Cerita Mesum Dewasa – cerita bokep ini adalah cerita seks ku yang berawal dari pertemuan ku dengan si berondong. Ini lah awal dari kisah panas ku.. Aku kini benar-benar terbangun setelah mendengar dengkuran Mas Har beberapa lamanya, Kuperhatikan dada dan perutnya yang padat lemak itu naik-turun seirama dengan suara dengkur yang makin menjengkelkanku. Aku turun dari ranjang dan berjalan menuju cermin besar di kamar tidur kami. Kupandangi dan kukagumi sendiri tubuh telanjangku yang masih langsing dan cukup kencang di usiaku yang tigapuluhan. Kulitku masih cukup mulus dan putih, payudaraku tetap bulat dan kenyal, pas benar dengan bra 37B warna pink favoritku saat kuliah. Dan wajahku masih halus, semua terawat oleh kosmetik yang aku dapatkan dari uang Mas Har. Ah, aku masih sangat menarik.
Tentu saja, tanda-tanda ketuaan tak bisa dihindari, namun tubuhku belum pernah melar karena hamil, apalagi melahirkan. Aku masih ingin meniti karierku, aku ini wanita yang menikmati kekuasaan. Dan menikah dengan Mas Har membuka lebar-lebar kesempatan untuk meraih ambisi itu. Kualihkan pandangan pada sosok lelaki tambun di ranjangku. Mas Har yang dulu tampil sangat jantan, bisa sangat berubah dalam waktu 12 tahun. Rambut halus di dada dan perutnya dulu yang selalu membuatku bergairah bila dipeluknya, kini tumbuh makin lebat dan liar, sedangkan Mas Har tidak pernah mau mencukurnya. Perutnya yang kokoh dulu kini ditutupi oleh selimut lemak yang sangat tebal. Memang otot dada dan tangannya yang kekar masih bertahan. Namun kalau aku bercinta dengan Mas har sekarang, rasanya aku sedang ditiduri oleh seekor gorilla. Memuakkan.
Mas Har memuaskan nafsuku Meski begitu, hasratku akhir-akhir ini makin tak tertahankan. Seringkali, akulah yang meminta duluan ke Mas Har untuk memuaskan nafsuku. Namun gara-gara stamina Mas Har yang loyo di usianya yang setengah abad lebih, aku hampir pasti tidak terpuaskan dan kebanyakan aku sendiri yang menyelesaikan “tugas” Mas Har. Sama seperti yang terjadi sore ini, tinggal sebentar lagi aku merasakan orgasme, tiba-tiba Mas Har keluar, dan dengan napas tersengal-sengal ia membelai-belai tubuhku kemudian tertidur lelap di sampingku. Lagi-lagi harus jari-jariku sendiri yang memuaskanku. Aku sudah tak tahan. Aku tidak peduli lagi pada nilai dan norma yang berlaku bagiku sebagai perempuan. Kubulatkan tekadku, kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bekas cumbuan suamiku yang memuakkan. Selesai sarapan Mas Har pamit padaku dan mengatakan betapa menyesalnya dia harus meninggalkanku akhir pekan ini ke Singapura, demi kepentingan lobby perusahaannya. Mas Har memang pernah menawarkan padaku untuk pergi bersamanya, tapi aku menolak dengan alasan aku lelah dengan pekerjaan kantorku dan sedang tidak ingin pergi begitu jauh hanya untuk berbelanja. Dan kesempatan ini akan aku gunakan sebaik-baiknya. Sore ini aku akan punya kegiatan yang lebih menarik dari sekedar berbelanja, di Singapura sekalipun. Supir kami mengantar Mas Har pergi dan 30 menit kemudian aku pergi menuju kantor membawa sedanku sendiri. Angga membawa sebotol minuman Setelah makan siang aku kembali ke kantor dan menyelesaikan sebagian pekerjaanku hari itu dan dua jam sebelum waktu pulang, aku menyerahkan sisa pekerjaan itu ke bawahanku. Mereka tidak terlalu senang dengan tugas mendadak itu, tapi nampaknya mereka sudah terbiasa dengan perangaiku. Mereka paham bahwa aku tidak ingin menjadi lelah, karena sepulang kerja nanti aku akan pergi bersama teman-temanku, eksekutif wanita muda yang lain. Hanya saja mereka tidak tahu kalau hari itu, aku sudah membatalkan acara jalan-jalan kami. Kukemudikan sedanku ke arah rumahku, namun kemudian berbelok menuju tempat lain. Sekitar 15 menit kemudian aku berhenti di samping sebuah lapangan basket di dalam suatu perumahan.
