Cerita ini merupakan adaptasi dari cerita lama dengan beberapa perubahan
POV Aslam
Perkenalkan namaku Aslam usiaku sekarang 20 tahun dengan tinggi badan 180 cm dan berat 75 kg. Aku ingin menceritakan awal aku tertarik dengan mamaku sampai akhirnya berhasil menyetubuhinya. Kisah ini dimulai saat usiaku 12 tahun.
Aku terlahir dari keluarga yg cukup sederhana dengan dua bersaudara, kakakku bernama Nadia berusia 14 tahun. Papaku bernama Hans Supit berusia 38 tahun seorang Bintara TNI berpangkat Pelda berdarah Manado-Belanda dengan postur tinggi 175 kg dan berat 70 kg bermata agak sipit dan berwarna biru, sedangkan mamaku dulunya seorang PNS, tetapi karena papaku sering dipindahkan lokasi dinasnya otomatis dia ga bekerja lagi.
Saat itu mamaku yg bernama Aisha Sultan berumur sekitar 36 tahun, keturunan Melayu-Pakistan, sehingga berhidung mancung, berkulit putih, memiliki mata yg besar dan berwarna coklat dan tentu saja berdada cukup besar (163cm/60kg/36D). Jika kulihat fotonya saat itu, mamaku berwajah sangat cantik, dan aku juga memiliki fisik yg lebih mirip dengan mamaku dengan mata coklat yg besar dan juga wajah yg ganteng hehehehe.
Mamaku Aisha Sultan
Kami tinggal di komplek pemukiman padat di kota Bandung di Jawa Barat. Nah di wilayahku kebetulan ada seorang bapak-bapak yang bekerja sebagai tukang minjemin duit (tukang kredit). Perawakannya seingatku, kurus, pendek dan berkumis cukup tebal. Sebut saja pak Raden. Pak Raden sering keluar masuk kampung untuk memberikan pinjaman kepada ibu-ibu rumah tangga, bisa berupa barang atau perlengkapan rumah tangga atau langsung uang cash.
Hingga di suatu pagi di hari Sabtu ketika papaku tidak ada dirumah karena sedang dinas luar dan kakakku sedang ada acara di sekolahnya sekitar jam 10 pagi, aku seperti layaknya anak kecil lainnya sering bermain-main di rumah tetangga yang memang berdempetan dengan rumahku. Karena ingin jajan, aku memutuskan untuk pulang ke rumah untuk minta uang ke mamaku.
Ketika membuka pintu rumah, tampaknya mamaku sedang kedatangan tamu, yaitu pak Raden. Saat itu aku ga terlalu peduli, mungkin karena aku masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa ada sesuatu antara mamaku dengan pak Raden. Ya Mamaku tampak mesra dengan pak Raden. Dia duduk menempel dengan pak Raden, seingatku mamaku menggenakan pakaian yang cukup seksi, daster yang memperlihatkan belahan dadanya yang besar, dan bagian bawahnya tersingkap hingga pahanya sedikit terlihat.
Aku tidak pernah melihat mamaku memperlakukan tamunya seperti itu. Bahkan akupun jarang melihat mama dan papaku saling berangkulan mesra di kursi sofa ruang tamu itu. Dan kini aku menyaksikannya, tapi bukan antara mamaku dengan papaku, tapi mamaku dengan pria asing. Ketika aku masuk, pak Raden cukup kaget, tetapi mamaku terlihat cuek.
Bahkan akupun tidak terlalu mengerti atau curiga, ketika pak Raden membisikkan sesuatu ke mamaku, dan kemudian mamaku pun tersenyum.
“Aslam, kamu maen dulu di luar ya, ini duit jajannya”. ucap mamaku dengan tersenyum. Aku yang memang anak kecil, tentu saja senang, senang disuruh maen, apalagi diberi uang jajan.
Saat itu aku pun langsung ke luar rumah untuk jajan. Sepulangnya dari warung, aku balik lagi ke rumah. Tapi tidak kutemukan mamaku dan pak Raden di kursi ruang tamu itu. Akupun berteriak mencari-cari mamaku, tetapi tidak ada jawaban. photomemek.com Rumahku sangat kecil, dan hanya memiliki satu kamar yang berpintu, 2 kamar tidur yang lain hanyalah kasur tempat tidur yang disekat-sekat menggunakan lemari ataupun triplek.
Karena mamaku tidak menyahuti panggilanku, akupun langsung mencari-cari. lokasi pertama yang menjadi tujuan pencarianku tentu saja kamar orangtuaku.
Kulihat pintu kamarnya tertutup, jarang sekali pintu kamar itu ditutup, dan sekarang tertutup. Aku mencoba membuka pintunya namun terkunci.
“maa… mamaa…” kembali aku berteriak memanggil mamaku yang kuduga memang sedang ada didalam kamar. Karena tidak ada jawaban, akupun mencoba mengintip lewat lubang kunci. Aku pun kaget melihat apa yang terjadi di dalam.
Saat itu kulihat mamaku terlentang tanpa busana karena itulah dadanya yang besar menyembul dengan leluasa. Aku sudah hapal bentuk dada mamaku, karena dulu sering mandi bersamanya. Buah dadanya sangat montok, dengan puting hitam yang lebar. Dan saat itu, kulihat dada itu sedang diremas-remas oleh pak Raden yang duduk didepan tubuh mamaku.
Pak Raden saat itu masih mengenakan baju, tetapi celananya kulihat ada di lantai, bertumpukan dengan celana dalam dan kutang yang biasa dipakai mamaku. Kemudian mamaku melebarkan kedua pahanya yang putih mulus, sementara rok dasternya sudah tersingkap hingga perut, sehingga aku bisa melihat rimbunnya bulu-bulu kemaluan mamaku.
Melihat hal tersebut kontan saja kontolku mengeras. Untuk pertama kalinya aku merasa terangsang dengan mamaku sendiri. Aku pun mulai membuka celanaku dan mengocok penisku sambil terus memperhatikan apa yg terjadi di dalam antara mamaku dan Pak Raden
Pak Raden mengayunkan pantatnya seperti menumbuk selangkangan mamaku dengan selangkangannya. Setiap kali tubuh mereka merapat, saat itu juga kudengar rintihan mamaku. Sesekali mereka berciuman, kemudian sesekali juga pak Raden melepaskan ciumannya untuk menghisap-hisap tetek mamaku dan membuatnya meracau seperti yang kepedasan.
Hal itu dilakukannya berulang-ulang, sebelum kemudian mamaku yang bangkit dan mendorong pak Raden untuk tidur terlentang. Kemudian mamaku menggoyang-goyangkan pantatnya bagaikan joki kuda yang sedang menunggang kuda. Bedanya kalo joki kuda bergerak sambil memegang kudanya, kali ini mamaku yang dipegangi oleh tunggangannya.
Saat mamaku meliuk-liukan pantat diatas selangkangan pak Raden, tangan pak Raden tidak pernah ketinggalan untuk meremas-remas tetek montok mamaku. Jika dilihat sekarang mungkin semua orang pun akan terangsang melihat pemandangan itu. Mamaku yang berwajah cantik dengan bentuk tubuh yang montok, sedang bergerak liar menyetubuhi pria asing yang bukan suaminya.
Pakaian yang tersangkut sekenanya ditubuhnya, menambah keseksian gerakan tubuhnya. Dasternya belum terlepas, hanya teteknya saja yang dikeluarkan oleh pak Raden agar bisa diremas dan dihisapnya. Sementara bagian bawahnya, tentu saja sudah tidak berpenutup lagi, membuka ruang sebebas-bebasnya bagi pak Raden meloloskan batang kejantanannya yang hitam dan panjang ke lubang kenikmatan mamaku yang seharusnya hanya menjadi milik papaku.
Entah apa yang terjadi, gerakan liar mamaku semakin menjadi-jadi sebelum akhirnya badannya menekuk diiringi teriakan “ahkkkhkk…” ibuku dan pak Raden. Rupanya mereka berdua telah orgasme. Aku yg sedang mengintip pun merasakan juga akan orgasme dan CROOT CROOT CROOT Ahh! Akhirnya aku pun keluar dan menumpahkan spermaku ke lantai.
Suasana menjadi hening, hanya nafas mereka saja yang terdengar seolah-olah mereka habis berolahraga berat. Mamaku tampak memeluk pak Raden dengan erat, matanya terpejam menngumpulkan nafas, begitu juga pak Raden, tangannya mengusap-usap punggung mamaku yang mulus. Mereka kembali berciuman, sebelum akhirnya mamaku berbaring disamping pak Raden dan memeluknya.
Mereka terdiam cukup lama, aku yang telah selesai orgasme bergegas membersihkan sisa-sisa ceceran sperma yang ada di lantai kemudian aku pergi menuju kamarku agar tidak ketahuan Tidak lama kemudian, mungkin sekitar setengah jam-an kulihat pak Raden keluar dari rumahku. Akupun langsung masuk ke ke kamar mamaku selepas pak Raden pergi, kulihat ia sedang tidur terlentang dan cairan sperma putih kental yang amat banyak itu mengalir pelan membasahi sprei.
Aku pun kembali terangsang melihat pemandangan ini. Ingin rasanya kuentot mamaku habis-habisan saat itu, namun akal sehatku masih bekerja sehingga hal tersebut urung kulakukan. Aku hanya mengocok penisku sambil memegangi tetek mamaku, tak lama kemudian “Ahh Mama CROOT CROOT CROOT!” Kusemprotkan spermaku ke teteknya yg montok lalu mengoleskannya ke seluruh tubuh mamaku.
6 tahun kemudian
2 bulan sesudah kejadian perselingkuhan tersebut, papaku mendapatkan promosi untuk mengikuti Secapa (Sekolah Calon Perwira) di Bandung selama 8 bulan karena papa dianggap berprestasi. Selama papa mengikuti Secapa, mamaku memang terlihat beberapa kali terlihat membawa lelaki ke rumah. Ya mamaku bercinta dengan lelaki-lelaki itu walaupun tidak setiap hari dia membawa teman lelakinya namun frekuensinya cukup sering dan hebatnya dia mampu menyembunyikan itu dari kakakku Nadia tapi sayangnya aku mengetahui semua perbuatannya.
Setelah Papa selesai mengikuti Secapa, papaku pun naik pangkat dari Pelda menjadi Letda (Letnan Dua). Selain itu papa juga dipindah tugaskan ke Mabes TNI di Jakarta. Karena itulah kami sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Jakarta selepas papa mendapatkan promosi pangkat dan jabatan. Kini setelah 5 tahun kami pindah ke Jakarta papaku telah menyandang pangkat sebagai Lettu (Letnan Satu) TNI.
Kenaikan pangkat papa dari Bintara menjadi perwira TNI berpengaruh juga pada ekonomi keluarga kami. Jika dulu kami hanya sanggup mengontrak rumah kecil dan memiliki satu sepeda motor, saat ini kami tinggal di rumah yg lebih besar dan memiliki mobil untuk sarana transportasi jika ingin bepergian jauh.
Mamaku sendiri saat ini berusia 42 tahun, masih sangat cantik namun badannya terlihat lebih berisi dan dibandingkan 6 tahun yg lalu. Ya tepat 3 bulan setelah kepindahan kami ke Jakarta, rupanya mamaku hamil lagi. Kami sekeluarga sangat senang dengan kabar ini. Papaku menganggap kehamilan mama sebagai anugerah atas kenaikan pangkat dan promosinya ke Mabes TNI.
Satu hal yang aku heran walaupun sebenarnya aku sangat senang dengan itu. Semenjak kami pindah ke Jakarta 5 tahun lalu, mamaku sudah tidak pernah terlihat menjalin hubungan dengan lelaki lain seperti saat di Bandung dulu. Ya papa dan mamaku terlihat lebih mesra semenjak kepindahan kami kesini. Sering di waktu malam aku mendengar suara desahan dan erangan mesra dari kamar kedua orang tuaku.
Melihat hal itu biasanya aku hanya bisa melampiaskannya dengan onani sambil membayangkan tubuh mama. Terpikir olehku kapan aku bisa menikmati tubuh mama seperti papa dan lelaki-lelaki selingkuhannya. fantasiku.com Kulihat setiap lelaki yang menyetubuhi mama pasti merasakan kepuasan yang amat sangat dalam baik itu papa maupun lelaki lain.
