MURID LES BAHASA INGGRIS dan PERAWAN TEMAN KAMPUS

Author:

Cerita Mesum Terbarucerita bokep yang mana cerita dewasa ini adalah cerita nge4ntot ku Sebagai seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris, sudah dapat dipastikan kalau kemampuanku dalam bahasa inggris di atas rata-rata dan dinilai cukup baik.  Semenjak saya berkenalan dengan Evi, gadis imut yang cantik, dengan bulu mata yang lentik dan bibir merah tipis yang merekah. Dalam pandangan saya, Evi adalah abg imut yang enak di pandang mata. Dengan kelebihan ku dalam berbahasa inggris, aku mulai beraksi untuk memberikan les gratis ke rumahnya, itupun atas permintaannya.  “Kak, ajarin aku PR bahasa Inggris dong” pintanya sambil tersenyum. “Boleh, emang PR nya susah ya?” tanyaku basa-basi. “Iya, banyak lagi” “Ya sudah, kamu ambil bukunya, nanti aku ajari” pintaku sambil mataku tak berhenti.  Menatap wajahnya yang cantik dan imut. Sungguh hatiku jadi deg-deg an dan pikiran kotor terlintas dalam otakku. Timbul rencana-rencana yang membuat burungku berdiri bila membayangkan bentuk tubuhnya yang mulai mekar. Dadanya yang mungil, pantatnya yang sekel. Ah, burungku tambah keras aja.  “Ini kak, bukunya, ” Tiba-tiba suara merdu mengagetkan lamunanku. “Eh, Evi, cepet banget ambil bukunya?” tanyaku berdalih dan gelagapan. “Rumahku dekat dari sini, yang itu, cat warna merah?”  Ia menunjukkan rumahnya sambil menudingkan telunjuknya. Aku perhatikan bagian dadanya, saat dia menunujuk, kulihat dari sela ketiaknya bulatan dadanya yang terbungkus kaos sungguh indah, apalagi terbuka tiada satu lehai benangpun yang menutupinya. Pikiranku mulai kotor.  “Kak, di ajak ngomong kok malah bengong.”  Evi dengan cepat menurunkan tangannya dan me-nekuk punggungnya sehingga busungan dadanya mengecil.

Rupanya dia tahu apa yang aku perhatikan. Tapi meskipun posisinya begitu, tetap saja dadanya terlihat, karena ukurannya sedikit besar. Dia tersenyum memperhatikanku, menjadikan aku salah tingkah.  “Ah, enggak, enggak bengong kok,” jawabku sekenanya. Lalu aku meminta buku PR nya. “Wah, ini mah sedikit susah, aku harus liat buku panduanku dulu”  Aku mencari alas an agar

aku bebas berduaan dengannya.  “Buku panduan apaan sih?” tanya Evi. “Pelajaran kuliahku, atau begini aja, kamu besok sepulang sekolah mampir ke rumahku, nanti aku ajari sampai bisa”  Alasanku mulai kususun untuk menjebaknya.  “Ya sudah, besok aja ya”  Aku menyerahkan kembali buku PR nya sambil meremas tangannya, Evi buru-buru menarik tangannya sambil tersenyum dan lari menuju rumahnya. Sebelum menghilang di balik tikungan, dia tersenyum penuh arti kepadaku. Tepat jam 1 siang Evi datang di saat aku lagi tiduran di kamarku. Pintu kamarku di ketuk.  “Kak…, kak…”  Evi memanggil, lalu kubuka pintu kamarku dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu. Sementara aku ganti pakaian. setelah basa-basi aku lantas mengerjakan Prnya dan mengajarinya bahasa inggris. Burungku yang sedari kedatangannya tegang kini mulai terasa pegal dan tak terhitung berapa kali aku menelan air liur, saat dia membungkuk dan secara tak sengaja aku mengintip belahan dadanya.  Aku memperhatikan wajahnya yang sekarang begitu dekat dan mencium parfumnya yang bercampur sedikit keringat.  “Capek..?” kataku setelah dia selesai menulis Prnya dan menghela nafas berat kelelahan. “Iya, sedikit…” “Apanya yang capek?” tanyaku. “Tangannya pegel, dari tadi nulis melulu” sembari memijit tangan kanannya. “Ah, enak kak” desah Evi sambil menikmati pijatanki. 

Baca Juga Cerita mesum : KISAH ASMARAKU YANG DULU DENGAN BIBI ASIH YANG BAIK

Akupun semakin berani memijat, dari tangan pindah ke bahu,
dari bahu pindah ke pangkal leher. Evi terlihat memejamkan mata. Sepertinya Evi
meresapi pijatan di pangkal lehernya.  “Enak
enggak?” tanyaku parau. “Enak sekali kak” desah Evi membuat anuku semakin
keras.  Akupun memberanikan diri membuka
kancing bajunya yang paling atas, dan dia diam saja. Satu kancing baju sudah
cukup bagiku untuk melihat betapa mulusnya mundak ABG ini. Akupun melakukan
pemijatan yang pelan dan setengah mengelus elus pundak tersebut.  “Ah.. Enak sekali kak, aku jadi ngantuk”  Terlihat Evi sudah sedikit tergoda dengan
trik yang kumainkan.  “Enggak

