MERASAKAN KEINDAHAN TUBUH IBU MERTUAKU dan SKANDAL PERSELINGKUHAN YANG NIKMAT

Author:

Cerita Bokep Seks – cerita mesum ini dalah cerita seks  pada waktu itu.. Namaku Heri, umurku sekarang ini 26 tahun, Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan.  Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing. Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu.  Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu. Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan.  Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku.  “Kamu mandi aja deh sana, Her” Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi “Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh” Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu “Udah.. Ibu disini aja” Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran. “Yah.. udah deh” Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi.  Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt.

 Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku.  Aku perhatikan dia mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret.. celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya.  Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku. Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang.  “Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her” hardik Ibu mertuaku. “Bu.. tolongin saya dong, Bu” rayuku “Ih.. apaan sih..?!” Katanya lagi “Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu” bujukku lagi “Tapi aku inikan ibumu” Kata Ibu mertuaku “Bu.. tolong, Bu.. please banget” rayuku sambil tanganku mulai beraksi.  Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku.  Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi.

Baca Juga Cerita Seks Panas : GADIS JILBAB KEPENGEN DI GOYANG RANJANG SAMPE BASAH

Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini
sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya
memburu dan mulai mendesah-desah.  “Dikamar
aja yuk, Bu” bisikku  Aku papah Ibu
mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua
kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang
penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu. 
“Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?” Kataku.  Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan
aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya.  “Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh”
Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.  Dia sepertinya belum pernah merasakan oral
sex dan baru kali ini saja ia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget
dengan kenikmatan yang satu ini.  “Enak
kan, Bu..?” Kataku “Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?”
Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya. “Enggak, Bu.. enak koq..
gimana enak gak?” “Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt”
jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah. “Itu baru awalnya, Bu”
Kataku.  Kali ini aku kulum-kulum
klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat
sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih mengangkat
lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya.  Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya
dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya
itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring dengan
liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang.  “Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh..
hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt” suara itu terus keluar dari
mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.  Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan
berlutut dihadapan liang vaginanya.

Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba
tangan halus Ibu mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya.  “Auw.. diapain, Bu..?” Tanyaku. Agen Bandarq “Enggak..
ini supaya bisa lebih tahan lama” Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku.  Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit
sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung
jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah
sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama.  “Guedhe.. juga.. punya kamu, Her” Kata Ibu
mertuaku sambil terus mengurut batang penisku. “Iya dong, Bu” Kataku.  Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi
mengurut batang penisku. Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku
dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari
jempol dan telunjuknya. Tak lama kemudian.. 
“Egh.. yah.sudah.. pelan-pelan.. yah sayang” Kata Ibu mertuaku sambil
menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu
terburu-buru menerobos liang vaginanya.  Aku
angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba
menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan
kencang.  “Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan,
Her” Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya. 

“Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq” Kataku sambil
perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya. “Ih.. punya kamu
guedhe banget, sayang.. ini sih.. diatas rata-rata”Katanya “Kan tadi udah
diurut, Bu” Kataku.  Aku teruskan aksiku
penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa istimewa
dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm. Dengan
sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua
dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu mertuaku.  “Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja
yah, sayang” Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.  Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik
turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut.  “Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!” Kataku
sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya.  “Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh..
sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh” Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan
mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual.
Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti
posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan
variasi lain pada Ibu mertuaku..  “Eh..
Ibu yang di atas deh” Kataku. “Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?” Tanyanya. “Gak”
jawabku singkat. “Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?” Godanya sambil mencubit
pantatku. “Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh” Kataku sesumbar.

“Awas.. yah.. kalo keluar duluan” Goda Ibu mertuaku sambil
meremas-remas buah pantatku. “Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama
aku”Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya “Auw.. hi.. hi.. hi” Ibu
mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny.  Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku
sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk
di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan
ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga
masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku.  Aku juga duduk dan meraih puting susu itu
lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap
berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku
kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista.  “Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh..
hmf” desah Ibu mertuaku. “Gila, Bu.. enak banget..!” “Ough.. sshhtt.. ough..
sshtt.. ough” Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan
pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya.  Tanganku meremas buah dadanya yang tak
terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi
meremas buah pantatnya.

Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan
kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa dibayangkan
jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi. 
“Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh..
enak.. ough” liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah
semakin liar naik turun maju mundur tak karuan. 
“Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo
nyampe” Kata Ibu mertuaku. “Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh” Kataku sambil ikut
menggoyang naik turun pinggulku. “Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough..
sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk
membantunya orgasme.  Aku mempercepat
goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga.  “Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh..
AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH” Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya.  Pada batang penisku terasa seperti ada cairan
hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan
diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku
telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. 
Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan
denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT..
CROTT.. CROTTT..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku.  “Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?”
Tanyaku “Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian” Kata Ibu
mertuaku “Iya.. sekarang kan udah, Bu” Kataku sambil mengecup keningnya “Oh..
kamu.. hebat banget deh, Her” Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku.
“Itu semua kan karena Ibu” Kataku memujinya “Ih.. bisa aja.. kamu” sahut Ibu
mertuaku sambil mencubit pinggulku.  Ibu
mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang
menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku. Setelah telepon di tutup
aku memekik kegirangan. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan
melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan
dan tidur. Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi.  Pagi harinya kami masih melakukannya lagi
dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan pulang.

SKANDAL PERSELINGKUHAN YANG NIKMAT

Nah untuk itu silakan anda simak cerita dewasa dibawah ini
dan sesuai judul diatas bahwa cerita ini erupakan sensasi perselingkuhan yang
terjadi antara seorang istri dengan seseorang yang sudah dianggap dari bagian
keluarga, beginilah cerita nya.  Sebagai
pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan keluarga
kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.  Saya, sebut saja Ratna (23), seorang sarjana
ekonomi. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada salah satu perusahaan jasa
keuangan di Solo. Sebagai wanita, terus terang, saya juga tidak bisa dikatakan
tidak menarik. Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg.
Sementara ukuran bra 34B. Cukup bahenol, kata rekan pria di kantor. Sementara,
suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26
tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya
pengertian dan sabar. 

Karena sama-sama bekerja, otomatis pertemuan kami lebih
banyak setelah sepulang atau sebelum berangkat kerja. Meski begitu, hari-hari
kami lalui dengan baik-baik saja. Setiap akhir pekan–bila tidak ada kerja di
luar kota–seringkali kami habiskan dengan makan malam di salah satu resto
ternama di kota ini. Dan tidak jarang pula, kami menghabiskannya pada sebuah
villa di Tawangmangu.  Soal hubungan
kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah
yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio
menunaikan tugasnya sebagai suami. Hanya saja, karena suami saya itu sering
pulang tengah malam, tentu saja ia tampak capek bila sudah berada di rumah.
Bila sudah begitu, saya juga tidak mau terlalu rewel. Juga soal ranjang itu.  Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka
saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk.
Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami–yang tidak terlalu kekar itu-dengan
mata yang masih nyalang itu, saya sering-entah mengapa-menghayal. Menghayalkan
banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok dan juga
tentang ranjang.  Bila sudah sampai
tentang ranjang itu, seringkali pula saya membayangkan saya bergumulan
habis-habisan di tempat tidur. Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang
setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan
suami mereka pada malamnya. Tapi sesungguhnya itu hanyalah khayalan menjelang
tidur yang menurut saya wajar-wajar saja.

Dan saya juga tidak punya pikiran lebih dari itu. Dan mungkin pikiran seperti itu akan terus berjalan bila saja saya tidak bertemu dengan Karyo. Pria itu sehari-hari bekerja sebagai polisi dengan pangkat Briptu. Usianya mungkin sudah 50 tahun. Gemuk, perut buncit dan hitam.  Begini ceritanya saya bertemu dengan pria itu. Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepeda motor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya. Namun, pria itu marah-marah. “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam itu pada suami saya.  Mungkin karena merasa bersalah atau takut dengan gertakan pria yang mengaku sebagai polisi itu, suami saya segera menyerahkan surat kendaraan dan SIM-nya. Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motor itu esok harinya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuah bengkel. Pria itu sepertinya masih marah. Ketika Rio menawari untuk mengantar ke rumahnya, ia menolak. “Tidak usah. Saya pakai becak saja,” katanya.  Esoknya, Rio sengaja pulang kerja cepat. Setelah menjemput saya di kantor, kami pun pergi ke rumah pria gemuk itu. Rumah pria yang kemudian kami ketahui bernama Karyo itu, berada pada sebuah gang kecil yang tidak memungkinkan mobil Opel Blazer suami saya masuk. Terpaksalah kami berjalan dan menitipkan mobil di pinggir jalan. Rumah kontrakan Pak Karyo hanyalah rumah papan. Kecil.