Mamaku Setelah Melahirkan
Sewaktu mama hamil, ada sedikit kekhawatiran dari diriku mengenai anak yg dikandung mama. Aku takut adikku yg ada di rahim mama bukan hasil dari benih papaku mengingat kelakuannya yg suka selingkuh di masa lalu. Tapi akhirnya ketakutanku tidak terjadi. Diantara kami bertiga justru Afiq lah yg memiliki kemiripan fisik paling identik dengan papa.
Mata Afiq yang biru dan agak sipit dan juga raut wajahnya yang sangat mirip dengan papa menegaskan bahwa Afiq adalah anak dari benih papaku dan bukan dari lelaki lain. Melihat itu aku pun merasa lega. Papa dan mamaku terlihat sangat menyayangi Afiq karena dia memang bocah yg lucu dan menggemaskan. Mereka mencurahkan kasih sayangnya dengan sangat besar walaupun tidak sampai memanjakannya.
Mama dan papaku selalu berusaha memenuhi keinginan Afiq selama hal tersebut masih masuk akal dan bermanfaat baginya. Aku dan kakakku Nadia pun bersikap maklum dengan sikap papa dan mama karena Afiq merupakan anggota termuda di keluarga kami. Aku dan kakakku sangat suka bermain dengan Afiq namun karena aku sibuk dengan sekolah dan kakakku juga sekarang sedang berkuliah di Kota Semarang maka kami hanya bermain dengan Afiq ketika kami sedang libur.
Sewaktu Afiq masih bayi, aku sering melihat mamaku menyusuinya dengan penuh kasih sayang. Mamaku menyusui Afiq sambil mengelus kepalanya dengan penuh kelembutan bahkan terkadang sampai meneteskan air mata. Aku pun heran sesayang itukah mama terhadap Afiq sampai terkadang harus berurai air mata ketika menyusuinya?
Namun yang pasti ketika mama menyusui Afiq aku merasa sangat terangsang. Bentuk dada mamaku yang sangat montok begitu menggodaku ditambah lagi sikapnya yang cuek yaitu membiarkan aku melihatnya menyusui Afiq tanpa rasa malu. Mungkin karena aku anaknya jadi dia tidak begitu mempermasalahkannya. Namun melihat itu keinginanku untuk menyetubuhinya semakin besar.
Setelah menempuh Ujian Nasional SMA, aku pun libur sejenak sebelum nanti mempersiapkan diri untuk mengikuti program intensif SBMPTN di Bimbingan Belajar. Di saat libur itulah mamaku mendapat undangan pernikahan keponakannya di kampung halamannya di Kota Medan. Awalnya mamaku ragu untuk pergi kesana mengingat jarak yg jauh dan Afiq yg masih kecil tidak ada yg menjaga apalagi kakakku Nadia masih kuliah di luar kota awalnya membuat mamaku ragu dan khawatir untuk pulang kampung.
Namun setelah diyakinkan oleh papaku ditambah lagi Oma Ibu dari papaku akan datang dari Manado ke Jakarta untuk menengok cucunya Afiq dan menginap di rumah kami. Karena hal itulah yang membuat mamaku akhirnya memutuskan untuk pergi ke Medan menghadiri pernikahan keponakannya. Kami sekeluarga pun bersepakat bahwa aku akan menemani mama ke Medan sementara Afiq akan dijaga oleh papa omaku di Jakarta.
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Aku dan mama bersiap-siap mengemas koper dan barang-barang lain yang akan dibawa ke Medan. Saat ini omaku sudah tiba di Jakarta tinggal bersama kami selama hampir satu minggu. Untunglah selama seminggu ini Oma sangat akrab dengan Afiq sehingga mamaku merasa tenang untuk pergi ke Medan.
“Afiq sayang, mama pergi dulu ya sama kakak, jangan nakal ya selama mama pergi”. Ujar mamaku pada Afiq sambil memeluknya dengan erat.
“Mama, aku mau ikut sama mama”. Rengek Afiq pada mamaku sambil membalas pelukannya.
“Jangan sayang, mama perginya agak lama, nanti kalo Afiq ikut kamu malah gak sekolah lagi”. Kata mamaku sambil menatap mata biru adikku yg indah.
“Biarin aja, yg penting aku bisa sama mama terus”. Tegas Afiq sambil tetap merengek pada mama.
“Nanti kalo Afiq gak sekolah, Afiq dimarahin sama Bu Guru terus gak lulus TK deh. Emangnya Afiq mau di TK terus gak naik-naik ke SD”?. Ujar mamaku sedikit menakutinya sambil tersenyum.
“Gak mau ma, aku gak mau di TK terus, aku gak mau ditinggal sama temen-temenku”. Kata Afiq ketakutan sambil menundukkan kepala.
“Nah gitu dong itu baru anak mama, yaudah nanti waktu pulang mama bawain oleh-oleh yg banyak ya buat Afiq”. Kata mamaku sambil memeluknya.
“Iya ma, maafin aku ya”. Kata Afiq sambil membalas pelukan mamaku.
“Udah gak usah minta maaf, mama sayang sama Afiq, Cupp”. Kata mamaku sambil mencium keningnya.
“Aku juga sayang mama, Cupp”. Ujar Afiq membalas ciuman mama tepat di keningnya.
“Mami, aku pergi dulu ya, tolong jagain Afiq sama tolong pesenin ke mbak Nur jangan lupa angkatin jemuran sebelum dia pulang. Kata mama kepada Oma sambil cipika cipiki. Oh ya aku lupa, Mbak Nur adalah pembantu di rumah kami yg kerjanya dari pagi sampai sore, dia tidak menginap karena rumah tempat tinggalnya tidak jauh dari rumahku.
“Iya Aisha, kamu sama hati-hati ya disana”. Ujar Omaku. Mamaku membalas pesan omaku dengan senyuman dan anggukan pelan.
“Oma, aku pergi dulu ya”. Kataku juga cipika cipiki dengannya.
“Iya, hati-hati ya Aslam, jagain mama kamu ya selama di Medan nanti”. Ujar Oma menasihatiku.
“Beres Oma hehehe”. Kataku sambil tertawa kecil.
“Afiq, kakak pergi dulu ya sama mama, jangan nakal sama Oma juga mbak.” Kataku sambil memeluk Afiq dan mengelus-elus kepalanya.
“Ayo ma, Aslam kita berangkat sekarang takutnya nanti malah macet di jalan”. Ujar papaku mengingatkan kami. Mendengar itu aku dan mama pun bergegas menuju mobil.
“Mami, aku berangkat dulu ya anterin Aisha sama Aslam”. Kata papaku sambil cipika cipiki pada Oma.
“Afiq papa pergi dulu ya, kamu main sama Oma dulu ya selama mama di Medan”. Kata papaku sambil mengelus kepala Afiq yg hanya terdiam melihat mama dan aku masuk ke dalam mobil.
Akhirnya papa pun masuk ke dalam mobil lalu menyalakan mesinnya dan mobil kami keluar dari garasi. Mama dan aku membuka kaca untuk melambaikan tangan pada Afiq dan Oma yg kami tinggal dirumah. Mereka berdua pun juga membalas lambaian tangan kami.
Hari itu kamis jam 7 pagi aku papa dan mama mulai berjalan menuju bandara Soekarno-Hatta. Suasana jalan cukup ramai ketika itu. Kami memilih berangkat pagi agar terhindar dari kemacetan Jakarta yg semakin hari semakin menggila. Selama perjalanan kami bertiga pun mengobrol ringan.
“Mama rencana berapa lama di Medan? Tanya papaku.
“Mungkin sekitar semingguan pa, soalnya selain ngehadirin pestanya Mira mama juga mau reunian sama temen-temen SMA mama dulu”. Jawab mamaku sambil mengaca dan membetulkan make up-nya. Mira adalah nama sepupuku yg akan menikah hari Sabtu besok.
“Wah lama juga ya ma”. Ujar papaku.
“Ya soalnya mama udah lama gak ketemu sama mereka, sekalian ngajakin Aslam kan dia juga udah lama gak pulang ke Medan, ya kan nak”. Kata mamaku sambil bertanya padaku.
“Iya ma”. Jawabku singkat.
“Pa, kapan-kapan kita sekeluarga pulang ke kampung papa ya di Manado, soalnya Nadia sama Aslam kan udah lama gak ke rumah Omanya apalagi Afiq dia kan semenjak lahir belum pernah kita ajak pulang kampung ke Medan ataupun Manado”. Bujuk mamaku pada papa.
“Iya ma, nanti kalo papa gak sibuk papa bakal ajak sekeluarga pulang ke Manado sekalian jalan-jalan disana. Oh ya Lam, cewek Manado itu terkenal cantik-cantik lho siapa tau kalo pulang kesana kamu bisa kenalan sama gadis Manado yg cantik hahahaha”. Ujar papaku sambil tertawa.
“Ih papa, diajak ngomong serius malah bercanda, Aslam kan baru lulus SMA lagi persiapan buat masuk universitas udah diajak mikirin cewek. Nanti aja kalo udah lulus kuliah n kerja langsung kenalin calonnya ke mama sama papa”. Kata mamaku sambil cemberut ke papa. Melihat hal itu papaku hanya tersenyum ke arah mama.
Akhirnya setelah 2 jam berkendara, kami akhirnya tiba di bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Setelah membantu menurunkan koper dan barang-barang dari mobil papa pun mengantarkanku ke dalam bandara. Setelah 1 jam menemani aku dan mama bandara papa pun melepas kami. Papa memeluk mama dan juga diriku dengan erat dan berpesan agar hati-hati selama disana.
Setelah itu aku dan mama menuju boarding gate karena pesawat kami berangkat jam 11 pagi dan tiba di Medan kira-kira jam 1 siang. Selama berada di dalam ruang tunggu bandara kuperhatikan penampilan mamaku hari ini. Mamaku hari itu memakai kaos lengan pendek seksi berwarna putih polos dan juga celana jeans ketat panjang ditambah dengan sepasang anting-anting hoop perak di kedua telinganya membuatnya terlihat lebih muda dari usianya.
Singkat cerita aku dan mama pun masuk ke pesawat tepat jam 11 pagi dan selama dua jam perjalanan aku menghabiskan waktuku untuk tidur di pesawat. Akhirnya setelah 2 jam kami pun tiba di Bandara Kualanamu Medan Sumatera Utara. Setelah sampai di Bandara tiba-tiba perutku terasa lapar. Aku pun meminta mama agar kita makan berdua dulu di Bandara sebelum berangkat menuju ke rumah Bunda (panggilan terhadap nenekku dari pihak mama) tempat dimana aku dan mama akan menginap selama di Medan.
Tepat jam 3 sore kami pun sampai dirumah Bunda yg terletak di pinggiran Kota Medan. Aku pun segera menurunkan barang-barang bawaan kami dan membayar ongkos taksi online dari uang yg diberikan oleh mama kepadaku.
Bunda menyambut kedatanganku dan mama dengan gembira. Aku pun bersalaman sambil cipika cipiki dan langsung membawa barang-barang ke kamar yg sudah disediakan untuk aku dan mamaku. Setelah membawa seluruh barang-barang ke kamar aku minta izin ke Bunda untuk beristirahat sambil berbaring di kamar karena kelelahan.
Kulihat mama dan bunda masih mengobrol di ruang tamu. Kulihat rumah Bunda ini cukup besar dengan 2 lantai dan ada beberapa kamar tidur. Aku berpikir apakah aku harus tidur terpisah atau sekamar dengan mama namun mengingat semua koper sudah aku masukkan ke dalan kamar ini aku pun merasa malas jika harus pindah kamar.
Tak lama kemudian mamaku pun masuk ke dalam kamar dan ikut berbaring di sampingku. Setelah itu mama akhirnya bicara padaku.
“Aslam, nanti kamu tidur disini ya sama mama, soalnya mama takut kalo harus tidur sendirian disini.” Kata mamaku.
“Iya ma aku juga udah capek kalo harus angkatin koper lagi ke kamar lain”. Ucapku pada mama.
