu nggak mbak”, tanyaku.
“Apa Ren?”
“Seluruh tubuhku ini sekarang menjadi milik mbak, mbak ingin apapun dariku aku bisa berikan?”
“Gombal”, katanya. “Udahan yuk, masa’ kita nggak masuk sekolah hari ini? Ntar ayah ibu curiga lho”.
Aku menciumnya lagi. “Aku sungguh-sungguh”.
Mbak Afif, diam agak lama, “Aku belum pernah melakukannya Ren”.
“Sama mbak, tapi aku tahu caranya”.
Akupun perlahan-lahan melepaskan baju kakak tiriku. Dan kakak tiriku pun melepaskan bajuku, hingga pada CD-nya ia agak kikuk. Aku melepaskan BH-nya, tampak dua buah dada yang padat dan montok terlihat di depanku. Putingnya berwarna pink, dan kulitnya berwarna putih. Belum pernah terjamah. Karena mbak Afif malu untuk melepas CDku akpun melepasnya sendiri. Dan ia agak kaget melihat penisku yang sudah berdiri tegang. Akupun merebahkannya di atas ranjang. Kuturunkan pelan-pelan CD-nya, ia hanya melihat seluruh aksiku saja. Maklum ia baru pertama melakukannya.
“Coba mbak pegang punyaku!”, pintaku sambil kujulurkan penisku kehadapannya.
Ia memegangnya. OOhh……enak banget. “Dikocok mbak!”, pintaku. Ia pun mengocoknya pelan. Enak banget dikocok oleh tangan cewek yang masih perawan. Akupun tak tinggal diam meraba memiawnya. Kuelus, kupijat dan kugesek-gesek. Kulihat mbak Afif juga merem melek. “Sudah mbak cukup, ntar malah aku yang keluar duluan”.
Akhirnya ia melepaskan remasannya. Kalau diteruskan aku bisa-bisa sudah orgasme duluan. Aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Lalu aku meremas dadanya, kuhisap, kujilat. Mbak Afif mendesah pelan. Ia benar-benar menikmatinya. Gantian aku permainkan puting susunya, kiri kanan-kiri kanan. Lalu aku menuju ke bawah, pusarnya kujilati, dan akhirnya sampai di bulu-bulu tipis. Kucium aroma khas wanita. Lalu lidahku bermain disana.
“Aahkkk…..Ren….akh…geli”,kata mbak Afif. Ia mencengkram kepalaku sambil pahanya mengapit kepalaku. Ia tak kuasa dan berteriak, “REENN….AAKKHH…, sudah ren plisss”. Tapi aku masih terus dan terus. Dari vaginanya pun mulai basah oleh lendir kewanitaan. Hingga kemudian akupun menyudahinya. Nafasnya memburu dan tersengal-sengal.
“Enak mbak?”, tanyaku.
“Iya ren, enak banget”, jawabnya.
“Gantian mbak, sekarang punyaku yang mbak isep”, kataku.
Mbak Afif menurut, Aku berlutut dan ia duduk. Di isapnya punyaku. Maklum ia belum pro, jadi langsung dimasukan ke mulutnya dan disedot.
“Jangan gitu mbak”, kataku.
“Gimana Ren? Punyamu baunya aneh”, jawabnya.
“Punyamu juga, dijilati dong, dikasih ludah, trus ujungnya dikulum seperti permen trus dikocok pake mulut”, kataku.
Ia pun mengiyakan. Dilakukannya apa yang kuinstruksikan. Dan akhirnya, ia pun melakukannya. Dijilatinya ujungku sampai telurnya. Diludahinya punyaku lalu dikulum ujungnya dan diisap. Sambil itu ia kocok dengan mulutnya dan sesekali dengan tangannya ia mengocok sambil menghisap. Aku tak kuasa menahan ini. Ingin rasanya aku meledak di mulutnya, tapi aku tahan sebisanya.
“Udah mbak, udah cukup”, kataku.
“Punyamu mengeluarkan sesuatu Ren, asin rasanya. Kamu pipis ya?”, tanyanya.
“Nggak mbak, maklum itu tadi sedikit mani keluar. Habis mbak jago sih”, jawabku.
ia tersenyum, “Aku rela koq Ren kalau seandainya kamu pipis di mulut mbak”.