papa kalau
kamu sambil tiduran, aku pijit komplit deh” Aku menawarkan jasa gratis. “Enggak
ah, begini juga sudah enak.” Evi menjawab sambil terpejam.  Aku terangsang bukan kepalang dan burungku
sudah berdenyut kencang. Aku meraba pundak dan turun sedikit ke bagian dada
atasnya. Dan Evi masih terdiam. Aku melangkah ke belakang tubuhnya dan terus
melakukan usapan, dan berusaha menempelkan anuku ke punggungnya. Hangat. Aku
beranikan untuk membuka kancing bajunya yang kedua dan dia masih diam sambil
terpejam. Aku sudah tak tahan, aku raba dadanya yang montok dengan kedua
telapak tanganku dan meremasnya perlahan. 
“Ah. Kak… Jangan… Malu, nanti dilihat orang,” kata Evi sambil berusaha
memegang kedua tanganku.  Tapi Evi tidak
berusah menghentikan aktifitas tanganku yang sedang mengelus benda bundar di
dadanya. Kemudian aku mencium lehernya yang putih dari belakang.  “Ah… Kak… Aku malu nanti dilihat orang,”
katanya sambil menghindar dari ciumanku. 
Aku terus berusaha mencium lehernya dari belakang saat Evi berusaha
berdiri dan memeluknya. Tangan kiriku memeluk perut, tangan kananku memeluk
dadanya. Dia Seperti kaget melihat tindakanku yang agresif ini. Tapi Evi tidak
berusaha menghindar.  “Evi… Kamu cantik
sekali,” gumamku dengan suara parau.  Evi
hanya berdiri terdiam. Tangannya memgangi tanganku yang meraba dadanya. Matanya
terpejam dan mulutnya mendesah.  “Ah…
Kakk…”  Tangan kananku berpindah dari
dada turun mengelus pahanya. Aku singkap rok birunya, burungku aku tempelkan
pada belahan pantatnya yang bahenol. Aku gesekkan kontolku pelan pelan. Enak
sekali rasanya. Aku buka kancing ketiga, keempat dan semua…  Evi diam saja.

Tangan kananku mencoba meraba daerah terlarangnya, tapi
tiba-tiba, tanganku di pegangnya dan ditepiskannya. Tanpa sepatah kata dia
berlari ke kamarku yang tidak aku kunci. Aku kaget. Namun aku jadi lega karena
ia berlari ke arah kamar. Berarti…  Aku
segera menyulus dengan cepat ke arah kamar sambil membenarkan posisi kontolku
yang menonjol, karena aku tidak pakai CD. Aku kunci kamar dan aku melihat

Evi
berdiri di depan cermin besar dengan masih posisi bajunya terbuka, tidak
dikancingkan. Aku mendekat dan aku raih mukanya dengan kedua tanganku dan
kemudian tanpa kata-kata aku mencium bibirnya yang aduhai.  “Emmm…” 
Tangan kananku mencoba membuka pakaian seragam SMPnya. Dan kini
terpampang kedua dadanya yang dilapisi BH merah. Dia sudah tidak perduli lagi
dengan usahaku, bahkan tangannya merangkul leherku sambil membalas lumatan
bibirku.  Aku semakin berani membuka
kancing Bhnya, sambil mengelus punggungnya. Sementara bibirku terus mecium
bibirnya dengan lahap. Tak ada kata yang terucap, hanya suara beradunya bibir
dan dengau nafas yang kian memburu. Aku berhasil membuka Bhnya, tapi kedua
tangannya menutupi dadanya seolah tidak boleh dilihat. Aku tidak perduli. Aku
singkap rok birunya dan aku elus-elus pantatnya sambil menempelkan kontolku
tepat ke selangkangannya. Aku tekan sedikit dengan tanganku yang menempel di
pantatnya. Evi pun menekan selangkangannya ke depan.  “Ah…, Evi…” 
Aku mencoba membuka resleting roknya dan dengan sekali sentak, jatuhlah
rok itu ke lantai.  “Kak… Mau ngapain
sihhh pake lepas rokk…” suaranya sudah tidak beraturan. “Enggak papa, cuma mau
liat aja…” jawabku sekenanya.  Tangan
kanan Evi menutup vagina nya dan tangan kiri menutup buah dadanya. Tapi aku
terus mencium sekenanya.  “Evi… Kakak
boleh pegang ini enggak?” tanyaku sambil meraba toketnya. “Enggak boleh…?”
katanya sambil tersenyum manis. “Sedikit aja, masak enggak boleh sih..” aku
merayu.  Evi tidak menjawab dengan
kata-kata tapi dia tiba-tiba memelukku dengan menempelkan toketnya ke dadaku.
Empuk banget. Enak. Aku pegang payudara sebelah kirinya dengan tangan kananku
dan kuremas perlahan.  “Ah…” Evi
mendesah.  Tangan kiriku meraba resleting
celanaku dan membukanya dan…  “Kak… Eviii
takut…” katanya sambil terus melihat ke kontolku yang ngacung tepat ke arah
vagina nya yang masih tertutup CD.