“Makasih ya udah mau nemenin mama tidur disini.” Tutur mamaku sambil memelukku dari samping. Jujur ketika mamaku memelukku ada rasa gairah dan ketertarikan yg besar apalagi melihat wajahnya yang cantik itu.
“Tapi ma, aku boleh minta satu hal gak sama mama”? Tanyaku padanya sambil membalas pelukannya.
“Iya kamu mau minta apa sama mama?“. Ujar mamaku.
“Nanti kalo mama tidur sama aku, anting-anting mama jangan dilepas ya”. Kataku sambil memainkan anting-antingnya.
“Emangnya kenapa sayang?“. Tanya mamaku sambil tersenyum manis.
“Soalnya mama keliatan lebih cantik kalo tetep pake anting-anting bulat ini”. Kataku sambil menciumi anting-anting mama.
“Bisa aja deh kamu ngegombalnya hihihi, yaudah mama gak akan lepas anting-anting ini sampe mama tidur nanti biar kamu nanti malem bisa puas main-mainin anting-anting mama”. Kata mamaku sambil mengusap-usap kepalaku dengan lembut. Setelah itu aku dan mama mandi bergantian dan shalat Maghrib bersama.
Sejujurnya aku punya alasan tersendiri untuk menyuruh mama tetap memakai anting-antingnya sewaktu tidur nanti. Ya kontolku selalu mengeras jika melihat mamaku memakai anting-anting. Aneh memang tapi aku sudah mengalami hal ini cukup lama sejak 4 tahun belakangan ini. Setiap kali berdekatan dengan mama dan melihat telinganya berhiaskan anting-anting cantik kontolku bisa mengeras seperti batu.
Walaupun sebenarnya tanpa memakai anting-anting pun mama tetap terlihat cantik dan seksi namun aku merasa ada rasa yg berbeda setiap melihat dia memakai anting-anting. Aku merasa ada pesona tersendiri setiap melihat mamaku memakai anting-anting. Oleh karena itulah aku menyuruh kepada mama untuk tetap memakai anting-antingnya.
Malam harinya aku, mama dan nenek makan malam bersama. Kulihat penampilan mamaku yang begitu menggoda dengan memakai kaos tanpa lengan, celana pendek sepaha, rambutnya dikuncir kuda dan tak lupa anting-anting hoop bulatnya masih setia terpakai di kedua telinganya. Selama makan malam mama dan Bunda lebih banyak mengobrol sedangkan aku lebih banyak diam dan mendengarkan celotehan mereka.
Setelah makan malam aku dan mama menonton TV di ruang tengah sedangkan Bunda langsung pergi tidur karena beliau sudah tua dan gampang capek. Sambil menonton TV aku dan mama banyak mengobrol mengenai banyak hal terutama tentang apa saja rencana mama selama ada di Kota Medan ini. Mama pun bilang bahwa besok ia mau belanja ke mall untuk membelikan kado pernikahan untuk sepupuku Mira dan juga membeli berbagai kebutuhan lainnya.
Kami sepakat untuk pergi mulai jam 9 pagi dan juga karena hari Jum’at, mama memilih Sun Plaza Medan yg jaraknya tidak jauh dari Masjid Agung Medan supaya aku dapat leluasa untuk beribadah shalat Jum’at. Setelah merasa tidak ada lagi acara yg bagus di TV, aku dan mama pun melanjutkan obrolan di kamar kami.
“Aslam, tolong bikinin mama teh manis dong di dapur”. Pinta mamaku.
“Iya ma, aku juga mau bikin teh manis malem ini biar seger hehehehe”. Jawabku pada mama.
“Gulanya jangan kebanyakan ya, nanti mama bisa diabetes gara-gara kamu bikinnya kemanisan”. Canda mamaku.
“Tenang ma, aku udah tau kok takeran gula mama semana”. Jawabku padanya.
“Anak pinter, yaudah buruan gih bikinin buat mama.” Perintah mamaku.
Aku pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh manis untuk kami berdua. Satu hal yg tidak mama sadari, sewaktu aku keluar kamar aku sempat mengambil kotak kecil di jaketku yg berisi pil obat tidur lalu kutaruh pil itu di kantong celanaku. Aku membelinya di apotik kemaren sehari sebelum keberangkatan ke Medan.
Sekarang ini aku sedang mencoba mencampurkan obat tidur ke dalam teh yg akan diminum mamaku. Aku sudah membedakan gelas mug milikku yg berwarna cream dengan gelas mug milik mamaku yg berwarna ijo. Setelah mencampurkan dan mengaduk-aduk obat tidur di dalam teh mamaku, aku pun bersiap mengantarkannya ke kamar kami.
“Ma ini tehnya udah jadi, yg punya mama di mug warna ijo ya. Kataku pada mama.
“Iya sayang makasih ya”. Ucap mamaku tanpa curiga.
Aku dan mama pun menghabiskan teh yg ada di dalam gelas mug kami berdua. Setelah habis aku langsung membawa mug itu ke dapur untuk mencucinya sebentar lalu kembali untuk tidur bersama mama. Sampai di kamar kulihat mama sudah melepaskan kunciran rambutnya dan mengajakku untuk tidur bersama. Aku pun naik ke ranjang dan berbaring di samping mama.
Kulihat ke samping mamaku rupanya masih belum tidur. Mamaku balas menoleh ke arahku sambil memberikan senyuman manis. Aku pun berinisiatif untuk mendekat dan memeluk mama erat-erat dari samping. Melihat anting-antingnya masih melekat di kedua telinganya aku pun mulai memegang anting-anting itu dan sesekali menciuminya.
Melihat tingkahku seperti itu mamaku hanya tersenyum membiarkan anaknya bertingkah seperti itu. Tak lama kemudian mamaku pun tertidur lelap akibat obat tidur yg aku berikan. Kudiamkan tubuh mamaku sejenak untuk memastikan dia sudah tak sadarkan diri lagi dan juga aku mulai mengunci pintu dan menutup gorden jendela kamar sehingga aku dapat melaksanakan aksiku dengan lancar tanpa ketahuan.
15 menit berlalu, aku yg sudah terlanjur bernafsu mulai membuka pakaianku hingga telanjang total. Kontolku yg putih bersih berukuran 20 cm dengan diameter 5 cm ditambah dengan urat-uratnya yg menonjol. Kulihat mamaku sedang tertidur pulas sambil terlentang dengan pahanya yg mulus dan belahan dadanya yg rendah membuat gairahku terbakar.
Aku pun langsung menggerayangi tubuh mamaku menciuminya dengan penuh gairah. Kubuka kaos dan celana mamaku dan ternyata dia tidak memakai apa-apa lagi dibalik pakaiannya tersebut. Kuciumi seluruh bagian tubuhnya dan juga kujilati bagian memeknya yg merah merekah itu. Kumasukkan satu jariku untuk mengaduk-aduk memeknya.
Kubuka lebar-lebar paha mamaku dan kuarahkan kontolku ke lubang memeknya yg telah membanjir. Aku agak kesulitan untuk memasukinya padahal mamaku sudah melahirkan tiga orang anak. Setelah susah payah akhirnya Bless Srett Bless Srett Bless Ahh Ahh! Kontolku berhasil masuk seluruhnya ke dalam memek mamaku.
“Ahh mama nikmat Ahh Ahh Ahh!” Desahku pelan.
“Mama udah cantik terus suka pake anting-anting lagi, gara-gara itu kontolku jadi keras Aarrrgghhh!” Erangku sambil menciumi anting-antingnya.
“AKU JADI KAYAK GINI KARENA MAMA DULU SUKA SELINGKUH SAMA LAKI-LAKI LAIN DI BELAKANG PAPA, MULAI HARI INI TERIMALAH PEMBALASAN DARIKU MA AARRRGGGHHHH!“.
“CUPP CUPP CUPP”. Kuciumi wajah dan juga bibir mamaku. Ah aku sangat bergairah sekali malam ini.
Lama kelamaan aku mulai menyodoknya dengan semakin cepat dan di ujung memek mamaku aku merasakan ada sesuatu yang kenyal di ujung memek mamaku. Setiap kali kontolku bersentuhan dengan benda kenyal tersebut aku merasakan kenikmatan yg amat sangat. Aku pun sadar bahwa benda kenyal di ujung memek mama adalah mulut rahimnya tempat aku dan saudara-saudaraku bersemayam selama 9 bulan dahulu.
“AHH Mama, aku mau keluar terimalah benih-benih anakmu ini AHH AHH AHH AARRRGGGHHHH CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT! Teriakku sambil menyemburkan spermaku belasan kali di rahim mamaku tempat dimana aku dikandung dulu. Mama pun juga ikut orgasme dengan wajah mengerut sambil memejamkan mata CREETT CREETT CREETT!!
Sesaat setelah bersetubuh timbul perasaan bersalah pada mamaku atas apa yg aku perbuat. Ya walau bagaimanapun dia tetaplah mamaku yg melahirkanku. Namun karena dorongan nafsuku begitu kuat maka perasaan bersalah tersebut aku singkirkan jauh-jauh. Setelah 15 menit beristirahat, nafsuku kembali terbakar.
Persetubuhan kali ini berlangsung agak lebih lama dari yg pertama. Aku menyetubuhinya dengan berbagai macam gaya seperti miring, telungkup dan lainnya walaupun gaya misionaris masih menjadi favoritku.
“Plok Plok Plok!” Suara sodokan kontolku ke memeknya.
“Ahh mama cantik banget aku mau memiliki mama seutuhnya Ahh Ahh Ahh!“. Erangku dalam posisi misionaris sambil memeluknya tubuhnya erat-erat serta menciumi leher dan anting-antingnya.
Kupercepat sodokan kontolku pada memeknya. Setiap kali aku menyodok dalam-dalam kontolku selalu menyentuh rahimnya. Hal inilah yg membuat nafsuku makin menggila. Tak lama kemudian aku merasa spermaku akan menyemprot, kupeluk mamaku erat-erat dan kuciumi lehernya yg putih mulus dan anting-anting cantiknya akhirnya spermaku menyemprot dengan deras ke dalam memeknya.
“Ahh mama cantik aku mau bikin adek lagi terima spermaku AHH AHH AHH CROOT CROOT CROOT CROOT!” Erangku sambil mempererat pelukanku pada tubuhnya. Aku pun ambruk menindih tubuhnya sambil menikmati kecantikan paras mamaku.
Saat menindih dan menikmati paras cantiknya dari dekat, aku pun sadar bahwa mamaku adalah wanita yang memiliki daya tarik seksual yg tinggi. Dengan wajah yg mirip-mirip artis Bollywood (coz mamaku keturunan Pakistan) tinggi badan proposional, rambutnya yg hitam dan panjang terurai sampai sepinggang, teteknya yg besar dan montok dan kulit putih bersih apalagi sifatnya yg ramah pada siapa saja dan juga suaranya yg merdu membuat banyak lelaki yg tergila-gila pada mamaku bahkan sampai menidurinya.
Namun satu hal yg aku syukuri, untung saja sewaktu mamaku suka berselingkuh dengan beberapa orang tidak ada lelaki yg berhasil menghamili mamaku. Jika saja itu terjadi sulit dibayangkan aku harus memiliki adik yg bukan dari benih papaku. Apalagi aku tahu kebanyakan lelaki lain yg pernah tidur dengan mama bukanlah lelaki yg memiliki paras tampan.
Setelah menindihnya cukup lama, aku pun bangkit dan duduk selonjoran di samping mamaku untuk mengambil nafas sejenak. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk kencing dan cuci muka. Sewaktu kencing aku merasakan rasa lega yg luar biasa mungkin karena aku kencing sehabis ngentot dengan mama maka kencingku terasa nikmat dan volumenya lebih banyak dari biasanya.
Setelah keluar dari kamar mandi, aku berinisiatif untuk mengambil handuk kecil yang ada di dalam koper untuk membersihkan tubuh mamaku. Saat akan membersihkan tubuhnya tiba-tiba kontolku berdiri lagi. Ya melihat tubuh mamaku yg seksi dan berkeringat sehabis kusetubuhi rupanya membuat diriku terangsang lagi.
Aku bingung antara tetap melanjutkan rencanaku untuk membersihkan tubuhnya atau menikmati tubuhnya sekali lagi lalu membersihkan tubuhnya nanti setelah aku puas. Akhirnya karena sudah tidak tahan lagi aku pun memilih opsi kedua yaitu menikmati tubuhnya sekali lagi. Aku menaruh handuk di meja samping ranjang kami dan langsung menindih tubuhnya dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya.
