– Sudah 2 minggu lebaran lewat, aku mulai disibukkan dengan kerjaan kantor yang mulai memadati hari-hariku, tak pandang bulu siang atau malam, bos seakan tidak mau tau dengan apa yang kurasakan.
Tanpa disadari hp ku sudah berbunyi sebanyak 3 kali tanpa pernah kujawab mengingat padatnya waktu yang mengejarku. Oh….ternyata ada telpon dari orang yang sudah lama tidak kutemui. Heni si wanita desa yang dulu penah kurengguk manis madunya.
“Hallo….!”
“Hei mas kemana aja tidak pernah menelponku ?” suara Heni menjawab diseberang sana,
“Oh ya maaf aku sangat sibuk apa kabarmu ..?” tanyaku lagi
”Aku baik-baik aja mas, kapan kita bisa ketemu aku kangen nih.. banyak yang ingin kuceritakan sama mas” Heni menjawab dengan nada memelas.
“Ok lah minggu depan saya ada waktu lowong, bisa nggak Heni datang ke kota ku ?” jawabku sambil memberikan pilihan.
”Oh tentu…. Aku sekarang sudah bebas karena suamiku sebulan yang lalu berangkat ke Arab Saudi menjadi TKI.” Jawab Heni menerangkan keberadaan Suaminya.
Waktu berlalu seminggu kemudian sesuai janji yang kusampaikan, Heni datang ke kotaku dengan menggunakan angkutan bus umum yang kujemput di Terminal batas kota. Dan dengan bahagianya ku sambut kedatangan Heni yang terlihat cukup lelah karena harus menempuh perjalanan dengan kendaraan yang kurang begitu nyaman bagiku, karena tidak dilengkapi dengan AC.
Segera kuantarkan Heni dengan perlengkapannya menuju ke sebuah penginapan sekelas hotel berbintang kelas 3 yang membuat takjub mata Heni yang tidak menyangka akan menerima sambutanku
Tentunya hal ini tidaklah menjadi suatu yang menyulitkan dibanding penghasilan dan fasilitas yang diberikan kepadaku sebagai salah satu tenaga fungsional di perusahaanku yang layak mendapat fasilitas yang memadai sesuai kontrak kerja yang ku tanda tangani awal bekerja di situ.
Aku mengerti Heni begitu lelah sehingga tidak sedikitpun aku mau menyentuhnya, biarlah Heni membersihkan badannya dan beristirahat, sementara aku kembali ke kantor merampungkan sisa pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sore itu sekitar pukul 16.30 waktu setempat aku menuju ke hotel tempat Heni ku inapkan, dengan tentunya tidak lupa sebelumnya mampir di butik terdekat, membelikan beberapa potong gaun dan Lingerie yang cocok dengan tubuh Heni
Karena kutahu apalah artinya seorang dari desa dengan penghasilah suaminya yang seadanya takkan mampu membelikan pakaian seperti yang kubelikan ini. Padahal aku ingin Heni tampak menarik saat kubawa menikmati kehidupan kota malam ini.
“Eh mas sudah datang, maaf aku baru mandi belum sempat berpakaian rapih” Heni menyambutku dengan balutan handuk yang nampak garis dan lekukan tubuhnya yang sangat jelas walau tertutup handuk.
Glek…. Kutahan nafasku untuk mengatur keseimbangan gerakan yang berada dalam celana dalam ku melihat tubuh Heni yang memang sudah cukup lama aku rindukan.
“Heni sini sebentar” Ujarku memanggil Heni yang akan beranjak kekamar mandi,
“Iya mas ada apa?” Heni bertanya sambil mendekat kearah ku.
Sehingga begitu dalam jarak capaianku kurengkuh Heni dan ku cium dengan penuh nafsu ke dua belah bibir yang merah merekah asli tanpa sapuan lipstick. Ciumanku rupanya mendapat balasan yang fantasiku.com tidak kalah ganasnya sambil terdengar erangan-erangan kecil saat bibirku menelusuri leher dan melumat habis dua gundukkan dengan ukuran 36 B yang belum tertutupi oleh BH atau apapun sehingga aku bebas seliar-liarnya memainkan peranan ini.
