Perkenalkan aku Ale 35 tahun, tinggi 175 dan perawakanku sedikit gemuk dengan berat badan 82 Kg. Aku sudah menikah dengan Smita wanita yang selisih 10 tahun lebih muda dari usiaku.
Maklum dengan kehidupan perkotaan yang menuntut tercukupi kebutuhan materi membuat aku agak terlambat memulai perjalanan bahtera rumahtangga. Aku sebenarnya sering berpacaran dengan wanita yang lebih tua dariku. Entah mengapa karena bosan barangkali justru aku menikahi perempuan yang jauh lebih muda.
Aku sudah sudah berumahtangga sekitar 5 tahun saat ini. Usia pernikahan 5 tahun merupakan usia yang sejatinya sudah dihiasi dengan kehadiran buah hati. Sayangnya kebahagian tersebut belum bisa dirasakan oleh aku dan istri sampai saat ini. Kami sudah memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan untuk memeriksakan keadaanku dan istri. Hasilnya tidak ada yang masalah diantara kami berdua. Memang ada indikasi sedikit gangguan hormonal di istri yang biasa disebut dengan POS, dan gangguan libido. Solusinya hanya disarankan untuk sering berjemur matahari pagi guna mendapatkan vitamin D untuk mengatasi gangguan hormonal istri. Obat yang lain adalah obat dari Cina yang direferensikan oleh dokter tempat aku berkonsultasi menggunakan resep dokter. Obat ini disebutkan mempunyai dosis yang tinggi untuk istri. Akupun membeli untuk kebutuhan selama 1 tahun karena aku ingin mengikuti program yang ditawarkan dokter.
Meskipun aku dan istri belum mempunyai anak, Ibu mertua tidak terlalu menanyakan karena sudah memahami persoalan yang dihadapi.
Aku bekerja sebagai marketing pada sebuah perusahaan swasta. Aku dan istri bertemu di tempat kerja. Kami berpacaran 3 tahun sebelum akhirnya memutuskan menikah. Karena suami istri tidak boleh 1 tempat kerja, maka aku kemudian keluar dan mencari pekerjaan lain yang juga merupakan bakatku sebagai marketing properti.
Istriku 2 bersaudari. istriku selisih 7 tahun dari adiknya. Adik istriku bernama Risca yang masih duduk dikelas XII sekolah dibilangan selatan kota ini. Aku dan Risca sangat akrab seperti adik dan kakak.
Risca lebih cantik dan semampai dibandingkan istriku. Wajah Risca sedikit mirip dengan Istriku. Istriku mempunyai berat badan 68Kg dan tinggi sekitar 165 Cm. Riska kutaksir lebih tinggi sedikit dari istriku sekitar 168Cm dan berat sekitar 60Kg. Kaki risca jenjang dan payudaranya tentu saja lebih kecil dari istriku, karena awalnya aku sempat tanpa sengaja melihat dari luar jendela ketika Risca mengenakan bh tanpa sadar ke arah kaca.
Namun ada hal yang membuat Risca menarik dimataku. Risca sangat hobi berenang. Tidak heran tubuhnya seperti atlit renang putri, dan tampak sangat bugar.
Risca tipikal anak rumahan yang sangat jarang keluar dari kamarnya kecuali untuk kegiatan sekolah, hobi berenangnya, dan bimbingan extra untuk mengejar perguruan tinggi unggulan. Mengenai hubungan ku dan Risca, yang adalah iparku akan kuceritakan pada lain kesempatan.
Ibu mertuaku bernama Mama Sisca. Beliau berusia 47 tahun saat ini. Tubuhnya sangat terawat karena kegiatan senam yang rutin dia lakukan. Tipikal wajah Mama Sisca menggambarkan wanita manis khas jawa sederhana, terlebih karena dia tidak terlalu suka bermakeup ria. Wajah Bu Sisca sangat mirip dengan Risca.
Istriku mewarisi kemiripan dengan bapak mertuaku.
Bapak mertuaku sudah tidak kembali ke rumah hampir 4 tahun lalu. Bapak mertua yang bertugas sebagai engineer mesin kapal tidak jelas keberadaannya semenjak dia dan seluruh kru kapal berbendera negara tetangga dibajak pada perbatasan laut India barat menuju Aden.
Sebenarnya beliau sudah bisa pensiun dini, namun karena pernikahanku dan Smita yang terjadi setahun sebelumnya cukup menghabiskan banyak biaya, ditambah Risca yang belum rampung pendidikan membuat beliau kembali meneruskan pekerjaannya.
