Teman kantorku, Nana namanya, seorang perempuan yang waktu itu kurang lebih berusia 22 tahun.. Di berkahi bentuk tubuh yang aduhai menurut saya.. kulit sawo matang, halus nan mulus, toket yang nggak terlalu montok tapi sekal dan nikmat untuk dikenyot. Daaaan…. jepitan memek nya yang masih seperti kerasa kalau lagi ane bayangin sekarang
Oh ya, waktu itu ane masih ingat yakni hari kamis. Dan di ruangan kantor ada 5 orang (2 cowok dan 3 cewek).
Di jam istirahat, kami berlima ngobrol ngalor ngidul mulai dari masalah kerjaan sampek dengan rencana untuk liburan bareng :
Aku : Ges, gimana ini kita weekend mau kemana ? masa iya udah lama gak liburan bareng
Rio : Iya nih, ayolah kemana deket-deket aja
Lia : Aku pingin renang nih, sewa villa aja yuk di Tre**s besok sabtu.. gimana lu Na, Sar ?
Nana & Sari : Bisa lah ayok.. emang ada kenalan di sana ?
Rio : Gampang itu aku ada kenalan. yauda sini mana dananya per orang 1000k udah sama makan kenyang plus transport hahaha.
Aku : Waduh ini nih.. mark up harga nih hahaha
Rio : Ssttt, udah diem lu (sambil nyengir)
Begitulah kurang lebih percakapan kami waktu itu
HARI -1
“Hei guys, berita buruk. aku gajadi ikut besok sabtu ya, ada keperluan dadakan nih sama keluarga.” Ucap Sari memecah keheningan.
“Wah gak seru dong kalau berkurang pasukannya, ayolah udah lama nih kita gak healing bareng.” Ucap Lia dengan nada memohon.
“Udah gapapa kalian berempat aja ya, asli ini penting banget acaranya, next time aku ikut kok, janji.” Jawab Sari
Mau gak mau akhirnya rencana tetap dilanjutkan karena kami udah bayar sewa villa, sewa mobil, dan amunisi.
Sampai lah hari yang dinanti.
Pagi-pagi, Aku, Nana, dan Lia sudah di titik kumpul menunggu Rio yang kebagian tugas sebagai sopir. Kulihat Nana memakai pakaian tertutup seperti biasanya. Ya, memang Nana ini setiap hari juga memakai jilbab dan tertutup, namun hal itu gabisa menyembunyikan bentuk tubuhnya yang terlalu aduhai. Sedangkan Lia, seperti biasanya juga mesti dengan setelan khas nya, kaos berwarna hitam, jaket bulu-bulu dan celana jeans ketat. Kulitnya yang putih, tinggi badan yang kutaksir sekitar 170cm, ukuran toketnya standar sih, tapi jangan tanya kalau bumper nya, semok sekali, Lia ini blasteran Tiongkok Jawa.
10 menit menunggu, akhirnya Rio sudah sampai. Tak menunggu lama, kami berempat pun langsung berangkat ke tujuan. Kemacetan di perjalanan membuat waktu yang kami tempuh jadi 4 jam, padahal jarak kota asal ke tujuan biasanya cuma 1,5 jam. Hal yang membuat kami cukup lelah dan bosen, gimana nggak bosen, para cewek-cewek dibelakang pada tidur sejak kami berangkat.
Ketika hampir sampai di Villa X, aku bangunkan Nana dan Lia. Iyalah, giliran mereka berdua yang harus ngangkutin barang-barang dari mobil ke kamar.
“Waaah, keren banget ini Villa-nya, minimalis tapi kolam renangnya keren, tamannya juga.” Ucap Lia terkagum-kagum. Lia ini juga penyuka flora, seringkali dia ngajakin kami buat ke tempat jual tanaman buat sekedar lihat-lihat maupun terkadang sampai borong tanaman.
Setelah selesai mindahin barang, Rio dan Aku langsung rebahan di area kolam renang. “Mantep banget suasana nya, Bro. Ga rugi dah bayar mahal kalo kayak gini.” Ucap ku.
“Iyalah, aku udah pernah kesini Ton (namaku) dulu sama family. Makanya ini suasana cocok lah buat kita.” Balasnya.
Tiba-tiba
“Byuuuurr.” suara air kolam, Lia dan Nana lari dan nyebur langsung di kolam. Lalu mereka menciprat kan air kolam ke arah kami berdua. “Ayo buruan turun sini.” ajak mereka berdua.