“Akh…Mas…akkuu….kangggennn…masss…..” terdengar lirih suara Heni merintih kenikmatan saat tubuhnya kutidurkan di tempat tidur hotel, sambil tetap lidahku mempermaikan pentil tet3k Heni secara bergantian, dan terus…menjalar sampai ke pusar di perut Heni..
”Akh…massss…..ennaakkkhhss….” lirih Heni yang menambah sembangatku untuk terus bertarung.
Menyadari tubuhnya sudah telanjang bulat tanpa satu pun benang yang melindungi, Heni berusaha bangkit mengambil alih posisi dengan membanting tubuhku ke bawah dan melucuti baju dan celanaku hingga tidak tersisa sedikitpun secarik kain untuk menutupi tubuhku.
Dan meraih batang kenikmatan yang sedari tadi sudah berdiri dengan tegak, selanjutnya memasukkan ke dalam mulut mungilnya yang dihiasi oleh bibir yang sexy dengan terus menyedot kelur masuk tanpa memberiku kesempatan untuk mengatakan jangan.
”Ohh….nikmat sekali Errrr….terus sayy..” ucapku meracau sebelum menyadari jika lubang vaginanya yang indah sudah dipertontonkan di mukaku, sehinggga tanpa membuang kesempatan kami melakukan posisi 69.
“Heni… aku rindu kamu….” ucapku sambil menikmati sepongan Heni di kont0lku yang sudah mulai terasa ada kedut-kedutannya.
Aku menegakkan posisi tubuhku dari posisi 69 sementara Heni masih melumat habis kont0lku hingga dasar batangnya, sehingga terasa gigitan bibir Heni di biji pelirku, akupun mengimbanginya dengan meremas kedua belah tet3k Heni yang sudah-sudah sangat keras menjulang karena dibaluti oleh nafsu yang memuncak. Setelah beberapa saat kami merubah posisi ke posisi klasik (MOT), Heni dengan lembutnya membelai kont0lku untuk dibimbing ke dalam lubang pep3knya secara perlahan-lahan,
”Akhhhhhssssss……..” Heni mengulangi meracau dengan lirih ssat batang kont0lku mendesak ke dalam lubang mem3k Heni dengan sambil membelai wajah dan kepala Heni sedangkan kaki Heni mengapit dan menjepit tubuhku seakan tidak rela kont0lku yang sudah menancap di lubang mem3k Heni lepas.
Akupun tidak pernah rela melepaskan kenikmatan ini dengan memberikan efek vibra keluar masuk kont0lku secara cepat ke dalam mem3k Heni yang berakibat tersemburlah teriakan kecil dari mulut Heni
”Ohhh….massss..eennnaakkk!!!”
Beberapa menit kemudian dengan posisi yang tidak berubah terasa kont0lku semakin kedut-kedutan,
”Oh.. Heni aku rasanya mau keluar”.
”Tahan dikit mas Heni mau keluar juga, kita sama-sama yah” jawab Heni memelas.
Tentunya mendapat sinyal seperti itu kuperkuat getaran vibrator alami ku yang terasa mulai kedut-kedutan.”Ohh…ohhh…ohhh…..mas…aku keluuaarrrrr….” Jerit Heni mengimbangi keluhan lirihku saat lahar panas telah menyembur dari pipanya
”Ohhhhh….”
Pertarungan selesai aku melihat jam menunjukan pukul 17.15, jadi kami ngent0t kurang lebih ¾ jam, kulihat Heni terkulai lemas di sisiku dengan percikkan air mani yang tersembur saat gerakan ngent0t kami yang tidak terkontrol.
“Er…mandi yuk, kitakan belum makan malam?” ajakku ke Heni yang terliat enggan membuka matanya setelah melepaskan rindu birahi yang ditahannya selama ini.
