Maafkan Aku Kawan, Ibumu Cantik

Author:

Maafkan Aku Kawan, Ibumu Cantik
Ini cerita yang kualami kurang lebih 2
tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X,
nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya
mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali
untuk satu hari. Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia
merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami
selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja,
saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini
kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang
gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya
memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani
dengan menghayalkan mama kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque
dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena
masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah
kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena
kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke
arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya
bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya,
saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang.
Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung
saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil
berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya
menghayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang.
Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan
serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak
berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit
takut mengingat kejadian tadi.
Karena temanku sudah memanggil,
maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar
rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang
berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk
menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas.
Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban “Ya”, lalu Tante Nita
mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya
dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja
saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena
balum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan
sedang bersetubuh dengan Tante Nita.
Sesampainya di rumah
tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin
saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami
pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling
rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah
tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante
Nita bertanya kepadaku, “Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu
yang terjatuh itu tadi..?”
Dengan terkejut saya menjawab, “Saya tidak melihat apa-apa, Tante…”
Lalu Tante Nita berkata, “Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante..”
Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.
Lalu Tante Nita bertanya lagi, “Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?”
Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, “Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante.”
Sesaat
Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan
hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan
saya dan mencium bibir saya. photomemek.com Tentu saja saya balas dengan ciuman
kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya
dalam keadaan yang sangat tegang.
Berbeda dengan tangan Tante
Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai
meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting
celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan
karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena
terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai
menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami,
Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya
keheranan.
Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, “Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?”
Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, “Terserah kamu sayang…”
Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.
Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, “Tante, bolekah saya membuka baju tante..?”
Dengan
sedikit kesal, Tante Nita menjawab, “Kamu boleh melakukan semua yang
ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya.”
Dengan terbata-bata saya menjawab, “Terima kasih Tante…”
Lalu Tante Nita berkata lagi, “Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya.”
Lalu saya menjawab, “Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita.”
Permainan
terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita.
Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya
sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita
dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara
desahan.
“Uuhhh… ahhh..,”
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan
menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap
payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan
keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting
payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya
melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan
agak hitam.
Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di
hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya
sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan
memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut,
kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di
dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak
rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan
kenikmatan yang hebat.
Kurang lebih 10 menit kemudian, saya
merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan
masturbasi dan saya mulai mengerang, “Aduh, Nita… saya sampai nih,
uh… uhhh… uuuhhh…”
Dan Tante Nita mulai mempercepat
permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam
mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh
sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat
Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas
dengan ciuman yang hangat dan liar.
Hanya dalam hitungan
beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti
apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita
berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan
perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru
langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara
kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan
kemaluannya.
Tante Nita berkata kepada saya, “Endy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih…”
Dengan tenang saya menjawab, “Iya Nita..,” dan saya mulai memeloroti CD-nya.
Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih.
Sejujurnya,
saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda
dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda.
Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan
lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya
mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan
sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji
tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.
“Endy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah… ah… uhhh…” desahnya.
Karena
merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat
jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita
menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.
“Uhhh… Tante sampai nihhh… ayo terus Ndyyy… ah… ehmmm… nikmat sekali.”
Lalu
saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan
saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya
merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat
Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya.
Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya
di kemaluan Tante Nita.
Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, “Ahh… ahhh… auuu… ehmmm… saya sampai, terus Ndyyy… uhh… ahhh… aahhh…”
Saya
merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya
menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya
menelannya.
Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa
kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan
saya meremas payudaranya.
Lalu Tante Nita membuka matanya dan
tersenyum nakal sambil berkata, “Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan
dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu.”
Dengan terkejut saya berkata, “Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang…”
Belum
selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, “Saya tahu
kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya..,
nggak apa-apa deh… tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu
harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan
kamu sama yang lainnya!”
Lalu saya tersenyum dan berkata, “Tante
nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain
kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita.”
“Kamu harus
ingat janji kamu yach… sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu
kamu kembali ke teman kamu… khan kamu mau barbeque khan..?” kata
Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar
kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.
Dengan cepat
saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil
bertanya kepada Tante Nita, “Tante.., kita sudah pergi berapa lama
sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?”
Dengan tenang Tante menjawab, “Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman.”
Lalu
kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku
masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa
kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga
memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke
arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali.
Beginilah
awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku.
Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang
bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan
masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Nita.
Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante
nita, tetapi yah…
Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak
kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar
dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali
dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah,
sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya
menggerutu, “Aduh, hari ini kok panas sekali…”Tetapi tiba-tiba saya
mendengar pembantu saya berteriak, “Mas Endy ada telpon tuh..!”
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, “Halo..?”