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : PERAWANKU DIAMBIL PACAR dan DIRIKU HEBAT BERHASIL MEMUASKAN SI TANTE DEWI
Di sana sejumlah remaja SMU sedang bermain. Aku turun dari
mobilku dan duduk di samping lapangan tempat tas-tas mereka diletakkan, lalu
menyaksikan permainan mereka. Salah satu dari mereka, mengenakan kostum basket
warna merah, yang kemudian melihatku, tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku
membalas dengan cara serupa. Dia adalah Angga, anak salah satu bawahanku yang
sedang kutugaskan pergi ke luar kota selama beberapa hari. Hubunganku dengan
keluarga mereka cukup akrab untuk mengetahui bahwa Angga mengikuti latihan
basket dua kali seminggu di sana. Sepuluh menit kemudian permainan berakhir dan
sejumlah remaja itu menuju ke tas mereka, yaitu ke arahku. Aku berjalan menuju
Angga membawa sebotol minuman yang sudah kusiapkan pagi tadi. “Ang, minum dulu
nih. Ternyata tadi di mobil Tante masih ada sebotol”, tawarku. “Oh iya, Tante,
makasih!”, jawabnya tersengal. Nampaknya ia masih kelelahan. Angga mengambil
botol dari tanganku dan segera menghabiskan isinya. Kami berjalan menuju
tasnya. Dan ia mengeluarkan handuk untuk menyeka keringatnya. Aku mengintip
sebentar ke dalam tasnya dan bersyukur aku memberikan botol minumanku kepada
Angga sebelum ia sempat mengambil minuman bekalnya sendiri. Sebagai pemain
basket, Angga cukup tinggi. Dari tinggi badanku yang 168 cm kuperkirakan kalau
tinggi Angga sekitar 180-an cm. Bisa kuperhatikan tangan Angga cukup kekar
untuk anak seusianya, sepertinya olahraga basket benar-benar melatih fisiknya.
Figur badannya menunjukkan potensinya sebagai atlet basket. Aku beralih ke
wajahnya yang masih nampak imut walau basah oleh keringat. Dengan kulit yang
kuning, wajahnya benar-benar manis. Aku tersenyum.
Setelah menyeka wajahnya, Angga memperhatikanku sebentar dan berkata, “Tante Nia dari kantor? Kok pake ke sini?” “Nggak, males aja mau ke rumah, enggak ada temannya sih. Om Harry lagi ke Singapura. Jadi tante jalan-jalan.. terus ternyata lewat deket-deket sini, sekalian aja mampir..” ujarku setengah merajuk. Ia beralih sebentar untuk ngobrol dan bercanda dengan temannya. “Sama dong Tante, Angga lagi males nih di rumah, nggak ada orang sih!” “Nggak ada orang? Ibu sama adik kamu ke mana?” “Nginep di rumah nenek, besok sore pulang. Aku disuruh jaga rumah sendirian”. Angga menaruh handuknya dan duduk di sampingku. “Oh, kebetulan banget ya..” kata-kata itu tiba-tiba terlepas dari mulutku. Yang dikatakan Angga benar-benar di luar dugaanku, tapi justru membuat keadaan jadi lebih baik. Aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari tempat ber.. “Kenapa, Tante? Kebetulan gimana?” “Iya, kebetulan aja kita sama-sama cari teman..” Angga tersenyum. “Sebenarnya.. Ehh.. Tante ada perlu sih ke rumahmu. Ada file laporan penting yang harus diambil segera, padahal papa kamu masih di luar kota. Kira-kira bisa nggak ya, tante ke rumahmu ngambil file itu? Tante sudah bilang kok sama Papa kamu, katanya tante disuruh ngambil aja di rumah..” “Oh, nggak apa-apa kok. Cuma mungkin agak lama ya, Tante. Soalnya aku musti cari-cari kunci cadangannya lemari papa. Biasanya selalu dikunci sih, kalau pergi-pergi. ” “Nggak masalah, Tante nggak buru-buru. Kita pergi sekarang?”. Angga mengangguk lalu kami berjalan menuju mobilku. Angga melambaikan tangan pada teman-temannya dan meneriakkan kata-kata perpisahan. Kuperhatikan teman-teman Angga saling berbisik dan tertawa-tawa kecil melihat kami pergi. “Di rumah benar-benar nggak ada orang yah, Ang?” “Cuma aku doang, Tante. Untungnya sih Mama ngasih uang lumayan buat cari makan.” “Aduh.. Kaciann..” kataku manja. “Tapi biasanya seumuran kamu pasti ada pacar yang nemenin kemana-mana kan..” Angga menoleh dan tersenyum padaku. “Wah, Angga nggak punya Tante.