Perkataannya itu membuatku terangsang. Dan aku pun sudah berada di atasnya sekarang. Kami dalam posisi standar.
“OK, mbak, ini agak sakit, aku juga belum pernah melakukannya”, kataku.
“Lakukan aja Ren, mbak ikhlas koq”, katanya.
Punya mbak Afif sudah basah, punyaku juga basah. Dan saat itulah aku memasukkannya, sreett…..ughh…ujungnya aja seret. Lagi, sreettt…., tampak mbak Afif menahan sakit dengan mencengkram pundakku. Aku mencoba memompa maju mundur agar lebih mudah, dan penisku seperti diremas-remas dengan kuat, Akupun akhirnya bisa masuk semua ….blesss. Masuk semua rasanya lebih enak. Dan penisku masih seperti diremas-remas. Kali ini remasannya lebih kuat dari sebelumnya.
Akupun menggoyang maju mundur. Mbak Afif diam saja menerima seranganku. Nikmat banget, baru kali ini aku bercinta, dan ini dengan saudara tiriku sendiri. Aku terus menerus menghujam penisku , dan tak terasa mbak Afif pun menikmatinya, aku bisa merasakan pantatnya di sodokkan ke depan dan cengkramannya makin kuat. Aku tak tahan lagi nih.
“Mbak, aku …ma…u…ke…luar…., sudah mentok di ujung”, kataku.
“Ren…, mbak juga rasanya mau pipis….”, katanya.
“Disemprotin di mana nih mbak?”, tanyaku.
“Di dalem aja Ren, mbak ikhlas punya anak darimu”, katanya.
“Makasih mbak…ooooohhh……”, akupun menyemprot di dalam rahimnya. Banyak sekali, punyaku sampai berkedut-kedut. Akupun menindih kakakku. Dada kami bertemu dan kutatap wajahnya. Tampak air mata membasahi pipinya.
“Kenapa mbak?”, tanyaku.
“Nggak apa-apa Ren. Rendy benar-benar cinta sama mbak kan?”, tanyanya.
“Iya mbak, kalau mbak mau Rendy akan balas dendam ke mama”, jawabku.
“Balas dendam?”, tanyanya heran.
“Iya, atas perbuatan mama ke mbak”, entah apa yang aku pikirkan kala itu. Kami pun tak lama tertidur. Aku memeluk mbak Afif dalam tidurku.
Jam menunjukkan pukul 12 siang ketika aku bangun. Mbak Afif masih dalam pelukanku. Nikmat sekali percintaan kami barusan. Aku membangunkan mbak Afif.
“Mbak udah jam 12 nih”, kataku.
Ia bangun dan tersentak. “Wah, iya, mbak belum nyiapin makanan buat nanti sore”. Ia mau meninggalkan ranjang, tapi aku menahannya.
“Ada apa Ren?”, tanyanya.
“Hisepin dulu mbak”, kataku sambil memperlihatkan punyaku yang tegang setelah bangun tidur.
“Ah adik mbak ini, kalau sudah ada kesempatan, pinginnya”, katanya sambil tersenyum.
Aku berdiri dan mbak Afif berlutut, Ia menghisapi penisku, mengulumnya, mengocoknya. Aku hanya mendesah, Ia lakukan sangat profesional, mungkin setelah pengalaman tadi ia sedikit ahli, walaupun ia sedikit kasar ketika mengocoknya dnegan tangan. Kurasakan giginya sedikit mengenai penisku yang membuatku makin greng.
“Sedikit lagi mbak, mau nyampe”, kataku sambil memegang kepalanya. Dan memang tak berapa lama kemudian, Muncratlah mani itu di mulut kakakku. Mbak Afif menghentikan aktifitasnya. Ia hanya mengocok punyaku dan ia berdiri. Punyaku tampak sedikit menetes air mani sisa-sisanya. Ia ludahkan spermaku ke tangannya.
“Nih, spermamu Ren, hangat kental, amis dan asin”, katanya. “Mbak mau muntah rasanya, tapi demi Rendy, mbak rela koq melakukannya”
Akupun memeluk mbak Afif. Akupun sudah mulai punya rencana untuk balas dendam ke ibuku yang jahat.,,,,,,,,,,,