NGENTOT DENGAN TEMANKU YANG HAMIL MUDA DENGAN VAGINA SEGAR dan PERAWAN TEMAN KAMPUS

Author:

Cerita Bokep Seks – cerita mesum ini adalah cerita bokep Saya yang mana adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di selatan Jakarta, ini lah Awal cerita mesum saya dimulai saat saya menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan, di sana saya datang bersama teman saya, sebut saja Hamdan.  Saya diperkenalkan oleh teman saya kepada salah satu tamu yang hadir di acara tersebut, dan ternyata setelah dipertegas, nama tamu tersebut adalah DB. Yang belakangan saya ketahui dia adalah salah satu artis Indonesia. Singkat cerita, malam itu berlalu begitu saja.  Seminggu setelah perkenalan tersebut, saya ditawari untuk menggarap proyek perayaan Hari Ulang Tahun oleh teman yang mengenalkan saya dengan DB, memang bidang saya adalah entertaiment. Teman saya yang mengenalkan saya namanya Shebi. Singkat kata, saya terima proyek yang diberikan oleh Shebi. Dan ternyata yang punya kerjaan itu adalah DB, untuk perayaan ulang tahunnya yang ke 34.  Saya pun dipertemukan oleh Shebi dengan DB di rumah DB yang terlihat cukup megah. Saya dan Shebi menunggu DB yang sedang mandi di ruang keluarga.

Di sana saya ngobrol cukup banyak dengan Shebi (yang perlu
pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai dan
sampai menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yang
memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, dan m size ini memiliki libido seks yang
cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (karena
kami duduk di atas sofa yang sama/sofa panjang).  “Dra.. coba kamu pegang perutku, sepertinya
jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!” kata Shebi.  “Ah kamu bisa saja Sheb..!” kata saya yang
belum tahu arti sinyal dari Shebi itu. 
“Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!” ujar Shebi
yang kali ini memaksa tangan saya untuk memegang perutnya yang sudah terlihat
buncit.  Dan benar, sepertinya ada yang
bergerak-gerak dari dalam perutnya. 
“Dra.. kamu pernah ngerasain begituan dengan orang hamil..?” ujar Shebi
yang membuat saya kaget.  “Mmm.. mm,
belum tuh Sheb..””Memangnya enak apa rasanya..?” tanya saya keheranan.  “Wah endang loh rasanya..”  “Itu kuketahui dari suami dan
brondong-brondongku..” ujar Shebi yang membuat saya tersentak tambah
kaget.  “Mmm.. begitu..” kata saya agak
sedikit sok tenang, meskipun tegangan tubuh sudah agak naik.  “Kok jawabannya cuma segitu, apa kamu nggak
mau nyobain..?” ucap Shebi yang sedikit kesal karena tanggapan saya hanya
sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat. 

Shebi menarik sedikit ke atas long dress yang dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit memperlihatkan timbunan lemak di sisi-sisinya dan sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, lalu saya pegang kepala dan menatapnya serta meyakinkannya.  “Sheb.., bukannya aku tidak ingin mencoba tawaran yang spektakuler ini, tetapi kamu harus lihat kita ini dimana..? Tetapi bila kamu tawari aku di posisi yang tepat, tentulah aku tak akan menolak..!” kata saya mencoba menenangkan suasana yang semakin panas itu.  Saya sadar bahwa kami datang ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.  “Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra..” balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.  “Kau harus tau bahwa DB itu penganut seks bebas, dan tentu doi tak akan marah kalau kita bercinta di sini, dan lagi pula di sini tidak ada orang lain selain DB..” kata Shebi mencoba meyakinkan saya sambil perlahan mengangkat kaos yang saya pakai ke atas, dan jarinya bermain di atas puting saya sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yang sudah basah.  Mendengar perkataannya yang meyakinkan dan juga ditambah dengan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yang ada. Saya pun mulai berani untuk meraba dada Shebi yang besar tanpa membuka pakaian yang melekat di tubuhnya.  Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari batang kemaluan saya yang sudah menegang sejak tadi.

Baca Juga Cerita Mesum Hot : Cerita Sex Mungilnya Memek Keponakan

Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan
kiri saya pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tangan kanan saya untuk tetap
berada di atas dan Shebi pun mendesah. 
Sampai di tempat yang saya tuju, tangan kiri saya pun meraba dari luar
CD Shebi, dan terasa ada yang basah dan lengket di sana. Lalu bibir kami pun
saling mendekat dan terjadi perciuman yang cukup lama. Kami pun terlihat sudah
semakin berkeringat.  Kemudian tangan
yang berada di daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD
hitam Shebi, dan saya merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yang sepertinya
tertata rapih. Shebi pun telah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan
mengocok-ngocoknya perlahan.  Saya yang
merasa penasaran ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman
kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yang duduk di sofa. Ternyata tebakan saya
benar, liang kemaluan Shebi yang lebat ternyata benar-benar tertata rapih. Saya
pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya
secara lembut.  “Achh.., achh.. kamu
pintar Dra..! Truuss.. Draa..!” Shebi pun terlihat sudah tidak dapat mengontrol
ucapan dan intensitas suaranya.  Shebi
meluruskan tubuhnya di atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan saya.
Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi menjadi 69.
Saya di bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang
sedang hamil itu gurih rasanya.  15 menit
berlalu dalam posisi 69.  “Dra..
please..! Masukin sekarang Say..!” pinta Shebi yang sudah tidak kuasa lagi
menahan gejolak nafsunya.  Mendengar itu
saya tidak langsung menuruti, tetapi saya tetap saja mengigit, menjilat,
meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena
basah.  “Dra.., kamu jahat..!” teriak
Shebi diikuti dengan melelehnya air kemaluan Shebi yang cukup banyak dari liang
senggama Shebi, yang menandakan Shebi sudah mencapai orgasmenya.

Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak
tersisa.  Senjata kejantanan saya yang
terhenti bergerak itu dikulum oleh Shebi. Karena orgasmenya, Shebi mengulum
kemaluan saya hingga menjadi merah. Lalu dengan bantuan tangan, saya masukkan
kembali senjata saya itu ke dalam mulut Shebi sambil menaik-turunkan di dalam
mulutnya.  “Aawww..!” saya berteriak
karena batang kemaluan saya tergigit Shebi, “Kamu nakal ya..?” kata saya sambil
menarik batang kejantanan saya dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke vagina
Shebi.  Saya tidak langsung
memasukkannya, tetapi memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya sampai
Shebi sendiri yang memajukan pantatnya agar batang kemaluan saya dapat langsung
masuk, tetapi tetap saja saya tahan agar tidak masuk.  “Dra.., kamu jahat..!” ujar Shebi kesal.  “Habis kamu duluan yang mulai..!” jawab
saya.  Tanpa kami sadari, ternyata
pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu DB yang entah dari
kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan
itu kami ketahui karena daster DB sudah ada di bawah kakinya.  Karena saya merasa sudah tidak tahan,
akhirnya saya mulai memasukkan penis saya perlahan tapi pasti ke liang senggama
Shebi. Memang awalnya sulit, tetapi karena Shebi minta untuk terus dipaksa, ya
akhirnya masuk juga.  “Achh.. achh..!”
teriak Shebi dengan wajah memerah entah karena nafsu atau karena sakit.  Ternyata liang kemaluan orang yang sedang
hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Karena sempit dan
hangatnya liang senggama Shebi, membuat saya tidak dapat bertahan lama,
meskipun goyangan Shebi tidak terlalu “hot”, tetapi tetap saja rasanya lebih
asyik dari liang kemaluan wanita yang tidak hamil.  “Sheb.. aku mau keluar..!” kata saya
ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami. 

“Aku.. keluarkan di mana Say..?” tanya saya
menambahkan.  “Terserah kau saja Dra..!”
jawab Shebi yang ternyata juga sudah orgasme kembali.  Akhirnya karena lebih enak, saya keluarkan
cairan panas itu di dalam vaginanya, “Cret.. cret.. cret..!” mungkin sampai
tujuh kali air mani saya tersembur di dalam liang senggama Shebi.  “Ohh.., ternyata kalian di sini sudah nyolong
start ya..?” ujar DB yang membuka pembicaraan. 
“Abis kita udah nggak tahan Mba..!” jawab Shebi.  “Trus gimana proyek ultah-ku..?” tanya DB
sambil memakai dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena DB dari
tadi menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.  “Kalau masalah itu tenang, di sini sudah ada
ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!”
jawab Shebi sambil menahan saya untuk mengeluarkan penis saya dari liang
senggamanya.  “Ooo.., ok aku percaya..”
kata DB, “Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa kamu monopoli sendiri itu
batang..!” jawab DB sambil mengambil wine yang ada di mini bar, lalu duduk di
sana, memperhatikan kami yang akhirnya mengambil pakaian kami
masing-masing.  “Dra.., kamu besok bisa
ambil dananya di sini..” kata DB.  “Lo
nggak mau nyobain punyanya Indra..?” celetuk Shebi, “Ntar nyesel..?”
tambahnya.  “Jangan sekarang deh, abis
tanggung, sebentar lagi Bapak mau jemput gue..” jawab DB.  “Ooo..” jawab Shebi yang sepertinya
mengetahui bahwa DB kalau main itu tidak cukup kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.  “Ya sudah, kami pamit dulu deh kalau gitu,
biar besok si Indra saja yang datang ke sini sendiri..” kata Shebi.  Saya yang dari tadi diam saja hanya manggut
tanda setuju untuk datang lagi esok. 
“Tapi besok kamu datangnya malam saja ya..!” pinta DB.  “Ooo.., sekalian kamu cobain ya..?” pancing
Shebi sambil tersenyum.  “Apa kamu mau
ikutan Sheb..?” tanya DB. 