“Enggak usah takut, enak kok, nanti kamu rasain aja, pasti
ketagihan”  Lalu aku tuntun tangannya
untuk memegang kontolku.  “Begini ya
bentuknya ****** laki-laki…” kata Evi

sambil memegang dan memperhatikan. “Emang
kamu belum pernah tahu?” tanyaku. “Selama ini Evi hanya baca di stensil dan
membayangkan aja… Gimana bentuknya..”  Pantas,
pikirku sedikit aneh, karena sejak dari tadi Evi tidak berusaha untuk menghindar
atau melawan saat aku kerjai, rupanya dia penasaran dan ingin tahu lebih banyak
tentang lelaki dan membuktikan kebenaran cerita dari stensil yang dia baca.  “Apa semua bentuk ****** laki begini ya…?”
Evi bertanya sambil mengelus. “Eemm… Shhh… Iyyaa… Samaa…” jawabku keenakan
karena elusan tangannya. Lalu aku mencium teteknya dan menghisapnya. “Ahhh…
Enak kak…” desahnya.  Tangannya semakin
kencang memegang Kontolku. Aku coba membuka CD nya dengan tangan kiri sementara
tangan kanan meremas pantatnya. Sedikit turun CD nya. Tapi sudah cukup untuk
memamerkan bulu-bulu tebal yang ada di sekitar vagina nya.  “Evi… Enakkk enggak…?” tanyaku basa-basi. “Enakkk
kakk…?” jawabnya dengan mata tertutup.  Lalu
aku sodokkan kontolku ke arah vagina nya yang masih rapat karena posisinya
berdiri. Hangat dan basah. Aku gesek terus maju mundur dan enak sekali aku
rasakan. Evipun terlihat mendesah dan memelukku erat. Pantatnya aku dorong ke
arahku seirama dengan sodokanku ke vagina nya. 
“Ahh… Ahh… Ehmmm…” Evi mendesah enggak karuan.  Aku sadar bahwa ****** ku tidak masuk ke
lubang vagina nya, hanya menggesek bagian luar dan mungkin klit nya. Tapi
enaknya bukan kepalang.  “Kak… Aku… Mau
pipisss… Ohhh… Kak… Ohhh…” Evi mendesah panjang. Rupanya dia mau klimaks, hanya
dia tidak tahu, makanya disebutnya mau pipis. “Ah… Kakakkk… Juggaaa mauuu… Oh…
Shhh… Ouhhh…”  Evi memeluk erat sekali.
Semakin erat dan erat… Aku dorong kuat pantatku kedepan dan tanganku mendorong
pantanya kuat kuat. Dan muncratlah spermaku. 
“Ahhh… Oh… Shhh… Eviii… Ouhhh…”  Evi
tak kalah semangatnya. Dia mendorongkan pantatnya maju bersamaan dengan klimak
yang ia dapat.

“Kakkk… Ahhh… Ahhh… Shhh…” Dipeluknya aku erat-erat hingga
hampir 1 menit. “shhh… Aduhhh… Enakkk… Viii…” 
Gumamku disela-sela pelukannya yang erat.

Keringat bercucuran dari
kening dan punggung Evi. Aku elus semua tubuhnya dan kuremas payudara dan
pantatnya. Tampak ketegangan menyelimuti mukanya yang ayu. Matanya masih
tertutup menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ada. Setelah itu Evi melepaskan
pelukannya dan menuju kasur yang aku gelar sebagai tempat tidur. Dia baringkan
tubuhnya di situ dengan kaki di tekuk dan tangan di satukan menutupi toketnya.
Matanya kemudian terpejam dengan bibir tersenyum di tahan.  Aku sibuk mencari lap untuk mengelap cairan sperma
yang tumpah di lantai dan sisa yang menempel di ****** ku. Sambil mengelap
******, aku perhatikan Evi yang terbaring meringkuk di kasur. Ah… Indah sekali
bentuk tubuhnya. Aku mengenakan sarung dan menyelimutinya dan duduk di
sampingnya.  “Evi… Kamu pernah melakukan
ini ya? tanyaku menyelidik. “Enggak pernah.” Jawabnya dengan tegas. “Tapi kamu
kok sepertinya tenang-tenang aja waktu aku…” kataku “Aku penasaran kak, apa iya
enak dan asyik seperti cerita di stensil” “Kamu enggak keberatan kita begini?”
tanyaku. “Aku juga heran, kenapa aku enggak bias nolak dan sulit untuk
melarang.” “Kamu ngarepin juga kan?” kataku sambil tersenyum “Ihhh… Enak aja…”
Evi mencubit pahaku

PERAWAN teman KAMPUS

Ravina adalah rekan kampusku yang berasal dari Makasar, anaknya bertubuh kurus dengan tinggi sekitar 168 dan kutaksir BHnya berukuran 32 B. Aku tidak terlalu akrab dengan Vina karena sejak awal kuliah kami tidak pernah sekelas.  Tapi karena dia aktif di Koran kampus, maka kami cukup sering berinteraksi. Pada akhir tahun 2013, kampus kami mengadakan lomba penulisan ilmiah, ketua jurusan meminta aku dan Vina mewakili jurusan kami dalam kegiatan itu. Karena batas waktu pengumpulan tulisan sudah dekat, sedangkan kami belum punya bahan tulisan, maka kami sepakat untuk memanfaatkan waktu diluar jam kuliah menyelesaikan tugas ini.  “trus enaknya mau ketemu dimana donk?” tanyaku pada Vina siang itu di kantin kampus. “terserah kamu aja lah. Di kostmu juga gapapa, soalnya kalau di

kostku kamu cuma bisa sampai teras, gak boleh masuk. Ntar malah berisik, gak bisa konsen” jawabnya Akhirnya aku memberikan alamat kost ku kepadanya.  Sore harinya SMS masuk dari Vina “aku d dpan rumah cat hijau. Kostmu disebelah mananya?” maka aku pun segera turun, rumah cat hijau itu ada persis di sebelah kostku, sedangkan kamar kost di tempatku ada di lantai 2. Dibawah ditinggali pemilik kost dan keluarganya. Setelah sampai dikamarku, Vina memandang berkeliling,  “kok sepi? Pada kemana?” tanyanya. “Ibu kost sekeluarga lagi pada pulang ke Wns, teman kostku cuma tinggal 2, yang lain juga pada pulkam (pulang kampung)” jawabku.  Sore itu Vina mengenakan kaos ketat berwarna putih dan ditutup cardigan hijau muda dengan rok bermotif bunga sedikit lebih tinggi diatas lututnya, Nampak lebih cantik dibanding penampilannya ke kampus.