Peristiwa belum kembalinya bapak mertua tentu saja membuat kami sekeluarga sangat sedih. Namun selalu ada “hikmah” dibalik kesedihan.
#TINGGAL BERSAMA MAMA MERTUA
Peristiwa ini bermula sejak dua tahun Bapak Mertua hilang dilautan.
Aku dan Smita memutuskan untuk menemani Mama Sisca dan Risca. Kami memutuskan tinggal bersama di pondok mertua tersayang.
Tempat mertua bisa dikatakan sederhana, namun cukup luas untuk ditempati oleh kami sekeluarga. Rata rata perumahan yang kutempati memang perumahan lama yang punya luas tanah cukup besar. Rumah ini adalah peninggalan dari kakek nenek istriku.
Kehadiran aku dan Smita tentu saja sangat disambut hangat Mama Sisca. “Mama senang kamu berdua bisa menemani Mama dan dede Ika (sebutan Risca)” ujar mertua suatu ketika menggambarkan kebahagian dengan kehadiran aku dan istri.
Peristiwa sehari-hari di rumah Mama Sisca justru membuat tabiatku yang menyukai perempuan lebih tua kembali kali ini. Masalahnya kegemaranku terhadap perempuan yang lebih tua ini kelak kulampiaskan pada ibu dari istriku sendiri.
Tinggal serumah seringkali membuat aku sering bercengkrama dengan Mama mertua. Melihat celana dalamnya tersamar dari daster ketika dia memasak merupakan pemandangan sehari-hari.
Pada waktu-waktu tertentu, aku bisa melihat Mama Sisca keluar dari ruang tempat mencuci pakaian hanya dengan mengenakan handuk meskipun sudah mengenakan bh misalkan. Handuk coklat miliknya tidak mampu menutupi kemontokan pantat dan putihnya paha mama sisca. Tipikal bokong mertuaku memang agak menungging dengan kaki paha yang rapet. Tipikal seperti ini memang salah satu kegemaranku. Jadi ketika beliau berjalan memang memang agak sedikit terkesan menungging yang mampu membangkitkan pikiran kotor bagi lelaki yang melihatnya. Apalagi ketika dia mengenakan baju khas adat jawa misalkan. Tentu saja peristiwa ini membuat darahku berdesir, dan adik dalam celanaku selalu memberontak menginginkan sarang mertua.
Pada sekitar 3 bulanan bersama Mama Sisca, ke”nakalanku” mulai kulampiskan dengan seringkali mengendap ke tempat pakaian kotor. Celana dalam krem dan BH dengan warna senada milik mertua yang baru digunakan seringkali menjadi tempat bermuara sperma menantunya sendiri. Berbuat lebih belum berani aku lakukan pada saat itu.
#KAMERA PAMANTAU
Pada suatu ketika aku membaca sebuah info dari laman forum dewasa yang membuat aku masuk ke pengalaman berikutnya. Pada forum yang aku baca, tertulis beberapa jenis kamera berbentuk perabotan rumah tangga yang bisa terhubung ke smartphone android.
Mama mertua dan istri tentu saja tidak keberatan ketika aku membeli 3 buah jam dengan bentuk dekorasi burung untuk kuletakan di kamar mama mertua, adik ipar, dan kamarku sendiri. “Terimakasih ya Mas Ale, bagus sekali…” ujar Mama Sisca ketika itu.
Tidak perlu ditanyakan pemandangan yang aku lihat sehari-hari.
Aku dapat melihat adik iparku dan mertua telanjang memamerkan “barang berharga” hanya kepadaku seorang, eksklusif hampir setiap hari.
Istriku tidak terlalu menghiraukan intensitas melihat smartphone yang bertambah setiap hari. Tentu saja Smita menyangka ini adalah lumrah mengingat pekerjaanku berhubungan dengan banyak orang.
Jam yang aku letakan sejajar dengan meja rias membuat aku bisa menatap payudara, lengan, tengkuk, memek, dan pantat mama mertua, serta adik iparku dengan bebas dan merdeka.
Pada suatu ketika aku bisa melihat momen menyentuh ketika ibu mertuaku beribadah dengan khusyuk. Pada momen berikutnya aku melihat dia berlenggak lenggok sambil telanjang sambil menilai tubuhnya sendiri didepan cermin. Belum tampak kerutan berarti dari sepenglihatanku. Beberapakali juga aku dapat melihat ketika mama mertua memasang pembalut.
