Cerita Mesum Terbaru – cerita bokep ini adalah cerita seks yang mana terjadi pada diriku.. kita mulai saja ya cerita dewasa ini. Keluarga istriku terdiri dari ibunya yang tak lain adalah mertuaku, Namanya Heny, umurnya baru 38 tahun, kelahiran tahun 1964. Mertuaku yang peracik jamu ini adalah istri ketiga dari camat di kampungya dari pernikahannya yang menghasilkan tiga anak. Anak pertama Cheny, 24 tahun, bekerja pada salah satu toko swalayan di Bandung, kedua Venny yang menjadi istriku, 22 tahun, seorang karyawati di perusahaan swasta dan ketiga Nony masih 20 tahun, baru lulus SMU dan masih menganggur. Ketiga wanita inilah yang pernah menjadi santapan seksualku. Mertuaku yang biasa kupanggil Mama ini pindah ke Bandung setelah suaminya meninggal dan tinggal di rumah anak dari istri pertama suaminya. Sebenarnya suaminya memiliki cukup banyak harta tetapi karena mertuaku kawin di bawah tangan, jadi dia tidak mendapatkan harta warisan apa-apa selain perhiasan-perhiasan dari suaminya itu. Karena ada perselisihan, mertuaku dan ketiga anaknya pindah dari rumah itu dan memulai usaha menjadi penjual jamu gendong untuk menafkahi ketiga anaknya. Namun karena sekarang ini dia merasa sudah tidak mempunyai tanggungan apa-apa lagi dan juga telah mempunyai rumah di pinggiran kota Bandung, dia sudah berhenti dari kegiatannya itu.
Aku dan istri setiap akhir bulan selalu menyempatkan diri ke rumah mertuaku sekaligus membawa uang ala kadarnya sekedar untuk menambah biaya hidup sehari-hari. Namun pada hari itu, Sabtu, entah kenapa istriku tidak enak badan dan menyuruhku pergi sendiri saja. Kubawa motorku ke arah selatan kota Bandung hingga satu jam kemudian aku sampai di rumah yang sederhana tapi kokoh itu. Rumah itu sepi namun pintunya terbuka lebar-lebar. Seperti biasanya kurebahkan tubuhku di bangku bale-bale bambu yang ada di ruang tamu untuk melepas lelah. Tak lama kemudian mertuaku datang. “Eh, Dik Willy, sudah lama Dik?” Dia menyapaku memang kesannya basa-basi tetapi sebenarnya tidak. “Enggak, barusan kok”, jawabku menyambut sapaannya. “Mana Ida?”, tanyanya. “Lagi sakit, Ma. Katanya demam tuh, kusuruh istirahat saja” jawabku. “Oh, wah, wah, wah, jangan-jangan tanda-tanda mau punya anak tuh”, ujar mertuaku senang. Memang dia ini sangat mendambakan cucu dari pernikahan kami. “Mudah-mudahan, Ma” “Ya sudah, sudah makan belum. Mama punya sayur asem sama ikan asin pake sambel terasi, kamu mau nggak?”, mertuaku menawariku makan. “Iya, aku mau banget tuh” Bergegas aku ke ruang makan dan melihat hidangan yang ditawarkannya itu masih belum disentuh siapapun. Sambil makan kami mengobrol lagi. “Nony ke mana Ma?” tanyaku. “Katanya piknik sama temen-temennya ke luar kota, kemarin sore berangkatnya” “Oh”, jawabnya. Memang mertuaku hanya tinggal berdua dengan Nony karena Cheny lebih memilih kost di dekat tempatnya bekerja. Kami mengobrol tentang macam-macam sampai obrolan yang nyerempet-nyerempet.
Baca Juga Cerita Bokep Seks : BIDAN CANTIK DAN MASIH PERAWAN dan TUBUH RESTU MULAI BERGETAR DAN MENGELEJANG
“Kamu ini sudah hampir dua tahun kok belum punya anak juga?”
“Ya enggak tahu tuh, Ma” “Apa kamunya yang nggak bisa? Kalo nggak bisa sini
Mama ajarin” “Ajarin apa, Ma?” “Mama buatin jamu biar subur” “Ah bisa aja Mama
nih” Obrolan sengaja kupancing dan kuarahkan ke masalah seksual. “Ma saya boleh
nanya nggak?” “Apa?” “Dulu Pa’e sering dibuatin jamu nggak?” “Ya kalo lagi
sakit aja” “Untuk yang lain?” “Yang lain tuh apa?” “Jamu kuat lelaki misalnya?”