Rio dan Aku menoleh kearah mereka, namun sekejap aku menoleh kearah Rio. Iapun sama, sambil geleng-geleng kepala dan menggumam,”Edan beeeneeeerr, ayo bro jangan siakan kesempatan.”
Rio pun segera kearah kolam dan nyebur. Aku yang udah kalah start pun segera menyusulnya.
Kami berempat pun berenang bersama, saling mencipratkan air dan balapan renang. Suasana yang bener-bener membuat kami melupakan beban kerja & target bulanan kami.
“Ges, kuberi satu tantangan! ayo kita balapan renang, yang finish paling akhir gendong yang finish pertama ya muterin kolam, di air aja.” Ajakku .
“Setuju.” Balas mereka barengan.
“Yaudah, ayo kita mojok sana dulu, hitungan 3 start ya.” Ucapku
Singkat cerita aku yang finish terakhir, Nana yang jadi juara karena emang dia jago renang, sedangkan aku ?
Aku ini gak kalah jago sebenernya, di sekolah dulu mulai dari SD-SMA, aku salah 1 pilihan guru olahraga kalau ada lomba antar kelas. Terus kenapa bisa paling buncit ? Yaiyalah aku kan yang ngajak ini perlombaan (jadi ada maksud tersembunyi nih). Aku tau Nana jago renang, dia pasti finish paling pertama, sedangkan Lia & Rio ga terlalu bisa renang, paling-paling cuma meluncur doang hehe. Kulihat Nana kegirangan bisa finish pertama, dia gatau aja niat nakalku. “Dasar Nana.” Ucapku dalam hati.
Akupun menyusulnya, “Aduh kalah nih, sini Na buruan kugendong muterin kolam.” Ucapku.
“Yeyeyeyeye, aku menang, jangan muterin sekali, kalo bisa sampek tar malem ya.” Candanya.
“Awas lubang tuh punggung Toni, Na.” Teriak Rio bercanda. Kami yang mendengar pun ketawa.
“Sini Na pelan-pelan.” Ucapku sambil mulai menggendongnya, Kuarahkan tanganku ke paha bawahnya untuk menopang, lalu aku mulai berjalan mengitari kolam. Sambil bincang-bincang dengannya, kulihat juga Rio sama Lia main air dan ngobrol entah apa kami gak dengar.
Tak lama, Rio dan Lia pamit mentas (keluar dari air) dan keluar dari area kolam. Kami biarkan mereka karena masih nyaman sama suasana di kolam.
“Gimana hubungan mu sama Sandi, Na?” Tanyaku pada Nana.
“Ya gitulah Ton, masih gabisa dia ngilanginn overprotective nya, bikin muak & bosen lama-lama.” Jawabnya cemberut.
“Nah kenapa nggak nyari yang baru aja sih Na, menurutku kamu juga bisa dapet lah yang lebih.” Kataku.
“Ga segampang itu Ton, terakhir waktu liburan kita yang ajak pasangan masing-masing tuh dia rekamin pas aku sama Sandi lagi ngew*.” Jawabnya sedikit sedih dan khawatir.
(Aku udah tau sih ini, karena setelah liburan waktu itu, Nana sempet pinjem laptopku katanya buat mindahin data dari memory hidden cam ke flashdisk nya. Entah teledor atau gimana, malah data yang mau dipindah ke flashdisk masuk ke Data D laptopku. Disitu aku tau ada beberapa foto dan video mereka. Cuma waktu itu setelah lihat langsung aku hapus, takut juga nyimpen gituan tar ketauan pacar ku sendiri bisa berabe)
“Hmmm, ya juga sih lu takut diancem ya kan, tapi sekarang kan ada UU noh, bisa masuk sangkar dia, jadi gausah takut lah.” Balasku menenangkannya.
Nana hanya menggumam, lalu “ayo balik Ton, udah keriput nih kulit kelamaan di air.” Ajaknya
“okedeh, aku juga udah mulai laper nih, mungkin Lia sama Rio udah nyiapin makanan buat kita, hehe.” Balasku
Sesampai di dalam Villa, kamipun mencari Rio & Lia, tapi kucari di dapur, di kamar mereka berdua juga gak ketemu. Paling lagi keluar jalan-jalan kali ya, pikir kami berdua. Akhirnya akupun masuk ke kamar ku tuk mandi dan ganti pakaian kering. Kutinggalkan Nana yang entah aku gatau mau kemana dia.
