Hari pertama di ibukota aku tercengang begitu megahnya gedung- gedung tinggi menjulang ke langit. Ah, andai aku punya satu saja..hee hayalku. Aku mulai bekerja di hari kedua sebagai seorang tukang jahit, walaupun belum pernah menjahit aku tetap gigih belajar dan bekerja. Om Adip tak pernah menyerah mengajariku cara menjahit baju yang bagus. Ya, om Adip adalah teman ayahku tadi. Aku tak menyangka ternyata dia adalah seorang pengusaha rumahan. Walaupun kecil tapi ini cukup menjanjikan. Hari-haripun aku lewati hanya dengan bekerja dan bekerja. Terkadang sesekali aku suka mengeluh karna kecapean. Tapi apa lah aku, tak kerja maka tak makan. ^_^ jadi aku tak boleh putus asa. Semangat!!! ^_^ Aku tinggal di mess tempatku bekerja bersama om Adip dan anak-anak lain. Sebenarnya ada dua kamar. Yang satu khusus buat om Adip dan yang satu buat anak-anak pekerja. Namun, waktu itu kebetulan kamarnya penuh. Jadi om Adip menyuruhku tidur bersamanya. Aku sih fun-fun aja. Semua mengalir seperti seharusnya. Sampai suatu ketika ada rasa yang aneh muncul dalam benakku, aku sering memperhatikan om Adip, dan sepertinya aku mengaguminya. Ah, kupikir ini hanya kegkaguman biasa saja. Tapi tidak! Jelasnya aku lebih menyukainya, entah apa yang di miliki om Adip, tapi hatiku berkata dia itu indah.. matanya yang sayup penuh wibawa kala memandangku, bibirnya yang manis kala ia tersenyum, kumisnya yang mulai tebal itu ikut menghias senyuman manisnya tadi. Tangan kekarnya penuh kelembuatan kala mmenyentuhku. Tubuhnya yang berisi sedikit buncit, dengam bulu-bulu tipis menutupi badanya kala ia telanjang dada mataku tak bisa berpaling darinya. Mungkinkah aku GAY?? apa yang terjadi padaku? Mengapa aku begitu menginginkannya? Dan rasa ini pun semakin menyiksaku, bagaimana mungkin aku bisa menghapus rasa ini dari hatiku, sedangakan setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik aku selalu bersamanya. Apalagi kala malam datang, aku tak bisa tidur meskipun aku memaksakan mata ini untuk terpejam, namun dia selalu hadir dengan cahaya terang di balik kegelapan alam bawah sadarku. Ini sangat tidak masuk akal. Ini.. Ini aneh,ini.. ini aib, ini…ini…ini…..aaaahhhh ….aku bingung harus berbuat apa. Meskipun di hadapannya aku bersikap biasa, tapi tetap di belakangnya aku tak bisa menahan bahwa aku mengaguminya, aku menyayanginya dan aku mencintainya. Namun, semua itu akan ku pendam dalam-dalam. Karna aku tau om Adip tak mungkin punya rasa yang sama dengan ku. Jadi akan ku buang jauh-jauh rasa tak wajar ini dari ingatanku. Sampai suatu sore sehabis usai jam kerja. “Sep!, habis mandi antar om ke pasar ya?” Ajak om Adip. “Iya om, siap!” Jawabku akrab. Setelah mandi kami bergegas ke pasar, setibanya di pasar ia membeli banyak barang mulai dati tas, kaos dalam, baju, celana, sampai sepatu ia beli. Mungkin anaknya seumuranku, dan ia membeli itu semua untuk anaknya. Sepulangnya dari pasar. “Ayo cobain Sep! Muat gak?” Pinta om Adip. “Cobain? Oh jadi anak om Adip seumuran Asep ya om?” Tanyaku Sambil ku coba. “Iya, cobain semua pake ya Sep!!” Pintanya sambil membuka jaket seta kaosnya dan menggantungnya di belakang pintu. “Wah, pas banget om!!!” Sahutku Langsung ku pakai lengkap muali dari kaos dalam sampai sepatu. “Bagus, baju mahal” timbalnya sambil tersenyum. Tak enak lama-lama mengenakan pakaian spesial itu langsung ku copot. Tiba-tiba om Adip mendekatiku dan memegang tanganku yang kala itu hendak mencopot baju baru itu. “Jangan di copot Sep,” ucapnya sayup. “Kenapa om?” Jawabku lugu. “Sebenarnya om beli baju itu buat kamu” dengan senyuman khasnya ia berucap demikian. “Ah, om Adip ini becanda aja nih” jawabku membuyarkan suasana hatiku yang terus berdebar kian kencang. “Om gak becanda!” Kali ini kata-katanya penuh keseriusan dan tatapannya menusuk jantungku. Untuk sejenak suasana menjadi hening.. “Om srius Sep” ucapnya lembut. “Om tau kamu suka memperhatikan om, dan om tau kamu memedan rasa sama om, om tau semua itu dari tatapan matamu Sep!!” tambahnya. “Om, aku…aku…” lidahku kelu, seakan dunia ini akan pecah mendengar ucapannya