”I ya mas kita barengan aja” jawab Heni sambil menjulurkan tangannya minta ditunutun ke kamar mandi akibat lututnya yang masih lemas.
Malam itu kami menghabiskan waktu di sebuah café dengan pemandangan menghadap ke laut, sungguh indah panorama malam itu, apalagi Heni dengan balutan gaun malam yang kubelikan khusus untuk Heni, hilang sudah sosok Heni sebagai wanita dari desa, semuanya terpoles dengan balutan suasana kota.
Cukup panjang lebar Heni bercerita mulai dari kisah suaminya yang mulai tidak betah dengan kehidupannya sekarang sehingga ingin mengadu nasib menjadi supir di Negara Arab sana, hingga persoalan kehidupan perkawinannya yang mulai goyah akibat suaminya sudah mulai tergoda dengan gadis lain. Menjelang tengah malam kami kembali ke hotel dimana aku dan Heni akan menginap menghabiskan segala kerinduan birahi yang telah lama kunanti.
Heni beranjak menaiki tempat tidur dengan Lingerie tipis sedang kan aku mengenakan kaos t shirt dan celana model hawai tanpa menggunakan CD. Sesaat kemudian Heni merapatkan tubuhnya di dekapanku dan kucium dengan mesra kening selanjutnya di saksikan keremangan malam dengan lampu kamar yang temaram kukecup bibirnya
Henipun membalas dengan kecupan yang tak kalah mesranya. Entah siapa yang memulai kami berdua sudah saling melepaskan balutan kain yang menempel di badan hingga nampaklah dikeremangan lampu redup dua tubuh yang saling menyatukan diri seakan tak perisahkan.
Payudara Heni semakin mengeras dengan jilatan bibirku yang kian ganas yang mengalir dari payudara hingga ke bawah pusar dimana terdapat sebuah gua kenikmatan yang dirimbuni oleh padang rumput hitam yang mengeluarkan bau khas yang semakin membawaku untuk menyiraminya dengan jilatan-jilatan kenikmatan yang hanya Henilah bisa menterjemahkan rasa itu, Sementara itu Heni tidak mau ketinggalan dalam permainan ini, dengan meremas-remas batang kont0lku yang sedari tadi juga sudah berontak untuk tetap berdiri dengan angkuhnya.
“Mas….puaskan aku massss…” Heni meminta dengan lirih di telingaku.
”Tentu sayang…” akupun menjawabnya dengan terbata-bata akibat remasan dan kuluman Heni terhadap batang kont0lku yang kian mengeras dan membesar tidak seperti biasanya.
“Ahkkkhhh…Uhhhkh…”Heni terus mengerang menikmati saat kont0lku secara perlahan kumasukkan kedalam liang mem3knya yang mulai licin oleh cairan kenikmatan yang keluar dari sumbernya.
Entah kami sudah menghabiskan berapa banyak waktu, karena saat itu yang ada hanyalah kenikmatan birahi yang berulang-ulang kami capai, sehingga pada akhirnya kami menghabiskan malam itu dengan tidur tanpa dibalut sehelai benangpun hingga kokok ayam jantan di pagi hari yang membangunkan kami berdua.
Keesokkan paginya……
Walau ayam sudah berkokok dengan riuhnya rupanya mataku benar-benar sangat sulit untuk dibuka, hingga entah bagaimana kisah ini berulang dalam keadaan terlelap aku merasakan ada sesuatu yang meremas-remas batang penisku yang terasa sangat nikmat,
entah lagi bermimpi atau tidak yang jelas begitu aku tersadar aku melihat Heni dengan penuh nafsu meremas-remas batang kont0lku yang nampak mulai menegakkan keberaniannya dengan menggesek-gesekkan bibir vaginanya ke pahaku yang penuh ditumbuhi bulu seraya mendesis.
”akhss….!!!”.
Tersadarku saat itu jika Heni sudah ingin memulai lagi permainan ini,
”Kenapa sayang ?” Tanyaku kepada Heni pura-pura bingung.
