Cerita Panas Terbaru – Kisah dan Cerita Panas ini berawal dari keberanian manta muridku, Sandi, Tampaknya sejak SD dia sudah sering mengintip dan memperhatikan tubuhku yang molek. Sebenernya cerita dewasa ini tak layak diceritakan. Tapi, apa mau dikata perbuatan itu telah kami lakukan, dan kenikmatan itu ingin kami bagikan disini. “Aarrgghhh…!!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku. “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku. “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ” “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!” Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S. Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur. Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm.
Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di
tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru
SD. Sandi sangat sopan dan tahu diri.
Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua
anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan
keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga
menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku
bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian
dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku
mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku. Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya,
suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat
berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku
yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin
melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena
olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak
muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri. Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan
kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan
dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan
angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek
mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku
lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka
dari kamar Sandi. Kudengar suara
langkahnya mendekatiku. “Bu Asmi..?”
Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah
beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di
pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping
ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang
bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang
tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan,
aku terus berpura-pura tertidur.
“Bu Asmi..?” Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak. Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher. Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin. Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba. Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum.
Baca Juga Cerita Seks Panas : MESUM DENGAN CEWE BERHIJAB
Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku
dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku
berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi
mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam,
wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi,
kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.
“Sandi!! Ngapain kamu?” Aku
berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras.
Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan
mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah
sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya
yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku,
lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak. “Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin
merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku
dengan pandangan meminta. “Kamu kan bisa
denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku
lembut. “Tapi saya sudah tergila-gila
dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan
memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi.
“Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah” Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal
tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya. Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan
aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk
membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar
tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku,
kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat
tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich
bercinta dengan remaja yang masih panas.
Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak
melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun. “Body Ibu bagus banget.. ”
dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah
mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu
diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke
dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah
digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot
dengan sangat bernafsu. “Ibu hebat…,”
desisnya. “Apanya yang hebat..?” Tanyaku
sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher. “Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan
saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali. “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku
sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga
celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan
kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut
meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil. Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi
minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.
“Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku
sambil menciumnya. Sandi tersenyum
lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.
“Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit
perutnya yang berotot. Sandi tersenyum
lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling
di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin
berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang
kemaluan Sandi yang besar. Berbeda
dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang
penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan
tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik
ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku
menggelegak-gelegak.
Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh
kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya
buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali
pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang.
Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah. “Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak
‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat
parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa
bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa
tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku. Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi
membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya
menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas
buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi.
Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah
belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya…!!! Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali,
melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang
kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa. “Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi
tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai
memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak
terkendali. “Saann, penismu enaaak…!!!,”
kataku setengah menjerit. Sandi tidak
menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat,
bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang
penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke
dasar. “Oohh…, toloongg.., gustii…!!!” Sandi malah semakin bersemangat mendengar
jerit dan rintihanku.
Aku semakin erotis. “Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!” Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak. “Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit. “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang. “Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!” “Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!” “Oh, ah, uuugghhh… ” “Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…” Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme! Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme. Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku. Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.
Baca Juga Cerita Hot Indonesia : SHILA HAMIL dan UNCLE RANJIT
Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam.
Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai
terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera
menunduk, dikecupnya pipiku. “San.. Kamu
hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus
terang. “Emangnya Ibu suka kalau aku
cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti,
diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui
bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri
dan ke kanan. Sandi melenguh. Diremasnya
kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang
kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai
mengerang-erang lagi. “Oorrgghh…, aahh…,
ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!!”
Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku
sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat
naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks.
Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat.
Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan
Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan
orgasme. Tiba-tiba Sandi menyuruhku
berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu
kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung
menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk
mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya
yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku. “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku. “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ” “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!” “Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!” “Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku. “Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas. “Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian. “Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku. “Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…” “Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…” Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku. Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi.
Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki
rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak
lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata, “Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama
Ibu… Ibu juga suka kan?” Aku tersenyum
saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu
kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali
meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami
mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan
paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga. Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku
tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak
yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh
sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.
