Perkenalkan dulu, namaku Tuti. Kisah ini aku tulis untuk blog ini. Maaf barangkali kisah ini tidak tersampaikan dalam bahasa yang bagus, karena aku tidak mempunyai pengalaman sedikitpun dalam hal tulis-menulis dan olah kata. Hee..heee.
Pada usiaku yang ke dua belas aku sama sekali belum mempunyai pengetahuan yang cukup ataupun pengalaman mengenai seks. Aku mempunyai pengalaman yang sebenarnya biasa saja, tetapi agak lucu, yaitu waktu aku pertama kali melihat bulu kemaluan seorang wanita.
Hal itu justru membuktikan betapa rendahnya pengetahuanku mengenai seks. Hal itu terjadi waktu istri kakakku sedang sakit dan harus mondok di rumah sakit, dan aku mendapat giliran untuk menjaganya. Waktu itu aku masih duduk di kelas satu SMA.
Pada saat mandi pagi, aku harus memandikan kakak iparku itu. Waktu selimut aku buka, aku sungguh terkejut melihat kemaluan kakak iparku bulunya tebal sekali, hitam dan keriting, sehingga kelihatan nyempluk sekali. Waktu itu kemaluanku belum ditumbuhi bulu, paling-paling satu dua dan masih tipis sekali. Waktu itu aku tidak membayangkan bahwa jembut bisa setebal itu. Kalau sekarang sih jembutku lebih tebal dari pada punya kakak iparku itu. Suamiku suka sekali ngelus-elus dan ngusek-usek jembutku dengan gemas.
Pada waktu aku duduk di bangku SMP aku mendapat pengalaman yang sangat membekas dalam hidupku. Walaupun aku sudah di bangku SMP tetapi aku masih sering tidur bersama ayah ibuku. Aku adalah anak kesayangan ayahku.
Aku biasa tidur-tiduran di tempat tidur ayah ibuku, dan suka lupa ketiduran sampai pagi. Biasanya aku tidak dibangunkan, tetapi ibu selalu tidur di sampingku. Ayahku menggelar tidur dengan kasur tipis di lantai kamar. Pada suatu malam aku ketiduran dan kamar orang tuaku. Pada tengah malam aku terbangun. Sebelum sadar betul, aku mendengar suara yang aneh. terdengar suara dengusan dan lenguhan seperti orang menahan atau tertindih sesuatu, serta bunyi cleep, cleep..
berulang-ulang.
Aku memperhatikan suara itu dengan memasang telingaku baik-baik. Suara itu datang dari bawah tempat tidur. Mendadak mataku jadi melek dan hilang kantukku. Aku tahu bahwa suara itu suara ibuku dan ayahku. Orang tuaku sedang bersetubuh. Aku jadi tidak berani bergerak, badanku panas-dingin, napasku tertahan-tahan. Selain suara lenguhan ibuku, juga terdengar suara ayahku mendesis-desis seperti orang kepedasan. sementara bunyi cleep, cleep nya makin cepat serta suara dengusan napas makin cepat pula. Terdengar suara lenguhan ibuku yang panjang dan bunyi cleep nya berhenti.
Bunyi napas juga berhenti. sepi. Nampaknya persetubuhan orang tuaku telah selesai. Kemudian terdengar suara gemerisik, mungkin sedang membetulkan pakaian atau selimut. Karena aku tidur miring membelakangi, jadi aku tidak melihat apa-apa kecuali suara yang mendebarkan itu. Kemudian terdengar pintu kamar dibuka. Siapa yang keluar aku tidak tahu. Tidak berapa lama terdengar suara orang masuk kamar dan kemudian seseorang membaringkan diri di belakangku. Ternyata ibuku. Keadaan sudah sepi.
Orang tuaku pasti mengira aku tidur nyenyak. Padahal aku sudah capek sekali karena tidak berani bergerak mengubah posisi tidurku. Setelah agak lama, aku aku berani membalikkan badanku. photomemek.com Setelah ibuku tertidur, aku bangun. Ayahku sudah tertidur di kasur di lantai kamar. Aku ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi aku tidak kembali ke kamar orang tuaku, tetapi langsung tidur di kamarku sendiri. Di kamarku aku tidak dapat tidur lagi. Terngiang-ngiang di telingaku, dengusan dan lenguhan ayah ibuku yang bersetubuh. Aku mengelus-elus kemaluanku yang berdenyut-denyut dan basah.