“Ha, ha, ha, kamu ini ada-ada saja. Nggak usah pake begituan juga mertua lakimu
itu sudah kuat, kok. Malah sebelum mati dia nambah lagi satu” “Jadi nggak pernah
sama sekali, Ma?” “Pernah sich sekali-kali. Itu juga dia yang minta” “Terus
Mamanya gimana?” “Ya tokcer lah, ha, ha, ha, eh, kamu kok tanya itu sih?”
“Terus sekarang ini Mama kalo lagi pengen gimana?” Wajahnya sedikit memerah tetapi dijawabnya
juga, “Ya, banyak-banyakin aja kerjaan, ya masak, nyuci piring, nyapu
pekarangan, entar juga lupa, terus sudahnya, capek, ya tidur” “Oh”, jawabku.
“Kamu ini nanyanya ngawur, aja” “He, he, he..” “Sudah sore sana mandi” “Iya
Ma” Sementara aku mandi, kurasakan
penisku yang sudah berdiri tegak. Kukocok penisku sambil membayangkan tubuh
mertuaku. Mertuaku ini masih lumayan kencang walau sudah memiliki anak tiga.
Menurut istriku, dia rajin luluran kulit sawo matang disertai dengan minum jamu
rutin. Perutnya masih cukup ramping walaupun sudah ada sedikit lipatan-lipatan
lemak. Buah dadanya yang berukuran 36B itu tetap kencang karena ramuan dari
luar disertai jamu-jamuan demikian juga dengan bongkahan pantatnya. Satu hal
lagi, dia ini tidak pernah memakai daster, atau baju apapun.
Pakaian sehari-harinya adalah kain kebaya dengan kemben yang
dililit hingga dadanya. “Dik Yanto, nanti kalau sudah airnya diisi lagi ya?”
“Iya, Ma”. Setelah mandi kupompa air di
luar kamar mandi sementara itu mertuaku berjongkok mencuci piring di bawah
pancuran pompa tangan. Ember yang telah terisi kubawa ke kamar mandi untuk
diisikan ke bak, begitu seterusnya hingga penuh. Sambil memompa kuperhatikan
belahan buah dada mertuaku hingga membuat penisku berdiri lagi hingga tak sadar
handukku terlepas. “Wah, semalem belum dikasih ‘makan’ ya?”, begitu sindir
mertuaku. “Iya nih, Ma” “Kenapa sih kamu kok cuma liat nenek-nenek aja langsung
berdiri?” “Abis Mama montok sih”, jawabku asal saja. “Hus, apanya yang montok”
“Itu belahan teteknya, makanya saya jadi begini” “Oh ini, mau lihat?” “Iya,
mau, mau Ma” Sejenak dia berbalik terus membuka kembennya hingga perutnya yang
cukup ramping itu terbuka. “Nih, liat aja”, katanya sambil kupegang buah
dadanya. “Eh katanya cuma liat?” “Ya liat sama pegang, Ma” Kuremas-remas buah
dadanya hingga nafasnya tersengal. “Sudah To, sudah” Tapi aku terus saja
meremasnya dengan bersemangat. “Sudah To, Mama mau mandi dulu” “Bener mau mandi
apa mau yang lain?” “Bener Mama mau mandi” “Nanti lagi ya?” Mertuaku tidak menjawab, hanya berlalu ke
kamar mandi. Aku tunggu di kamar tidurnya hingga beberapa menit kemudian
mertuaku sudah masuk ke kamarnya lagi.
Tubuhnya hanya berbalut kain saja. Yang membuatku kaget
adalah mertuaku membuka begitu saja kainnya di hadapanku yang masih berbaring.