Belum ada yang mau!” “Ah, masa? Cowok keren kaya kamu gini
loh!” Kutepuk pelan lengannya, mencoba merasakan sejenak kekokohannya. “Kalau
Tante sih, sudah dari dulu Angga tante sabet!” Angga hanya tertawa ramah, ia
sudah biasa dengan gaya bercandaku yang agak genit itu. Padahal sebenarnya,
sosok Angga benar-benar sudah mempesonaku saat ia diperkenalkan padaku dan Mas
Har setahun yang lalu. Dosis ekstra pada minuman Angga Perjalanan ke rumah
Angga memakan waktu sekitar 30 menit karena jalanan sudah penuh oleh
mobil-mobil orang lain yang menuju rumah masing-masing. Dalam perjalanan aku
tetap memperhatikan Angga. Aku ingin tahu apakah minuman yang tadi Angga minum
sudah menunjukkan reaksinya. Biasanya aku menggunakan obat itu untuk memancing
nafsu Mas Har dan mempertahankan staminanya. Aku mungkin sudah gila.. Mencoba
untuk tidur dengan bocah SMU anak pegawaiku sendiri.. Tapi biarlah.. Gelegak di
diriku sudah tak mampu lagi aku bendung. Tadi pagi aku memberikan dosis ekstra
pada minuman yang kuberikan pada Angga, dan sekarang aku penasaran akan efeknya
pada tubuh muda Angga. Bisa kulihat sekarang napas Angga mulai naik-turun lagi
setelah sempat tenang duduk dalam mobil. Duduknya juga nampak sedikit gelisah.
Aku menepi. Kami sudah sampai. Ia membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk.
Aku duduk nyaman di sofa ruang tamu dan ia menuju dapur untuk menyiapkan
segelas minuman buatku. Rumah Angga tidak besar, sekedar cukup untuk tinggal
empat orang.
Sekali lagi aku menanyakan pada diriku sendiri, apakah aku ingin melakukan hal ini.. Dan sedetik kemudian aku menjawab: aku memang benar-benar menginginkannya.. Kutanggalkan jas dan blazerku, menyisakan sebuah tank-top putih untuk melekat di bagian atas tubuhku. Tadi pagi aku sudah mematut diri di kaca dengan tank-top ini. Sebenarnya ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuranku, hingga cukup ketat untuk memperlihatkan dengan jelas bentuk payudaraku, bahkan puting susuku. Aku tersenyum geli ketika meihat diriku di cermin pagi itu. Rok miniku kutarik sedikit lebih tinggi, dan kusilangkan kakiku sedemikian rupa hingga Angga yang nanti kembali dari dapur akan memperhatikan pahaku yang mulus. Angga keluar beberapa menit kemudian membawakan segelas sirup dengan batu es. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju meja di depanku. “Panas banget, Ang. Makanya Tante copot blazernya”, kataku setengah mengeluh. “Iya, memang di sini nggak ada AC seperti di rumah Tante”. Suara Angga sedikit terbata, nafasnya naik-turun, dan mencoba tersenyum. Kulihat Angga juga berkeringat, tapi aku tahu hal itu bukan hanya karena panas yang ada di ruang tamu ini. Aku mengambil gelas yang dingin itu dan menggosokkannya pada bagian bawah leherku yang berkeringat. Segar sekali.. “Ahh.. Seger baget Ang. ” Angga menelan ludahnya. Kuminum sedikit sirup itu. “Uhh.. Top banget. Enak, Ang”, ujarku setengah mendesah. “Hmm.. Tante.. Angga.. Angga cari kunci lemarinya papa dulu ya..” kata Angga. Anak ini pemalu juga, kataku dalam hati. “Oh, iya deh, Tante tunggu. ” Angga kemudian bergegas menuju satu lemari besar di samping sofa dan mulai membuka laci-lacinya. Aku bersabar sedikit lebih lama. Aku tahu dari tingkah laku Angga yang makin gelisah, kalau obat itu sebentar lagi akan benar-benar memberi efek. Setelah 10 menit mencari dan belum menemukan kuci itu. Aku berjalan ke arah Angga yang masih membungkuk, mencari kunci itu di salah satu laci. “Ang.. Apa nggak lebih baik..” Angga lalu berdiri dan membalikkan badannya menghadapku. Aku tahu dia sempat mencuri pandang ke arah dadaku sebelum melihat wajahku. Ia menelan ludahnya. Aku mendekat padanya hingga jika aku melangkah sekali lagi tubuhku akan langsung bersentuhan dengannya. Angga mencoba mundur, tapi lemari besar itu menghalanginya.