“Nggak ah, abis main sama lo harus lama, gue takut kandungan gue bermasalah lagi.””Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, tapi kalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!” kata Shebi sambil tertawa.  “Ya udah ngga pa-pa, tapi kamu pasti datang kan Dra..?” tanya DB.  “Ya..” jawab saya singkat.  “Ya sudah kita cabut ya..?” ujar Shebi ke DB.  “Ya, ok lah..”  “Bye, Dra jangan lupa ya atau kontrak kita batal nich..!” sambil mencubit dagu saya.  Yahchh…. Percintaan kami lanjutkan di sela-sela kesibukan kami, sampai hal itu berhenti saat Shebi melahirkan, karena Kesibukanya Mengurus bayinya. Tapi kami tetap perhubungan , alaupun tidak sesering dulu.

PERAWAN TEMAN KAMPUS

Ravina adalah rekan kampusku yang berasal dari Makasar,
anaknya bertubuh kurus dengan tinggi sekitar 168 dan kutaksir BHnya berukuran
32 B. Aku tidak terlalu akrab dengan Vina karena sejak awal kuliah kami tidak
pernah sekelas.  Tapi karena dia aktif di
Koran kampus, maka kami cukup sering berinteraksi. Pada akhir tahun 2013,
kampus kami mengadakan lomba penulisan ilmiah, ketua jurusan meminta aku dan
Vina mewakili jurusan kami dalam kegiatan itu. Karena batas waktu pengumpulan
tulisan sudah dekat, sedangkan kami belum punya bahan tulisan, maka kami
sepakat untuk memanfaatkan waktu diluar jam kuliah menyelesaikan tugas
ini.  “trus enaknya mau ketemu dimana
donk?” tanyaku pada Vina siang itu di kantin kampus. “terserah kamu aja lah. Di
kostmu juga gapapa, soalnya kalau di kostku kamu cuma bisa sampai teras, gak
boleh masuk. Ntar malah berisik, gak bisa konsen” jawabnya Akhirnya aku
memberikan alamat kost ku kepadanya. 
Sore harinya SMS masuk dari Vina “aku d dpan rumah cat hijau. Kostmu disebelah
mananya?” maka aku pun segera turun, rumah cat hijau itu ada persis di sebelah
kostku, sedangkan kamar kost di tempatku ada di lantai 2. Dibawah ditinggali
pemilik kost dan keluarganya. Setelah sampai dikamarku, Vina memandang
berkeliling,  “kok sepi? Pada kemana?”
tanyanya. “Ibu kost sekeluarga lagi pada pulang ke Wns, teman kostku cuma
tinggal 2, yang lain juga pada pulkam (pulang kampung)” jawabku. 

Sore itu Vina mengenakan kaos ketat berwarna putih dan
ditutup cardigan hijau muda dengan rok bermotif bunga sedikit lebih tinggi
diatas lututnya, Nampak lebih cantik dibanding penampilannya ke kampus. Kami
pun mulai fokus mengerjakan tugas kami, aku mencoba mengumpulkan data dan
merangkai kata, kemudian Vina mengetiknya di komputer. Setelah sekitar satu
setengah jam, aku mendengar ada orang yang memanggil-manggil ibu kostku di
bawah,  “bentar ya Vin, aku liat ke bawah
dulu” kataku pada Vina. Dia mengangguk sambil terus mengetik. Ternyata dibawah
ada ibu RT sedang meminta biodata penghuni kost, karena ibu kostku tidak ada,
maka bu RT memintaku mengisi formulir yang sudah ia siapkan.  Setelah sekitar 20 menit, aku kembali ke
kamarku tanpa berpikir macam-macam dan sengaja melangkah perlahan mendekati
pintu kamarku yang agak sedikit tertutup, niatku ingin mengejutkan Vina.

Namun yang aku lihat di dalam kamarku cukup membuatku terkejut, dari sela pintu kamar tampak Vina justru sedang setengah berbaring dengan meluruskan kakinya, tangan kanannya bergerak-gerak dalam roknya, sementara cardigan dan kaos nya agak tersingkap naik. Di komputerku yang memang menghadap kearah pintu, tampak Vina sedang memutar salah satu dari koleksi film BFku yang tersimpan di file, aku menduga Vina iseng membuka-buka fileku, menemukan koleksi film BF itu, menontonnya dan menjadi terangsang lantas memutuskan masturbasi dan tidak menyangka aku akan melihat aksinya itu.  Aku sengaja menahan diri dan hanya melihat dia menggerak-gerakkan tangannya dalam rok. Ketika dia mulai terlihat sangat terangsang, aku sengaja mendehem dan langsung membuka pintu kamar. Vina tampak sangat terkejut dan salah tingkah, dia segera menarik tangannya dan membetulkan pakaiannya. Tapi tentu saja layar komputerku masih memutar film BF itu. Aku berdiri di pintu kamar sambil tersenyum, “ngapain, Vin?” dia tampak gugup dan salah tingkah. Tiba-tiba saja dia langsung mengambil buku-bukunya, memasukkan ke tasnya dan segera berdiri “aku mau pulang” katanya dengan ketus.  Aku mencekal tangannya, dia mengibaskan tanganku, mungkin karena malu aku memergokinya dia jadi emosi. Kembali kucekal kedua tangannya, dia berusaha melawan, tapi tenagaku lebih kuat, posisi kami saling berhadapan dan aku memegang kedua tangannya. Sadar tidak mungkin melepaskan diri dari peganganku, dia membuang muka, aku berbisik ke telinganya “maaf kalau aku buat kamu malu. Kita sudah sama-sama dewasa, gapapa kok.

