Sejak masa puber, saya telah menyadari homoseksualitasku. Di mana saja dan kapan saja, saya selalu memuaskan pandanganku dengan menikmati tubuh indah para lelaki. Diam-diam saya berharap bakal ada pria homo yang menyadari keberadaanku dan mau ngentotin lubang pantatku yang ketat dan menikmati kulitku yang putih mulus. Kebetulan, orangtuaku sedang menyewa para tukang bangunan untuk meninggikan lantai. + a
Rumahku memang langganan banjir dan sudah saatnya untuk mengakhiri semua itu dengan meninggikan rumah. Maka sejak hari Senin, rumahku selalu penuh kesibukan. Berhubung orangtuaku kerja, maka saya selalu diminta menjaga rumah. Tentu saja saya setuju! + a
Sejak jam 8 pagi, dua orang pekerja bangunan sedang sibuk memulai pekerjaannya. Tampang mereka jantan sekali. Meskipun kulit mereka agak gelap akibat sinar matahari, namun mereka terkesan macho sekali. Nama mereka Ujang dan Udin. Ujang lebih tua, sekitar tiga puluhan sedangkan Udin lebih muda. Nampaknya mereka teman baik. Diam-diam, saya sering mengintip mereka bekerja. + a
Kunikmati tubuh telanjang mereka yang berotot and berkilauan akibat keringat yang tertimpa cahaya matahari. Aahh.. Andai saja saya dapat meraba tubuh mereka. Lalu sebuah ide mesum muncul di benakku. Kebetulan, mereka sedang beristirahat di teras samping, tepat di luar kamarku sambil bercanda dan minum kopi. Tak susah bagi mereka jika mereka ingin mengintip jendelaku. + a
Maka saya pun menelanjangi diriku dan berbaring di ranjangku. Kontolku sudah menegang duluan, membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. Kuambil Men’s Health Indonesia edisi Januari 2004 di mana aktor tampan Marcelino Lefrandt berpose telanjang dada. Sambil memandangi wajah Marcelino dan juga tubuhnya yang berotot, saya mulai memainkan kontolku. Sengaja kusuarakan erangan tertahanku agar Ujang dan Udin mendengarnya. + a
“Aahh.. Oohh.. Mm.. Uuhh.. Hhoohh..” Dan mereka mendengarnya! + a
Dari sudut mataku, saya mengintip ke arah jendela. Ujang dan Udin, dengan mulut ternganga, memandangiku lekat-lekat. Sengaja kumiringkan majalah Men’s Health agar mereka dapat melihat objek fantasi mesumku. Kudengar Ujang berbisik. “Gile banget! Dia homo, Din. Lihat aja, masak dia coli sambil liatin foto cowok.” Tapi beberapa saat kemudian, mereka menghilang. Saya kecewa sekali, tapi berhubung tanggung maka saya meneruskan masturbasi. + a
+ a
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar-lebar. Di sana berdirilah Ujang dan Udin. Keduanya telah bugil dengan tubuh masih bersimbah keringat. Untuk pertama kalinya, saya berkesempatan untuk melihat kontol mereka yang tegang berdiri. Panjangnya sekitar 15 cm, cukup lumayan untuk kontol cowok macho. Kepala kontol mereka yang ungu kemerahan menatapku dengan tajam. Tanpa bicara, mereka berdua mendekatiku dan naik ke atas ranjangku. Udin mengambil Men’s Health dari tanganku dan membuangnya ke atas lantai sambil berkata. “Loe gak butuh cowok di majalah buat muasin loe. Loe cuman butuh kami berdua.” + a
Jantungku berdegup kencang, gugup sekali. Namun saya juga amat senang karena rencanaku berhasil. Ujang mengusap-ngusap dadaku dan meraba-raba tubuhku. Di matanya jelas terpancar nafsu birahi yang menggebu-gebu. + a
Y