Baca Juga Cerita Seks Panas : KENANGAN KETIKA PERAWANKU DIRENGGUT ORANG
“Kenapa..? Tante..?”, nafasnya terasa menyentuh dahiku. Aku
mendongak sedikit, menatap wajahnya. “Lebih baik kamu..” Tanganku meraba otot
bisepnya, padat.. “Mandi dulu..” Tanganku yang satu menyentuh tepi bawah kostum
basketnya.. “Terus ganti baju..” Kedua tanganku mulai mengangkat kausnya.. “Kan,
kamu keringetan gini..” Tanganku setengah meraba otot-otot perutnya yang keras
sambil terus membawa kausnya ke atas.. “Nanti.. Kuncinya.. Dicari lagi..”
Dadanya cukup kokoh, dan terasa sekali paru-parunya mengembang dan mengempis
semakin cepat, jantungnya berdegup kencang.. Wajahku terasa panas, jantungku
ikut berdetak cepat. Angga mengangkat lengannya dan berkata, “Ya Tante..” Tapi
suara Angga lebih mirip desahan berat. Kuangkat lagi kausnya ke atas dan Angga
dengan cepat meneruskan pekerjaanku dan kemudian melemparkan kausnya ke
samping. Angga sekarang bertelanjang dada, dengan celana selutut masih
dikenakannya. Aku merapatkan badanku padanya namun tiba-tiba aku berhenti
setelah merasakan sesuatu mengenai perutku. Aku mundur sedikit dan melihat ke
arah dari mana sentuhan di perutku berasal. “Oh..!”, bisikku sedikit terkejut.
Dari dalam celananya terlihat tonjolan yang cukup panjang dan besar. Penis
Angga.. Siluetnya terlihat jelas dari celana basketnya yang longgar. Aku
melihat wajah Angga. Ia juga melihat tonjolan di celananya itu, sedikit
terkejut, kemudian melihatku. Napasnya menderu. “Eh, maaf tante.. aku.. Nggak
pernah.. Pake..” “Celana dalam? Nggak.. Pernah..?” potongku. Ia hanya
menggeleng dan kembali menatapku. Aku tersenyum. “Nggak apa-apa.. Lebih baik
gitu..” Wajah imutnya memperlihatkan keterkejutan. Tapi aku segera kembali
merapatkan tubuhku dan maju lebih berani.
Kucengkram batang kemaluannya dari luar celananya. Angga
napak semakin terkejut dan badannya berguncang sedikit. Kemudian semua berjalan
menuruti nafsu kami yang bergelora. Angga memelukku, membawa bibirku rapat ke
bibirnya dan melakukan ciuman paling bernafsu yang pernah aku terima dalam satu
dekade ini. Lidahnya bergelut liar dengan lidahku, bibirku digigitnya pelan..
Kupegang kepalanya dan kurapatkan terus dengan wajahku. Kuacak-acak rambutnya
seakan aku ingin seluruh tubuhnya masuk ke dalam ragaku. Angga mencoba
menyudahi ciuman itu. Aku khawatir ia akan menolak untuk bertindak lebih jauh,
hingga aku tidak membiarkannya. Tapi aku sudah sulit mengatur napasku, dan
akhirnya kulepaskan wajahnya. Aku tersengal, mencoba menghirup udara
sebanyak-banyaknya. Ternyata Angga sama sekali tidak berhenti. Saat aku
ditaklukkan nafsu saat berciuman tadi, Angga sudah berhasil melepaskan
tank-topku tanpa sedikitpun aku menyadarinya. Tank-top itu kini berada di bawah
kakiku. Dan kini Angga mulai menghisap dan menjilati leherku dengan buas.
“Ohh.. Anngghh..” ini dia yang selama ini kudambakan, gairah dan energi yang
begitu meluap.. Lidah Angga bergerak lagi ke bawah.. Membasahi belahan dadaku..