Baca Juga Cerita Sex Mesum : Cerita Sex Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur

Kalau kamu memang mau lanjutkan juga gapapa, aku bisa tunggu
diluar”  Dia masih tak mau menatapku.
Entah kenapa, kata-kata yang keluar berikutnya dari mulutku juga tanpa berpikir
panjang “atau kamu justru mau aku liat dan bantu kamu?” dia memandangku dengan
tatapan marah, kembali ia berusaha melepaskan pegangan tanganku sambil setengah
berteriak  “kamu anggap aku cewek apa?”
sadar kesalahanku, aku berusaha menenangkannya. Sambil tetap memegangi kedua
tangannya, aku merapatkan badanku, kemudian tangan kiriku merangkul bahunya dan
menyandarkan kepalanya didadaku. 
“maaf,…. Maaf, aku gak bermaksud merendahkan kamu. Maaf banget, aku cuma
bingung mesti gimana” kataku sambil membelai rambutnya sambil sedikit mencium
bagian atas keningnya.  Hal ini sedikit
meluluhkannya, tangannya yang semula mencoba berontak kemudian hanya diam saja,
bahkan perlahan dia malah memeluk tubuhku. Aku pun membalas memeluknya, aku
mengajaknya kembali duduk di kamarku, aku melirik ke arah komputer yang masih
menayangkan BF Thailand. Sambil duduk, aku sengaja tetap memeluk pundak Vina
sambil sesekali membelai rambutnya, Vina yang berada di sebelah kiriku dan
awalnya membelakangi komputer tiba-tiba membalik badannya. Dia menyandarkan
tubuhnya padaku sambil matanya kembali menatap komputer. “aku gak tau tadi
kenapa, mendadak tadi aku ngerasa mekiku gatel, tapi pas aku usap kok rasanya
enak bgt.” Katanya sambil tetap memandang ke arah monitor.  Aku diam saja, karena merasakan kontolku
perlahan mulai menggeliat. Selain karena adegan vulgar di layar monitor
komputer, aroma harum dari rambut Vina turut membuatku makin merasa
terangsang. 

“kamu sering ML juga ya ama pacarmu ? tadi aku sempat liat
koleksi BFmu banyak bgt,” katanya. “aku malah belum pernah ML ama Wanda (Vina mungkin
mengira aku masih berpacaran dengan adik tingkatku di kampus yang memang dia
kenal) tapi sama cewek lain pernah sekali” jawabku setengah jujur. Dia
menengadahkan wajahnya ke arahku. 
“bener?” tanyanya sambil bangkit dan duduk mengahadapku. “bener kamu
juga pernah ML? aku kira seorang tokoh mahasiswa idealis kaya kamu itu
bener-bener lurus, gak kenal ama hal-hal kaya gitu. Ternyata sama aja” katanya
sambil tersenyum.  Aku tersenyum sambil
memegang tangannya, “aktivis khan juga manusia, emangnya kalau aktifis gak
boleh nafsu?” tanyaku. Dia tersenyum, kemudian matanya melirik ke arah
selangkanganku. “trus sekarang nafsu ga ?” pertanyaan yang cukup menggoda
buatku. “dikit” jawabku. Dia tertawa dan kemudian kembali bersandar padaku
sambil kembali menatap monitor komputer. 
“aku belum pernah ML, tp menjelang kelulusan SMA dulu pernah petting aja
sama pacarku, dia polisi” ceritanya. Aku diam saja, kami sama-sama memandangi
layar monitor yang menayangkan adegan sepasang kekasih Thailand bercinta dengan
ganas di sebuah sofa.  “kalau lama-lama
liat gini nafsuku jadi tambah nich” candaku. Dia tertawa sambil menatapku, “ya
udah kalau gitu matiin aja” katanya. “yakin mau dimatiin aja? Ga nunggu ampe
habis?” tanyaku sambil memandang genit padanya. “Terserah kamu dech” katanya
sambil berdiri. “mau kemana” tanyaku. 