“Ini Endy yach..?” tanya orang lawan bicara saya.
Saya jawab, “Iya, disana siapa yach..?”
“Kamu udah lupa yach ama saya..?” dengan logat memancing.
Karena
merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, “Disana siapa sich
kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!”
“Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi.” kata lawan bicara saya lagi.
Mendengar
kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian
beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, “Oh, ini Tante
Nita yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih… Tante sich main-main
aja…”
Lalu Tante Nita berkata “Nggak mood yach..? Jadi sama Tante
juga nggak mood donk..? fantasiku.com Tadinya Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih,
abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh..”
Dengan cepat saya memotong, “Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?”
“Kamu
tenang aja deh… pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe
nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?” tanya Tante
Nita.
Tentu saja saya menjawab, “Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!”
Setelah
itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan
waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus
segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke
rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena
ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.
Sesampainya
di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu
samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan
saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab.
“Iya, bentar…” lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.
Di
depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih.
Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan
CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran
saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya
berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.
Setelah
itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan.
Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi,
segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera
membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.
Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, “Jangan di sini donk sayang..!”
“Dimana Tante..?” tanya saya.
“Di kamar Tante aja…” kata Tante Nita.
Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, “Jadi, tunggu apa lagi Tante..?”
Setelah
sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya,
Tante Nita tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang
waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Nita
dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk
meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan
dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera
menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah
Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Nita
sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya.
Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di
depan mataku dengan sangat jelas.
Untuk menghemat waktu dan
karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera
melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya.
“Aduh enak sekali, ahhh… uh… sttt…” desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang.
Karena
sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya,
sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke
samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya
segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah
pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih
terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya
langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita
yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang
pertama kali saya lihat dulu.
Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang.
“Aduh, nikmat sekali… sungguh… geli tapi… ahhh… uhhh… terus Endy…”
Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit.
“Aduh saya sampai Ndyyy… segera keluar… ahhh…”
Lalu
saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat
cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan
menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, “Endy…
biarkan Tante Nita istirahat yach..? Nanti Tante Nita baru
melanjutkannya kembali.”
Saya segera menjawab, “Iya Tante…”
Setelah
beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD
saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang.
Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di
dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi
yang siap tempur. photomemek.com Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam
menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang
mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang.
Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante
Nita ke atas dan dan membalikkannya.
“Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?” tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.
Tante Nita menjawab, “Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan..”
Dengan
pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam
lubang kemaluan Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir
kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya
sudah terbenam ke dalamnya.
Tante Nita segera menjerit, “Aduh…
sakit sekali… pelan-pelan Ndy…”Tetapi saya sudah tidak perduli
lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya
lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih
karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya
tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian,
seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita.
Tante Nita lalu mengerang, “Aduh sakit sekali… biarkan tetap di dalam Endy, aduh… ahhh… ehmmm… uh…”
Setelah
terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik
turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan
pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.
Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, “Aduh… sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy…”
Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan.
Tidak
lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit
kembali, “Aduh… saya sampai Ndyyy… akan segera keluar nih…”
Saya menjawabnya, “Sebentar lagi Nita, sebentar lagi… saya juga hampir sampai nih…”
Tidak
lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan
hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi,
“Aduh… ahhh… aku sampai Endy… nikmat sekali…”
Tidak
sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang
mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.
Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, “Saya sampai Tante eh… ahhh… nikmat sekali”
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua.
Setelah
beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat.
Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.
Setelah
mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita
berkata padaku, “Tante Nita minta maaf Endy… tadi Tante Nita telah
merenggut keperjakaan kamu… sungguh Tante Nita minta maaf..”
Tetapi
saya segera berkata, “Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya
pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante
Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan
yang sama lagi kepadaku..!”
Sambil tersenyum, Tante Nita berkata,
“Iya… Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante
bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa
keenakan seperti tadi..” dan saya mengiyakannya.
Hubungan kami
hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan
cara-cara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai
gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya.
Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami
hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah
di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya
dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami.
Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita
selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.
Ini
merupakan pengalaman yang saya alami sendiri. Meskipun banyak yang
kurahasiakan di sini, tetapi cerita ini adalah benar-benar terjadi.
Kritik dan sarannya saya tunggu di email saya. Akhir kata, saya ucapkan
terima kasih.,,,,,,,,,,,,,,,,,,

TAMAT