Berputar sebentar di sekitar puting kiriku, memberikan sensasi geli yang
nikmat.. Kemudian Angga melahap payudaraku. “Ouuhh.. Kamu.. Ahh.. Kurang ajar
yahh.. Hmmpphh.. Terusin Anngg.. Ahh.. Mmmhh..” Bocah ini.. Benar-benar
bernafsu.. Ia lalu melakukan hal sama pada payudaraku yang sebelah kanan dan
segera membawaku ke ambang orgasme.. Aku merasakannya.. Sedikit lagi.. Tapi ia
tiba-tiba berhenti, membuatku melihat ke bawah, ingin tahu apa yang terjadi. Ia
berlutut, dan mencoba melepaskan rok miniku. Tanganku bergerak cepat membantu
Angga dan dua detik kemudian rok itu sudah jatuh ke lantai. Aku mencoba
melepaskan pula celana dalamku, namun Angga lebih cepat.. Ia merobeknya..
Sejurus kemudian lidahnya beraksi lagi.. Dalam liang kewanitaanku.. “Anggahh..
Kamuhh.. Nggak sopann..” Kumajukan pinggulku, rasanya aku ingin membenamkan
seluruh wajah Angga ke dalam vaginaku.. Lidah Angga yang tak terlatih,
membuatku harus membantunya menyentuh daerah yang tepat dengan menggerakkan
kepala bocah itu. “Uuuhh.. Di sini Anngghh.. Ohh.. Yeeaahh..!!” Angga terus
bergerilya dalam gua-ku hingga aku merasakan gelombang kenikmatan yang hebat.
“Angghh.. Tante.. Mau.. Aaahh!!” Tubuhku menggeliat seiring
dengan orgasme yang melandaku. Angga dengan liar menjilati cairan-ku sampai
tetes yang terakhir. Kakiku terasa lemas.. Pelan-pelan aku terduduk.. Dan
kemudian berbaring di lantai.. Merasakan sisa-sisa kenikmatan yang telah Angga
berikan sambil terengah-engah.. Aku melihat ke arah Angga. Ia juga sedang
terengah-engah. Badannya berdiri kokoh di hadapanku. Badan kekarnya yang
berkeringat, berkilat oleh pantulan matahari sore yang menerobos jendela kamar.
Dan.. Tak ada lagi celana basket yang melekat di badan itu. Pistolnya..
Mengacung tegak ke arahku. Batangnya begitu besar.. Pasti lebih dari 20 cm, dan
tebal. Rambut tipis dari kemaluannya berlanjut ke atas menuju pusarnya. Oh..
Begitu muda dan gagah.. “Tante.. Aku..” “Giliran Tante, Ang!” Aku berdiri,
menghimpit tubuhnya dan menjilati badan remaja itu. Tangannya yang kuat
mengelus mendekapku sambil mengusap punggungku. Saat kugigit-gigit putingnya,
Angga mendesah perlahan dan rambutku diacaknya. Tanganku dengan mudah mendapati
penisnya, kemudian kukocok pelan. Sementara itu lidahku mengembara di otot-otot
perut Angga. Penis Angga terlalu besar Kini aku sampai pada pusarnya. Lidahku
terus bergerak turun dan kulahap pucuk batang kejantanan Angga. Angga
menggeram. Kukulum batangnya dan aku puas mendengar Angga terus mendesah.
“Ooohh.. Tante.. Ahh..” Kucoba untuk menelan lebih dalam, tapi ukuran penis
Angga terlalu besar. Sudah saatnya.. “Ayo Ang, biar tante ajarin caranya jadi
lelaki..” Kuajak dia berbaring di lantai, lalu pelan-pelan aku duduk di
perutnya sambil memasukkan pistol Angga ke ’sarung’-nya, memastikan agar aku
mendapatkan kenikmatan yang aku mau. “Aaahh.. Angga.. Punya kamuhh.. Besaarr..
Uuhh..” Aku membelai dadanya, dan mulai bergerak naik-turun. Angga melenguh dan
memejamkan mata, meresapi setiap gerakan yang kubuat. “Uuuhh.. Eegghh.. Aduhh..
Nggak pernah.. Angga.. Ngerasain.. Enak kaya ginihh..” Setelah mulai terbiasa
dengan ritmeku, Angga membuka matanya. Tangannya memegang kedua payudaraku yang
naik turun. “Tante Nia.. Oohh.. Seksi banget.. Ahh..” Ia memerasnya.. Dan
terasa sangat nikmat.. Kini aku yang menghayati permainan Angga.