Kami pun mulai fokus mengerjakan tugas kami, aku mencoba mengumpulkan data dan merangkai kata, kemudian Vina mengetiknya di komputer. Setelah sekitar satu setengah jam, aku mendengar ada orang yang memanggil-manggil ibu kostku di bawah,  “bentar ya Vin, aku liat ke bawah dulu” kataku pada Vina. Dia mengangguk sambil terus mengetik. Ternyata dibawah ada ibu RT sedang meminta biodata penghuni kost, karena ibu kostku tidak ada, maka bu RT memintaku mengisi formulir yang sudah ia siapkan.  Setelah sekitar 20 menit, aku kembali ke kamarku tanpa berpikir macam-macam dan sengaja melangkah perlahan mendekati pintu kamarku yang agak sedikit tertutup, niatku ingin mengejutkan Vina. Namun yang aku lihat di dalam kamarku cukup membuatku terkejut, dari sela pintu kamar tampak Vina justru sedang setengah berbaring dengan meluruskan kakinya, tangan kanannya bergerak-gerak dalam roknya, sementara cardigan dan kaos nya agak tersingkap naik. Di komputerku yang memang menghadap kearah pintu, tampak Vina sedang memutar salah satu dari koleksi film BFku yang tersimpan di file, aku menduga Vina iseng membuka-buka fileku, menemukan koleksi film BF itu, menontonnya dan

menjadi terangsang lantas memutuskan masturbasi dan tidak menyangka aku akan melihat aksinya itu.  Aku sengaja menahan diri dan hanya melihat dia menggerak-gerakkan tangannya dalam rok. Ketika dia mulai terlihat sangat terangsang, aku sengaja mendehem dan langsung membuka pintu kamar. Vina tampak sangat terkejut dan salah tingkah, dia segera menarik tangannya dan membetulkan pakaiannya. Tapi tentu saja layar komputerku masih memutar film BF itu. Aku berdiri di pintu kamar sambil tersenyum, “ngapain, Vin?” dia tampak gugup dan salah tingkah. Tiba-tiba saja dia langsung mengambil buku-bukunya, memasukkan ke tasnya dan segera berdiri “aku mau pulang” katanya dengan ketus.  Aku mencekal tangannya, dia mengibaskan tanganku, mungkin karena malu aku memergokinya dia jadi emosi. Kembali kucekal kedua tangannya, dia berusaha melawan, tapi tenagaku lebih kuat, posisi kami saling berhadapan dan aku memegang kedua tangannya. Sadar tidak mungkin melepaskan diri dari peganganku, dia membuang muka, aku berbisik ke telinganya “maaf kalau aku buat kamu malu. Kita sudah sama-sama dewasa, gapapa kok.

Baca Juga Cerita Dewasa Indonesia : DENGAN WANITA BAYA dan MEMUASKAN HASRAT TANTE ERNI

Kalau kamu memang mau lanjutkan juga gapapa, aku bisa tunggu
diluar”  Dia masih tak mau menatapku.
Entah kenapa, kata-kata yang keluar berikutnya dari mulutku juga tanpa berpikir
panjang “atau kamu justru mau aku liat dan bantu kamu?” dia memandangku dengan
tatapan marah, kembali ia berusaha melepaskan pegangan tanganku sambil setengah
berteriak  “kamu anggap aku cewek apa?”
sadar kesalahanku, aku berusaha menenangkannya. Sambil tetap memegangi kedua
tangannya, aku merapatkan badanku, kemudian tangan kiriku merangkul bahunya dan
menyandarkan kepalanya didadaku.  “maaf,….
Maaf, aku gak bermaksud merendahkan kamu. Maaf banget, aku cuma bingung mesti
gimana” kataku sambil membelai rambutnya sambil sedikit mencium bagian atas
keningnya.  Hal ini sedikit
meluluhkannya, tangannya yang semula mencoba berontak kemudian hanya diam saja,
bahkan perlahan dia malah memeluk tubuhku. Aku pun membalas memeluknya, aku
mengajaknya

kembali duduk di kamarku, aku melirik ke arah komputer yang masih
menayangkan BF Thailand. Sambil duduk, aku sengaja tetap memeluk pundak Vina
sambil sesekali membelai rambutnya, Vina yang berada di sebelah kiriku dan
awalnya membelakangi komputer tiba-tiba membalik badannya. Dia menyandarkan
tubuhnya padaku sambil matanya kembali menatap komputer. “aku gak tau tadi
kenapa, mendadak tadi aku ngerasa mekiku gatel, tapi pas aku usap kok rasanya
enak bgt.” Katanya sambil tetap memandang ke arah monitor.  Aku diam saja, karena merasakan kontolku
perlahan mulai menggeliat. Selain karena adegan vulgar di layar monitor komputer,
aroma harum dari rambut Vina turut membuatku makin merasa terangsang.  “kamu sering ML juga ya ama pacarmu ? tadi
aku sempat liat koleksi BFmu banyak bgt,” katanya. “aku malah belum pernah ML
ama Wanda (Vina mungkin mengira aku masih berpacaran dengan adik tingkatku di
kampus yang memang dia kenal) tapi sama cewek lain pernah sekali” jawabku
setengah jujur. Dia menengadahkan wajahnya ke arahku.  “bener?” tanyanya sambil bangkit dan duduk
mengahadapku. “bener kamu juga pernah ML? aku kira seorang tokoh mahasiswa
idealis kaya kamu itu bener-bener lurus, gak kenal ama hal-hal kaya gitu.
Ternyata sama aja” katanya sambil tersenyum. 
Aku tersenyum sambil memegang tangannya, “aktivis khan juga manusia,
emangnya kalau aktifis gak boleh nafsu?” tanyaku.