Sejak saat itu, aku kapok tidur di kamar orang tuaku. Tetapi keinginan untuk kembali mendengar atau bahkan ingin melihat lagi sangat sering mnggangguku. Kadang-kadang aku mengamati ibuku pada pagi hari mandi keramas atau tidak. Kalau mandi keramas aku menduga-duga pasti semalam habis bersetubuh. Kadang-kadang aku kepengin sekali untuk mengulangi pengalaman di kamar tidur ayah-ibuku malam itu. Aku mulai mencari akal untuk dapat mengintipnya. Kusen pintu di kamar tidur orang tuaku ada kisi-kisi untuk angin-angin. Pada waktu aku ada di rumah sendirian, aku mencoba membawa bangku bulat untuk berdiri di depan pintu dan mengintip ke dalam kamar. Dengan jelas aku dapat melihat langsung ke atas tempat tidur ayah-ibuku.
Dengan percobaan itu aku tinggal mencari waktu yang tepat untuk mengintip. Aku merasa ini pikiran sangat tidak waras alias gila banget. Masa aku pengin melihat orang tuaku sendiri bersetubuh. Apalagi aku seorang perempuan. Kalau ketahuan alangkah malunya dan mau ditaruh di mana mukaku ini. Akhirnya ide itu aku lupakan. Sampai suatu malam ketika kami hanya bertiga, ayah-ibuku dan aku yang berada di rumah. Dua orang kakakku sedang ada acara camping. Aku dan ayahku menonton TV sampai acara Dunia Dalam Berita pukul 21.00. Ibuku sudah masuk kamar sejak sore mungkin sedang capek. Mulai berita, ayahku berdiri dan masuk kamar tidur. Karena sendirian, aku jadi ngantuk juga, dan TV aku matikan. Di kamarku, aku tidak segera tertidur, malah pikiranku melayang-layang ingat persetubuhan orang tuaku. Ngantukku jadi hilang. Aku menduga-duga, jangan-jangan ayah-ibuku sekarang sedang bersetubuh.
Aku jadi pengin mencoba mengintipnya. Aku bangun dan ragu-ragu. Pelan-pelan aku keluar kamar. dengan hati-hati aku mengambil bangku dan menuju ke depan pintu kamar orang tuaku. Aku mendekat. Sepi. Mendadak terdengar tempat tidur berderit. Sepi lagi. Kemudian terdengar ketawa lirih ibuku. “Jangan. gelii..” Darahku tersirap. Berdebar-debar. Napasku sesak, tersengal-sengal. Ayah-ibuku sedang bercumbu. Kemudian terdengar suara gemerisik dan derit tempat tidur, sepertinya banyak gerakan di tempat tidur. Pasti ayah ibuku sudah mulai bersetubuh. Aku bimbang, mau ngintip apa tidak?. Terdengar lenguhan ibuku. Aku semakin ingin mengintip.
Dengan agak gemetaran aku naik ke bangku bulat. Walau dengan lampu kamar yang kecil, namun jelas terlihat aktivitas di atas tempat tidur. Aku lihat ayahku di atas ibuku. Pantatnya turun naik. Tangannya menyangga badannya dan kakinya di kanan-kiri paha ibuku. Tangan ibu di atas pantat ayahku yang turun naik dengan teratur. Kadang-kadang pantat ayahku ditekankan dalam-dalam ke pangkal paha ibuku. Pasti penis ayahku ditekannya dalam-dalam ke kemaluan ibuku sampai badan ayahku tegak bertahan pada telapak tangannya di kanan kiri dada ibuku. Tiba-tiba ayahku menekuk tangannya dan menciumi ibuku, sementara pantatnya tetap bergerak turun-naik. Tangan ibuku memeluk ayahku dan memegang kepala ayahku, meremas rambutnya. Buah dada ibuku kelihatan menyembul tergencet dada ayahku. Nampak ibuku kelihatan putih di tindih ayahku yang kulitnya agak gelap. Aduh kelihatan mesra sekali.