DOSEN MONTOK MENGGAIRAHKAN
Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, ketika aku kuliah
semester ketiga di sebuah lembaga pendidikan di Bekasi, Waktu itu, para mahasiswa
baru sedang berkumpul untuk membahas tentang uang kuliah yang menurut brosurnya
bisa dicicil selama 5 kali, namun kenyataannya para mahasiswa hanya diberikan
kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali. Bagiku sih sebenarnya tidak
terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh selama satu tahun, namun
karena rasa solideritas terhadap teman, akhirnya aku ikut berkumpul, dan
ternyata oleh teman-temanku, aku dipercaya untuk mewakilkan dan menyampaikan
keluhan mereka kepada manager lembaga yang bernama Ibu Ratih S.Pd. Akhirnya aku menuju lantai 4 untuk
membicarakan masalah ini kepada Ibu Ratih, dan siapa tahu beliau bisa
memberikan solusi yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Ketika aku hendak
mengetuk pintu ruangannya, terdengar samar-samar suara desah dan erangan yang
berasal dari dalam ruangannya. Akupun tahu bahwa suara ini adalah suaranya Ibu
Ratih, karena aku sangat hapal dengan suaranya ketika beliau masih memberi mata
kuliah Akuntansi Dasar 1. Kuketuk
berkali-kali, namun belum ada jawaban, akhirnya aku beranikan diri untuk
langsung membuka pintu. Ku lihat diruang kerjanya, ternyata tidak ada, kucari
kesana kemari, akhirnya aku menemukannya sedang serius menghadap kekomputer
yang biasa digunakan oleh asistennya (letaknya terhalang oleh sebuah lemari
yang berisi bermacam-macam jenis buku). Yang aku tahu, hari ini asistennya
belum masuk karena 2 hari yang lalu dia mengalami kecelakaan.
Dengan agak ragu aku mencoba mendekatinya. Dan ternyata.. Ibu Ratih sedang melihat adegan-adegan seks yang ada di internet. Wajar saja tadi terdengar suara orang mendesah keenakan, tidak tahunya waktu melihat adegan itu, Ibu Ratih pun merangsang dirinya sendiri dengan menggunakan jari-jari lentiknya. Aku jadi bingung dan deg-degan, karena sebagai lelaki yang beranjak dewasa, didepanku ada adegan seks yang ditampilkan dimonitor, dan yang lebih membuatku konak, ketika melihat Ibu Ratih yang sepertinya sedang diamuk birahi. Sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja, dan melebarkan kedua pahanya, jari-jari lentik Ibu Ratih terus keluar masuk lubang memeknya yang sudah terlihat basah. Karena takut ketahuan, dan takut dimarahi akan kelancanganku, pelan-pelan aku menuju pintu untuk keluar. Tetapi tiba-tiba.. “Fik.. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah lancang memasuki ruangan saya tanpa sepengetahuan saya”. Karena beliau mengancam akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelancangan saya. Tanpa menunjukan ekspresi apapun, Bu Ratih berjalan mendekatiku sambil bertanya. “Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?” Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah lancang memasuki ruangan Ibu tanpa izin. “Dan kamu tahu apa hukumannya jika telah melakukan itu?” “Tidak Bu”, jawabku pelan. “Oke, sekarang kamu akan saya hukum sesuai dengan kesalahanmu, apa yang kamu lihat ketika kamu masuk ruangan ini?” “Ngga ada bu”. “Kamu jangan bohong yach, sebenarnya waktu kamu masuk, Ibu sudah mengetahuinya, sekarang jawab yang jujur, apa kamu melihat saya sedang melakukan sesuatu?” Akhirnya dengan gugup saya menceritakan semua kejadiannya. “Jika memberi keterangan jangan berbelit-belit begitu, saya tidak mengerti. Sekarang coba kamu peragakan semua yang kamu lihat”. Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria.
Baca JUga Cerita Mesum Hot : SITI NAKAL
Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengikuti
apa yang tadi Ibu Ratih lakukan, namun karena saya terus melihat adegan di
monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama
tanpa saya sadari, kontol saya mulai menegang. Namun karena merasa malu takut
ketahuan Ibu Ratih, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan
semua yang tadi dilakukannya, karena saya tidak mempunyai memek. Tanpa disangka, Ibu Ratih malah berkata.
“Kalo begitu, kamu pake memek saya saja, tapi jarinya tetap jari kamu”.
Akhirnya Ibu Ratih memposisikan tubuhnya seperti waktu pertama kali saya lihat.