Karena terlalu nikmat dan rasa lelah yg luar biasa, hampir saja aku tertidur di atas tubuh mamaku. Untung saja aku berhasil menguasai diri dan bangkit ke kamar mandi untuk kencing lagi dan membersihkan tubuhku. Setelah itu kuambil lagi handuk kecil yg kutaruh di meja tadi lalu kubasahi dengan air dan kuberi sedikit sabun lalu aku mengelap seluruh tubuh mamaku dengan hati-hati dan teliti agar dia tidak curiga denganku.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya segera kupakaikan kembali baju dan celana mamaku seperti semula lalu kubersihkan handuk yg kupakai untuk mengelap tubuh mamaku yang sudah berlumuran keringat, liur dan juga sperma. Setelah handuknya bersih aku menaruhnya di gantungan kamar dan tidur di samping mamaku.
POV Aisha
Halo, perkenalkan namaku Aisha Sultan usiaku saat ini 42 tahun. Kata orang-orang aku memiliki wajah cantik dan bentuk tubuh yg menggoda. Ya aku adalah wanita peranakan Melayu-Pakistan yg memiliki hidung mancung, kulit putih bersih, mata coklat, dan rambut hitam panjang sepinggang, selain itu postur tubuhku dengan tinggi badan 163 cm, berat 65 kg dan ukuran payudara 36D membuat banyak lelaki tergoda denganku.
Oh ya saat ini aku adalah wanita bersuami dan ibu dari 3 orang anak yang cantik dan tampan. Suamiku Hans Supit berusia 44 tahun seorang perwira TNI berpangkat Letnan Satu. Sebagai seorang perwira TNI, suamiku sebenarnya cukup gagah dan memiliki tubuh yg lumayan berotot ditambah lagi matanya yg agak sipit dan berwarna biru hasil percampuran darah Manado-Belanda yg ada dalam dirinya.
Awal pertemuanku dengan Hans suamiku adalah ketika dia bertugas di Medan kampung halamanku 21 tahun yg lalu. Saat itu aku sudah bekerja sebagai PNS muda di kantor pemerintah daerah disana. Kami pertama kali bertemu ketika kantorku mengadakan pelatihan kerja berbau fisik bernuansa semi militer. Karena temanya adalah semi militer otomatis kantorku bekerja sama dengan pihak TNI dan pelatihannya dilakukan di markas Kodam Bukit Barisan di Kota Medan selama satu minggu.
Saat itulah aku dan Hans pertama kali bertemu. Hans berperan sebagai instruktur yang memberikan arahan dan juga hukuman jika kami melanggar peraturan. Pertama kali melihat Hans aku langsung jatuh hati padanya. Sosoknya yg muda, ganteng, dan gagah membuatku terpikat padanya, apalagi saat itu aku baru saja putus dengan pacarku.
Selesai pelatihan, aku dan Hans masih saling berkomunikasi dan beberapa kali kami kencan bersama. Setelah 3 bulan berkencan Hans mengutarakan niatnya untuk melamarku sebagai istrinya. Sejujurnya aku sangat senang dengan niatnya untuk melamarku. Namun ada tembok besar diantara hubungan kami berdua. Ya selain perbedaan budaya kami berdua juga berbeda kepercayaan.
Semula keluargaku mempertanyakan hubunganku dan Hans dikarenakan perbedaan budaya dan kepercayaan diantara kami berdua. Namun pada akhirnya Hans meyakinkan aku dan keluargaku bahwa dia bersedia mengikuti kepercayaan kami dan keluarganya di Manado juga sudah mengikhlaskan anaknya untuk menikah denganku dan berpindah kepercayaan.
Setelah itu barulah keluargaku merestui hubungan kami dan kami menikah dengan upacara sederhana disaksikan oleh keluarga besarku dan kedua orang tua Hans yang datang jauh-jauh dari Manado ke Medan sebagai perwakilan keluarga Hans karena keluarganya yg lain berhalangan hadir karena alasan jarak dan biaya.
Setelah pernikahan itu aku memulai hidup baru sebagai istri anggota TNI dan karena Hans sering berpindah tugas aku pun memutuskan mundur dari PNS dan mengisi kegiatanku mengurus rumah tangga dan aktif di perkumpulan istri tentara. Dari pernikahan ini kami dikaruniai 3 orang anak, 1 orang perempuan dan 2 orang laki-laki.
Anak pertamaku seorang perempuan bernama Nadia sekarang berumur 20 tahun dan berkuliah di PTN terkemuka di Kota Semarang dan memiliki postur tubuh dan kecantikan yg hampir serupa denganku. Anakku yang kedua bernama Aslam berusia 18 tahun dan baru lulus SMA tahun ini dan memiliki tubuh yg paling tinggi diantara semua anggota keluarga kami sekitar 180 cm dan tentunya berwajah tampan.
Terakhir si kecil Afiq yang baru berumur 4 tahun. Dibandingkan dengan 2 anakku yg lain, Afiq memiliki wajah yg sangat mirip dengan papanya. Tatapan mata birunya yg indah membuatku selalu kangen dengannya. Jujur aku memang sangat menyayangi Afiq melebihi 2 orang kakaknya yg lain. Bukan hanya karena dia anak bungsu yg lucu dan menggemaskan dalam keluarga kami namun ada cerita lain yg membuatku sangat menyayanginya.
6 tahun yang lalu ketika Afiq belum lahir, kami sekeluarga berempat tinggal di Kota Bandung mengikuti suamiku yang bertugas disana. Saat itu suamiku hanyalah seorang Bintara TNI berpangkat Pelda dengan penghasilan yg tidak seberapa. Saat itu kehidupan kami sangatlah sederhana. Suamiku adalah seorang anggota TNI yg jujur dan tidak suka “ngobjek” alias mencari penghasilan tambahan di luar gajinya sebagai anggota TNI seperti menjaga klub malam atau menjadi bekingan pengusaha seperti teman-temannya yg lain.
Karena itulah hidup kami saat itu sangat pas-pasan seringkali aku harus berhutang meminjam uang kepada tukang kredit untuk memenuhi kebutuhan kami. Awalnya aku masih mampu membayarnya. Lama-kelamaan hutangku semakin menumpuk dan aku kesulitan untuk membayar. Aku jadi bingung dengan apa aku harus membayar semua hutang-hutangku.
Satu ketika ada satu orang tukang kredit datang ke rumah kami. Namanya Pak Raden, seorang pria paruh baya berusia 60 tahun berkumis tebal berpostur kecil dan berkulit hitam. Beliau memang suka meminjamkan uang ataupun barang kepada ibu-ibu komplek tempat dimana aku tinggal. Hari itu dia datang dengan tujuan untuk menagih hutangku yg belum dibayar.
Aku pun minta maaf padanya karena saat ini aku sedang tidak punya uang. Mendengar penjelasanku Pak Raden menjadi marah dan mengancam akan menyita barang-barang yang ada di rumahku jika aku tidak kunjung membayar hutang. Aku yang ketakutan pun memohon padanya agar tidak melakukannya dan bersedia melakukan apa saja agar hutangku dapat terbayar.
Mendengar hal ini Pak Raden memandangi sekujur tubuhku dengan tajam lalu tersenyum licik.
“Dik Aisha, bapak bisa memutihkan semua hutang-hutangmu asalkan dengan satu syarat.” Ucap Pak Raden.
“Apapun syaratnya akan saya penuhi pak”. Balasku padanya.
“Syaratnya dik Aisha harus mau tidur dengan Bapak”. Kata Pak Raden dengan dingin.
Mendengar itu aku langsung kaget setengah mati. Sepanjang perkawinanku aku tidak pernah berselingkuh dengan lelaki lain. Sekalipun hidup kami pas-pasan berusaha untuk selalu sabar dan menerima keadaan suamiku. Aku pun mencoba untuk bernegosiasi dengan Pak Raden.
“Maaf pak tapi apa gak ada syarat lain? Saya sudah bersuami dan punya anak. Saya tidak mau mengkhianati suami dan anak-anak saya”.
“Tidak ada tapi-tapian dik Aisha. Kalo dik Aisha tidak bersedia terpaksa saya akan sita barang-barang di rumah ini”.
Mendengar hal itu karena sudah putus asa aku pun hanya bisa pasrah menerima nasib.
“Baiklah saya terima syaratnya Pak Raden”. Kataku sambil menunduk lesu.
“Ok besok saya akan kesini, pakailah baju yg seksi, besok saya akan membuat dek Aisha merasakan nikmatnya berselingkuh hahahaha”. Kata Pak Raden tertawa-tawa sambil pergi meninggalkan rumahku.
Malamnya aku tidak bisa tidur. Melihat suamiku tertidur pulas di sampingku aku pun hanya bisa menangis sambil mengusap-usap kepalanya.
“Maafin mama ya pa, besok rahim mama bakalan dinodain sama sperma lelaki lain untuk membayar semua hutang-hutang kita Hiks Hiks Hiks!“. Kataku sambil menangis memandangi wajahnya.
Ketika mengusap-usap wajahnya sambil menangis tiba-tiba suamiku terbangun. Sontak saja aku langsung menghapus air mata yg ada di wajahku.
“Mama kok belum tidur udah gitu matanya merah lagi, mama abis nangis ya”. Tanya suamiku.
“Gak apa-apa kok pa, mama cuma lagi insomnia aja”. Sangkalku padanya.
“Kalo susah tidur, mendingan kita main yuk ma, siapa tau kalo abis main jadi bisa tidur pules”. Ajak suamiku sambil memegang tetekku di balik daster tipis yg kupakai.
“Ih papa, baru aja bangun tidur udah mau ngajak gituan aja”. Kataku manja.
“Ayolah ma, papa udah gak tahan nih, lagian mama juga belom bisa tidur kan, siapa tau abis kita gituan mama bisa tidur pules”. Bujuk suamiku sambil membuka bajunya.
“Yaudah deh pa, buruan tuntasin nafsu papa ke mama”. Kataku mempersilahkan.
Akhirnya kami pun bersetubuh malam itu. Aku menyadari bahwa performa seks suamiku jauh menurun dibandingkan dengan waktu awal pernikahan kami. Walaupun aku masih bisa mendapatkan orgasme dari persetubuhan kami tapi hal itu hanya bisa satu atau paling banyak dua kali orgasme. Berbeda sekali sewaktu awal pernikahan ketika itu aku sanggup merasakan multiple orgasme dari suamiku.
Keesokan harinya setelah suamiku pergi kerja, Nadia pergi ke sekolah dan Aslam pergi bermain ke rumah temannya. Aku pun mempersiapkan diri untuk “menyambut” kedatangan Pak Raden. Ya aku memakai daster yg cukup seksi dengan belahan dada rendah untuk merangsang Pak Raden nanti. Tak lama kemudian sekitar jam setengah 10 pagi Pak Raden pun tiba di depan rumahku dengan motornya.
Aku pun langsung membukakan pintu dan mempersilahkannya untuk duduk. Beliau pun duduk di sampingku dan tangannya mulai “nakal” menjamahi tubuhku. Aku pun perlahan mulai terangsang dengan sentuhan-sentuhan tangannya di area sensitif tubuhku. Kami pun berangkulan mesra di kursi sofa yg ada di ruang tamu.
“Dik Aisha, Bapak udah gak tahan lagi sama kamu, ayo kita main”. Rayunya padaku.
“Sabar ya pak, nanti kita mainnya di kamar aja biar gak ketahuan”. Jawabku padanya.
Tak lama kemudian anakku Aslam masuk ke dalam rumah. Awalnya aku kaget melihat kedatangannya namun aku berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum padanya. Melihat itu Pak Raden pun mulai membisikkan sesuatu padaku.
“Dik Aisha, coba suruh anakmu pergi keluar dulu. Aku gak mau kegiatan kita terganggu karena kehadiran anakmu disini”. Bisik Pak Raden padaku. Aku pun tersenyum padanya dan mulai mencoba membujuk anakku untuk keluar rumah.