Kulihat buah dada yang cukup sekal tadi disertai dengan perut yang ramping dan
pantat yang montok. Yang membuatku tak tahan adalah belahan vaginanya yang
berbulu sangat lebat berbentuk segitiga. Pelan-pelan kudekati dia dengan
pelukan yang cukup hangat dan ciuman yang kuat di bibirnya, mertuaku hanya
pasrah saja. Kuteruskan tindakan yang tadi kulakukan di luar. Kali ini aku
berjongkok lalu kumainkan vaginanya dengan mulutku sementara tanganku naik
turun bergantian. Kuremas-remas bongkahan pantatnya yang padat itu dengan
tangan kanan dan tangan kiriku memelintir-melintir puting susunya dengan
sesekali menjumput dan meremas buah dadanya itu. Begitu terus bergantian dengan
tangan kanan dan kiri. Pada saat yang bersamaan kuhisap-hisap dengan gemas
bibir vaginanya. “Aghh, aghh, aghh”, suara itu keluar dari mulut mertuaku di
iringi dengan suara dari mulutku yang terus menghisap vaginanya yang banjir
itu. Begitu seterusnya hingga, “Udahh, aghh, masukin aja punya kamu, To”. Aku rebahkan mertuaku ranjang dengan pantat
dan pinggulnya berada di pinggir ranjang, kedua kakinya kuangkat ke bahuku. Aku
berlutut di lantai dengan penisku berada tepat di pintu liang vagina itu.
Kumain-mainkan dulu kepala penisku di kelentitnya dengan berputar-putar lalu
baru kuturunkan ke vaginanya. Perlahan tapi pasti kumasukkan penisku ke liang
vaginanya. “Eghh.., sstt, pelan-pelan, To” “Mama kayak perawan aja” Setiap
dorongan sepertinya ada yang mengganjal penisku di dalam vaginanya. “Eghh, aduh
sakit, To” “Hah, sakit?” Sambil
mendorong kugoyang-goyangkan juga pinggulku ke kiri dan ke kanan supaya lorong
vaginanya agak melebar. Setiap dorongan juga kutarik sedikit penisku keluar
lalu kudorong lagi supaya bagian yang sulit ditembus itu agak terbuka. Lalu,
sleb, sleb, sleb, dengan tiga kali dorongan penisku sudah masuk semua ke dalam
rongga vagina mertuaku.
Aku berdiam sesaat hingga kurasakan denyutan kecil seperti
hisapan-hisapan lembut. Ternyata mertuaku mempunyai vagina yang bisa
menghisap-hisap penis. Mungkin karena jamu-jamuan yang rutin diminumnya
sehingga dia bisa seperti ini. “Ayo To, nunggu apa lagi?” Kutarik dengan diiringi helaan nafasku, lalu
ku dorong lagi hingga bless, bless, bless, penisku tertancap hingga pangkalnya.
Keluar juga suara kecipak dari vagina mertuaku. Dari mulut kami juga keluar
suara-suara desahan dan lenguhan nafas kami mewarnai suasana yang erotis.
“Aghh, aghh, aghh, shh, ohh, aghh”, begitu suara deru nafas mertuaku. Aku tetap berkonsentrasi supaya penisku tidak
menembak lebih dahulu dan orgasme namun karena nikmatnya vagina mertuaku ini
membuatku tak tahan. Namun dengan mengatur nafas aku bisa mengimbangi
permainannya. Sudah hampir satu jam kami saling asyik masyuk sampai tanda-tanda
akan orgasme terasa pada kami. Kulihat
gerakan mengejang dari perut mertuaku dan juga wajahnya yang semakin terlihat
gelisah disertai keringat dan matanya yang turun seperti fly, kepalanya yang
bergeser ke kiri dan ke kanan, tangannya juga berusaha menggapai apa yang bisa
diremas. Itu biasanya gejala wanita yang akan orgasme. Tak lama kemudian,
“Aghh, cepetan To, aku mau nyampe nih” “Aku juga, aghh” “Iiihh, aghh, ehmm,
aghh” Begitu jeritan kecil dari mulut mertuaku disertai deru nafasnya
menandakan bahwa dia telah orgasme. “Ughh, ughh, ughh”, begitu sisa nafasnya
menikmati sensasi orgasme yang tiada tara.
Aku juga merasakan hal yang sama dengan mengejangnya seluruh tubuhku dan
menyemprotnya spermaku, entah berapa kali kusemprotkan cairan penuh kenikmatan
ini ke dalam rahim mertuaku. Tubuh kami langsung lunglai. Aku langsung berbaring
telungkup diatas mertuaku dengan kondisi penis yang masih menancap di
vaginanya. Tak lama kemudian peniskupun layu dan terlepas dengan sendirinya
dari liang vagina yang nikmat itu.