Entah mengapa bagian pusar mama mertua selalu membuatku bernafsu memandangnya. Pada suatu ketika juga aku pernah melihat mertuaku menelpon seseorang sambil sedikit mengocok-ngocokan kelaminnya. Entah siapa yang ditelponnya aku tidak terlalu mempedulikan. Pernah suatu ketika aku melihat dia menangis dikamar sambil melihat foto2 bapak mertuaku. Seringkali juga Risca dan mama mertua tidur dalam satu kamar. Tiap hari seringkali kulewatkan dengan pemandangan indah semacam ini.
Visual dalam kamar adik ipar juga tidak kalah dasyat. Akan kuceritakan pada lain waktu. Terutama jelas semua inci milik adik ipar bukan hanya kulihat, namun sempat kurasakan dengan lidahku sendiri meskipun dia tidak menyadarinnya pada waktu pertamakali aku melakukan terhadap dirinya dengan bantuan sebuah obat tidur. Lidahku sempat merasakan produk bedak yang ditaburi pada payudara gadis belia.
Dari pandangan ini juga membuat aku mengetahui semua keluarga istriku mempunyai tanda lahir di pantat sebelah kiri atas berupa warna kecoklatan.
Biasanya aku selalu menjilat-jilat, atau menampar kecil bagian tanda itu karena menggemaskan ketika bersenggama dengan istri. Timbulah keinginan dan tekad kuat untuk menjilat, dan menampar sekeras-kerasnya tanda dari “pabrik” nya langsung milik Mama Sisca.
#RUTINITAS
Pekerjaanku sebagai marketing membuat aku mempunyai waktu yang sangat fleksibel. Sementara istriku masih bekerja, aku sudah bisa pulang terlebih dahulu untuk kemudian berangkat lagi malam hari sesuai dengan waktu janji bertemu dengan klien.
Pekerjaanku sangat dimaklumi oleh mertuaku meskipun hasilnya tidak terlalu banyak dibandingkan bapak mertuaku misalnya. Tentu saja aku selalu berusaha untuk mendapatkan target penjualan untuk membiayai kebutuhan keluarga.
Biasanya ketika aku pergi sebelum jam 9 untuk bertemu klien, maka aku bisa pulang pada siang hari untuk beristirahat.
Jika aku berangkat siang, maka aku akan pulang sampai larut malam karena waktu yang tanggung apabila aku kembali ke rumah.
Praktis karena istriku bekerja dan Risca sekolah, seringkali aku mendapat kesempatan hanya berdua dengan Mama mertua sampai dengan sore hari ketika adik iparku pulang sekolah. Sempat kutanyakan “Sampai kapan Mama Mertua akan bertahan sendirian?” Mama Sisca menjawab “Sendirian gimana? Mama kan ada kamu dan anak-anak mama.” “Mama itu setia sama Bapak tau” sahut istriku ketika ikut menimpali percakapanku dan Ibunya.
Mama dan aku hanya tersenyum saja, sambil aku mengucap maaf.
Sempat kuurungkan niatku dan mengalihkan pikiran kotor ini dengan mencari kesibukan. Namun apalah daya jika waktu berkata sebaliknya.
Sampai beberapa waktu niatku yang kotor bukan berkurang, malahan semakin menggebu-gebu. Peristiwa ini terjadi ketika suatu waktu terjadi kondangan sepupu dari istriku. Msih teringat segar seragam pernikahan yang dikenakan Mama Mertua sangat serasi menampilkan lekak lekuk tubuhnya, terutama bokong, dan payudaranya yang menyembul sedemikian rupa.
Penampilannya yang bersahaja dan keibuan Mama Sisca justru membuat banyak lelaki, terutama bapak2 paruhbaya mencuri-curi pandang ke arah Mama Sisca.
Raut kesedihan bertahun-tahun ditinggal pendamping tanpa kabar tidak mampu menghalangi pancaran kesyaduan waja Mama Sisca. Entah mengapa darah ku seketika naik terbakar api cemburu melihat tatapan lelaki lelaki itu. Tatapan yang menelanjangi Ibu Mertuaku.
Aku bertekad dalam hati Mama Sisca harus merasakan kenikmatan ragawi yang senikmat-nikmatnya hanya dari aku seorang. Menantunya yang tampan dan bertubuh gempal ini.