itu. Ku palingkan wajah dan berbaring di kasur dengan diam. “Ayolah Sep jangan membohongi perasaanmu, jujur om juga memendam rasa yang sama. cinemabokepjepang.com Om juga berfikir ini hanya ke anehan saja. Tapi semakin lama semakin besar, rasa ini tumbuh begitu cepat dan mengakar di hati om” jelasnya sambil ia berbaring pula di sampingku. “Tapi om, ini aneh, ini sulit, ini…” belum lengkap ucapku tiba- tiba bibir om adip yang di timbuhi kumis itu berhadapan bibirku, dekat sekali. Mata kami saling menatap Dan ia berucap. “Walau pun sulit, mari kita coba mengatasinya bersama-sama” dan akhirnya sebuah kecupan manis mendarat di bibirku. Aku tak bisa mengelak, karna aku juga menginginkannya. Aku membalas ciumannya walaupun belum pernah kulakukan sebelumnya, tapi akan ku coba memberikan kehangatan sebisa mungkin. Dia mulai melepas baju dan kaos ku, langsung ku tindih badanya sambil tetap ku emut bibirnya. Ciuman pertamaku berlangsung lama. Om adip mulai menuju alat vitalku, perlahan ia merabanya dengan remasan-remasan menggairahkan. Dan ketika di keluarkan dari sarangnya, munculah kebanggaanku yang cukup besar bagi anak seusiaku itu. Hampir seukuran vital orang dewasa. Ia menjilatinya, mengulumnya, dan menghisapnya. Aku hanya mengerang kenikmatan sambil ku remas rambutnya dan perlahan ku kompa naik turun pantatku, om Adip malah tambah semangan menghisap penisku, aku pun tak mau kalah ku raih celana om Adip dan ku buka, wow!! Penisnya sangat indah, agak pendek dari punyaku namun cukup besar, berurat dam merah mengkilap. Lalu ku jilat-jilat kecil penis itu, sebenarnya agak jijik tapi ku paksa karna aku tak mau mengecewakan om Adip, dan llleeeppp.. ku kulum penis om Adip, ia pun mengerang kenikmatan. Kuhisap sekuat mungkin dan ia pun tambah menggila. filmbokepjepang.sex Saling hisap pun terjadi. “Masukin ke pantat om ya Sep!!” Pintanya sambil berbaring mengangkang ia memegangi kakinya sendiri. Aku hanya mengangguk tanda setuju. Awalnya sangat sulit memasukan penisku, kudorong dan kutekan selembut mungkin dan itu rasanya sangat nyeri di ujung penisku, nampaknya om Adip pun kesakitan. Lalu ia melumuri lubang pantatnya dengan air liurnya sendiri dan ku coba lagi, akhirnya ‘blleeppp!!!’ Ujung penisku mulai memasuki lubang kenikmatan itu. Om Adip hanya mengerang antara perih dan nikmat. Aku pun sama. Ku kompa perlahan, lama-lama jadi agak longgar. “Masukin semua Sep” pintanya lirih. Ku dorong lebih dalam lagi dan..aahhhh….masuk semua. “Iya, begitu..terus Sep..terus..” ocehnya sambil menikmati entotanku. Ku tarik dan ku dorong penisku itu sampai hampir 10 menit aku tak kiat menahan semburan spermaku yang sudah di ujung kenikmatan. Akhirnya srrrr…sssrrr…sssrrr.. ku rasakan penisku berdenyut di dalam lubang itu. Begitu juga lubang itu turut berdenyut. Tak sampai disini saja, kini giliran om Adip beraksi mengentotku, sebenarnya aku tak mau, aku takut pasti rasanya sangat perih, dan lagi-lagi aku berfikir aku tak boleh mengecewakannya. Ku pasang posisi yang sama. Dan om Adip melumuri lubangku dengan air liurnya, terasa dingin dan geli. Perlahan ia memasukan jari besarnya itu, aku pun mengerang kesakitan tapi nikmat. Baru setelah terasa sedikit longgar om adip mulai memasuka batang penisnya ke lubangku. Terasa sesuatu yang hangat ingin menerobos masuk kedalam lubangku dan masuklah ujung penisnya yang besar itu, aku mengerang kesakitan, aku ingin teriak tapi tak bisa. Om Adip terung memasukan penisnya lebih dalam lagi. Ia terus mendorong dan menarik membuatku semakin kesakitan. Tak lama hanya sekitar 3 menit om adip menyemburkan spermanya di dalam lubangku. Tubuh tambunnya menindihku dan lemas. Aku langsung memeluknya dan berfikir ‘kini kai jatuh dalam pelukanku dan takkan ku lepaskan’ “Aku mencintaimu!!” Bisiknya lembut di telingaku. “Aku juga mencintaimu!!” Jawabku sambil terus ku peluk. Kami pun terdidur saling peluk sampai pagi. Indahnya malam itu takan kulupakan. Dan itulah malam pertamaku berhubungan badan dengan beliau. Itu dosa besar yang paling Indah dalam hidupku dan takan kulupa.. selamannya…