“Kamu hebat juga, To” “Iya dong, Ma” “Jangan panggil Mama lagi” “Siapa dong?” “Heny aja” “Iya Hen, ughh gimana enak nggak?” “Enak tenan, lho” Mata mertuaku langsung sayu dan terpejam lalu tertidur. Aku turun dari tubuhnya dan juga merasa mengantuk sekali hingga aku juga tertidur. Tak terasa kami tertidur hingga aku terbangun dan mertuaku masih di sisiku sambil memeluk tubuhku. Tubuh kami masih telanjang bulat ketika itu. Tiba-tiba, “Ehmm, he, he, gimana kamu puas nggak?” “Iya Hen, aku puas banget. Aku sudah pengen begini sama kamu sejak lama tapi nggak tahu harus gimana dan takut kamunya marah” “Hhh”, mertuaku menghela nafas lega. “Yah, kan sekarang sudah”, kataku. “Tapi To, aku masih serr-serran lho”, begitu katanya sambil menggenggam penisku yang sedari tadi agak lunglai terasa seperti ingin bangun lagi. Sepertinya mertuaku ini tahu bagaimana cara membangunkan kembali penis melalui tekanan-tekanan pada urat-urat di tempat lain. Aku langsung menciumi buah dadanya dan tanganku mengobok-obok vaginanya. Mertuaku mulai terangsang kembali dan dengan cepat aku berada di posisi siap di atas tubuhnya. Dengan sekali dorongan, penisku sudah menancap di dalam vagina yang sudah becek itu. Mertuaku berkata, “To, aku yang di atas yah?” “Emangnya bisa?” “Bisa dong, kan udah nontonn filmnya Cheny”, rupanya mertuaku sering menonton VCD blue film dengan anaknya, Cheny. Jadi tidak heran kalau dia faham posisi-posisi dalam bercinta. Dengan berguling kini posisi tubuhnya berbalik berada di atasku. Mertuaku mencoba duduk dengan melipat kakinya lalu dia mulai bergoyang maju-mundur dan memutar ditingkahi dengan suara dari vaginanya hingga menambah gairahnya untuk memacu goyangannya. Aku dari bawah hanya memegangi buah pantatnya dan tanganku yang satu memainkan kelentitnya yang berada tepat berada di perutku. Hanya sekitar setengah jam mertuaku mulai menampakkan gejala ingin orgasme. Dalam hitungan detik dia sudah orgasme. Tubuhnya kembali lunglai dan berbaring di atas dadaku. Namun aku belum, hingga secepat kilat aku berbalik dan berada di atasnya dan langsung bergoyang untuk mengejar orgasmeku. “Aduhh udahh To, aughh, gelii, To..”, hingga beberapa detik kemudian aku merasakan orgasmeku yang kedua begitu nikmat dengan tembakan spermaku yang masih cukup kuat.
Baca Juga Cerita Seks Panas : PARA PERONDA MALAM dan KAKAK BERADIK DAPAT
Kami kemudian mengobrol hal-hal yang berbau pornografi dan
erotis hingga terangsang kembali dan kami bersenggama lagi, begitu seterusnya
hingga subuh. Entah sudah berapa kali kami melakukan hal yang sebenarnya
merupakan aib bagi keluarga kami sendiri. Sekarang ini mertuaku sudah mempunyai
cucu dan lebih menjaga jarak denganku. Dia merasa hal yang sudah kami lakukan
itu adalah aib dan tidak sepantasnya dilakukan, dan jika kusinggung soal hal
itu dia nampaknya agak marah dan tidak suka. Dia telah menjadi nenek yang baik
bagi anakku.