Tapi aku segera tersadar, kali ini AKU yang akan memuaskan
Angga. Aku mempercepat gerakanku, sambil sesekali memutar-mutar pinggulku.
“Ohh.. Tante.. Terusiinn.. Enaakk.. Aahh.. Mmmhh..” Tangannya beralih ke pantatku,
mencoba ikut mengatur ritmeku. Kuberikan apa yang Angga minta, kujepit
batangnya dan aku semakin bergoyang menggila. “Gini kan.. Mau kamu, Angghh..
Ehh..” “Uhh.. Yaa.. Ohh.. Aaagghh.. Kenceng bangett.. Ayo tante..” Aku bagai
lupa daratan, kenikmatan yang kurasa benar-benar membius, dan sebentar lagi..
Tinggal sebentar.. “Tantee.. Oooaagghh!! Oh, yeaahh!!” “Annggaa.. Aaagghh..
Ohh.. Ohh..” Aku merasakan kenikmatan paling dahsyat dalam hidupku, bersamaan
dengan ejakulasi Angga. Kami berpelukan, berguling sementara Angga masih
meneruskan tikaman penisnya dalam vaginaku, membawaku semakin jauh dari dunia
ini.. “Ohh.. Anggaa.. Ohh.. Kamu.. Udahh.. Bukan perjaka.. Lagi.. Ahh..” Ia
menciumiku, memanjakan payudaraku, membelai-belai rambutku.. Dengan napas yang
tersengal-sengal Angga berbisik di telingaku, “Duhh.. Nggak nyangkah.. Tante..
Nakal banget.. Ahh.. Tapi Angga.. Suka.. Dinakalin.. Tante.. Ehh.. Kontol Angga
masih ngaceng nihh.. ehh.. Mau Tante apain lagi..?”
MALANG YANG INDAH
Aku segera menekan bel yang ada pada pintu gerbang, Beberapa saat kemudian pintu gerbang dibuka, Seorang satpam berbadan super gemuk mengamatiku, lalu menegurku. “Cari siapa mas..?” tanyanya. “Apa betul ini rumah Oom Fadly..?” tanyaku balik. “Ya betul.. Mas ini siapa?” tanyanya lagi. “Saya keponakan Oom Fadly dari Jember.” “Kenapa nggak bilang dari tadi, Mas pasti Den Sony, kan..? Tuan sedang keluar kota, tapi Nyonya ada lagi nungguin.” Sekejap aku sudah berada di ruangan dalam rumah mewah yang diisi perabotan yang serba lux. Tak lama kemudian seorang wanita cantik berkulit putih bersih dan bertubuh seksi muncul dari ruang dalam. Kalau kutebak usianya sekitar 30 tahunan, tapi bagikan seorang gadis yang masih perawan. Dia tersenyum begitu melihatku, “Kok terlambat Son..? Tante pikir kamu nggak jadi datang..” ucap wanita seksi itu sambil terus memandangiku. “Iya Tante.. ma’afin Sony ya..” jawabku pendek. “Ya sudah.., kamu datang saja Tante sangat senang.. Pak Lendra.., antarkan Sony ke kamarnya..!” perintah Tante Juliet pada Lendra. Lalu aku mengikuti Pak Lendra menuju sebuah kamar yang ada di bagian bawah tangga. Aku cukup senang menempati kamar itu, karena aku langsung tertidur sampai sore hari. Ketika bangun aku segera mandi, lalu berganti pakaian. Setelah itu aku keluar kamar hendak jalan-jalan di halamanbelakang yang luas. Ketika sedang asik menghayal, tiba-tiba suara lembut dan manja menegurku. Aku agak kaget dan menoleh ke belakang.