“numpang ke kamar mandi, nglanjutin yang tadi” katanya
sambil tertawa. “yeee, ngapain di kamar mandi? Disini aja gapapa kok” jawabku.
Dia menjulurkan lidahnya sambil tersenyum ke arahku dan langsung menuju kamar
mandi kostku. Tinggalah aku sendiri d kamar sambil menonton BF yang memang
belum sempat kutonton itu. Melihat adegan yang semakin memancing itu, tanganku
tanpa sadar masuk ke dalam celana, membelai kontolku yang sudah semakin tegang,
aku sempat membayangkan Vina yang sedang masturbasi di kamar mandi kostku.
Tiba-tiba Vina muncul di depanku sambil setengah berteriak  “haaayyyoooo, ngapain… dasar cowok, baru
ditinggal bentar aja udah gak bisa nahan nafsu. Hahaha….” Wajahnya tampak
sangat ceria bisa membalas perlakuanku tadi. Aku yang salah tingkah lantas
segera menarik tanganku dari dalam celana. “eh, dasar. Ngagetin aja. Kok cepet
banget, katanya mau nglanjutin yang tadi” kataku salah tingkah. Dia tertawa,
“aku cuma pipis aja kok” jawabnya. Kemudian dia kembali duduk di sampingku. Dia
melihat ke arah selangkanganku, kemudian memandang wajahku sambil tertawa
melihat kontolku bergerak-gerak menahan nafsu. 
Dia kembali memandang ke monitor, lalu bergumam “tapi emang hot banget
sich” dia kembali memandangku. “Ri, aku gak mau munafik, aku nafsu.

Tapi aku takut ML. Boleh gak aku nyelesaiin yang tadi? Kamu
boleh liat dech. Tapi gak boleh nyentuh aku” katanya. Aku tersenyum, “iya, aku
gak akan nyentuh kamu, tapi kalau misalnya aku juga gak tahan, boleh gak aku juga
ngocok? Kasian nich dedeknya” kataku sambil menunjuk ke arah kontolku. Dia
tersenyum, lantas mengangguk. “Pintunya ditutup aja yah” pintanya. Aku pun
bangkit dan menutup pintu kamarku, sandal Vina sengaja kumasukkan supaya kalau
ada yang datang mengira tidak ada orang lain di kamarku. Setelah aku menutup
pintu, aku liat Vina sudah berbaring di tempat tidurku, cardigannya diletakkan
di samping komputer dan hanya memakai t shirt putihnya. Di kamarku kasur
sengaja kuletakkan di bawah dan semua memang kulakukan dengan lesehan. Vina
memandangku kemudian bertanya, “kamu punya selimut gak?” aku memberinya selimut
tipis belang yang biasa digunakan di Rumah Sakit. Dia menutupi kakinya sampai
batas perut, kemudian melorotkan rok dan celana dalamnya. Aku menelan ludah,
membayangkan dibalik selimut itu Vina tidak mengenakan apa-apa lagi. Vina
memandangku sekilas, tersenyum “gapapa khan?” aku mengangguk. “santai aja”
jawabku.Agen Domino 99 Terpercaya  Vina
memasukkan tangan kanannya ke balik selimut, sementara tangan kirinya menahan
ujung selimut agar tidak tersingkap. Matanya kembali menatap monitor komputer,
tak lama kemudian terdengar nafasnya mulai memburu, matanya sayu menatap
komputer, lantas melirikku. “mau bantu aku gak?” “ngapain?” jawabku sambil
mendekatinya Dalam hati aku berharap dia berubah pikiran dan akan memintaku ML
dengannya. “remesin toketku donk. Aku horny banget nich” jawabnya.

Aku mengangguk dan langsung melakukan yang ia minta. Ga
kkurang akal, aku mulai merayunya  “gak
kerasa banget kali Vin, BHmu buka aja. Biar lebih kerasa” Dia mengangguk dan
berhenti sejenak, dia duduk dan membuka sendiri pengait BHnya, lantas
menariknya dari bagian depan kaosnya. Kontolku makin mengeras melihatnya. Dia
kembali menggerakkan tangannya dibalik selimut, menggesek jari di memeknya.
Sementara aku meremas-remas toketnya dari luar kaosnya. “mau yang lebih enak,
Vin?” rayuku lagi. Ia mengangguk. Tanganku bergerak masuk dalam kaosnya,
kuremas-remas dan kupilin putingnya dari dalam. “aaacccchhhhh…… uuuughhhh” dia
melenguh. Saat itu adegan film memperlihatkan sang cewek mengoral Penis
cowoknya. Itu membuatku makin terangsang. Kucoba menaikkan kaos Vina, dia diam
tidak menolak, matanya terpejam menikmati yang ia lakukan. Setelah toketnya
terbuka, tanpa minta persetujuannya aku langsung menghisap toketnya.Dia membuka
mata dan tampak terkejut, tapi segera kuhisap lagi toketnya dan kumainkan
putingnya dengan lidahku. Ia meringis, lalu tersenyum. “ennaaakk….”katanya. Aku
pun makin ganas memainkan toketnya, kuhisap dan kadang kugigit pelan. Dia
nampak sangat menikmati itu.  Aku mencoba
jalan terakhirku. Sengaja aku berbaring di sebelahnya, dia melirikku “pegel
nich, sambil baring gapapa ya?” alasanku. Dia mengangguk. Sambil tetap
menghisap dan menggigit toketnya, aku coba kembali merayunya.  “Kaosmu buka aja sekalian ya? Biar gampang”
dan dia mengangguk sambil tangannya tetap memainkan memeknya sendiri. Nafasnya
masih terdengar memburu. Aku pun sengaja bangkit, duduk dan segera membuka
kaosnya. Kulipat kaosnya, dan kuletakkan disamping kasurku, kemudian aku
kembali berbaring sambil menghisap-hisap toketnya. Kini Vina sudah telanjang
bulat tanpa sehelai pakaian, hanya menutupi tubuhnya dengan selimutku. Target
pertama sukses, pikirku Tanpa Vina sadari, sementara sambil menghisap dan
tangan kananku meremas-remas toketnya, tangan kiriku melorotkan celana yang
kukenakan.