TETANGGA TANTE TITIK YANG SEXY
Namaku Didi, Sekarang saya berkerja di salah satu perusahaan multinasional di kota B dan tinggal di daerah J sejak tahun 1995. Cerita yang akan saya tuturkan di bawah ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun yang silam. Dulu saya tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah kompleks kecil milik sebuah instansi pemerintah dan dihuni oleh beberapa keluarga saja di dalam satu pagar. Tetangga yang paling dekat dengan kami adalah Om Yan dan Tante Titik yang mempunyai 2 orang anak laki-laki yang masih kecil-kecil, yang besar berumur 3 tahun dan yang kecil berumur 1 tahun. Pada saat saya kelas 3 SMA, Om Yan secara kebetulan ditugaskan oleh kantornya untuk belajar ke Jepang (terakhir saya baru tahu kalau Om Yan bertugas selama 1 tahun lebih). Dan tinggallah Tante Titik dan 2 orang anaknya beserta 1 orang pembantunya. Keadaan tersebut membuat saya berhasrat untuk selalu bertandang ke rumahnya dengan alasan ingin bermain dengan kedua anaknya. Alasan tersebut cukup kuat karena orang tua saya dan Tante Titik tidak pernah curiga sama sekali. Seringkali saya juga memergoki Tante Titik sedang berganti pakaian di kamar dengan tidak menutup pintunya, atau mandi dengan tidak menutup pintunya. Sampai pada suatu ketika, saat saya sedang bertandang ke rumahnya dan hanya Tante Titik yang ada di rumah. Kedua anaknya dan pembantunya di-hijrah-kan ke daerah KD, sebelah timur kota BT karena Tante Titik sering berpergian.
Dan kebetulan juga orang tua saya saat itu sedang ditugaskan
ke luar daerah. Dengan ikutnya ibu dan kakak saya, yang berarti saya juga hanya
tinggal sendiri di rumah. Sekedar
gambaran, Tante Titik itu mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm, mempunyai
pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang ramping, dan perut
yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic, fitness, dan renang yang
diikutinya secara berkala), dengan didukung oleh buah dada yang besar dan bulat
(belakangan saya baru tahu bahwa Tante Titik memakai Bra ukuran 36B untuk
menutupinya). Dengan wajah yang seksi menantang dan warna kulit yang putih
bersih, wajarlah jika Tante Titik menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun
lelaki hidung belang. Hingga pada suatu sore, saat saya mendengar ada suara
langkah kaki di luar, kemudian saya intip dari jendela dan ternyata Tante Titik
baru pulang. Tidak lama kemudian saya ingin ke kamar mandi (kamar mandinya
terletak di luar masing-masing rumah dan ada beberapa tempat yang berjejer). Di
saat saya keluar dari kamar mandi, saya berpapasan dengannya. Dia memakai
kimono tipis warna biru muda dengan handuk di pundak dan rambut yang diikat
agak ke atas sehingga leher jenjangnya terlihat seksi sekali. Sedangkan saya
hanya memakai celana pendek tanpa kaos (memang kalau di rumah, saya jarang
memakai kaos/baju). “Malem Tante”, saya
sapa dia agar terlihat agak sopan. “Malem Mas Dio.. kok belum tidur..?”
balasnya. Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya. “Mas Dio..”
katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu. “Ya Tante..?” Jawab
saya. “Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung
karena melihat keragu-raguannya. “Eee..
nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi. “Mas Dio di
rumah lagi ngapain sekarang..?” tanya dia. “Lagi nonton. Emangnya kenapa Tante..?”
saya tanya dia lagi. “Lagi nonton apa sih..?” tanya dia agak menyelidik. “Lagi
nonton BF Tante”, kata saya yang tidak tahu dari mana tiba-tiba saya mendapat
keberanian untuk bilang begitu. “BF..? tanya dia agak kaget. “Maksudnya Blue
Film..?” “Iya.. emangnya ada apa sih Tante? Kalo tidak ada apa-apa saya mau
nerusin nonton lagi nih..” kata saya dengan agak memaksa. “Eee.. mau bantuin
Tante nggak..? Soalnya Tante agak takut sendirian di rumah. Kalau kamu mau
sambil nonton juga boleh kok. Bawa aja filmnya ke rumah, Tante juga punya beberapa
film seperti itu. Nanti Tante temenin nontonnya deh”, kata dia agak merajuk.
“Iya deh Tante, saya pilihin dulu yang bagus”, kataku tanpa ba bi Bu langsung
setuju dengan ajakannya. Pucuk di cinta
ulam tiba, sesuatu yang sangat aku impikan sejak lama untuk bisa berdua dengan
Tante Titik. Hari ini aku akan berdua dengannya sambil menonton Film Biru
dengan harapan bisa melihat keindahan ragawi seorang wanita yang aku puja-puja
dari dulu dan bahkan (mungkin) merasakan kenikmatannya juga. Singkat kata saya langsung memilah-milah
video yang bagus-bagus (Maklum, waktu itu masih jamannya Betamax, belum VCD).
