POV 3
“Papa pergi dulu ya” ucap Heru suami Nadien. Jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Ya, shift malam. Profesinya sebagai security di sebuah perusahaan distributor mengharuskannya bekerja malam setiap 3 hari sekali.
“Iya pah, hati-hati ya.”
Nadien mengantarkan suaminya ke luar rumah, setelah motor yang dikendarai Heru tak terlihat, baru dia masuk ke dalam rumah.
“Aman dong sist” terdengat suara Bianca kakak Nadien yang duduk di sofa ruang tengah ketika Nadien masuk ke dalam rumah.
“Yoa, hahaha, aku amanin dulu si kecil Bi.”
Bergegas Nadien masuk ke kamar Aurel anak pertamanya yang berumur 9 tahun sedang tertidur dengan Thania putri bianca, setelah itu dia masuk ke kamarnya dan melihat Bagas, anak ke 2 nya yang berusia 3 tahun pun sudah tertidur pulas.
Saat Nadien berdandan, Bianca menunggu di luar kamar dengan tak sabar menanti sesekali melirik jam tangannya.
“Krek …” Suara pintu kamar Nadien terbuka.
“Amboi, cantik banget adikku ini. Secantik dulu sebelum dia menikah, hahaha.” seloroh Bianca.
Nadien sebenarnya hanya berpakaian biasa saja seperti kebanyakan orang, celana jeans dan blouse berkancing tuanya. Tapi memang sangat berbeda dengan penampilan hariannya.
Malam ini Nadien memakai make up agak tebal dari biasanya.
Rambut panjangnya yang biasa terikat rapi, sekarang ia biarkan tergerai sehingga gelombang rambutnya membuatnya terlihat sangat cantik dan seksi. Tidak lupa ia memakai higheels yang sudah lama tidak ia pakai setelah menikah.
“Hahaha, udah lama gak dandan dan pake highells nih, duh perasaan agak kaku!”
“Ntar juga biasa lah Nad, kan sebelum nikah biasa lu pake.” Kata Bianca.
“Yu cepetan, genk udah pada nunggu di parkiran mini market di belokan depan.” Ucap Bianca lagi.
“Mboook, mbok Yati!” Teriak Bianca.
“Iya bu!” Seorang wanita paruh baya bergegas keluar dari dapur. Mbok Yati adalah asisten rumah tangga Bianca yang memang sengaja Bianca persiapkan untuk malam ini.
“Nitip anak-anak ya, tidur di kamar Nadien aja sama Bagas, tenang aja, bapak Heru pulang jam 9 pagi, kita juga udah pulang kok jam 4.” Ujar Bianca
“Iya bu.”
Bianca bergegas keluar rumah memasuki mobil di ikuti Nadien.
***
Tak jauh dari sana, sudah menunggu 2 mobil di parkiran sebuah mini market. Mobil sedan yang di naiki Elgi bersama Angga pacarnya, dan 1 mobil sedan abu berisi Dave, Kemal, Bambang dan Putra.
“Lama banget mbak!” Kata Angga.
“Iya nih nunggu Nadien!”
“Hah? Mbak Nadien kut?” Dave di belakang kemudi, setengah terkejut dan berusaha melihat orang yang di sebelah Bianca.
“Napa? Eluh seneng kan Dave? Hahaha?” Goda Bianca.
Semua ikut tertawa mengikuti Bianca, dan Dave seharusnya berterima kasih kepada bulan yang bersembunyi sehingga wajah salah tingkahnya tidak terlalu jelas terlihat.
“Cuzz lah, 1 rombongan ntar ketemuan disana.”
“Loh siapa lagi mbak?” Kata Dave.
“Si Andra temen Nadien, sama atasannya, biar aku dapat proyekan” jawab Bianca.
Dan 3 mobil itu langsung keluar dari parkiran dan menuju cafe “Night Sparks” di bilangan jalan Riau.
“Nad … Gimana loh … Dave tuh!”
“Apa sih kak Bianca nih!”
“Kayaknya dia suka sama kamu, tiap kamu ikut aku nongkrong sama brondong2 itu, dia tuh langsung sumringah, beda Nad.”
“Cuma baru 5 kali kamu ikut ya, tapi Dave tuh keliatan beda banget!”
“Hah, biarin aja lah Bi. Aku kan udah nikah dan aku gak suka sama brondong, hahaha,” Nadien tertawa kecil.
“Sekarang aku ikut cuma karena aku kangen aja sama kehidupan malam dan pengen tau aja gimana sih party kalian.” lanjut Nadien.
“Terus aku gak enak lagi, sama Andra yang bawa atasannya juga. Pasti mereka udah nunggu di sana. Yah mudah mudahan kalo sama temen SMA Andra akan lebih nyaman jadi biar proyek kak Bi sukses. Apalagi Andra kan mantan pacar sobat aku Lyla pas SMA. Kalo Andra merasa nyaman, temen2 nya juga pasti lebih nyaman dan mudah bisa kasih proyek.” Ujar Nadien.