“Loe putih dan mulus. Gua paling suka cowok Cina.” Ujang memiringkan kepalanya lalu memaksakan sebuah ciuman pada bibirku. Tentu saja saya tak menolaknya. Dengan nafsu yang tak kalah besar, saya menciuminya. Berkat tontonan VCD gay porno, saya tahu cara mencium seorang pria. Dengan nafsu, kulumat bibir bawahnya dan kupaksakan lidahku masuk. Ujang pun nampaknya ahli dalam berciuman. Begitu bibirnya menangkap lidahku, tanpa ragu, dia langsung menyedotnya. Aahh nikmat sekali. Tidak ada rasa jijik sedikit pun meski saya harus bertukar air liur dengan Ujang. + a
Sementara itu, Udin memposisikan kepalanya agar dia dapat menghisap kontolku. Berhubung kontolku tak disunat, dia harus menarik kulupku ke bawah terlebih dahulu. Kepala kemerahan yang basah dengan precum pun muncul. Sebutir precum nampak menyembul keluar dari lubang kencingku yang sempit. + a
“Mm.. Seksi sekali,” Udin berkomentar.Lalu dengan lahapnya, kontolku ditelannya dalam-dalam. Saya hanya dapat mengerang keenakkan saat kurasakan kepala kontolku yang amat sensitive bergesekkan dengan dinding dalam mulutnya. Aahh.. Hangat dan basah. + a
Ujang menghentikan ciumannya. Dengan pandangan penuh nafsu,dia mengontrol kepalaku dan membimbingnya turun. Saya amat memuja tubuhnya. Cepat-cepat kujilati tubuh kekarnya yang penuh keringat itu. Benar-benar tubuh maskulin yang amat sempurna, bagaikan patung Yunani kuno. Sungguh sulit dipercaya tubuh indah seperti itu adalah milik seorang abang tukang bangunan. Dadanya kujilati dan sempat kukulum salah satu putingnya yang berwarna coklat tua. Dapat kurasakan bulu-bulu halus di putingnya menggelitik mulutku. Aahh.. Nikmat sekali. + a
1 a
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ujang nampak puas dengan servis jilatku. Tubuhnya berkilauan dengan air liurku, dan dia pun makin ngaceng. Kontolnya menusuk-nusuk tubuhku, seolah ingin melubanginya. Saya tahu apa yang dia mau. Maka tanpa ragu, saya pengulum kontolnya. Begitu bibirku mengatup di antara batang kontolnya, bau khas laki-laki menusuk hidungku. + a
Jelas sekali Ujang malas membersihkan kontolnya. Bau pejuh kering bercampur dengan keringat serta air kencing berpadu menjadi satu. Saya merasa seperti disihir. Tanpa takut dan ragu, saya mulai memompa kontolnya dengan mulutku. Kuberikan servisku yang terbaik. Kujilati kepala kontolnya, lalu lubang kontolnya, dan juga bagian bawah kepala kontolnya. Ujang mengerang-ngerang kenikmatan, sambil meremas-remas dadaku. + a
“AARRGH!! Ya, hisap terus kontol gua.. Hisap gue.. Kontol Ujang memang yang terbaik.. Ayo, hisap yang kuat.. Aarrgghh..” Mendengar erangannya, saya menjadi semakin terangsang, apalagi Udin masih asyik menghisap kontolku. Ah, tak terbayang nikmatnya menghisap kontol cowok sambil dihisapin pula. Kontolku terus berdenyut, dan melelehkan cairan precum. Semuanya habis dijilat Udin yang haus akan cairan kelelakianku. SLURP! SLURP! Begitu bunyinya. + a
Semakin lama Udin menghisap kontolku, semakin besar keinginanku untuk ngecret di dalam mulutnya. Tekanan di dalam biji pelerku makin besar dan pelan-pelan pejuhku mulai mengalir naik. Astaga, sebentar lagi saya akan ngecret! Nafasku mulai memburu dan nampaknya Ujang dan Udin mengetahuinya. Dengan cekatan, Udin menekankan jari-jarinya tepat di bawah kontolku kuat-kuat. Dan pada saat itu pula, saya ngecret. + a,,,,,,,,,,,,,