Dia tersenyum, kemudian matanya melirik ke arah
selangkanganku. “trus sekarang nafsu ga ?” pertanyaan yang cukup menggoda
buatku. “dikit” jawabku. Dia tertawa dan kemudian kembali bersandar padaku
sambil kembali menatap monitor komputer. 
“aku belum pernah ML, tp menjelang kelulusan sma dulu pernah petting aja
sama pacarku, dia polisi” ceritanya. Aku diam saja, kami sama-sama memandangi
layar monitor yang menayangkan adegan sepasang kekasih Thailand bercinta dengan
ganas di sebuah sofa.  “kalau lama-lama
liat gini nafsuku jadi tambah nich” candaku. Dia tertawa sambil menatapku, “ya
udah kalau gitu matiin aja” katanya. “yakin mau dimatiin aja? Ga

nunggu ampe
habis?” tanyaku sambil memandang genit padanya. “Terserah kamu dech” katanya
sambil berdiri. “mau kemana” tanyaku.  “numpang
ke kamar mandi, nglanjutin yang tadi” katanya sambil tertawa. “yeee, ngapain di
kamar mandi? Disini aja gapapa kok” jawabku. Dia menjulurkan lidahnya sambil
tersenyum ke arahku dan langsung menuju kamar mandi kostku. Tinggalah aku sendiri
d kamar sambil menonton BF yang memang belum sempat kutonton itu. Melihat
adegan yang semakin memancing itu, tanganku tanpa sadar masuk ke dalam celana,
membelai kontolku yang sudah semakin tegang, aku sempat membayangkan Vina yang
sedang masturbasi di kamar mandi kostku. Tiba-tiba Vina muncul di depanku
sambil setengah berteriak  “haaayyyoooo,
ngapain… dasar cowok, baru ditinggal bentar aja udah gak bisa nahan nafsu.
Hahaha….” Wajahnya tampak sangat ceria bisa membalas perlakuanku tadi. Aku yang
salah tingkah lantas segera menarik tanganku dari dalam celana. “eh, dasar.
Ngagetin aja. Kok cepet banget, katanya mau nglanjutin yang tadi” kataku salah
tingkah. Dia tertawa, “aku cuma pipis aja kok” jawabnya. Kemudian dia kembali
duduk di sampingku.

Dia melihat ke arah selangkanganku, kemudian memandang
wajahku sambil tertawa melihat kontolku bergerak-gerak menahan nafsu.  Dia kembali memandang ke monitor, lalu
bergumam “tapi emang hot banget sich” dia kembali memandangku. “Ri, aku gak mau
munafik, aku nafsu. Tapi aku takut ML. Boleh gak aku nyelesaiin yang tadi? Kamu
boleh liat dech. Tapi gak boleh nyentuh aku” katanya. Aku tersenyum, “iya, aku
gak akan nyentuh kamu, tapi kalau misalnya aku juga gak tahan, boleh gak aku
juga ngocok? Kasian nich dedeknya” kataku sambil menunjuk ke arah kontolku. Dia
tersenyum, lantas mengangguk. “Pintunya ditutup aja yah” pintanya. Aku pun
bangkit dan menutup pintu kamarku, sandal Vina sengaja kumasukkan supaya kalau
ada yang datang mengira tidak ada orang lain di kamarku. Setelah aku menutup
pintu, aku liat Vina sudah berbaring di tempat tidurku, cardigannya diletakkan
di samping komputer

dan hanya memakai t shirt putihnya. Di kamarku kasur
sengaja kuletakkan di bawah dan semua memang kulakukan dengan lesehan. Vina
memandangku kemudian bertanya, “kamu punya selimut gak?” aku memberinya selimut
tipis belang yang biasa digunakan di Rumah Sakit. Dia menutupi kakinya sampai
batas perut, kemudian melorotkan rok dan celana dalamnya. Aku menelan ludah,
membayangkan dibalik selimut itu Vina tidak mengenakan apa-apa lagi. Vina
memandangku sekilas, tersenyum “gapapa khan?” aku mengangguk. “santai aja”
jawabku.Agen Domino 99 Terpercaya  Vina
memasukkan tangan kanannya ke balik selimut, sementara tangan kirinya menahan
ujung selimut agar tidak tersingkap. Matanya kembali menatap monitor komputer,
tak lama kemudian terdengar nafasnya mulai memburu, matanya sayu menatap
komputer, lantas melirikku. “mau bantu aku gak?” “ngapain?” jawabku sambil
mendekatinya Dalam hati aku berharap dia berubah pikiran dan akan memintaku ML
dengannya. “remesin toketku donk. Aku horny banget nich” jawabnya. Aku
mengangguk dan langsung melakukan yang ia minta. Ga kkurang akal, aku mulai
merayunya  “gak kerasa banget kali Vin,
BHmu buka aja. Biar lebih kerasa” Dia mengangguk dan berhenti sejenak, dia
duduk dan membuka sendiri pengait BHnya, lantas menariknya dari bagian depan
kaosnya.