Kemudian saya masuk rumah Tante Titik lewat pintu dapurnya.
Saya setel lebih dulu video yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa
menit kemudian Tante Titik masuk lewat pintu dapur juga dengan wangi tubuh yang
segar, apalagi rambutnya juga kelihatan basah seperti habis keramas. Saya
selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut kimono tipis biru muda yang
agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah
dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan
jantungku yang terasa mulai keras dan kencang, kejantananku juga sudah mulai
menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton film BF
yang sedang berlangsung. “Cakep-cakep
juga yang main..” akhirnya dia memberi komentarnya. “Dari kapan Mas Dio mulai
nonton film beginian..? tanyanya. “Udah dari dulu Tante..” kataku. “Mainnya
juga bagus dan tidak kasar. Mas Dio udah tahu rasanya belum..? tanya dia lagi.
“Ya belum Tante. Tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau
ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku. “Ah Mas Dio ini kok jadi
nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku. “Tapi bolehlah nanti Tante
ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku
dengan agak menantang. Tidak lama
berselang, tiba-tiba Tante Titik menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu
pula aku langsung kaget dan bingung karena belum pernah sama sekali melakukan
perbuatan itu. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya.
Sebentar kemudian tangan Tante Titik sudah mulai
mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut (karena lagi-lagi aku
tidak memakai kaos saat itu). Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup
membuat aku nervous karena itu adalah kali pertama aku diperlakukan oleh
seorang wanita, apalagi wanita tersebut tidak lain adalah Tante Titik.
Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur. Kemudian Tante Titik mulai menciumi leherku,
lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat
ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri. Tangan kanan Tante Titik juga
sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kejantananku. Karena dalam keadaan yang sudah sangat
terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk membuka kimono yang dia pakai.
Aku remas payudaranya, dan aku pilin-pilin ujung dari payudara yang berwarna
kecoklatan dan sangat sensitif itu, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung
tersebut dengan ujung jariku. “Ssshh.. ya situ sayang..” katanya setengah
berbisik. “Ssshh.. oohh..” Tiba-tiba dia
memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami
saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai
menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai
bergerilya ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah
mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Titik,
sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas
permukaan kemaluannya. Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain
di daerah seputar klitorisnya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu
jari kedua dan kemudian aku tambah satu jari lagi sehingga menjadi tiga ke
dalam liang kemaluannya.
“Aaahh.. sshh.. oohh.. terus sayang.. terus..” bisik Tante Titik. Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar. “Ya.. terus sayang.. terus.. aahh.. sshh.. oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh.. aarrgghh..” kata Tante Titik. Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Titik yang terlihat sangat lemas di sofa. “Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku. “Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Titik. Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya sampai mengenai klitorisnya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Titik juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang seksi. Aku usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir kemaluannya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya dorong kejantananku agar masuk semua. Kepala kejantananku mulai menyentuh bibir kewanitaan Tante Titik. “Ssshh..” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Lalu Tante Titik mulai menyuruhku untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam dan pelan-pelan.
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : KEPERJAKAAN HILANG KARENA TANTE dan MALANG YANG INDAH
“Aaahh..” baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan,
lalu Tante Titik mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kejantananku
yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam. Bagian dalam kewanitaannya sudah
terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama
tidak dipergunakan. Namun Tante Titik tetap memaksakannya masuk. “Aaagghh..”
rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kejantananku agak sedikit terasa
ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Titik. Lalu Tante Titik mulai menyuruhku untuk
menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya, yang membuatku semakin gila. Ia
sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan. Beberapa menit kami
begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah
licin, dan makin lama Tante Titik terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang
membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa
menahannya. Dan tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh liang
kewanitaan Tante Titik, yang tiba-tiba dinding-dinding kewanitaannya terasa
seperti menjepit dengan kuat sekali. Aduuh.. kalau begini aku makin tidak tahan
dan.. “Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar lagii..” jeritnya dengan keras, dan
makin basahlah di dalam kewanitaan Tante Titik, tubuhnya mengejang kuat seperti
kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak
karuan. Dan akhirnya Tante Titik terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap
tertancap dengan mantap. Aku mencoba
membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas
payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan
kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap
sambil menyapu ujungnya dengan lidahku.
Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang keluar dan terasa hambar
dari ujung payudaranya, yang ternyata susu. “Ssshh.. shh..” desahan Tante Titik
sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy
style. Awalnya dia menolak dengan alasan belum pernah bersetubuh dengan gaya
itu, setelah aku beritahu alasanku, akhirnya dia mau juga dengan berpesan agar
aku tidak memasukkan air maniku ke dalam liang kewanitaannya. Aku mencoba untuk menusukkan kejantananku ke
dalam liang kewanitaannya, pelan tapi pasti. Kepala Tante Titik agak menengok
ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir
bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba
untuk menekannya lebih dalam. Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di
dalam kewanitaan Tante Titik, lalu aku mulai menggerakkan kejantananku
perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya
seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya
konvensional yang tadi. Aku terus
menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya,
sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih
merangsang dan seksi. “Ssshh.. aarrgghh.. oohh.. terus sayaang.. terus..
aarrgghh.. oohh..” Tante Titik terus mengerang.
Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Titik merasa akan orgasme lagi
sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan
sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat.
Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel
pada sofa itu sambil lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas.
Dan aku merasa kejantananku mulai berdenyut-denyut dan aku
memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun.
Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak
berhenti menggerakkan pinggulku terus.
Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan,
sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam
buah pantat Tante Titik dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya
cairan maniku di dalam liang kewanitaan Tante Titik. Mata Tante Titik terlihat
agak terbelalak ketika merasakan ada cairan yang memenuhi bagian dalam dari
kewanitaannya. Sesaat kemudian aku ambruk di atas tubuhnya, tubuhku terasa
sangat lemas sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan
kejantananku dari liang nikmat milik Tante Titik. Dengan agak malas Tante Titik membalikkan tubuhnya
dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak
terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya. “Kok dikeluarin
di dalem sih Mas Dio..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar. “Tadi kan
saya sudah bilang ke Tante, kalau punya saya berdenyut-denyut, tapi Tante nggak
ngejawab sama sekali..” kataku membela diri. “Ya kan terasa kalau sudah mau
keluar..” katanya. “Saya mana tahu rasanya kalau mau keluar.. ini kan yang
pertama buat saya. Jadi saya belum tahu rasanya..” jawabku. “Terus entar kalau
jadi gimana?” katanya lagi. “Nggaakk tahu Tante..” jawabku dengan suara yang
agak terbata-bata karena takut dengan resiko tersebut. “Ya sudahlah.. tapi lain
kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan
dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan diriku yang terlihat takut. “I..
iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.
Lalu Tante Titik berdiri menghampiri video dan TV yang masih menyala,
dan mematikannya. Kemudian tangannya dijulurkan, mengajakku pindah ke kamar
untuk tidur. Akhirnya kami tertidur pulas sampai pagi sambil saling berdekapan
dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.
Itulah awal dari perbuatan-perbuatan saya bersama Tante Titik.
Selama hampir 2 tahun Tante Titik memberi saya banyak pelajaran dan kenikmatan yang sangat luar biasa. Terkadang jika Tante Titik sedang sangat menginginkannya, aku selalu siap melayaninya, kecuali jika keadaanku sedang tidak fit atau sedang ada keperluan keluarga atau sekolah. Dan jika aku yang sedang menginginkannya, Tante Titik sangat tidak keberatan melayaniku, bahkan dia terlihat sangat senang. Tidak jarang aku diajak pergi untuk melakukan fitness atau olah raga atau hanya sekedar jalan-jalan atau ngerumpi bersama teman-temannya. Akhirnya aku baru tahu kalau Tante Titik sebenarnya sangat haus akan seks, dia adalah wanita yang bertipe agak mendewakan seks. Dan dia akan melakukan apa saja demi seks. Tapi sebenarnya pula dia tidak begitu kuat dalam bersetubuh, sehingga dia bisa berkali-kali mengeluarkan cairannya dan berkali-kali pula tubuhnya terkulai lemas. Demikianlah cerita bokep seks MENYETUBUHI MERTUAKU YANG JANDA dan TETANGGA TANTE TITIK YANG SEXY oleh cerita sex hot