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : NGENTOT MANTAN MURID dan PENGALAMAN PERTAMA PERAWANKU DIRENGGUT PACAR
Ternyata tanteku yang sore itu mengenakan kimono dengan
rokok Marlboro di tangannya, rupanya ia baru bangun tidur. “Oh Tante..” sapaku
kikuk. Tante tersenyum, dan pandangan yang nakal tertuju pada dadaku yang
bidang dan berbulu. “Kamu sudah mandi ya, Son..? Tampan sekali kamu..” kata
tanteku memuji. Aku kaget bukan main ketika ia mendekatiku, tangannya langsung
mengelu-elus bagian penisku, tentu saja aku jadi salah tingkah. “Saya mau ke
kamar dulu Tante..” kataku takut kalau nanti dilihat Oom Fadly. “Tunggu
sebentar Son, Tante ingin minta tolong sama kamu.. Sony mau khan mijitin kaki
Tante.., soalnya keseleo waktu main bola tadi..” kata Tante Juliet sambil
merengek. Lalu dia duduk seenaknya, hingga kimono yang tidak dikancing
seluruhnya tersingkap, dan bagian dalam tante terlihat olehku. Gila.., ternyata
ia tidak memakai CD, sempat juga kulihat bulu-bulu tipis di sekitar kemaluannya
seperti habis dicukur. Aku menahan nafas dan mencoba mengalihkan pandangan,
tapi Tante Juliet yang tahu hal itu malah menarik lenganku dan mengangkat kaki
kanannya menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha
tante yang mulus dan padat itu. “Tolong diurut ya Son.., tapi pelan-pelan aja
ya..” ucapnya lembut. Terpaksa aku memijit betis tanteku, meskipun hatiku cemas
dan bingung. Apalagi ketika aku mencuri pandang melihat paha dan
selangkanganya, sehingga nampak sekilas bagian yang berwarna merah muda itu.
Tanteku melirik ke arahku sambil tersenyum genit, aku semakin bingung dan malu.
Itu pengalamanku di hari pertama di rumah Oom Fadly. Sudah tiga Hari Oom Fadly
belum pulang juga, padahal aku ingin bertemu dengannya, sedangkan tiap malam
aku diminta oleh tante untuk menemaninya ngobrol, bahkan tidak jarang disuruh
menemani menonton VCD porno. Benar-benar gila.Hingga pada suatu malam tanteku
merintih kesakitan. Waktu itu tante sedang nonton TV sendirian. Tiba-tiba
wanita itu memekik, “Achh.., aduh.., tolong Son..!” keluhnya sambil memegangi
keningnya. “Kenapa Tante..?” tanyaku kaget dan khawatir. “Kepala Tante agak
pusing.., aduh.. tolong bawa Tante ke kamar Son..!” keluh tante sambil
memegangi kepalanya. Aku jadi kebingungan dan serba salah. “Saya panggil Pak
Lendra dulu ya Tante..?” usulku sambil ingin pergi. Tapi dengan cepat tanteku
melarangnya, “Nggak usah Son, lagi pula Pak Lendra Tante suruh ke Palangkaraya
ngawal barang.
” Aku jadi bertambah bingung. Terpaksa kutuntun tanteku
untuk naik ke ruang atas. Tante merebahkan kepalanya pada pelukanku, aku jadi
gemeteran sambil terus menaiki tangga.Sesampainya di dalam kamar, tante
merebahkan tubuhnya yang seksi itu dengan telentang. Aku menarik napas lega dan
bermaksud meninggalkan kamar. Baru saja kubalikkan tubuh, suara lembut itu
melarangku. “Kamu mau kemana..? Jangan tinggalkan Tante.., tolong pijitin
Tante.. Son..!” Mendengar itu seluruh tubuhku jadi teringat pesan papa agar
menuruti perkataan Oom dan Tanteku. Perlahan kubalikkan badan, ternyata tanteku
telah melepas kimononya. Dan kini hanya tinggal CD saja. Tubuhnya yang masih
padat membuat nafsuku naik, payudara yang masih montok dan menantang itu
membuat penisku mulai tegang, karena aku belum pernah melihat keindahan tubuh
wanita dalam keadaan telanjang seperti ini, apalagi tanteku menggeliat
perlahan. Desahan bibirnya yang tipis mengundang nafsu dan birahiku, dan
penisku semakin dibuatnya tegang. Kuberanikan diri melangkah menuju ranjang.
Begitu sampai, tanteku yang pura-pura pusing itu tiba-tiba bangkit, lalu
memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Wanita yang hipersex itu
dengan cepat melucuti seluruh pakaianku. “Jangan Tante.., jangan, saya takut..”
pintaku sambil mau memakai pakaianku kembali. “Kalo kamu menolak, Tante akan
teriak dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu mau memperkosa Tante..” ancam
tanteku. Aku hanya terdiam dan pasrah. Wanita itu kembali mencumbuku,
diciuminya dan dijilatinya tubuhku. Begitu tangan halusnya mengenggam penisku,
aku langsung membalas ciumannya dan mulai menjilati payudaranya, lalu kukulum
putingnya yang berwarna merah agak kecoklatan itu. Tanteku mendesah perlahan.