Setelah berganti pakaian, aku keluar kamar dan mencari teman-temanku. Lalu ku teringat kalau ini villa 2 lantai. Akupun segera naik ke lantai atas, aku berjalan mencari Rio, Lia, dan Nana. Tak Lama aku menemukan Nana yang berdiri di depan kamar dengan posisi seperti orang yang sedang mengintip. Kuhampiri dia dan kucolek pundaknya pelan, Ia kaget dan hampir bersuara tetapi dengan sigap juga Ia menutup mulutnya. Dengan kode dari jarinya menunjuk kedalam kamar, akupun segera memperhatikan apa yang dilihat oleh Nana.
Lalu “Deggg”. Aku terpaku melihat apa yang kulihat di kamar lantai atas tersebut.
Tampak dua insan sedang memacu birahi, desahan-desahan lirih menahan nikmat, posisi tubuh Lia yang berada diatas Rio, memaju mundurkan pantat sekalnya, tangan Rio meremas-remas bongkahan pantat sekal itu. “Aahh..Argh.fuck”, racau Lia.
Keringat mulai bercucuran di tubuhku, tak kusangka aku menonton kedua kawan ku sedang meraih kenikmatan bersama, apalagi gaya bermain mereka berdua yang begitu panas.
Kutengok Nana yang tak berkedip menonton pertunjukan gratis itu, nafasnya terasa agak berat, terlihat ia menggigit-gigit kecil bibirnya sendiri, ya, sepertinya Nana ikut terangsang. Ku tepuk pelan pundaknya, Nana sedikit kaget, untungnya dia tetap tak bersuara. Cepat-cepat ia pergi, turun dari lantai 2 villa. Aku terdiam berpikir sejenak, kuputuskan untuk mengejar Nana, tapi sayang dia udah ilang dari jangkauan mataku.
Kucari dia di kamarnya, tak ada, di area kolam renang, halaman depan, juga nggak ada, kemana pula cewek 1 ini cepet sekali ilangnya. Akhirnya aku balik saja ke kamarku.
“Cklek, ctekctek”, ku kunci pintu kamarku, lampu kamar kumatikan, ya, aku mau ngocok aja bentar, aku tak sanggup menahan nafsuku. Cepat-cepat kulepas semua pakaian yang ku kenakan, aku nyalakan handphone ku, scroll-scroll mencari koleksi bokepku, mulai ku kocok kontolku yang sedari tadi sudah keras seperti batu.
“Aahh.. fuck,..cok, bisa-bisanya kulihat Rio main sama Lia kayak tadi, anjjj…” gumamku lirih
Sedikit kutambah speed dan power pada tanganku. Namun, “ah kok ada suara aneh, dimana ya ?” batinku, jujur aja sedikit merinding. Ku cari dan kuhampiri dari mana sumber suara aneh itu, seperti teriakan…. tapi juga sedikit desahan. Sumber suara sudah ketemu, di kamar mandi kamarku, pelan-pelan aku melangkah, kuraih gagang pintu dan mulai ku dorong pelan.
“Whaaah”, 1 kata terucap oleh mulutku yang menganga lebar
Nana tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya, duduk diatas closet, mengangkangkan 1 kakinya keatas, sambil merem menikmati jemari tangan kanannya mengobok-obok memainkan vagina indahnya. Desahan-desahan pelan yang terdengar sangat seksi dan menggairahkan, suara dan penampakan yang membuat kontolku makin keras sehingga terasa kemeng (nyeri), tak sabar ingin masuk dan menggantikan jemari Nana di vaginanya.
Nana yang belum menyadari kehadiranku, tampak makin asyik memainkan vaginanya yang basah. Aku kehabisan kesabaran, Oh My God.. Segera saja aku merunduk bersimpuh di hadapan Nana, harum semerbak khas vagina wanita. “Sluurpp.,slurpp, clokclokclok..” suara jilatan dan tusukan lidahku di vagina Nana, aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan, secepat mungkin aku menggantikan jemarinya. Nana yang shock memundurkan tubuhnya, namun tak banyak berkutik lantaran tanganku sudah menahan pantatnya. “Heeehh, Ton, ahh, kammmu ngappah, aahh,in?” tanyanya terbata-bata sambil menahan dan sedikit mendorong kepalaku menjauh dari vaginanya.
Aku tak menggubrisnya, kuteruskan, kunikmati vagina Nana yang lezat ini. Ia masih berusaha menyingkirkanku, namun sia-sia. Tak lama kemudian, dorongan tangannya di kepalaku melemah, justru berubah jadi menjambak-jambak pelan rambutku, bahkan sesekali ia tarik kepalaku kearah memeknya. Desahan-desahan yang tadinya lirih dan berat, sekarang berubah, kini Nana lebih rileks, Ia nikmati permainan lidahku di memeknya.