Kontolku makin mengeras melihatnya. Dia kembali menggerakkan
tangannya dibalik selimut, menggesek jari di memeknya. Sementara aku meremas-remas
toketnya dari luar kaosnya. “mau yang lebih enak, Vin?” rayuku lagi. Ia
mengangguk. Tanganku bergerak masuk dalam kaosnya, kuremas-remas dan kupilin
putingnya dari dalam. “aaacccchhhhh…… uuuughhhh” dia melenguh. Saat itu adegan
film memperlihatkan sang cewek mengoral Penis cowoknya. Itu membuatku makin
terangsang. Kucoba menaikkan kaos Vina, dia diam tidak menolak, matanya
terpejam menikmati yang ia lakukan. Setelah toketnya terbuka, tanpa minta
persetujuannya aku langsung menghisap toketnya.Dia membuka mata dan tampak
terkejut, tapi segera kuhisap lagi toketnya dan kumainkan putingnya dengan
lidahku. Ia meringis, lalu tersenyum. “ennaaakk….”katanya. Aku pun makin ganas
memainkan toketnya, kuhisap dan kadang kugigit pelan. Dia nampak sangat menikmati

itu.  Aku mencoba jalan terakhirku.
Sengaja aku berbaring di sebelahnya, dia melirikku “pegel nich, sambil baring
gapapa ya?” alasanku. Dia mengangguk. Sambil tetap menghisap dan menggigit
toketnya, aku coba kembali merayunya.  “Kaosmu
buka aja sekalian ya? Biar gampang” dan dia mengangguk sambil tangannya tetap
memainkan memeknya sendiri. Nafasnya masih terdengar memburu. Aku pun sengaja
bangkit, duduk dan segera membuka kaosnya. Kulipat kaosnya, dan kuletakkan
disamping kasurku, kemudian aku kembali berbaring sambil menghisap-hisap
toketnya. Kini Vina sudah telanjang bulat tanpa sehelai pakaian, hanya menutupi
tubuhnya dengan selimutku. Target pertama sukses, pikirku Tanpa Vina sadari,
sementara sambil menghisap dan tangan kananku meremas-remas toketnya, tangan
kiriku melorotkan celana yang kukenakan. Kontolku sudah sangat tegang, dan
pikiranku sekarang hanya satu tujuan. Aku harus merasakan keperawanan Vina. “Peduli
setan pacarnya Polisi” pikirku. Vina masih memejamkan matanya, “aaacchhh…aaacchh..aaacchh..”
desahnya pelan. Aku bergerak naik, tidak hanya putingnya, hisapan dan gigitanku
mulai naik ke dadanya, lantas pelan menuju lehernya. Dia tetap memejamkan mata,
dari leher, hisapan dan gigitanku mulai kupadukan dengan jilatan pelan
menyusuri dagunya, akhirnya kucium bibirnya. Dia membuka mata, namun tidak
menolak ciumanku. Kami berpagutan, lidahku kumasukkan melewati bibirnya,
sesekali kuhisap lidahnya. 

“hhmmmppph…” desahnya pelan. Kulepaskan ciumanku, menuju pipinya, kemudian telinganya, “heegh… geli” katanya sambil menggeliat, itu membuat selimut yang menutupinya tersingkap, dan memperlihatkan pahanya yang putih bersih. Tapi dia diam saja, antara tidak sadar atau memang sengaja. Sambil tetap menjilati menjilati leher dan telinganya, aku berbisik “enak, Vin?” dia mengangguk lemah. “bantuin aku juga donk say” kataku. Dia menatapku sayu, kumasukkan tanganku ke balik selimut, kutarik tangannya yang sedang menggesek memeknya, dan kuarahkan ke kontolku. Dia mendelik kaget, kemudian bertanya “kapan kamu buka celana?” aku tersenyum. “kamu pegang kontolku aja say, biar aku yang ngegesek memekmu” jaawabku, lantas mulai menggesek klitorisnya dengan jari telunjukku. Vina tersenyum lantas mengangguk. Tangannya mengocok pelan kontolku.  “besar juga

yah” katanya sambil tersenyum. Aku tertawa, kemudian sengaja mencubit klitorisnya. “aaaccchhhh….” Dia mendesah. Kami kembali berciuman, aku sambil berbaring di sebelah kanannya. Sekitar 5 menit dalam posisi itu, aku mulai mencari kesempatan melakukan yg lebih jauh lagi. Kembali kuciumi pipinya, kemudian kuarahkan bibirku ke telinganya. Kemudian aku bangkit, dan terus menciumi telinga Vina. Dia makin terangsang, “aacchhhh….geli sayang… geli banget” katanya. Sambil berpura-pura mencoba untuk berpindah ke telinga kiri, aku mengangkangi tubuhnya. Aku terus menggigit dan menjilati telinga Vina, nampaknya itu adalah daerah sensitifnya. Tangan kananku meremas dan memainkan toket kirinya, sedangkan tangan kiriku perlahan menarik selimut yang masih menghalangi tubuh kami. Vina yang makin terangsang tidak menyadari bahwa pembatas antara tubuh kami mulai tersingkap. “aacchhhh… geli say…geli banget… ouuuffffhhh…” dia terus mengerang, sementara selimut pembatas itu terus kutarik pelan-pelan.  Ketika akhirnya selimut itu benar-benar tersingkap, posisiku sudah berada diatas tubuh Vina, kedua kakiku berada diantara kedua kakinya, sehingga dia tidak dapat berkutik. Vina menyadari itu, dia sempat berusaha berontak, tapi hisapan dan gigitanku di telinganya, gesekan tangan kananku di memeknya, dan remasan-remasan tangan kiriku di toketnya membuatnya kembali mendesah. “aacchhh… kamu mau ngapain? Aaacchhhh….

Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : PERKOSA ISTRI KARENA SELINGKUH dan DENGAN ISTRI PAMAN PENUH NIKMAT

Jangan dimasukin yaaah, aku belum pernah ngentot” ujarnya. Aku
mengangguk, sambil tetap menghisap telinganya. Itu membuat dia lebih tenang dan
kembali mengocok kontolku. Tapi itu memang bagian dari strategiku, pelan
kuturunkan pantatku hingga kepala kontolku makin mendekati memeknya. Sambil
terus merangsangnya, aku perlahan menempatkan kepala kontolku di depan
memeknya. Ketika kurasakan memeknya makin basah, dan dia makin terangsang,
kucoba melancarkan serangan akhirku. “Vin,….” Bisikku di telinganya. “hhmmmmmpppp….”
dia hanya mendesah. “Enak sayang?” dia mengangguk, kocokan tangannya d kontolku
melemah, kemudian berhenti. Dia menarik tangannya lantas meremas-remas sendiri
toket kanannya. Sementara memeknya terasa makin basah.  Kesempatanku makin

terbuka, mulai kutempelkan
kepala kontolku di permukaan memeknya. Film di monitor komputer mulai habis,
berganti dengan gambar screen saver foto-fotoku. Jariku yang mengocok
klitorisnya mulai kugantikan dengan kepala kontolku. Kugesek-gesekkan di
permukaan memeknya, sementara dia masih menikmati semua rangsangan yang
kuberikan. Memeknya yang makin basah terasa menggodaku untuk memasukkan
kontolku yang sudah tegang, tapi memang harus sabar untuk mendapatkan hasil
terbaik. Masih kugesek-gesekkan kontolku di permukaan memeknya yang mulai
banjir, suara desahannya makin kencang saat kuhisap daun telinganya, dan
kujilat bagian dalam telinganya dengan lidahku. Ketika kepala kontolku sudah
benar-benar tepat di depan lubang memeknya, kuhentikan hisapanku di telinganya.
Sengaja kuangkat dadaku sambil bertumpu dengan tangan kanan. Kutatap wajahnya
yang tampak sangat terangsang, matanya terpejam, mulutnya terus mengeluarkan
suara desahan. “Vin,….” Dia membuka matanya. “enak sayang?” tanyaku. Dia
mengangguk. “eeemmmmmmpphhh…enak banget, aku suka” katanya.

“tanggung sayang, biar lebih enak lagi, aku masukin
kontolku, yah?” dia membuka matanya, tangannya langsung meraba memeknya,
menyentuh kepala kontolku yang memang masih diluar. Matanya sayu menatapku. “belum
kok, aku tidak akan melakukannya tanpa persetujuanmu. Aku gak ingin melukai
perasaanmu” rayuku. Dia masih menatapku, matanya tetap sayu…. Akhirnya, tanpa
kuduga dia menganggukan kepalanya. “aku juga pengen banget” sahutnya. “puasin
aku, Ri…” katanya lagi, dia memegang kontolku dan mengarahkannya ke memeknya.
Target tercapai.  Perlahan kuturunkan
pinggulku. Karena belum pernah merasakan perawan sebelumnya, aku agak nervous
juga, tapi melihat wajah Vina yang sudah sangat terangsang, aku pun berusaha
santai. Kudorong pelan kontolku. Wajah Vina mengernyit, “pelan sayaang,
sakiiit” katanya. Aku tersenyum, sambil kucium bibirnya, tanganku membantu
mendorong kontolku. Sesekali kuarahkan bibirku ke telinga dan lehernya,
kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. “aacchhh..aacchh…” dia mendesah, terus
kudorong pelan kontolku, kepala kontolku mulai masuk, memeknya yang merekah
merah perlahan menelan batang kontolku. “aaacchhhh…sayang, saaakkkiiittt….”
Katanya, aku terus menjilati bagian dalam telinganya sambil terus mendorong
kontolku pelan. Kucium bibirnya, dia membalas

dengan ganas, digigitnya lidahku.
“tahan ya sayang, bentar lagi enak kok” jawabku berbisik di telinganya. Dia
mengangguk, tangannya mencengkram erat lenganku. Akhirnya semua batang kontolku
masuk, aku dapat merasakan dinding rahimnya di ujung kepala kontolku. Mulai
kutarik pelan kontolku, lantas kudorong masuk lagi. Dia mulai menikmati, “aaaccchhh…aaaccchhh….
Enak sayang, enak…..” dia mendesah. Terus kumainkan pinggulku dan perlahan
menaikkan ritme, semakin cepat dan semakin cepat. Kurasakan memeknya seperti
meremas-remas batang kontolku. Desahannya pun makin keras dan makin cepat,
mengikuti tusukan kontolku dalam memeknya. 
“aacchhh..acchh..aaacchhh… enak sayang. Enak…” bisiknya di telingaku,
pinggulnya mulai bergerak alami mengimbangi tusukan-tusukanku. Kulingkarkan
kakinya ke pinggangku, dia makin keras mendesah, matanya menatapku sayu dan
bibirnya sedikit terbuka. Kucium bibir itu, dia kembali menggigit lidahku.
Kurubah lagi posisi dengan menaikkan kakinya ke pundakku. Ketika kudorong
kontolku dalam posisi ini, dia seperti tersihir. Matanya membelalak menatapku
dan bibirnya sedikit terbuka. “ri,… enak banget sayang….