#PERCOBAAN
Tekadku pada suatu ketika akhirnya kulaksanakan dengan sedikit brutal. Pada suatu ketika aku menemukan informasi obat perangsang dari situs dewasa yang sudah kulihat ketika membeli jam kamera pengintai sebelumnya. Infonya obat dari cina ini mampu membuat wanita frigid menjadi bergairah kembali. Obat ini mempunyai efek merangsang libido wanita.
Ketika aku melihat gambarnya, aku seperti teringat dengan bungkus kemasannya. Aku bandingkan dengan obat yang digunakan istri. Benar saja ternyata merupakan obat tersebut merupakan obat yang dimaksud. Efek samping selain meningkatkan libido perempuan, adalah gula darah menurun dan berefek kesadaran antara ada dan tiada seperti mengawang.
Suatu ketika aku berangkat kerja setelah sebelumnya mengantar istri, dan pulang ke rumah pada sekitar pukul 9 pagi. Waktu pertemuanku dengan klien tiba-tiba dialihkan sore hari.
Sampai di rumah Mama Sisca bertanya “Mas, kok kamu udah pulang?” “Iya Ma, janjiannya direschedule sore jam 5” jawabku.
“Ya sudah, makan dulu sana” karena aku berangkat memang belum sempat sarapan tadi pagi.
Sambil sarapan aku melihat Mama memakai celana training dan kaos sambil mengeluarkan barang-barang belanjaan dari plastik.
Biasanya kegiatan Mama Sisca pasti mandi sebelum memasak makan siang. “Belanja apa Mah?” “Sayur, sama ada wedang Uwuh” katanya.
“Kamu mau dibuatkan wedang Uwuh?”tanya Mama Sisca. Aku langsung mengiyakan, sambil ke kamar mengambil obat peningkat libido milik istriku.
Benar saja tersedia segelas wedang di meja. Aku melihat panci dikompor masih tersisa sekitar 3 gelas wedang uwuh. Pasti Mama Sisca minum ketika selesai mandi seperti kebiasaannya membuat teh atau kopi pada pagi hari.
Kutuangkan serbuk dalam kapsul ke panci. Sambil mendengar bunyi shower dan membayangkan perempuan yang akan kutaklukan sedang menyabuni kemaluannya untuk menyambut kont#l menantu yang sudah sangat keras.
Selesai makan, aku beranjak pergi naik kekamar di lantai atas sambil merokok di atas. Sambil menyulut sebatang rokok, dan mengganti celana pendek aku hanya bisa harap-harap cemas namun tidak berusaha muluk-muluk menghadapi momen ini.
Kalau kesempatan tidak ada, berarti mungkin lain waktu. Tapi kalau saat ini aku harus menjadi pengganti bapak mertua, kenapa tidak?
Sekitar 15 menit aku kembali turun ke bawah dan melihat panci wedang sudah berkurang isinya. Petanda jika sari sari obat sudah diminum bersamaan Wedang Mama Mertua tersayang.
Aku melihat sekeliling namun tidak kutemukan Mama Sisca. Lalu aku ke kamar sambil mengetuk pintu “Mama apa di dalam? Sisa di panci aku minum ya?” Aku pura2 ijin ingin minum wedangnya lagi karena masih tersisa sedikit.
“Iiihhyahhhhh Massshh, minum ajah” suara Mama Sisca seperti menahan sesuatu ditenggorokannya.
“Mama sehat?” tanyaku memastikan perubahan yang terjadi.
“Ihhhyaaaahhh, agakkk demammm, gak tau kenapa, kamu minum aja weeedangggkk akhhhh…nya”. Sekilas suara ini mengingatkanku dengan suara percakapan wanita yang viral ketika memesan ayam goreng merek ternama beberapa waktu lalu.
“Aku masuk yahhh…” kataku…sambil membukan pintu, mama tidak menjawab pertanyaanku.
Meskipun sudah bisa menduga, Aku tetap terkejut melihat pemandangan Mama istriku sedang memakai daster menahan ngilu yang hebat sambil terengah engahhhh ditempat tidur. Mama terlihat agak kaget dengan kehadiranku, sambil menatap sekilas ke arahku dan memalingkan kembali seperti agak malu.
“Mama kenapa?” pancingku. Aku menghampiri dan mama mengulangi dengan hanya menatapku sekilas seperti orang menahan kencing seharian. Wajahnya bersemu merah, dengan gigi yang menggigit bibir nya berulangkali. Nafasnya terdengar tidak beraturan.