“Aslam, kamu maen dulu di luar ya ini duit jajannya”. Bujukku sambil memberikan uang jajan 20 ribu padanya. Aslam menerimanya dengan wajah senang lalu pergi ke luar rumah.
Setelah berhasil “mengusir” Aslam, aku dan Pak Raden langsung menuju kamar untuk menuntaskan hasrat kami. Aku pun mengunci pintu kamar dan Pak Raden langsung menyerbu dan menggerayangi seluruh badanku. Karena terangsang aku pun ikut melayani permainan Pak Raden. Kami pun saling memeluk, berciuman bibir, dan saling meraba tubuh masing-masing.
Saat kusentuh selangkangannya, kurasakan batang penis Pak Raden sudah mengeras seperti batu. Aku pun membuka baju dan celana Pak Raden. Setelah dibuka terpampanglah penis Pak Raden yg besar, panjang dan hitam. Aku pun langsung berjongkok menjilati dan menghisap-hisap penisnya itu. Kulihat Pak Raden begitu keenakan akibat hisapan mulutku pada penisnya.
“Ohh terus Dik Aisha, Bapak ketagihan sama hisapanmu Ohh Ohh”. Desah Pak Raden sambil memegang tetekku yang montok.
“Slruup Slruup Slruup”. Kuhisap penisnya dengan nikmat.
“Dik Aisha buka semua bajumu, Bapak pengen liat tubuh telanjangmu”. Perintah Pak Raden kepadaku. Aku pun melepas daster yg kupakai hingga kami sama-sama telanjang bulat. Setelah menghisap-hisap penisnya. Pak Raden mengajakku naik ke atas ranjang untuk masuk ke permainan utama. Beliau menelentangkan tubuhku dan mulai menjilati dan menghisap vaginaku.
Aku pun merem melek dibuatnya karena ini adalah pertama kali bagiku vaginaku dihisap oleh lelaki. Jujur saja selama pernikahan kami, suamiku tidak pernah sekalipun mau menghisap vaginaku karena alasan takut, jijik dan kotor. Oleh karena itulah aku merasa sangat terangsang dan lupa bahwa aku adalah wanita bersuami dengan 2 orang anak.
Setelah membuat vaginaku banjir, tibalah saat-saat yang dinantikan. Pak Raden mencoba memasukkan penisnya ke vaginaku. Setelah mencoba beberapa kali akhirnya Bless Bless! Masuklah penis Pak Raden ke dalam vaginaku. Untuk pertama kalinya vaginaku dimasuki penis lelaki lain selain suamiku. Pak Raden pun mulai menggenjot vaginaku dengan keras.
Kami pun saling berciuman Cupp Cupp Cupp dan aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kudapatkan sebelumnya dari suamiku apalagi penis Pak Raden memang lebih besar dari Hans walaupun beliau bertubuh kecil namun penisnya cukup besar berkebalikan dengan suamiku yang bertubuh besar namun memiliki penis yg lebih kecil.
Bosan dengan posisi misionaris. Akhirnya aku mengambil inisiatif untuk berganti posisi menjadi Women On Top (WOT). Aku pun mulai menggenjotnya dari atas. “Ohh Ohh Ohh Ohh Hasshh Hasshh!” Begitulah teriakan kami. Aku bagaikan joki yang sedang menunggangi kuda, bedanya yang berperan sebagai kudanya adalah Pak Raden dengan posisi penisnya tertancap menyodok-nyodok vaginaku.
Tak berapa lama kemudian akhirnya kami pun mencapai Orgasme hampir bersamaan “CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CREETT CREETT CREETT CREETT! Banyak sekali sperma Pak Raden menyemprot di rahimku. Tak kusangka di usianya yang setengah baya dia masih sanggup menggagahiku dan mengeluarkan sperma yang banyak.
Karena kelelahan aku pun ambruk menimpa tubuhnya sambil berpelukan erat. Pak Raden pun memelukku sambil mengusap-usap punggungku. Kulihat matanya masih terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan persetubuhan kami. Kami pun saling berciuman mesra. Setelah itu aku menggeser tubuhku untuk berbaring miring sambil tetap berciuman dengannya.
“Terima kasih banyak Dik Aisha, Bapak puas banget sama pelayanan kamu hari ini”. Ujarnya sambil memelukku.
“Aku juga puas sama Bapak, tapi yg penting hutangku bisa lunas kan pak?“. Tanyaku padanya.
“Hutangmu padaku 50 juta, pokoknya setiap kedatanganku atau anak buahku yg ingin menikmati tubuhmu, maka hutangmu kupotong 500 ribu. Selama kamu belum punya uang maka kamu harus mengangsurnya dengan tubuhmu ini”.
“Masak saya harus melayani anak buah Bapak juga?“. Protesku padanya dengan nada keras.
“Ini udah jadi keputusanku. Aku gak bisa menagihmu setiap saat karena aku juga ada kreditur lain yg harus diurus. Anak buahku ada 3 orang, Siswanto, Sugiono, dan Paimin. Kalo aku sibuk, aku akan menugaskan salah satu dari mereka untuk menagihmu. Jika sewaktu aku atau salah satu dari mereka datang kerumah ini dan kamu tidak bisa mengangsurnya maka kamu harus merelakan tubuhmu untuk dinikmati”.
Aku pun hanya bisa pasrah mendengar penjelasannya. Karena kecapean, aku pun akhirnya tertidur.
Sewaktu bangun, aku sudah tidak melihat Pak Raden ada di sampingku. Namun aku merasakan tetek dan perutku lengket. Setelah kuseka dan kucium baunya seperti bau sperma. Aku yakin ini pasti milik Pak Raden. Mungkin saja sewaktu aku tidur dia menyemprotkan spermanya di tetek dan perutku. Aku pun bergegas keluar kamar dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah itu aku mengecek keadaan rumah dan kulihat Aslam sedang tidur di kamarnya. Aku berharap semoga dia tidak melihat perbuatanku dengan Pak Raden tadi. Karena hari sudah siang aku pun bersiap memasak makan siang untukku dan Aslam karena suami dan anak pertamaku sedang ada kegiatan di markas dan sekolahnya sehingga tidak mungkin makan siang dirumah.
Setelah peristiwa itu, dimulailah petualanganku dengan Pak Raden dan 3 orang anak buahnya. Mereka sering datang ke rumahku untuk menagih hutang ketika suamiku sedang mengikuti pendidikan Secapa selama 8 bulan Karena tidak punya uang dan sedang ditinggal suami aku hanya bisa merelakan tubuhku untuk dinikmati mereka.
Dalam setiap kali persetubuhan mereka selalu membanjiri rahimku dengan cairan sperma mereka. Aku sudah mencoba melarang mereka untuk tidak keluar didalam rahimku tapi mereka tidak pernah peduli. Sepertinya mereka memang berkeinginan untuk menghamiliku terutama Pak Raden. Bahkan dia pernah membujukku untuk kawin dengannya dan menceraikan suamiku karena dia memang seorang duda ditinggal mati isterinya.
Setelah suamiku selesai mengikuti Secapa, dia bilang kepadaku bahwa akan ditempatkan di Mabes TNI di Jakarta yg otomatis membuat kami sekeluarga akan pindah dari Kota Bandung. Dalam hati aku merasa senang karena inilah kesempatanku untuk lepas dari jeratan Pak Raden dan anak-anak buahnya. Oh ya sisa hutangku sekarang tinggal 10 juta.
“Papa punya uang 7 juta gak sekarang?“. Tanyaku padanya.
“Emangnya mau buat apa ma?“. Balasnya padaku.
“Mama mau bayar hutang sama Pak Raden tukang kredit tempat mama biasa pinjam. Gak enak pa kalo kita pindah dari sini tapi hutang kita belum dibayar lunas”. Pintaku pada suamiku
“Yaudah, papa ada kok uang segitu. Nanti mama yg bayarin ya ke dia biar kita gak ada ganjalan waktu pindah nanti”. Kata suamiku sambil membuka tasnya yg ada di lemari dan menyerahkan uangnya padaku. Aku pun menerimanya dengan senang hati
Setelah mendapatkan uang tersebut keesokan harinya aku bergegas menuju rumah Pak Raden yang jaraknya sekitar 2 km dari rumahku menggunakan angkot untuk membayar sisa hutangku padanya. Sampai disana dia menyambut kedatanganku denganku dengan gembira. Setelah duduk dan sedikit berbasa-basi akhirnya kuutarakan niatku untuk membayar hutang dan pindah dari Kota Bandung.
“Pak Raden, ini saya mau bayar sisa hutang saya ke Pak Raden sebesar 10 juta”. Kataku seraya menyerahkan uangku yg kubungkus dengan amplop coklat.
“Ok Dik Aisha uangnya bapak terima, tapi kita masih bisa main kan kayak biasanya hehehehe”. Kata Pak Raden sambil menyeringai mesum.
“Maaf pak sepertinya kita tidak akan bertemu lagi karena besok saya akan pindah ke Jakarta bersama keluarga karena suami saya akan bertugas disana”. Jawabku tegas.
“Sayang sekali ya Bapak juga bulan depan bakal pindah ke Surabaya bersama Siswanto, Sugiono, dan Paimin karena ada pekerjaan disana, tapi sebelum kita berpisah bisakah kita bermain untuk terakhir kalinya”. Rayu Pak Raden padaku.
“Baiklah kalo begitu saya setuju, tapi kita bermain hanya berdua aja kan disini”. Tanyaku padanya.
“Ya pastilah dik Aisha, mereka bertiga kan lagi gak ada disini. Nanti aku akan berikan pengertian pada mereka supaya tidak mengganggumu lagi”. Kata Pak Raden seraya memeluk tubuhku dan mengajakku ke kamarnya.
Hari itu untuk terakhir kalinya aku bersetubuh dengan Pak Raden. Kami melakukannya dengan panas. Setelah dua jam bercinta di saat aku akan pulang tepat ketika akan membuka pintu rumahnya dia memelukku erat-erat dan mencium bibirku sebagai tanda perpisahan. Aku pun membalas pelukan dan ciuman Pak Raden, lalu setelah itu aku pun pamit padanya untuk pindah dari sini.
Keesokan harinya kami sekeluarga berkemas pindah ke Jakarta. Dengan menyewa mobil travel kami berempat berjalan menuju Jakarta. Setelah 2 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Jakarta dan masuk ke perumahan khusus TNI yg merupakan rumah jatah bagi perwira TNI. Tiba disana aku merasa senang dengan rumah baruku ini.
Malamnya aku mengajak suamiku bicara di kamar. Aku mengatakan niatku mengajaknya pergi ke klinik terapi seks terkenal yg ada di Jakarta. Walaupun awalnya menolak karena malu namun setelah kubujuk akhirnya suamiku menuruti permintaanku dan mencoba mencari waktu yg tepat untuk pergi kesana. Ya tekadku sudah bulat ingin memperbaiki hubungan dengan suamiku terutama dalam soal urusan ranjang.
Beberapa hari kemudian aku dan suamiku pergi ke salah satu klinik terapi seks di Jakarta. Walaupun awalnya agak canggung karena baru pertama kali kesana aku dan suamiku memberanikan diri untuk mengutarakan masalah kami soal hubungan ranjang. Ternyata pihak klinik begitu ramah dan mengerti dengan permasalahan kami berdua lalu menjelaskan proses terapi yg akan kami jalankan.
Mereka juga meminta kami untuk bersabar karena jika ingin mendapatkan hasil maksimal harus ada tahapan yg mesti dilalui. Kami pun mengerti dan minta agar terapinya segera dimulai. Selanjutnya proses terapi pun mulai berjalan. Suamiku masuk ke dalam ruangan dan ditangani oleh terapis profesional. Aku pun menungguinya di ruangan lobby
Selesai terapi, aku bertemu suamiku di ruang lobby. Kulihat wajahnya lebih segar setelah mengikuti terapi. Setelah itu kami menemui pihak klinik dan mereka menjelaskan bahwa ini baru tahapan awal karena masih ada beberapa tahapan lagi yg harus dilalui. Kami pun mengangguk dan pamit untuk pulang.
Malamnya aku dan suamiku pun berhubungan intim. Kali ini terasa sekali perbedaannya, suamiku jauh lebih perkasa dari sebelumnya. Kulihat penisnya pun lebih keras dari biasanya. Aku senang sekali bahwa terapi seks yg kusarankan berhasil dengan cukup baik.