Kontolku sudah sangat tegang, dan pikiranku sekarang hanya
satu tujuan. Aku harus merasakan keperawanan Vina. “Peduli setan pacarnya
Polisi” pikirku. Vina masih memejamkan matanya, “aaacchhh…aaacchh..aaacchh..”
desahnya pelan. Aku bergerak naik, tidak hanya putingnya, hisapan dan gigitanku
mulai naik ke dadanya, lantas pelan menuju lehernya. Dia tetap memejamkan mata,
dari leher, hisapan dan gigitanku mulai kupadukan dengan jilatan pelan
menyusuri dagunya, akhirnya kucium bibirnya. Dia membuka mata, namun tidak
menolak ciumanku. Kami berpagutan, lidahku kumasukkan melewati bibirnya,
sesekali kuhisap lidahnya.  “hhmmmppph…”
desahnya pelan. Kulepaskan ciumanku, menuju pipinya, kemudian telinganya,
“heegh… geli” katanya sambil menggeliat, itu membuat selimut yang menutupinya
tersingkap, dan memperlihatkan pahanya yang putih bersih. Tapi dia diam saja,
antara tidak sadar atau memang sengaja. Sambil tetap menjilati menjilati leher
dan telinganya, aku berbisik “enak, Vin?” dia mengangguk lemah. “bantuin aku
juga donk say” kataku. Dia menatapku sayu, kumasukkan tanganku ke balik
selimut, kutarik tangannya yang sedang menggesek memeknya, dan kuarahkan ke
kontolku.

Dia mendelik kaget, kemudian bertanya “kapan kamu buka
celana?” aku tersenyum. “kamu pegang kontolku aja say, biar aku yang ngegesek
memekmu” jaawabku, lantas mulai menggesek klitorisnya dengan jari telunjukku.
Vina tersenyum lantas mengangguk. Tangannya mengocok pelan kontolku.  “besar juga yah” katanya sambil tersenyum.
Aku tertawa, kemudian sengaja mencubit klitorisnya. “aaaccchhhh….” Dia
mendesah. Kami kembali berciuman, aku sambil berbaring di sebelah kanannya.
Sekitar 5 menit dalam posisi itu, aku mulai mencari kesempatan melakukan yg
lebih jauh lagi. Kembali kuciumi pipinya, kemudian kuarahkan bibirku ke
telinganya. Kemudian aku bangkit, dan terus menciumi telinga Vina. Dia makin
terangsang, “aacchhhh….geli sayang… geli banget” katanya. Sambil berpura-pura
mencoba untuk berpindah ke telinga kiri, aku mengangkangi tubuhnya. Aku terus
menggigit dan menjilati telinga Vina, nampaknya itu adalah daerah sensitifnya.
Tangan kananku meremas dan memainkan toket kirinya, sedangkan tangan kiriku
perlahan menarik selimut yang masih menghalangi tubuh kami. Vina yang makin
terangsang tidak menyadari bahwa pembatas antara tubuh kami mulai tersingkap.
“aacchhhh… geli say…geli banget… ouuuffffhhh…” dia terus mengerang, sementara
selimut pembatas itu terus kutarik pelan-pelan. 
Ketika akhirnya selimut itu benar-benar tersingkap, posisiku sudah
berada diatas tubuh Vina, kedua kakiku berada diantara kedua kakinya, sehingga
dia tidak dapat berkutik. Vina menyadari itu, dia sempat berusaha berontak,
tapi hisapan dan gigitanku di telinganya, gesekan tangan kananku di memeknya,
dan remasan-remasan tangan kiriku di toketnya membuatnya kembali mendesah.
“aacchhh… kamu mau ngapain? Aaacchhhh…. Jangan dimasukin yaaah, aku belum
pernah ngentot” ujarnya. Aku mengangguk, sambil tetap menghisap telinganya. Itu
membuat dia lebih tenang dan kembali mengocok kontolku.