Baca Juga Cerita Mesum Hot : ML SEDARAH dan ADUHAI SEKALI BODI SEPUPUKU

Di ruang tamu, kursinya sudah banyak terkelupas, sementara
kertas dan koran berserakan di lantai yang tidak pakai karpet.  “Ya beginilah rumah saya. Saya sendiri
tinggal di sini. Jadi, tidak ada yang membersihkan,” kata Karyo yang hanya
pakai singlet dan kain sarung. Setelah berbasa basi dan minta maaf, Rio
mengatakan kalau sepeda motor Pak Karyo sudah diserahkan anak buahnya ke salah
satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang. Sepanjang
Rio bercerita, Pak Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas
kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja. “Oh begitu
ya. Tidak masalah,” katanya.  Saya tahu,
beberapa kali ia melirikkan matanya ke saya yang duduk di sebelah kiri. Tapi
saya pura-pura tidak tahu. Memandang Pak Karyo, saya bergidik juga. Badannya
besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi.
Sementara dadanya yang hitam membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu
tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok,
kasar.  Karyo kemudian bercerita kalau ia
sudah puluhan tahun bertugas dan tiga tahun lagi akan pensiun. Sudah hampir
tujuh tahun bercerai dengan istrinya. Dua orang anaknya sudah berumah tangga,
sedangkan yang bungsu sekolah di Bandung. Ia tidak bercerita mengapa pisah
dengan istrinya.  Pertemuan kedua, di
kantor polisi. Setelah beberapa hari sebelumnya saya habis ditodong saat berhenti
di sebuah perempatan lampu merah, saya diminta datang ke kantor polisi.

Saya kemudian diberi tahu anggota polisi kalau penodong saya
itu sudah tertangkap, tetapi barang-barang berharga dan HP saya sudah tidak ada
lagi. Sudah dijual si penodong.  Saat mau
pulang, saya hampir bertabrakan dengan Pak Karyo di koridor kantor Polsek itu.
Tiba-tiba saja ada orang di depan saya. Saya pun kaget dan berusaha mengelak.
Karena buru-buru saya menginjak pinggiran jalan beton dan terpeleset. Pria yang
kemudian saya ketahui Pak Karyo itu segera menyambar lengan saya. Akibatnya,
tubuh saya yang hampir jatuh, menjadi terpuruk dalam pagutan Pak Karyo. Saya
merasa berada dalam dekapan tubuh yang kuat dan besar. Dada saya terasa lengket
dengan dadanya. Sesaat saya merasakan getaran itu. Tapi tak lama.  “Makanya, jalannya itu hati-hati. Bisa-bisa
jatuh masuk got itu,” katanya seraya melepaskan saya dari pelukannya. Saya
hanya bisa tersenyum masam sambil bilang terimakasih.  Ketika Pak Karyo kemudian menawari minum di
kantin, saya pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Sambil minum ia banyak
bercerita. Tentang motornya yang sudah baik, tentang istri yang minta cerai,
tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya
diam mendengarkan ceritanya.  Mungkin
karena seringkali diam bila bertemu dan ia pun makin punya keberanian, Pak
Karyo itu kemudian malah sering datang ke rumah. Datang hanya untuk bercerita.
Atau menanyai soal rumah kami yang tidak punya penjaga. Atau tentang hal lain
yang semua itu, saya rasakan, hanya sekesar untuk bisa bertemu dengan
berdekatan dengan saya. Tapi semua itu setahu suami saya lho. Bahkan, tidak
jarang pula Rio terlibat permainan catur yang mengasyikkan dengan Pak Karyo
bila ia datang pas ada Rio di rumah.  Ketika
suatu kali, suami saya ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan, Pak Karyo malah
menawarkan diri untuk menjaga rumah. Rio, yang paling tidak selama sepakan di
Jakarta, tentu saja gembira dengan tawaran itu. Dan saya pun merasa tidak punya
alasan untuk menolak.  Meski sedikit
kasar, tapi Pak Karyo itu suka sekali bercerita dan juga nanya-nanya. Dan
karena kemudian sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, saya pun tidak
pula sungkan untuk berceritanya dengannya. Apalagi, keluarga saya tidak ada
yang berada di Solo.