Setelah sebulan mengikuti terapi, akhirnya semua tahapan terapi sudah selesai dilalui. Performa seks suamiku meningkat tajam setelah sebulan diterapi. Hampir setiap hari kami bersetubuh. Terkadang aku mengingatkannya agar tidak terlalu kemaruk karena takut terdengar oleh anak-anak kami. Namun dia tidak mempedulikan nasihatku karena terlalu bergairah.
Setelah 2 bulan menikmati hubungan seks yg prima dengan suamiku akhirnya terjadilah peristiwa di luar dugaan kami. Ternyata aku positif HAMIL! Aku tahu hal ini setelah mengecek ke dokter kandungan karena siklus haidku yang mulai berantakan belakangan ini. Rupanya terapi yg pada awalnya hanya bertujuan untuk meningkatkan performa seks suamiku ternyata juga sanggup menghasilkan benih janin di dalam rahimku.
Sampai dirumah aku pun memberitahukan hal ini pada suami dan kedua anakku. Mereka bertiga sangat senang mendengar bahwa akan ada anggota baru di keluarga ini. Suamiku pun berpesan agar aku jangan terlalu kecapean dan meminta Nadia dan Aslam untuk ikut menjagaku selama masa kehamilan. Mereka berdua menganggukkan kepala menuruti pesan papanya.
Malam harinya ketika suamiku sudah tertidur disampingku aku pun menangis menyesali perbuatanku dahulu. Walaupun aku yakin benih janin yg kukandung ini adalah benih Hans suamiku, namun aku tetap merasa bersalah karena pernah selingkuh di belakangnya sewaktu di kami tinggal Bandung dulu. Aku berpikir sepertinya kehadiran anak ketiga ini sebagai peringatan dari Tuhan agar aku menjadi istri dan ibu yang baik bagi keluargaku.
Selama masa kehamilan suamiku selalu menghujaniku dengan perhatian berlebih. Dia selalu menuruti apapun kemauanku yg kadang suka ngidam yg aneh-aneh. Hihihi maafkan aku ya Hans tapi ini kemauan anakmu bukan kemauanku.
Setelah 9 bulan berlalu tepat di usiaku yg ke 38 tahun akhirnya aku pun melahirkan. Ketika kulihat wajah bayiku untuk pertama kalinya aku bergumam dalam hati “Ya Allah dia mirip sekali dengan Hans”. Bayi laki-laki tampan bermata biru itu sungguh menggemaskan. Aku pun mengucapkan rasa syukur pada Tuhan karena memberikanku bayi setampan dan selucu ini.
Afiq Anakku Sewaktu Bayi
Ketika menyusui Afiq, terkadang air mataku menetes. Bukan hanya karena rasa sayangku yg besar padanya namun juga setiap kali melihat wajahnya aku selalu teringat Hans suamiku lelaki baik hati yg dulu pernah kuhianati cintanya. Karena itulah aku memperlakukan Afiq agak berbeda dibandingkan dengan kakak-kakaknya.
Begitulah kisahku di masa lalu. Sekarang ini keadaan ekonomi kami sudah jauh lebih baik karena suamiku sudah naik pangkat menjadi seorang perwira di Mabes TNI. Selain itu untuk menambah pendapatan keluarga aku pun berjualan pakaian wanita secara online. Hasil dari aku berjualan pakaian cukup untuk tambahan uang susu Afiq dan bensin mobil kami.
2 Minggu yang lalu aku mendapat 2 undangan sekaligus dari kampung halamanku di Medan Sumatera Utara. Pertama adalah undangan pernikahan keponakan perempuanku Mira yang merupakan anak sulung dari sepupu perempuanku Sharmila. Lalu yang kedua undangan reuni teman SMA ku di salah satu restoran yg ada di Mall di pusat kota Medan.
Semula aku urung untuk pergi karena selain jauh aku juga masih merasa berat untuk meninggalkan Afiq dirumah. Namun setelah berpikir ulang dan juga diyakinkan oleh suamiku bahwa ibunya dari Manado akan datang ke Jakarta untuk menjaga Afiq aku aku pun memutuskan untuk berangkat ke Medan ditemani oleh anak keduaku Aslam.
Akhirnya pada hari Kamis pagi aku dan Aslam pun berangkat ke Medan menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Aku pun sudah memberitahukan ibuku bahwa aku akan tinggal di rumahnya selama berada di Medan bersama cucunya yaitu anakku Aslam. Mendengar hal itu ibuku merasa sangat senang sekali apalagi dia sudah lama tidak bertemu Aslam.
Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya pada sore harinya kami berdua tiba di rumah Ibuku. Terlihat wajahnya begitu ceria menyambut kami karena selama ini dia hanya tinggal berdua dengan seorang pembantu bernama Mbok Sumi. Setelah beramah-tamah sebentar, Aslam yg sudah terlihat kelelahan minta diri untuk beristirahat di kamar yg sudah disediakan.
“Tadi berangkat jam berapa kau dari Jakarta Sha?” Tanya ibuku dengan logat Medan yg kental.
“Pesawat berangkatnya jam 11 pagi Bu, sebenarnya kami udah sampai di Kualanamu jam 1 siang, cuma karena Aslam tadi kelaparan makanya kami makan dulu di bandara, setelah selesai makan barulah kami jalan ke rumah ibu”. Jawabku padanya.
“Kenapa kau gak bawa si Afiq kesini Sha? Aduh ibu udah kangen kali lama gak ketemu sama si kecil ganteng itu”. Tanya ibuku meluapkan rasa kangennya pada Afiq.
“Iya Bu maaf aku gak ngajak Afiq, soalnya dia masih kecil dan masih sekolah juga”. Kataku sambil meminta maaf padanya.
“Terus siapa yg jagain dia di Jakarta?“. Selidik ibuku.
“Kebetulan maminya Hans datang dari Manado ke Jakarta Bu, beliau yg jagain Afiq selama aku sama Aslam di Medan”. Terangku pada ibu.
“Oh gitu, ok nanti kalo ke Medan lagi, ajakin si Afiq kesini ya biar dia kenal sama sodara-sodaranya di Medan”. Ujar Ibuku dengan tegas.
“Iya Bu, nanti kapan-kapan kalo ada waktu aku bakalan ajakin Afiq sama Nadia sekalian main kesini”. Kataku meyakinkan ibu.
“Oh ya Bu, aku ke kamar dulu ya, mau istirahat dulu soalnya abis perjalanan jauh tadi”. Kataku minta diri untuk istirahat.
“Yaudah istirahat aja Sha, ibu liat muka kau keliatan capek kali abis perjalanan jauh”. Kata ibuku mempersilahkan.
Aku pun akhirnya menuju kamar untuk beristirahat. Sampai di kamar kulihat Aslam sedang berbaring sambil memejamkan matanya. Melihat itu aku pun berinisiatif untuk ikut berbaring di sampingnya. Aku pun mulai berbicara pada Aslam dan memintanya untuk tidur bersamaku di kamar ini karena aku takut tidur sendirian.
Iya pun mengiyakan permintaanku dan bilang bahwa dia juga lelah kalau harus memindahkan koper ke kamar lain. Saat itu aku pun reflek untuk memeluknya dari samping. Sewaktu memeluknya dia mengutarakan permintaan padaku untuk tidak melepas anting-anting hoop bulat di kedua telingaku saat tidur nanti. Dia pun memujiku sambil bahwa aku terlihat lebih cantik jika memakai anting-anting hoop bulat.
Pada saat makan malam ketika aku dan Ibuku asyik mengobrol kulihat mata Aslam menatapku dengan tajam. Malam itu aku memakai kaos tanpa lengan, celana pendek sepaha dan rambut kuncir kuda sehingga anting-anting hoop yg kupakai terlihat bergerak bebas. Jujur semenjak melahirkan Afiq aku memang jarang memakai daster dan lebih sering memakai kaos tanpa lengan dan celana pendek sepaha karena lebih nyaman.
Setelah makan aku dan Aslam pergi ke ruang keluarga untuk menonton TV sementara Ibuku pergi beristirahat di kamarnya. Sembari menonton TV dia menanyakan kegiatan apa yg akan kami lakukan besok. Aku bilang besok waktunya mencari kado pernikahan untuk Mira di Sun Plaza yg dekat dengan Masjid Agung Medan sehingga dia tetap bisa beribadah shalat Jum’at.
Saat di kamar, karena haus aku pun meminta Aslam untuk membuatkan teh manis untukku. Dia pun mengiyakan dan langsung pergi ke dapur. Tak sampai 10 menit kemudian dia pun datang ke kamar dengan membawa dua gelas satu untuknya dan satu untukku. Aku pun meminumnya dengan lahap setelah itu aku mencoba untuk berbaring tidur sementara Aslam kembali ke dapur untuk mencuci gelas minuman kami.
Setelah mencuci gelas Aslam kembali masuk ke kamar dan berbaring di sampingku. Aku pun menoleh ke samping dan menatapnya dengan tersenyum mengisyaratkan padanya untuk segera tidur. Melihat itu dia pun berinisiatif untuk mendekati tubuhku lalu memelukku dari samping sambil memainkan dan menciumi anting-anting yg kupakai.
Saat tidur aku tiba-tiba aku mengalami mimpi buruk. Ya saat itu aku bermimpi tubuhku yang sedang telanjang ditindih oleh seseorang yang sedang menyodok-nyodok vaginaku. Saat kubuka mataku aku pun kaget setengah mati melihat anakku Aslam sedang memperkosaku dengan brutal. Aku pun mencoba mengingatkan dan menghentikan perbuatannya.
“Aslam! Apa yg kamu lakukan nak? Tolong jangan perkosa mama Hiks Hiks Hiks!“. Mohonku padanya sambil menangis tersedu-sedu.
“Ini hukuman buat mama karena udah selingkuh sama Pak Raden dan lelaki lain! Ohh Ohh Ohh CUPP CUPP CUPP”. Teriak Aslam padaku.
“Nak itu gak seperti yg kamu bayangkan tolong dengerin dulu penjelasan mama Huhuhuhuhu!“. Bujukku padanya.
“Apanya yg harus dijelasin ma, udah jelas kok kalo mama itu suka selingkuh kayak LONTE! Ahh Ahh Ahh!“. Maki anakku.
“PLAAKK! Kurang ajar kamu Aslam! Jaga mulut kamu!“. Kataku marah sambil menamparnya.
“Berani ya mama tampar aku! Ok aku bakal kasih mama hukuman karena udah tampar aku HIYAA! OHH OHH OHH PLOK PLOK PLOK! Katanya marah sambil mempercepat sodokan penis besarnya pada vaginaku.
“Tolong berhenti Aslam, kamu anak kesayangan mama! Hiks Hiks Hiks Hiks! Rayuku padanya sambil meneteskan air mata.
“Gak bisa ma, aku gak bisa berhenti Ohh Ohh Ohh Ohh ma, aku gak tahan lagi mau keluar Ohh Ohh Ohh!”
“Nak tolong jangan keluarin di dalem! Nanti mama hamil anakmu! Mohonku pada Aslam.
“Ohh Ohh Ohh telat ma aku udah gak tahan lagi Ohh Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Lenguh Aslam sambil menyemprotkan spermanya dengan sangat banyak ke dalam rahimku.
*Ohh Ohh Ohh kamu jahat Aslam Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Keluhku sambil orgasme menyirami penis anakku. Karena kelelahan anakku pun ambruk menindih tubuhku.
Jam 5 pagi akhirnya aku pun terbangun dari mimpiku. Kulihat Aslam sedang tertidur di sampingku sambil memeluk guling. Kurasakan badanku pegal-pegal dan rahimku terasa hangat. Aku pun meninggalkan tempat tidur ke menuju kamar mandi untuk kencing dan cuci muka.
Saat kencing di closet kurasakan air kencingku terasa hangat dan banyak. Setelah kencing vaginaku terasa seperti masih ada yg hangat mengganjal. Aku pun mulai menekan-nekan bibir vaginaku supaya ada yg keluar dari situ. Setelah itu aku merasa ada cairan yg keluar dari vaginaku. Saat melihat ke vaginaku aku melihat cairan berwarna putih kental keluar dari lubang kemaluanku.