“Oh Toooon, ini enak banget, seks yang begini yang aku mau, yang alus, pelan, penuh kasih, nggak buru-buru, tapi nikmaaaat banget”, ucap Nana pelan sambil meraih tanganku dan di letakkan di toketnya.
Aku remas-remas toketnya, sambil tetap kumainkan lidahku, ntah berapa banyak cairan yang sudah ia keluarkan. Aku berdiri segera, kuarahkan kontolku yang tegak ke mulut imutnya, Nana segera mengulum kontolku dengan semangat. Ludahnya membasahi seluruh batang kontolku, aku tak kuasa menahan nikmat ini lebih lama lagi, aku khawatir tak bisa menikmati menu utama, aku menatap matanya, ia pun sama, Nana mengangguk seolah tau apa yang aku mau, ia merubah posisinya, tangannya bersandar di tangki air closet, satu kakinya diatas dudukan closet. Oh Nana tau, ia tau posisi yang aku suka, ia tau posisi ngentot paling enak di kamar mandi. Segera saja kutusukkan kontolku yang sudah mengeras ke lubang memeknya, memeknya yang sudah sangat basah dengan mudah ditembus oleh rudal balistik-ku. Desah dan raungan kami bersahutan, meski mudah kutembus memeknya, tapi ntah kenapa, rasanya didalam sangat nikmat seperti dipijat, bukan, makin lama bukan sekedar pijatan, melainkan seperti disedot-sedot. Aku mendesah tak karuan, sungguh tak kusangka, barang milik Nana betul-betul tak ada duanya.
“Tusuk yang dalam Ton, cepetin dikkiiit !”, pinta Nana yang menginginkan permainan dengan speed 2x. Aku menurutinya, kuhentak-hentakan keras sesekali, membuatnya mabuk kepayang dan meracau lebih keras. Ia juga meremas-remas toketnya sendiri, benar-benar seperti pemain bokep nan pengalaman. “Na, naik sini, aku gendong kamu ya?” ajakku ganti posisi. Ia tampak ragu. Aku meyakinkannya bahwa aku kuat dan takkan menjatuhkannya. Segera kugendong, ia memelukku, kuarahkan batang kontolku tepat di lubang memeknya. Mulai aku naik-turunkan tubuhnya, makin lah ia meracau mendesah tak karuan.
“Oh Ton, kenapa jadi makin notok rasanya, ini enak banget, aku ga pernah gaya ini sama dia sebelumnya, Aaarghh..Aahh..Ahh, ennnnaaakkk, aku mau terus Ton”, ucapnya
Tak lama badannya bergetar seperti tersengat listrik, ia tutupi mulutnya dengan tangannya, sepertinya ia takut berteriak kencang. Matanya menatapku sayu, sungguh, baru kali ini aku melihat tatapan seperti itu. Terasa cairan kenikmatan Nana menyembur dari lubang memeknya, membasahi kontolku didalamnya. Ya, Nana meraih orgasmenya. Tersengal-sengal nafasnya, kuberi ia kesempatan menikmati dan istirahat sejenak dalam gendong dan pelukanku. “Giliranmu Ton, keluarin di dalem, aku aman saat ini Ton, kasih aku kehangatan dari kontolmu yang perkasa ini”, bisiknya.
Segera kuajak keluar dari kamar mandi, ku baringkan Nana di kasur, dengan posisi missionaris, ku genjot dengan cepat ia, keluar masuk kontolku dalam vagina-nya. Desah kami saling bersahutan lagi. Tak lama kemudian, aku merasakan puncaknya, lava panas ku hendak menyembur keluar, Nana menciumku, aku membalasnya, lidah kami beradu liar, kuganti mode speed 4x. Daaaaan…. Aaaaahhh, keluar peju hangat dari kantongnya, beberapa kali semprot-an dalam vagina Nana, aku menikmatinya, kulihat Nana juga puas dan bangga, seperti memang sudah lama ia memimpikan dan menginginkan permainan seperti ini. Dia tersenyum padaku, di kalungkan tangannya di leherku, ia ucapkan terimakasih yang tulus, aku balas senyumnya yang manis, ku kecup bibirnya. Makasih ya Na, kamu enak banget.
Kami pun terbaring bersama.