Sekali waktu, saya keceplosan. Saya ceritakan soal desakan
ibu mertua agar saya segera punya anak. Dan ini mendapat perhatian besar Pak
Karyo. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau. “Oh ya. Ah, kalau yang itu
mungkin saya bisa bantu,” katanya. Ia makin mendekat. “Bagaimana caranya?”
tanya saya bingung. “Mudah-mudahan saya bisa bantu. Datanglah ke rumah. Saya
beri obat dan sedikit diurut,” kata Pak Karyo pula. Dengan pikiran lurus,
setelah sebelumnya saya memberitahu Rio, saya pun pergi ke rumah Pak Karyo.
Sore hari saya datang. Saat saya datang, ia juga masih pakai kain sarung dan
singlet. Saya lihat matanya berkilat. Pak Karyo kemudian mengatakan bahwa
pengobatan yang didapatkannya melalui kakeknya, dilakukan dengan pemijatan di
bagian perut. Paling tidak tujuh kali pemijatan, katanya. Setelah itu baru
diberi obat. Saya hanya diam.  “Sekarang
saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya.
Kamarnya kecil dan pengap. Jendela kecil di samping ranjang tidak terbuka. Sementara
ranjang kayu hanya beralaskan kasur yang sudah menipis. Pak Karyo kemudian
memberikan kain sarung. Ia menyuruh saya untuk membuka kulot biru tua yang saya
pakai. Risih juga membuka pakaian di depan pria tua itu.  “Gantilah,” katanya ketika melihat saya masih
bengong. Inilah pertama kali saya ganti pakaian di dekat pria yang bukan suami
saya. Di atas ranjang kayu itu saya disuruh berbaring. “Maaf ya,” katanya
ketika tangannya mulai menekan perut saya. 
Terasa sekali jari-jari tangan yang kasar dan keras itu di perut saya.
Ia menyibak bagian bawah baju. Jari tangannya menari-nari di seputar perut
saya. Sesekali jari tangannya menyentuh pinggir lipatan paha saya. Saya melihat
gerakannya dengan nafas tertahan. Saya berasa bersalah dengan Rio. “Ini dilepas
saja,” katanya sambil menarik CD saya.

Oops! Saya kaget. “Ya, mengganggu kalau tidak dilepas,” katanya pula.  Tanpa menunggu persetujuan saya, Par Karyo menggeser bagian atasnya. Saya merasakan bulu-bulu vagina saya tersentuh tangannya. CD saya pun merosot. Meski ingin menolak, tapi suara saya tidak keluar. Tangan saya pun terasa berat untuk menahan tangannya. Tanpa bicara, Pak Karyo kembali melanjutkan pijatannya. Jari tangan yang kasar kembali bergerilya di bagian perut. Kedua paha saya yang masih rapat dipisahkannya. Tangannya kemudian memijati pinggiran daerah sensitif saya. Tangan itu bolak balik di sana. Sesekali tangan kasar itu menyentuh daerah klitoris saya. Saya rasa ada getaran yang menghentak-hentak. Dari mulut saya yang tertutup, terdengar hembusan nafas yang berat, Pak Karyo makin bersemangat.  “Ada yang tidak beres di bagian peranakan kamu,” katanya. Satu tangannya berada di perut, sementara yang lainnya mengusap gundukan yang ditumbuhi sedikit bulu. Tangannya berputar-putar di selangkang saya itu. Saya merasakan ada kenikmatan di sana. Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah basah. Kepala saya miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang tidak tertahankan.  Tangan kanan Pak Karyo makin berani. Jari-jari mulai memasuki pinggir liang vagina saya. .