Tapi itu memang bagian dari strategiku, pelan kuturunkan pantatku hingga kepala kontolku makin mendekati memeknya. Sambil terus merangsangnya, aku perlahan menempatkan kepala kontolku di depan memeknya. Ketika kurasakan memeknya makin basah, dan dia makin terangsang, kucoba melancarkan serangan akhirku. “Vin,….” Bisikku di telinganya. “hhmmmmmpppp….” dia hanya mendesah. “Enak sayang?” dia mengangguk, kocokan tangannya d kontolku melemah, kemudian berhenti. Dia menarik tangannya lantas meremas-remas sendiri toket kanannya. Sementara memeknya terasa makin basah.  Kesempatanku makin terbuka, mulai kutempelkan kepala kontolku di permukaan memeknya. Film di monitor komputer mulai habis, berganti dengan gambar screen saver foto-fotoku. Jariku yang mengocok klitorisnya mulai kugantikan dengan kepala kontolku. Kugesek-gesekkan di permukaan memeknya, sementara dia masih menikmati semua rangsangan yang kuberikan. Memeknya yang makin basah terasa menggodaku untuk memasukkan kontolku yang sudah tegang, tapi memang harus sabar untuk mendapatkan hasil terbaik. Masih kugesek-gesekkan kontolku di permukaan memeknya yang mulai banjir, suara desahannya makin kencang saat kuhisap daun telinganya, dan kujilat bagian dalam telinganya dengan lidahku. Ketika kepala kontolku sudah benar-benar tepat di depan lubang memeknya, kuhentikan hisapanku di telinganya. Sengaja kuangkat dadaku sambil bertumpu dengan tangan kanan. Kutatap wajahnya yang tampak sangat terangsang, matanya terpejam, mulutnya terus mengeluarkan suara desahan. “Vin,….” Dia membuka matanya. “enak sayang?” tanyaku. Dia mengangguk. “eeemmmmmmpphhh…enak banget, aku suka” katanya. “tanggung sayang, biar lebih enak lagi, aku masukin kontolku, yah?” dia membuka matanya, tangannya langsung meraba memeknya, menyentuh kepala kontolku yang memang masih diluar. Matanya sayu menatapku. “belum kok, aku tidak akan melakukannya tanpa persetujuanmu. Aku gak ingin melukai perasaanmu” rayuku. Dia masih menatapku, matanya tetap sayu…. Akhirnya, tanpa kuduga dia menganggukan kepalanya. “aku juga pengen banget” sahutnya. “puasin aku, Ri…” katanya lagi, dia memegang kontolku dan mengarahkannya ke memeknya. Target tercapai.  Perlahan kuturunkan pinggulku. Karena belum pernah merasakan perawan sebelumnya, aku agak nervous juga, tapi melihat wajah Vina yang sudah sangat terangsang, aku pun berusaha santai.

Baca Juga Sex Hot : Cerita Sex Pembantu Jago Nyepong

Kudorong pelan kontolku. Wajah Vina mengernyit, “pelan
sayaang, sakiiit” katanya. Aku tersenyum, sambil kucium bibirnya, tanganku
membantu mendorong kontolku. Sesekali kuarahkan bibirku ke telinga dan
lehernya, kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. “aacchhh..aacchh…” dia mendesah,
terus kudorong pelan kontolku, kepala kontolku mulai masuk, memeknya yang
merekah merah perlahan menelan batang kontolku. “aaacchhhh…sayang,
saaakkkiiittt….” Katanya, aku terus menjilati bagian dalam telinganya sambil
terus mendorong kontolku pelan. Kucium bibirnya, dia membalas dengan ganas,
digigitnya lidahku. “tahan ya sayang, bentar lagi enak kok” jawabku berbisik di
telinganya. Dia mengangguk, tangannya mencengkram erat lenganku. Akhirnya semua
batang kontolku masuk, aku dapat merasakan dinding rahimnya di ujung kepala
kontolku. Mulai kutarik pelan kontolku, lantas kudorong masuk lagi. Dia mulai
menikmati, “aaaccchhh…aaaccchhh…. Enak sayang, enak…..” dia mendesah. Terus
kumainkan pinggulku dan perlahan menaikkan ritme, semakin cepat dan semakin
cepat. Kurasakan memeknya seperti meremas-remas batang kontolku. Desahannya pun
makin keras dan makin cepat, mengikuti tusukan kontolku dalam memeknya.  “aacchhh..acchh..aaacchhh… enak sayang.
Enak…” bisiknya di telingaku, pinggulnya mulai bergerak alami mengimbangi
tusukan-tusukanku. Kulingkarkan kakinya ke pinggangku, dia makin keras
mendesah, matanya menatapku sayu dan bibirnya sedikit terbuka. Kucium bibir
itu, dia kembali menggigit lidahku. Kurubah lagi posisi dengan menaikkan
kakinya ke pundakku. Ketika kudorong kontolku dalam posisi ini, dia seperti
tersihir. Matanya membelalak menatapku dan bibirnya sedikit terbuka. “ri,… enak
banget sayang…. Sumpah, enak banget…. Kontolmu enak banget…”