Sumpah, enak banget…. Kontolmu enak banget…” mendengar itu
aku pun makin terangsang, kunaikkan ritme tusukan-tusukanku, sementara tangan
kiriku bertumpu pada kasur, tangan kananku meremas kedua toketnya
berganti-ganti. Kutatap wajahnya yang terlihat seksi dengan butir-butir
keringat di kening dan lehernya. Tak berapa lama kemudian desahan-desahannya
makin menggila, begitu pula gerakan pinggulnya makin liar. “ ari..ari..terus
sayang,…terus…. Masukin kontolmu terus sayang…masukin lagi…Enak banget
sayang….aaacchhh….enak sayaaannggg…..” desahnya sambil menggerakkan pinggulnya
ke segala arah. Dan kemudian, badannya mengejang, lantas tubuhnya kaku sesaat,
kurasakan remasan memeknya di batang kontolku makin kuat, lantas terasa hangat.
Dia mendapatkan orgasme pertamanya.  Sengaja
kubiarkan kontolku dalam memeknya, memberikan dia kesempatan untuk merasakan
saat-saat itu. Aku tersenyum, lantas mencium bibir dan keningnya. “enak khan
sayang?” tanyaku. Dia tersenyum, matanya sayu menatapku. “enak banget, kamu
pasti udah sering banget ML, ya? Jago banget…” ujarnya. Aku tersenyum, kucium
lagi bibirnya,  “kamu yang kedua sayang”
rayuan gombalku. Dengan kontolku masih menancap dalam memeknya, kuremas-remas
toketnya kembali. Kedua

kakinya yang ada di pundakku kuturunkan. “aku belum
puas lho, Vina ku sayang” bisikku di telinganya. Dia tersenyum, “iya, aku tahu.
Aku juga masih mau lagi kok” ujarnya. Kami saling tersenyum, “beeerrrattt”
ucapnya manja, ketika separuh berat badanku kusandarkan padanya. “oh ya, sorry”
jawabku. Aku pun memiringkan badan, berbaring disampingnya. Secara otomatis
kontolku tercabut dari memeknya. “kok dicabut sich?” protesnya. “katanya berat”
jawabku sambil tersenyum. “Badannya yang berat, kalau kontolnya enakkan
didalam” sahutnya manja. Aku tersenyum.  “Filmnya
habis ya?” tanyanya. “puterin lagi yang lain donk, biar aku bisa belajar”
katanya lagi sambil tersenyum. Aku bangkit, membuka file dan menayangkan film
BF di monitor komputerku lantas kembali berbaring disampingnya. Ketika adegan
memperlihatkan seorang wanita yang mengoral pasangannya, Vina bangkit, dia
duduk disampingku lantas langsung memegang kontolku.

Menatapku sebentar, lalu tersenyum. Kemudian dimasukkannya
batang kontolku dalam mulutnya, dia merubah posisinya sehingga bisa tetap
memandang monitor komputer. Apa yang ditayangkan di layar komputer, langsung
dilakukannya kepada kontolku, dia menjilati lubang kencingku, menghisap bola
pelerku dan sesekali mengocok kontolku dengan tangan. Tak lama kemudian, aku
merasakan cairan lahar akan keluar dari kontolku. Aku berbisik padanya, “Vin,
aku mau keluar sayang…” dia menolehku sesaat, kemudian kembali memasukkan
kontolku dalam mulutnya, disedot-sedotnya kontolku sampai akhirnya aku tak
kuasa menahan muntahan pejuh itu. Dia tampak agak terkejut, namun sambil
menatapku, dia tetap menahan kontolku dalam mulutnya. Ditelannya habis semua
cairan yang keluar dari kontolku. Setelah itu dia menjilati kontolku lantas
kembali merebahkan tubuhnya disampingku. “enak ga?” tanyanya. Aku mengangguk
sambil tersenyum, kupeluk tubuhnya dan kubiarkan dia meletakkan kepalanya di
dadaku. “makasih ya sayang”kataku sambil mencium keningnya.  Ternyata malam tahun baru itu, kedua teman
kostku memutuskan untuk tidak kembali ke kost. Mereka meng SMSku dan minta maaf
karena aku jadi sendirian di kost. Ketika Vina tahu, dia tersenyum,   “kalau gitu, aku boleh donk nemenin kamu
malam ini?”

“siapa yang bisa menolak?” jawabku sambil mencubit putting
toketnya. Aku langsung mengenakan celanaku, dan meminta Vina untuk menunggu.
Aku membeli makanan, kondom, dan minuman suplemen.

Sengaja aku menutup pintu gerbang kost untuk mengesankan bahwa rumah dalam keadaan kosong, lampu luar pun sudah kunyalakan. Malam tahun baru itu, aku dan Vina benar-benar memuaskan nafsu kami. Kami melihat beberapa film BF dan langsung mempraktekkan beberapa gaya bercinta yang ditampilkan dalam film itu. Sejak saat itu mesti masing-masing kami mempunyai pacar, Vina beberapa kali chek in di berbagai hotel bersamaku. Sampai ketika kami sama-sama lulus tahun 2005, dia kembali ke Makasar. Saat ini dia telah menikah dengan seorang polisi, pacarnya sejak SMU dulu dan memiliki 2 anak. Kami masih berhubungan lewat email maupun FB.  Demikianlah cerita sex panas MURID LES BAHASA INGGRIS dan PERAWAN TEMAN KAMPUS oleh cerita sex hot