Aku pun mencoleknya sedikit dan mulai menciumnya. Setelah menciumnya aku pun kaget “Ohh tidak bau dan bentuknya seperti sperma!” Kataku dalam hati. Berarti ada yg telah memperkosaku tadi malam. Pertanyaannya siapakah yg telah memperkosaku? Apakah Aslam atau ada orang lain yg masuk ke kamar ini? Seingatku hanya aku berdua dan Aslam yg tidur di kamar ini.
Selesai membersihkan diri aku pun keluar dari kamar mandi. Aku pun naik ke tempat tidur masuk ke dalam selimut sambil meluruskan kakiku. Kulihat Aslam masih tertidur pulas. Melihat wajahnya yg ganteng itu aku pun mengelus kepalanya sambil bertanya dengan suara lirih padanya. “Aslam, kenapa kamu tega perkosa mama?
Apakah tubuh mama udah bikin kamu nafsu? Atau karena kamu dendam sama mama di masa lalu?” Kataku lirih sambil menangis. Ingin rasanya aku membangunkan Aslam untuk menanyakan apa yg ia lakukan semalam terhadap tubuhku namun aku menahannya. Ya aku harus punya bukti yg kuat terlebih dahulu untuk membuktikan perbuatan Aslam.
Sewaktu mandi, aku memikirkan bagaimana caranya membuat Aslam mengakui perbuatannya. Ya aku harus memberikan pelajaran atas perbuatannya yg terkutuk itu. Setelah mandi aku pun keluar dari kamar mandi dan menuju tempat koper berada lalu mulai membukanya untuk mengambil pakaian. Selesai berpakaian aku pun menuju pintu untuk keluar.
Di dekat pintu keluar kulihat jaket yg dipakai Aslam kemarin masih tergantung disitu. Aku pun iseng untuk mengambil jaketnya dan memeriksa isinya. Saat kuraba kantongnya aku merasa ada suatu barang yg tersimpan disitu. Saat kuambil barang itu berbentuk botol obat kecil yg berisi tablet. Saat kubaca tenyata ini adalah obat tidur!
Oh jadi ini yg membuatku tertidur pulas tadi malam. Aku ingat tadi malam aku meminta Aslam untuk membuatkan teh manis untukku. Sepertinya dia memasukkan obat tidur ke dalam teh manisku hingga aku tidak sadarkan diri tadi malam. Aku pun mengambil botol obat itu sebagai barang bukti untuk kutanyakan pada dia nanti.
Oh ya aku ingat hari ini adalah jadwal pergi ke mall mencari kado pernikahan untuk keponakanku Mira. Aku harus bersikap senormal mungkin terhadap Aslam agar dia tidak curiga. Setelah pulang dari mall nanti barulah aku akan “menembaknya”. Aku mengambil obat tersebut dan menyimpannya di dalam koperku lalu aku keluar kamar untuk menyiapkan sarapan bersama Ibuku dan Mbok Sumi.
POV Aslam
Jam 7 pagi akhirnya aku pun terbangun. Kulihat Mbak Sumi sedang menyapu kamar kami. Melihat aku terbangun Mbok Sumi pun menegurku.
“Mas Aslam udah bangun?“. Tanya Mbok Sumi padaku.
“Iya Mbok, Oh ya mama sama Bunda dimana Mbok?“. Balasku bertanya padanya.
“Mamanya Mas Aslam sama Ibu lagi masak di dapur bikin sarapan”. Jawabnya padaku.
“Oh gitu, yaudah aku ke dapur dulu ya Mbok”. Kataku bergegas pergi.
“Gak mandi dulu mas?“. Tanya Mbok Sumi.
“Nanti ajalah Mbok aku mau sarapan dulu udah laper banget soalnya”. Jawabku sambil bergegas pergi.
Aku pun keluar kamar dan menuju dapur. Sebelum sampai ke dapur karena kantong kemihku sudah penuh aku pun pergi ke kamar untuk kencing. Saat kencing aku teringat persetubuhanku dengan mama tadi malam. Oh aku merasa ingin mengulanginya lagi bersama mama. Karena membayangkan peristiwa tadi malam otomatis kontolku yang barusan lemas karena habis kencing mulai mengeras kembali.
Saat di dapur kulihat Bunda dan Mama sedang memasak menyiapkan sarapan. Aku pun menyapa mereka berdua.
“Mama sama Bunda lagi masak apa?“. Tanyaku pada mereka berdua.
“Ini lagi bikin kari ayam sama Roti Naan khas Pakistan kesukaan kamu sayang”. Jawab mamaku lembut dengan senyum manisnya.
“Eh kau gak mandi dulu apa?“. Tanya Bunda.
“Udah laper banget nih Bun, lagian mama juga gak bangunin aku tadi”. Kataku beralasan.
“Lagian kamu tadi mama bangunin susah banget ya mama tinggal deh. Yaudah cepetan mandi gih terus siap-siap biar abis makan bisa langsung jalan buat beli kado”. Perintah mamaku.
“Iya ma”. Kataku singkat sambil pergi meninggalkan mereka berdua.
Akhirnya aku pun pergi mandi dan bersiap-siap. Setelah selesai aku langsung menuju meja makan untuk sarapan bersama. Kulihat mama dan Bunda sedang duduk sambil menikmati sarapannya. Aku pun langsung duduk dan menikmati sarapan pagi ini. Roti Naan dan Kari Ayam khas Pakistan buatan Bunda memang sedap dan selalu membuatku rindu dengan masakannya.
Roti Naan dengan Kari Ayam
Setelah makan aku pun duduk di ruang tamu. Sembari menunggu mamaku yang sedang ke kamar sebentar mau mengambil jaketnya, aku pun memesan taksi online sebagai alat transportasi kami menuju Mall. Saat keluar kamar kulihat mama sudah mengenakan jaket coklat menutupi kaos hijaunya dengan bawahan celana jeans biru lengkap dengan sepasang anting-anting hoop berwarna kuning emas di kedua telinganya.
Mamaku hari ini
Sepanjang perjalanan kulihat tatapan mata mamaku agak lain dari biasanya. Ya tatapannya menunjukkan banyak makna di matanya. Timbul ketakutan dalam diriku apakah mama mengetahui kejadian semalam? Seingatku aku sudah membersihkan tubuhnya dengan seksama dan memakaikan bajunya seperti semula. Jika masih ketahuan juga maka aku akan berterus terang padanya dan akan menanyakan perselingkuhannya di masa lalu dengan banyak lelaki.
Akhirnya sekitar jam 10 kami pun tiba di Sun Plaza. Saat itu suasana masih sepi karena mall baru saja buka. Aku dan mama pun berkeliling untuk mencari hadiah yg cocok untuk Mira sepupuku. Aku dan mama pun berdiskusi tentang hadiah yg akan kami berikan. Aku mengusulkan pada mama untuk memberikan hadiah bed cover kepada Mira karena setahuku harga bed cover tidaklah terlalu mahal dan cocok untuk pengantin baru.
Mama pun menyetujui usulanku untuk membeli bed cover. Akhirnya kami pun menuju toko yg menjual perlengkapan rumah tangga yaitu Ace Hardware. Saat tiba disana kulihat jam sudah menunjukkan tepat pukul 12.00 siang. Karena waktu shalat sudah hampir tiba aku pun minta izin pada mama untuk pergi shalat Jum’at.
“Ma, aku mau Jum’atan dulu ya, mama terusin aja belanjanya”. Kataku pamit ke masjid.
“Iya sayang, buruan gih nanti kamu telat lagi Jum’atannya”. Kata mamaku sambil tersenyum manis.
“Oh ya Aslam, nanti kalo udah selesai Jum’atan kita langsung makan aja ya, nanti mama kirim WA ke HPmu tempat makannya”. Kata mamaku lagi.
“Ok ma, yaudah aku shalat dulu ya”. Kataku sambil meninggalkannya berbelanja sendirian di toko.
“Ok sayang”. Kata mamaku dengan tatapan penuh arti.
Aku pun segera pergi menuju Masjid Agung Medan yg jaraknya dekat dengan Sun Plaza. Kulihat masjid ini cukup besar dan megah. Beberapa saat kemudian aku pun melaksanakan shalat Jum’at. Sewaktu shalat aku terbayang kejadian semalam antara aku dan mama. Sesaat aku merasa telah berdosa karena menodai mamaku sendiri tadi malam.
Selesai shalat Jum’at aku mendapat pesan WA dari mamaku kalau ia sudah selesai belanja dan menyuruhku untuk pergi ke restoran Es Teler 77 di lantai 3 Sun Plaza untuk makan siang bersama. Aku pun bergegas menemui mama karena perutku sudah terasa lapar.
Tak berapa lama kemudian akhirnya aku tiba di Restoran Es Teler 77 di lantai 3. Aku pun segera mencari tempat dimana mamaku duduk. Di saat aku sedang mencari tempat duduknya, tiba-tiba mama yg duduk di pojok melambaikan tangan padaku dan memberi isyarat untuk duduk bersamanya.
“Udah selesai belanjanya ma? Tadi mama beli apa aja buat Mira?” Tanyaku pada mama.
“Tadi mama beli bed cover sama kain taplak meja buat hadiah besok”. Kata mama sambil menunjukkan hadiah untuk pernikahan Mira besok. Jawab mamaku.
“Terus mama beli bungkus kado gak? Masa ngasihnya telanjang gitu gak dikadoin?” Tanyaku lagi.
“Tenang sayang, mama udah beli bungkus kadonya, nanti sampe dirumah kamu bantuin mama ya buat bungkusin kadonya”. Kata mamaku lagi.
“Siap ma”. Kataku sambil mengangkat tanganku dengan posisi hormat padanya. Mama pun hanya tertawa kecil melihat tingkahku itu.
“Yaudah buruan gih pesen makanannya, kamu udah kelaparan juga kan dari tadi$. Tegas mamaku menyuruhku memesan makanan.
Aku pun akhirnya memesan paket nasi goreng ayam dengan teh manis sementara mamaku memesan paket ayam goreng kremes dan teh lemon. Tak lama kemudian pesanan kami pun datang. Kami makan dengan lahap siang itu. Selama makan kulihat tatapan mata mamaku begitu tajam ke arahku. Sekalipun ia selalu tersenyum manis namun tatapannya menyiratkan satu makna tersembunyi.
Setelah selesai makan siang bersama, aku dan mama bersiap untuk pulang ke rumah karena harus mempersiapkan diri untuk besok hari. Kami pun segera memesan taksi online dan ketika taksi yang dipesan tiba di depan mall, kami langsung menaikinya dan pulang ke rumah.
Kami pun sampai dirumah pada sore hari. Setelah sampai dirumah kebetulan Bunda sedang pergi keluar rumah maka dirumah hanya menyisakan Mbok Sumi. Tepat beberapa saat setelah kedatangan kami Mbok Sumi pun pamit kepada kami untuk pulang kerumahnya. Mama pun mempersilahkanya untuk pulang. Setelah Mbok Sumi pulang kami mulai mengemas kado yang akan dibawa untuk besok hari.
Malamnya setelah mandi aku, mama, dan Bunda makan malam bersama. Saat itu Bunda bilang bahwa acara pernikahan besok akan dimulai pukul 10 pagi dan beliau berpesan kita harus sudah siap mulai jam 8 pagi. Aku pun mulai bertanya pada Bunda mengenai acara besok.
“Bunda, besok kita pergi kesana naik apa?“. Tanyaku pada Bunda.
“Besok kita kesana naik mobilnya Tante Mumtaz, kebetulan mobilnya besar dan mereka berangkat cuma bertiga sama Om Tigor plus anaknya Zoya”. Terang Bunda padaku.
Oh ya Tante Mumtaz ini adalah adik kandung mamaku, usianya sekitar 40 tahun dan mempunyai suami bernama Tigor Harahap yang biasa kupanggil Tulang Tigor. Diantara adik beradik di keluarga mamaku, Tante Mumtaz bisa dibilang adalah orang paling kaya. Suaminya Tulang Tigor adalah seorang pengusaha kelapa sawit yang mempunyai lahan yang cukup luas sedangkan Tante Mumtaz sendiri mempunyai usaha salon kecantikan yang lumayan maju.