Baca Juga Cerita Mesum Hot : NGEWE ABG BOHAY NAN MONTOK

Ia mengocok-ngocok. Kaki saya menerjang menahan gairah yang
melanda. Tangan saya yang mencoba menahan tangannya malah dibawanya untuk
meremas payudara saya. Meski tidak membuka BH, namun remasan tangannya mampu
membuat panyudara saya mengeras. Uh, saya tidak tahu kalau kain sarung yang
saya pakai sudah merosot hingga ujung kaki. CD juga sudah tanggal. Yang saya
tahu hanyalah lidah Pak Karyo sudah menjilati selangkang saya yang sudah
membanjir. Terdengar suara kecipak becek yang diselingi nafas memburu Pak
Karyo.  Ini permainan yang baru yang
pertama kali saya rasaran. Rio, suami saya, bahkan tidak pernah menyentuh
daerah pribadiku dengan mulutnya. Tapi, jilatan Pak Karyo benar-benar membuat
dada saya turun naik. Kaki saya yang menerjang kemudian digumulnya dengan kuat,
lalu dibawanya ke atas. Sementara kepalanya masih terbenam di selangkangan
saya.  Benar-benar sensasi yang sangat
mengasyikan. Dan saya pun tidak sadar kalau kemudian, tubuh saya mengeras,
mengejang, lalu ada yang panas mengalir di vagina saya. Aduh, saya orgasme!
Tubuh saya melemas, tulang-tulang ini terasa terlepas. Saya lihat Pak Karyo
menjilati rembesan yang mengalir dari vagina. Lalu ditelannya. Bibirnya
belepotan air kenikmatan itu. Singletnya pun basah oleh keringat. Saya memejamkan
mata, sambil meredakan nafas. Sungguh, permainan yang belum pernah saya alami.
Pak Karyo naik ke atas ranjang. “Kita lanjutkan,” katanya.  Saya disuruhnya telungkup. Tangannya kembali
merabai punggung saya. Mulai dari pundah. Lalu terus ke bagian pinggang. Dan
ketika tangan itu berada di atas pantat saya, Pak Karyo mulai melenguh. Jari
tangannya turun naik di antara anus dan vagina. Berjalan dengan lambat. Ketika
pas di lubang anus, jarinya berhenti dengan sedikit menekan.

Wow, sangat mengasyikan. Tulang-tulang terasa mengejang.
Terus terang, saya menikmatinya dengan mata terpejam. Bila kemudian, terasa
benda bulat hangat yang menusuk-nusuk di antara lipatan pantat, saya hanya bisa
melenguh. Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya rasakan benda itu sangat keras.
Benar. Saat saya berbalik, saya lihat kontol Pak Karyo itu. Besar dan hitam.
Tampak jelas urat-uratnya. Bulunya pun menghitam lebat.  Mulut saya sampai ternganga ketika ujung
kontol Pak Karyo mulai menyentuh bibir vagina saya. Perlahan ujungnya masuk.
Terasa sempit di vagina saya. Pak Karyo pun menekan dengan perlahan. Ia
mengoyangnya. Bibir vagina saya seperti ikut bergoyang keluar masuk mengikuti
goyangan kontol Pak Karyo. Hampir sepuluh menit Pak Karyo asik dengan
goyangannya. Saya pun meladeni dengan goyangan. Tubuh kami yang sudah sama-sama
telanjang, basah dengan keringat. Kuat juga stamina Pak Karyo. Belum tampak
tanda-tanda itunya akan ‘menembak’.  Padahal,
saya sudah kembali merasakan ujung vagina saya memanas. Tubuh saya mengejang.
Dengan sedikit sentakan, maka muncratlah. Berkali-kali. Orgasme yang kedua ini
benar-benar terasa memabukkan. Liang vagina saya makin membanjir. Tubuh saya
kehilangan tenaga.

Saya terkapar. Saya hanya bisa diam saja ketika Pak Karyo masih menggoyang. Beberapa saat kemudian, baru itu sampai pada puncaknya. Ia menghentak dengan kuat. Kakinya menegang. Dengan makin menekan, ia pun memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina saya. Saya tidak kuasa menolaknya. Tubuh besar hitam itu pun ambruk diatas tubuh saya. Luar biasa permainan polisi yang hampir pensiun itu. Apalagi dibandingkan dengan permainan Rio.  Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan syahwat kepadanya. Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio. Dan saya yakin Rio juga tidak tahu samasekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Pak Karyo itu. Entah sampai kapan. Demikianlah cerita mesum dewasa MERASAKAN KEINDAHAN TUBUH IBU MERTUAKU dan SKANDAL PERSELINGKUHAN YANG NIKMAT oleh cerita sex hot.