Tiba-tiba ayahku mengangkat badannya. Penisnya tercabut dari ibuku dan kelihatan panjang dan tegak mencuat. Ibu menelungkupkan badannya. Ayahku memasukkan kemaluannya dari belakang dan mulai maju-mundur meenggerakkan pantatnya. Ayah menciumi ibuku di lehernya dan telinganya dari belakang. Ibuku menoleh, dan bibir mereka berciuman, sementara penis ayahku teratur mengocok dari belakang. Aku tidak tahu itu berlangsung berapa lama, sampai ayahku mencabut penisnya yang tetap tegak berdiri dari pantat ibuku. Ibuku berbalik menelentang lagi. Ibuku kelihatan putih mulus dan buah dadanya menggunung indah sekali. Kaki ibuku di kangkangnya lebar-lebar.
Ayahku memasukkan lagi penisnya ke kemaluan ibuku. Kaki kiri ayahku berada di antara kedua kaki ibuku yag terbuka lebar, dan kaki kanan ayahku berada di luar kaki kiri ibuku. Ayahku tidak berada di atas ibuku tetapi berada di samping badan ibuku. sehingga yang menindih hanya pangkal penis ayahku. Ayahku menekan penisnya dalam-dalam dengan penuh semangat, dan kedua tangan ibu memegang dan menekan pantat ayahku. Ibu mengeliat-geliat, kepalanya menengadah dan terdengar desis dan rintihannya. Kaki kanannya ditekuk ke atas dan mengangkat pantatnya menyambut coblosan ayahku. Mendadak ayahku menggeser badannya dan menindih ibuku.
Kaki ibu dirapatkan dan kaki ayahku menjepit kedua paha ibuku. Ayah ibu saling merangkul. Ayahku semakin cepat mencoblos ibuku dan rintihan ibuku makin jelas terdengar. Tiba-tiba coblosan ayah berhenti dan kelihatan otot pantatnya mengempis karena menekan penisnya dalam-dalam ke ibuku. Ayah ibu saling merangkul kuat-kuat. Tidak berapa lama ayah mencabut penisnya dan berbaring di samping ibuku. Penisnya masih keihatan berdiri. Persetubuhan itu telah selesai.
Cepat-cepat aku turun dari bangku, mengembalikan bangku di tempatnya, dan kembali ke kamarku. Napasku sudah teratur lagi. Sambil berbaring aku berpikir, aku benar-benar anak durhaka dan berdosa. fantasiku.com Masa mengintip ayah ibunya sendiri bersetubuh. Saat itu aku benar-benar merasa malu pada diriku sendiri. Pengalaman malam itu sungguh luar biasa. Saat itu aku berjanji pada diriku untuk tidak mengulangi lagi. Tetapi kenyataannya aku pernah mengintipnya lagi. Walaupun sudah 50 tahunan ayah ibuku masih tetap hebat dalam bercinta. Memang ibuku masih cantik dan badannya mulus sekali, dan juga penuh semangat. Ayahku sih jangan tanya. Ngganteng deh. Aku bangga sekali kalau jalan-jalan sama ayahku. Teman-temanku sering meledek bahwa ayahku pantas jadi pacarku. Aku bangga sekali. Dengan pengalaman itu pula aku berjanji apabila aku sudah punya suami dan anaknya sudah besar, tidak akan kulakukan persetubuhan dengan sembrono.
Kamar harus benar-benar aman. Sangat berbahaya. Aku sendiri setelah bersuami juga merasakan sendiri, kalau sudah keenakan bersetubuh jadi lupa dan tidak peduli apapun kecuali menikmati persetubuhan kami. Tidak terasa aku melenguh, merintih yang kadang-kadang cukup keras. Tanpa sadar aku memanggil dan membisikkan nama suamiku atau suamiku menyebut namaku, biasanya pada waktu mau ejakulasi. Pengalaman mengintip ayah-ibuku itu tidak pernah aku katakan kepada suamiku dan menjadi rahasiaku sendiri. (Tapi malah aku katakan kepada anda hee hee…).
TAMAT
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,