mendengar itu aku pun makin terangsang, kunaikkan ritme
tusukan-tusukanku, sementara tangan kiriku bertumpu pada kasur, tangan kananku
meremas kedua toketnya berganti-ganti. Kutatap wajahnya yang terlihat seksi
dengan butir-butir keringat di kening dan lehernya. Tak berapa lama kemudian
desahan-desahannya makin menggila, begitu pula gerakan pinggulnya makin liar. “
ari..ari..terus sayang,…terus…. Masukin kontolmu terus sayang…masukin lagi…Enak
banget sayang….aaacchhh….enak sayaaannggg…..” desahnya sambil menggerakkan
pinggulnya ke segala arah. Dan kemudian, badannya mengejang, lantas tubuhnya
kaku sesaat, kurasakan remasan memeknya di batang kontolku makin kuat, lantas
terasa hangat. Dia mendapatkan orgasme pertamanya.  Sengaja kubiarkan kontolku dalam memeknya,
memberikan dia kesempatan untuk merasakan saat-saat itu. Aku tersenyum, lantas
mencium bibir dan keningnya. “enak khan sayang?” tanyaku. Dia tersenyum,
matanya sayu menatapku. “enak banget, kamu pasti udah sering banget ML, ya?
Jago banget…” ujarnya. Aku tersenyum, kucium lagi bibirnya,  “kamu yang kedua sayang” rayuan gombalku.
Dengan kontolku masih menancap dalam memeknya, kuremas-remas toketnya kembali.
Kedua kakinya yang ada di pundakku kuturunkan. “aku belum puas lho, Vina ku
sayang” bisikku di telinganya. Dia tersenyum, “iya, aku tahu. Aku juga masih
mau lagi kok” ujarnya. Kami saling tersenyum, “beeerrrattt” ucapnya manja,
ketika separuh berat badanku kusandarkan padanya. “oh ya, sorry” jawabku. Aku
pun memiringkan badan, berbaring disampingnya. Secara otomatis kontolku
tercabut dari memeknya. “kok dicabut sich?” protesnya. “katanya berat” jawabku
sambil tersenyum. “Badannya yang berat, kalau kontolnya enakkan didalam”
sahutnya manja. Aku tersenyum.  “Filmnya
habis ya?” tanyanya. “puterin lagi yang lain donk, biar aku bisa belajar”
katanya lagi sambil tersenyum. Aku bangkit, membuka file dan menayangkan film
BF di monitor komputerku lantas kembali berbaring disampingnya. Ketika adegan
memperlihatkan seorang wanita yang mengoral pasangannya,

Vina bangkit, dia duduk disampingku lantas langsung memegang
kontolku. Menatapku sebentar, lalu tersenyum. Kemudian dimasukkannya batang
kontolku dalam mulutnya, dia merubah posisinya sehingga bisa tetap memandang
monitor komputer. Apa yang ditayangkan di layar komputer, langsung dilakukannya
kepada kontolku, dia menjilati lubang kencingku, menghisap bola pelerku dan
sesekali mengocok kontolku dengan tangan. Tak lama kemudian, aku merasakan
cairan lahar akan keluar dari kontolku. Aku berbisik padanya, “Vin, aku mau
keluar sayang…” dia menolehku sesaat, kemudian kembali memasukkan kontolku
dalam mulutnya, disedot-sedotnya kontolku sampai akhirnya aku tak kuasa menahan
muntahan pejuh itu. Dia tampak agak terkejut, namun sambil menatapku, dia tetap
menahan kontolku dalam mulutnya. Ditelannya habis semua cairan yang keluar dari
kontolku. Setelah itu dia menjilati kontolku lantas kembali merebahkan tubuhnya
disampingku. “enak ga?” tanyanya. Aku mengangguk sambil tersenyum, kupeluk
tubuhnya dan kubiarkan dia meletakkan kepalanya di dadaku. “makasih ya
sayang”kataku sambil mencium keningnya. 
Ternyata malam tahun baru itu, kedua teman kostku memutuskan untuk tidak
kembali ke kost. Mereka meng SMSku dan minta maaf karena aku jadi sendirian di
kost. Ketika Vina tahu, dia tersenyum,  
“kalau gitu, aku boleh donk nemenin kamu malam ini?” “siapa yang bisa
menolak?” jawabku sambil mencubit putting toketnya. Aku langsung mengenakan
celanaku, dan meminta Vina untuk menunggu. Aku membeli makanan, kondom, dan
minuman suplemen. Sengaja aku menutup pintu gerbang kost untuk mengesankan
bahwa rumah dalam keadaan kosong, lampu luar pun sudah kunyalakan.

Malam tahun baru itu, aku dan Vina benar-benar memuaskan nafsu kami. Kami melihat beberapa film BF dan langsung mempraktekkan beberapa gaya bercinta yang ditampilkan dalam film itu. Sejak saat itu mesti masing-masing kami mempunyai pacar, Vina beberapa kali chek in di berbagai hotel bersamaku. Sampai ketika kami sama-sama lulus tahun 2005, dia kembali ke Makasar. Saat ini dia telah menikah dengan seorang polisi, pacarnya sejak SMU dulu dan memiliki 2 anak. Kami masih berhubungan lewat email maupun FB.  Demikianlah cerita bokep hot NGENTOT DENGAN TEMANKU YANG HAMIL MUDA DENGAN VAGINA SEGAR dan PERAWAN TEMAN KAMPUS oleh cerita sex hot