Aku berdiri di samping tempat tidur sambil sedikit membungkuk, posisi Mama Sisca membelakangi sambil memeluk guling, namun palanya menoleh sambil menoleh ke arahku dan memalingkan seperti manahan malu. Tepatnya seperti meminta bantuan yang teramat sangat jika bisa digambarkan demikian.
Entah keberanian dari setan mana sambil dengan mempertaruhkan harga diri, dan sambil melihat reaksi mama sisca aku menurunkan perlahan celana pendekku tanpa celana dalam sebatas lutut memperlihatkan calon pemegang tahta kehormatan mertuaku selanjutnya mengacung sempurna menunjuk ke arah tujuannya.
Beberapa waktu Mama Mertua belum menyadari karena masih membalikan badan. Namun ketika mengulang gerakan menoleh, dia buru buru membalikan badan, namu kembali menghadapku, terpaku sejenak dengan mata nanar, setajam elang, dan nafas menggebu-gebu menggerakan tubuh yang sudah tidak bisa diatur pikiran sehatnya lagi. Tatapan yang membuat luntur sudah norma dan tradisi yang selalu dijaga, dan diajarkan Mama Mertua kepada anak-anaknya.
Pertahanan kesetiaan yang dibangun atas nama cinta runtuh di depan kelamin suami dari anaknya sendiri.
Mama Sisca baringsut ke arah kelaminku dan langsung menjilat seperti anak kecil menikmati durian montong dengan sejadi-jadinya. Isapan Mama Sisca mendahului tangannya yang mulai menggenggam batang dan biji lelaki di depannya. “sluruuupppppp mmmmgggppphhhhh mmaammmmmpphhhh slllurppppp”. Momen pertamaku bersentuhan intim dengan Mama mertua adalah kontol dan mulut Mama Mertua.
Tanganku bahkan tidak menyentuh apapun, aku hanya berdiri terpaku tidak menyangka apa yang tengah terjadi. Momen ini melebihi segala khayalan yang bisa diantisipasi. Tidak kusangka dia menyalurkan hasratnya dengan cara seperti ini. Bayanganku adalah aku yang akan aktif terlebih dahulu. Siapa sangka Mama Mertua berinisiatif menjilat kont#l menantunya seliar ini.
Mama mertua dengan rakusnya menjilat atau tepatnya memasukan gantian batang dan biji ku kedalam mulutnya. Setiap dikeluarkan dari mulut Mama Sisca, terlihat kilatan-kilatan ludah yang sangat banyak. Setelah aku tersadar, aku mulai membelai kepalanya dan berusaha mengambil alih permainan.
Seketika timbul rasa sayang yang teramat sangat. Seperti kekasih yang ingin membahagiakan pasangannya. Tanpa kata aku berusaha menenangkan gerakan kepala mertuaku, kemudian duduk ditepi tempat tidur berdampingan dengan mertua seperti 2 insan pada malam pertama.
Mertua sedikit tersadar dengan apa yang terjadi menatapku, nafasnya sedikit mulai teratur. Matanya agak berkaca-kaca, lalu menunduk, tiba-tiba menangis sesenggukan seperti gadis belia yang baru saja diperawani oleh pacarnya. Aku memeluknya mesra, “Kenapa jadii beginiii…” kata mertua sambil menangis sejadinya melepaskan emosi sesaat. Wajar saja menurutku karena dia tidak mampu mendefinisikan segala perasaan yang terjadi dalam dirinya. Ada sedikit perasaan menyesal dariku. Namun tekadku untuk memilikinya mulai dari hari ini membuyarkan segalanya.
Aku menenangkannya sekitar beberapa menit, nafasnya mulai terasa kembali bergairah tanda obat yang diberikan masih efektif bekerja.
Aku dengan lembut mengangkat dagunya dan memberikan kecupan sayang di bibirnya untuk membangkitkan kepercayaan diri Mama Sisca.
Awalnya Mama Sisca hanya terdiam, lama kelamaan kurasakan lembutnya kecupan balasan dari Mama Sisca. Lambat laun kurasakan pagutan demi pagutan bibir Mama Sisca ketika menyambut bibir suami dari anaknya sendiri…
Kuarahkan tangannya menyentuh kelamin pasangan sexnya hari ini. Kelamin menantu yang akan membuatnya kembali menjadi wanita yang berfungsi seutuhnya mulai dari sekarang.
Menantu lelaki dan Mertua perempuan berciuman sambil memainkan dan merangsang kelamin pasangannya untuk mencapai persetubuhan sempurna.
Persetubuhan yang merupakan aib yang tidak boleh diketahui oleh siapapun…