”Oh.. mas Heni pengen lagi…” Pintanya lirih.
Tanpa menunggu jawaban dari ku Heni langsung menjilati seekujur tubuhku khususnya di daerah sekitar perut hingga Pelirku yang mulai kedut-kedutan akibat rangsangan yang dilakukan Heni.
”Sabar sayang…akupun tidak akan melewatkan kenikmatan ini” Kataku dengan nafas yang memburu.
Aroma bau sperma dan cairan mem3k Heni yang belum sempat di bersihkan hasil pertarungan tadi malam begitu membaur menambah rangsangan yang mengasyikkan bagi kita berdua.
Dan disaat Heni mulai melahap habis batang kont0lku kedalam mulut mungilnya, kuraih selangkangan Heni yang terbuka dan tentunya mulutku menjilati dengan sedikit menggigit halus kelentit Heni sehingga membuat Heni begitu menikmatinya.
”Ups..ups..” Suara erangan Heni yang tertahan akibat masih mengulum batang kont0lku yang sudah kembali menunjukkan keaslian bentuknya.
”Oh…Heni nikmatttttt….” Kataku lirih .
Tubuh Heni kubalikkan ke posisi Misionary dengan mengganjal bongkahan pantat Heni dengan bantal dan kumasukkan Batang kont0lku ke dalam liang kenikmatan dengan nakalnya ku goyang-goyangkan yang menimbulkan suara Cepak…cepok…cepak..cepok…
”Ohkksssss….massss…nikmat…..!” sekali lagi Heni menjerit nikmat ketika aku menggoyangkan batang kemaluanku seakan mengebor dengan RPM yang tinggi.
Setelah berjalan beberapa puluh menit, aku membisikkan kata ke telinga Heni.
”Say …. Kamu pindah ke atas….” Tanpa menjawab Heni menuruti kemauanku, dan dengan posisi tegak dengan wajah menutup mata menghadap ke langit-langit kamar, Heni menggoyangkan pantatnya dengan sekali-kali memutar bongkahan pantat indahnya yang menyebabkan kedua payudara indah itu bergerak naik turun mengikuti langkah irama gerakan WOT Heni yang diiringi suara erangan seperti seekor Srigala yang melolong saat bulan Purnama.
“Mas..aduh… aaksss..kuuu…mau keluarrr….” Heni melolong.
”Tahan sayang ….. akupun terasa mau keluar jugahhhh…” Jawabku memohon untuk keluar bersama-sama.
“Akhhhh…sayangggggg…sudah nggak tahannnn..” Heni menjerit dan disaat bersamaan pula aku mengeluarkan semburan lava dingin dari sumbernya.
”Ohhh….yessssssss….!!!!!”
Bagai mahluk yang sudah tidak bernyawa kami berdua ambruk di tempat tidur hotel akibat kehabisan tenaga setelah pertarungan yang maha dahsyat di pagi hari ini. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena selang beberapa menit dengan saling memapah kami berdua berdiri menuju kamar mandi dan berendam di Bathub dengan kucuran air hangat, untuk selanjutnya berkemas berpakaian dan menuju restoran hotel untuk sarapan pagi.
Hari ini merupakan sisa waktu yang akan kami habiskan sebelum Heni kembali ke Desanya setelah mendapat khabar bahwa sang suami akan kembali ke kampung halamannya akibat ada permasalahan di tempat kerjanya di Saudi Arabia sehingga ia harus kembali lebih cepat dari waktu yang direncanakan.
Tiga bulan berikutnya….
Heni mengabarkan bahwa Ia sudah telat menstruasinya yang tentunya adalah hasil pertarungan nafsu birahi kami berdua. Untung deh Suami Heni juga sudah kembali sehingga tidak ada kecurigaan jika janin yang dikandung Heni adalah hasil sebuah peselingkuhanku dengan Heni yang indah.
Entah akankah terulang lagi hanya kami berdua yang tahu.,,,,,,,,,,,,,,,