Mereka sendiri memiliki dua orang anak yang pertama adalah Bang Nadir usianya seumuran dengan kakakku Nadia yakni 20 tahun dan saat ini sedang kuliah di Malaysia. Lalu yang kedua adalah Zoya seumuran denganku yakni 18 tahun dan baru saja tamat SMA sama sepertiku. Terakhir kali aku bertemu mereka 4 tahun yg lalu saat mereka sekeluarga berlibur ke Jakarta sekaligus menengok adikku Afiq yang baru lahir saat itu.
Saat itu aku ingat sepupuku Zoya masih terlihat imut-imut layaknya anak SMP, aku penasaran seperti apa bentuk fisiknya saat ini. Kalau dilihat di media sosial sih kelihatannya dia lebih dewasa dan makin cantik, tapi aku penasaran bagaimana jika melihatnya secara langsung. Ya aku akan tahu jawabannya besok.
Setelah makan malam aku pergi ke ruang keluarga untuk menonton TV sedangkan mama langsung ke kamar untuk mempersiapkan baju yang akan dipakai untuk acara besok. Saat asyik menonton TV Bunda berpesan padaku agar tidak tidur terlalu malam karena besok pagi kami harus berangkat pagi agar tidak terkena macet.
Saat masuk ke kamar, kulihat mamaku sedang membaca majalah sambil selonjoran di kasur. Ketika aku masuk mamaku hanya menoleh ke arahku sambil tersenyum tipis dan melanjutkan kembali membaca majalahnya. Aku pun langsung membuka koper dan menyiapkan baju, celana, sepatu pantofel dan hal-hal lainnya untuk acara besok.
Setelah selesai menyiapkan aku pun langsung menuju tempat dimana jaketku digantung. Saat memeriksa jaketku aku tidak menemukan obat tidur yang aku bawa dari Jakarta kemarin. “GAWAT! Kemana perginya obat tidurku? Apakah mama sudah mengambilnya? Ah aku panik sekali semoga saja bukan mama yang mengambilnya, mungkin saja jatuh lalu diambil oleh Mbok Sumi”.
Untuk menenangkan diri, aku pun mencoba keluar kamar sebentar dan menuju dapur. Sampai di dapur aku mengambil segelas air minum dan meminumnya sampai habis. Oh bagaimana kalau aku sampai ketahuan? Jujur aku takut sekali jika sampai mama tahu perbuatanku, terlebih lagi aku tahu sekali tabiat mama yang walaupun tergolong penyabar tapi kalau sudah marah dia bisa mengamuk sejadi-jadinya.
Saat membuka pintu kamar, kulihat mama sudah berdiri di hadapanku. Tatapan matanya sungguh tajam dan seperti menahan amarah padaku. Saat aku menutup dan mengunci pintu mama pun mulai berbicara padaku.
“Aslam, kamu tadi darimana aja? Kok lama banget keluarnya?“. Tanya mamaku.
“Tadi aku haus ma, makanya tadi aku ke dapur ambil minum dulu. Oh ya ma aku udah ngantuk nih mau tidur dulu”. Jawabku padanya sambil berjalan menuju kasur untuk berbaring.
“Sebelum kamu tidur, mama mau tanya dulu satu hal sama kamu”. Kata mamaku dengan tegas lalu menghampiriku duduk di tepi ranjang.
“Mau nanya apalagi sih ma, udah malem nih aku mau tidur”. Kataku sambil duduk di sampingnya sambil berusaha tetap mengelak.
“Semalem kamu ngapain mama?“. Tanyanya padaku.
“Semalem? Ya aku tidur sama mama disini”. Kataku berusaha mengelak.
“Kamu semalem tidur apa tidurin mama jawab! Nada suara mamaku terdengar meninggi.
“Kok mama jadi marah-marah gini sih sama aku? Ya jelas tidurlah kok mama pertanyaannya jadi aneh gini sih?“. Balasku sengit padanya.
“Terus ini apa?“. Tanya mamaku sambil menunjukkan sesuatu.
Sewaktu kulihat aku kaget setengah mati. Ternyata mamalah yg mengambil obat tidur yang ada di jaketku. Melihat itu pun aku hanya menunduk sambil terdiam seribu bahasa.
“Semalem waktu kamu bikinin mama teh manis, kamu masukin obat tidur ini kan ke minuman mama supaya kamu bisa perkosa mama sepuasnya?“. Tanya mamaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Lho kok ma… mama bi… bisa tahu?“. Tanyaku gugup.
“Ya jelas mama tahu lah. Waktu mama kencing tadi pagi, dari vagina mama keluar cairan sperma banyak banget dan mama yakin itu sperma kamu karena cuma kamu yang tidur sama mama di kamar ini ya kan?“. Tanya mamaku sambil berurai air mata. Mendengar itu aku hanya terdiam menunduk.
“Apa salah mama sama kamu Aslam? Kenapa kamu sampe tega perkosa mamamu sendiri hiks hiks hiks”. Tanya mamaku sambil menangis tersedu-sedu.
“Ya emang bener ma, semalem aku memang perkosa mama habis-habisan sampe 3 kali dan asal tahu aja ma, setiap ronde aku selalu ngeluarin spermaku di dalam rahim mama”. Kataku jujur
“PLAK”. Tampar mamaku dengan keras sampai terasa sangat perih di pipiku. “Kurang ajar kamu Aslam! Kamu pikir mamamu ini pelacur apa sampe kamu setubuhin kayak perempuan murahan hiks hiks hiks”. Kata mamaku dengan tangis yang makin keras.
“Kalo mama emang bukan pelacur, kenapa mama dulu selingkuh sama Pak Raden dan laki-laki lain?“. Tanyaku dingin.
“Maksudmu apa nanya kayak gitu sama mama?“. Tanya mamaku dengan tetap berurai air mata.
“Gak usah bohong deh ma, 6 tahun yang lalu waktu kita masih tinggal di Bandung mama sering selingkuh kan sama Pak Raden dan laki-laki lain kalo papa gak ada dirumah!“. Kini giliranku balas bertanya pada mama dengan nada tinggi.
“Nak, mama bisa jelasin untuk masalah itu”. Kata mamaku mencoba menjelaskan permasalahannya padaku.
“Apalagi yang harus dijelasin ma, udah jelas kok kalo mama dulu emang suka selingkuh”. Kataku membantahnya.
“Itu gak seperti yang kamu bayangkan nak”. Ujar mama coba menjelaskan padaku.
“Udah gak usah coba jelasin apapun ke aku, sekarang mama harus terima hukuman akibat perbuatan mama dulu”. Kataku sambil memegangi kedua lengannya dengan penuh nafsu.
“Tolong jangan perkosa mama Aslam hiks hiks hiks”. Kata mamaku memohon-mohon.
“Udah gak usah cerewet! Ini hukuman buat mama ARRRGGHH BRUKK!“. Kataku dengan marah sambil mendorong tubuhnya terlentang di atas ranjang.
Setelah mama terlentang di atas, aku pun mulai menggerayangi dan menciumi tubuhnya. Nafsuku begitu terbakar melihat penampilan mamaku hari ini yang memakai kaos putih tanpa lengan, celana pendek setengah paha, dan juga anting-anting hoop berwarna emas yg melingkar di kedua telinganya. Aku pun mulai melucuti pakaian mamaku dan juga pakaianku hingga kami berdua pun telanjang bulat.
“Ohh mama cantik banget bikin aku jadi gak tahan ma Ohh Ohh Slurp Slurp Slurp”. Kataku sambil menjilat dan menghisap-hisap memeknya.
“Aslam udah nak jangan gituin mama Ohh Ohh OHH!“. Kata mamaku yang mulai terangsang akibat jilatanku.
“Slurp Slurp Slurp Slurp Ahh Ahh mama!“. Kataku sambil menikmati memeknya.
Setelah 15 menit rupanya mamaku akan orgasme. Dijambaknya rambutku olehnya dan akhirnya CREETT CREETT CREETT! Mamaku pun orgasme menyemprot wajahku. Aku menikmatinya sambil menjilati memeknya hingga bersih.
Setelah selesai menjilati memeknya. Tibalah saatnya ke permainan utama. Kupegangi kontolku yang putih, panjang dan kaku dan kuperlihatkan pada mama. Melihat ukuran kontolku mama pun kaget setengah mati.
“Ma, aku gak tahan mau masukin kontolku ke memek mama”. Kataku sambil memegangi kontolku.
“Punyamu gede banget nak, nanti mama bisa pingsan”. Kata mamaku sambil memohon padaku.
“Tenang aja ma, nanti mama bakal ketagihan kok saya kontolku”. Kataku sambil membujuknya.
Aku pun mulai menggesekkan kontolku di bibir memeknya. Kulihat mamaku mulai mendesah-desah tak karuan akibat tingkahku ini. Setelah beberapa menit akhirnya BLESS BLESS BLESS SREET SREET SREET! Masuklah kontolku ke memek mamaku yang sangat peret dan menjepit itu. Setelah itu aku pun mulai menggenjotnya dengan pelan
“Ohh Ohh Ohh nikmat ma nikmat Ahh Ahh Ahh!” Kataku sambil menggenjotnya.
“Ohh punyamu gede banget nak, vagina mama jadi sakit ini Hiks Hiks Hiks”. Kata mamaku sambil menangis menahan perih dan nikmat.
“Ohh Ohh Ohh Plak Plok Plak Plok!” Aku pun mempercepat genjotanku hingga menimbulkan suara yg begitu nyaring. Semoga saja Bunda tidak mendengar suara pergumulan kami berdua.
“Mama tahu gak perasaan aku waktu liat mama selingkuh? Sakit ma sakit banget! Apalagi ngeliat mereka nyemprotin sperma ke rahim mama. Rasanya aku benci banget sama mama OHH OHH OHH!“. Kataku sambil melampiaskan amarahku dengan menggenjotnya dengan brutal.
“Hiks Hiks tolong maafin mama Aslam, iya mama ngaku salah nak tapi mama saat itu gak punya pilihan lain Ohh Ohh Ohh”. Kata mamaku meminta maaf sambil menangis-nangis dan mendesah.
“Gak usah banyak alasan ma! Mama emang salah karena dulu udah selingkuh sama Pak Raden Ohh Ohh Ohh!“. Kataku sambil tetap menggenjotnya dengan kencang.
Setelah sekitar setengah jam menggenjot memeknya, kurasakan cairan spermaku terasa akan meledak. Kupercepat sodokan kontolku pada memeknya hingga menabrak pintu rahimnya yang kenyal. Aku pun mulai berteriak pada mamaku.
“Mama, aku gak tahan lagi mau keluar Ahh Ahh Ahh!” Kataku sambil mempercepat genjotanku dengan brutal.
“Aslam, jangan keluarin di dalem nak. Nanti mama hamil anakmu”. Kata mamaku dengan memohon padaku.
“Masa bodo! Pokoknya aku mau keluarin di dalem Ahh Ahh Ahh!” Kataku sambil memaksa.
Aku pun terus mempercepat sodokanku pada memeknya sambil menjilati leher dan menghisap teteknya. Akal sehatku benar-benar hilang saat ini digantikan oleh nafsu membara yang menguasai tubuhku. Kini tibalah saatnya aku membalas perbuatan mama. Ya aku akan menyemprotkan spermaku ke dalam rahimnya sebagai hukuman atas perbuatan terkutuknya di masa lalu.
“Ma, aku mau keluar ma udah gak tahan lagi Ohh Ohh Ohh!“. Kataku mengingatkannya.
“Aslam tolong cabut penismu nak, nanti spermamu bisa buahin rahim mama hiks hiks hiks”. Kata mamaku mencoba mencegah perbuatanku.
“Terlambat ma! Sekarang TERIMALAH PEMBALASAN DARIKU MA! ARRGGH ARRGGH CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!“. Kusemprotkan spermaku belasan kali ke dalam rahimnya dengan sangat kuat. Aku merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika spermaku menyemprot ke dalam rahimnya.
“Kamu jahat Aslam! Mama bisa hamil karena spermamu Ahh Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!“. Balas mamaku yang juga telah mencapai orgasme secara hampir bersamaan denganku. Setelah itu aku pun ambruk menindih tubuh mamaku.,,,,,,,,,,,,,,,,,