Ragu-ragu saya mendekatinya dan bertanya. “Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD,
kenapa sekarang pake CD?”, tanyaku. “Coba sekalian kamu praktekkan cara membuka
CD wanita, apakah kamu bisa?”. Akhirnya aku tahu bahwa aku akan mengalami hukuman
yang sangat menyenangkan. Tanpa
ragu-ragu lagi aku mendekati tubuh Ibu Ratih yang masih menaikan kaki dan
melebarkan kedua pahanya di atas meja. Aku langsung menurunkan kedua kakinya
dan meminta dia untuk berdiri. “Saya
menghargai wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya menghargai semua yang
ada pada diri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang
ada di diri ibu”. Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
“Kata-katamu cukup romantis, tapi saya minta jangan hanya di mulut saja”.
Thanks God, akhirnya saya diberi kesempatan untuk merasakan
apa yang selama ini cuma jadi hayalan saya tentang kecantikan dan kemontokan
Ibu Ratih. Dengan lembut, saya mulai menciumi bibirnya yang merah merekah.
Ternyata, Ibu Ratih sangat liar (mungkin karena sebelumnya sudah melihat adegan
yang merangsang). “Fik, untuk sekarang
ini, Ibu cuma butuh kontol kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk merangsang
ibu, karena Ibu sudah tidak kuat lagi menahannya” Sambil berkata begitu, tanpa
sempat membuka bajuku, Ibu Ratih langsung membuka celanaku dan mengarahkan
kontolku ke memeknya. Walaupun tanpa
foreplay terlebih dahulu, kontolku memang selalu siap jika disuruh ngentot cewe
cantik, karena kontolku sudah terlatih sejak waktu SMA. Sambil berdiri, Ibu
Ratih terus menarik dan mendorong pantatnya agar kontolku terus keluar masuk
dari lubang memeknya. Aku hanya diam mematung menikmati hangatnya lubang memek
Ibu Ratih, karena walaupun aku terlihat pasif, sepertinya Ibu Ratih sangat
menikmatinya. “Terus Fik, enak banget
kontolmu fik aacchh.. nikmatnya.. kontolmu Fik.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh
hangat dan nikmatnya barang kamu Fik.. gede banget Fik.. terruuzzhh.. aacchh”
Tanpa henti-hentinya Ibu Ratih mendesis seperti orang yang kepedasan. Meski dari dulu aku terobsesi untuk bisa
bercinta dengan Ibu Ratih, namun aku tidak ingin terburu-buru dalam
menikmatinya.
Aku sengaja membiarkan Ibu Ratih agar dia mencapai puncak
duluan, biar bisa memberikan kesan yang baik di matanya. “Aawww..” ternyata ketika Ibu Ratih mencapai
orgasme, tanpa sadar tangannya yang semula memegang pantatku, langsung meremas
dengan sekencang-kencangnya, tubuhnya bergetar sebentar, kemudian diam dan
langsung memelukku. “Thanks ya Fik, kamu sudah membantu saya mencapai puncak”. Ketika pelan-pelan kucabut kontolku yang
masih tegak berdiri, Ibu Ratih masih terlihat lelah, namun dari raut wajahnya
terlihat sangat puas. Aku sengaja memberi waktu beberapa menit agar Ibu Ratih
bisa istirahat dan menikmati sisa kenikmatannya. Beberapa menit kemudian, aku
langsung membuka bajuku, menurutku, pertempuran baru akan dimulai, dan dengan
perlahan akupun mulai membuka satu persatu pakaian Ibu Ratih. Karena waktu
pertama melakukannya, Ibu Ratih tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membuka
pakaian kami, mungkin saking ngebetnya, dia cuma menaikan roknya (yang
kebetulan sudah tidak ber-CD), dan menurunkan celanaku. “Waktu istirahatnya sudah cukup Bu, sekarang
mari kita ngentot lagi, dan tolong puaskan kontol saya dengan segala cara yang
Ibu bisa”. Tanpa menunggu lama, kami yang sudah sama-sama telanjang sudah
saling memeluk. Aku yang sangat mengagumi kemolekan Ibu Ratih, berusaha untuk
menikmati seluruh tubuhnya. Kubaringkan Ibu Ratih dilantai, kedua susu yang
padat itu semakin terlihat indah dan mengundangku untuk segera
menikmatinya.
“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh, teeruuss” Tanganku pun
mulai mencari sasaran yang lain ketika bibirku masih memainkan kedua susunya.
Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi
perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar
lubang kemaluannya. Ku usap dengan
lembut pinggiran lubang kemaluannya, ternyata sudah sangat basah, mungkin
karena dia sudah mulai diamuk birahi lagi. Kuelus terus sambil sesekali
telunjukku kumasukkan ke dalam memeknya yang sudah terlihat sangat merah akibat
terjadinya gesekan. Bibirku langsung berhenti mencumbu bibirnya, aku langsung
mengarahkan mukaku kekemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku lebarkan lubang
memeknya, dan aku langsung menjilati “klit”nya yang agak sedikit “monyong” ke
depan. Ibu Ratih seperti orang kesetanan ketika lidahku menyentuh daerah
terlarangnya, dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, mulutnya terus
mendesis seperti ular, dan tangannya seperti mencari sesuatu untuk
dipegang. Seperti kejadian sebelumnya,
Ibu Ratih pun mengalami orgasme yang kedua ketika aku baru memainkan memeknya
dengan lidah dan jariku. Namun karena nafsuku sudah tidak bisa kubendung lagi,
aku tidak memberi dia kesempatan untuk beristirahat, setelah melihat dia
terkulai dengan lemas, aku mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya. Dengan
mengangkat kedua pahanya, dan meletakkan kakinya dipundakku, aku langsung
memaju mundurkan pantatku untuk mengeluar masukan kontolku ke dalam memeknya.
Hampir 20 menit aku mengocok memeknya dengan kontolku,
mungkin itu membuat gairah Ibu Ratih mejadi bangkit lagi, diapun berusaha untuk
menggoyangkan pinggulnya agar kontolku bisa menstimulasi dinding memeknya
secara menyeluruh. Aku mengerti apa yang dia inginkan, akhirnya tanpa menyabut
kontolku, pelan-pelan kubalikan badannya dan menyuruh dia agar “menungging”.
Secara visual, nafsuku langsung bertambah ketika melihat 2 bongkahan daging
yang sangat besar dan tanpa berhenti memainkan kontolku, tanganku langsung
meremas pantatnya yang sangat mulus, aku usap, aku remas, dan kadang-kadang aku
menepuknya sehingga membuat warna kulitnya menjadi agak merah. Mungkin karena terlalu lelah, Ibu Ratih minta
agar aku mencabut dulu kontolku, tapi mendengar dia ngomong begitu, nafsuku
malah bertambah-tambah, tanganku langsung menarik rambutnya dan memperkencang
gerakan kontolku. Ibu Ratih hanya bisa mendesah, mengerang dan merintih, tanpa
bisa memberikan perlawanan lagi. Akhirnya dia hanya pasrah dan terus menikmati
sensasi yang aku berikan. Akhirnya aku mencabut kontolku dan meminta Ibu Ratih
agar segera mengulum kemaluanku. Mungkin saking lelahnya, dia membalikan
badannya sangat lambat, aku yang sudah tidak tahan, langsung menarik wajahnya
mengarahkan kontolku ke dalam mulutnya. Sambil terus kukocok, aku tetap
memegang kepalanya agar ikut bergerak maju mundur.
Tiba-tiba.. spermaku keluar banyak juga, sampai-sampai, sebagian keluar lagi dari sela bibirnya Ibu Ratih, aku sengaja mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya, karena aku bilang, aku paling suka melihat spermaku ditelan oleh pasangan ngeseksku. Dengan cekatan, Ibu RatiHPun langsung menelan semua spermaku dan menjilati kepala kemaluanku, hingga tidak ada sedikitpun spermaku yang tidak tertelan olehnya. Akhirnya sampai juga aku mewujudkan impianku terhadap Ibu Ratih ini. Ternyata Tuhan telah mendengar dan mengabulkan keinginan yang ada di dalam hatiku. Setelah rapi-rapi, aku utarakan maksud kedatanganku ke ruangannya, dengan seksama, beliau mendengarkan apa menjadi permasalahan diantara anak didiknya, dengan bijak, akhirnya beliau mengatakan. “Kalau masalah ini akan segera dimeetingkan, dan kamu tidak usah terlalu kuatir, karena keputusan akhirnya tetap ada di tangan Ibu, yang penting jika hari minggu nanti kamu bersedia menemani Ibu check in, minggu depan masalah itu pasti selesai, bagaimana?” Dengan cepat, aku langsung menjawab, “Ya.. ya.. ya..” Demikianlah cerita bokep seks NGENTOT MANTAN MURID dan DOSEN MONTOK MENGGAIRAHKAN oleh cerita sex hot