Selanjutnya kami memainkan posisi 69, sehingga penisku dihisap dan dikemutnya.
Nikmat sekali, kurenggangkan kedua pahanya sambil kujilat-jilat kemaluannya
yang mulai basah itu.
“Ahh.., ayo terus jilat Son..! Jangan berhenti..!” erang
tanteku keenakan. Rupanya tanteku mengeluarkan cairan dari dalam liang
kewanitaannya. Cairan itu memuncrat di wajahku, lalu kuhisap dan kutelan semua.
Aku semakin terangsang, kujilati lagi kali ini lebih dalam, bahkan sampai ke
duburnya. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku berdiri dan tante jongkok
sambil mengulum penisku yang sudah sangat tegang. Ternyata tanteku pandai
sekali menjilat penis, tidak sampai 30 menit aku sudah keluar. “Ahh.., ayo
Tante.., terus jilat sayang.., acchh..!” desahku sambil kudorong keluar masuk
di mulutnya penisku ini. “Tante.. Sony mau keluar nih.., achh.. yeahh..!”
erangku sambil kumuncratkan maniku di mulutnya. Tante menelan semua maniku,
bahkan masih mengocoknya berharap masih ada sisanya. Setelah beberapa saat
penisku mulai bangun kembali. Setelah tegang dibimbingnya penisku masuk ke
liang kewanitaannya. Kali ini aku di atas dan tante di bawah. Agak susah sih,
mungkin sudah lama tidak service oleh Oom Fadly. Setelah kepalanya masuk,
kudorong perlahan hingga masuk semuanya ke dalam. “Ayo Son..! Masukin dong
Sayang..!” pinta tanteku sambil menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah
karena ia sekarang berada di bawah. Akhirnya kudorong keluar masuk penisku
dengan gerakan yang cepat, sehingga semakin keras erangan tanteku. Beberapa
saat kemudian aku sudah ingin keluar, “Aahh..! Tante.., Sony udah mau keluar..,
ahh..!” kataku. “Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi nih..! Yeahh.. ohh..
ahh.., ***** me Son..! Kita barengan ya Sayang..? Oh.. yeah..!” Rupanya tanteku
juga hampir orgasme. Rasanya seperti ada yang memijat-mijat penisku dan kakinya
dilingkarkan ke pantatku. Tante bergetar hebat dan memelukku sambil kemaluannya
mengeluarkan cairan yang menyemprot penisku. Tidak lama aku juga mengeluarkan
air mani dan spermaku di dalam vaginanya. Terasa begitu nikmatnya dunia ini.
Akhirnya kami berdua terkapar lemas. “Hebat bener kamu Son.., Tante nggak
nyangka baru kali ini Tante merasakan kenikmatan yang luar biasa..!” tuturnya
dengan nafas terengah-engah. Aku diam tak menjawab, tapi dalam hati aku merasa
bersalah telah berhubungan dengan tanteku dan takut ketahuan Oom Fadly. Tante
turun dari ranjang tanpa busana, lalu dia menyalakan sebatang rokok.
“Bagaimana kalau Oom Fadly sampai tahu, Tante..? Saya takut.., saya merasa berdosa..” kataku lemah. Tapi tanteku malah tersenyum dan memelukku dengan mesra. “Asal kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagi pula Oommu itu udah nggak bisa melakukan hubungan badan sejak lama. Dia itu impotent, Son..!” tutur wanita tanpa busana yang penuh daya tarik itu. “Jadi semua ini Tante lakukan karena Oom Fadly tidak bisa menggauli Tante lagi, ya..?” tanyaku. “Ya. Bukan sekali ini saja Tante melakukan hal seperti ini.., sebelum sama kamu, Tante pernah melakukannya dengan beberapa teman tante. Terus terang Tante nggak tahan kalau 1 hari tidak disentuh atau dipeluk laki-laki..” tutur Tante. Aku jadi geleng kepala mendengar penjelasan tanteku. Lalu aku bergerak mau pergi, tapi dengan cepat tante menahanku dan mengusap-usap dadaku yang berbulu. “Son.., kamu harus bersihkan badanmu dulu.., mandilah supaya segar..!” ucapnya lembut. Aku tak menjawab hanya menarik nafas panjang, lalu melangkah ke kamar mandi. Tubuhku terasa letih namun puas juga. Demikianlah cerita bokep seks KEPERJAKAAN HILANG KARENA TANTE dan MALANG YANG INDAH oleh cerita sex hot