“Iya sih Nad, makasih ya udah mau bantuin aku.”
“Asal jangan lupa komisi yah Bi, lumayan buar bayar listrik bulan ini, hahaha.”
“Hahaha kamu ada ada aja, pulang dari sini aku langsung kasih buat bayar listrik, gak usah nunggu proyekan.” jawab Bianca.
“Hahaha, kakak Bianca baik banget.” kata Nadien sambil memeluk kakaknya.
“Ish diem lah, aku lagi nyetir Nad. Hahaha.”
“Nad, mmmm…kalo gak salah Lutfi sama Andra deket ama kamu waktu sekolah, mereka emang gak ada hati sama kamu?” Tanya Bianca sambil asik mengemudi mobilnya.
“Hah?? Nggak lah kak, kita tuh cuma temenan kak. Apalagi Andra, dia kan mantannya Lyla. Awalnya si Andra deket ama aku biar bisa bantuin dia deketin lagi si Lyla.. Secara aku kan sekelas ama Lyla, yah boleh dibilang andra itu pengen di combalngin lagi sekarang. Jadi gak mungkin Andra punya rasa sama aku, kalo si Lutfi ama yang lainnya cuma temen nongkrong doang sih gak ada apa-apa, dan kalo misalkan Lutfi ada rasa sama aku itu sih urusan dia… aku nganggapnya temen biasa kok ama dia.” jelas Nadien.
“Beneran yakin kamu? Tapi kok aku ngerasa, mereka suka kayak bela-belain buat bisa deket atau ketemu sama kamu ya?”
“Ngga kak, yakin banget!” Ucap Nadien singkat sehingga tidak membuat Bianca berkata lebih banyak lagi untuk menceritakan alasan kecurigaannya.
***
Tak terasa mereka pun sampai di tujuan, setelah memarkirkan mobil, mereka bergegas berjalan menuju pintu masuk Night Sparks.
Di ujung mata Nadien, terlihat Dave berusaha mengejar langkahnya, dan ini semakin membuat Nadien lebih mempercepat langkahnya.
“Aku gak bisa seperti Bianca dan Elgi, Dave. Aku udah punya suami dan anak2 yang kusayangi” Suara hati Nadien berbicara. Hal itulah yang membuatnya menghindari Dave yang selalu mencoba mendekatinya.
Terus terang perasaan bangga dan senang dalam diri Nadien juga sering kali timbul, ketika dia menyadari kalau setelah dia menikah dan berumur 34th ini justru beberapa pria tertarik padanya. Sementara wanita lain sudah terlihat tua melebihi umurnya, tapi tidak dengan Nadien. Nadien yang cupu ketika SMA, saat ini menjadi Nadien yang matang tapi terlihat lebih muda dari umurnya yang sesungguhnya.
Perubahan penampilan Nadien mulai terasa saat kuliah dengan tubuh langsing dan tinggi dengan ukuran dada 34 C membuat tubuh Nadien proposional dimata para lelaki dan itu terbukti Nadien ditawarin beberapa agency untuk menjadi modelnya.
Tak hanya tubuh itu saja yang membuat sosok Nadien disukai para lelaki, sikap loyalnya pada suami, misterius sekaligus open minded, tapi tidak menggoda lawan jenisnya, justru membuat laki2 yang mengenalnya semakin penasaran untuk mendapatkannya.
“Woi sini!” Terlihat seorang pria melambaikan tangannya ke arah mereka.
Andra dengan celana dan kemeja jeans … entah kenapa Andra terlihat tampan sekali hari ini pikir Nadien. Padahal hampir setiap sebulan sekali mereka bertemu bersama genknya untuk minum kopi, tapi entah kenapa malam ini Nadien melihat Andra seperti melihat sosok yang berbeda.
Selama ini Nadien mengira antara Andra dan Lyla masih ada feel karena percintaan mereka yang tak tuntas karena perbedaan dalam hidup. Karena itu Nadien merasa sangat nyaman saat dekat dengan Andra, dalam hati, Nadien merasa tidak akan ada perasaan lain yang melebihi perasaan sebagai seorang sahabat.
“Pak Yudha sama pacarnya dan pak Usman, sudah pada nunggu diatas!” Kata Andra lagi.
“Sorry Ndra, Nadien lama nih!” kata Bianca.
“Its ok Bi. Malam Nadien, syukurlah kamu bisa ikut malam ini.” Kata Andra menggoda Nadien, dengan wajah Andra yang nampak terlihat memerah akibat sorotan lampu cafe Night Sparks.
“Aku tadi ajak Lutfi juga, tapi dia gak bisa katanya!” lanjutnya.
“Loh kok ngajak Lutfi, janganlah malu aku Ndra.” Cemas Nadien.
.
“Hahaha, kali aja lu mau aku bawa Lutfi juga, kan kalian sering jalan berdua juga.” Andra mulai meledek Nadien.
“Soalnya Lutfi kayaknya suka sama kamu Nad, gak mungkin lah, kalo ga ada rasa sering antar-antar kamu atau beliin kamu barang.” lanjutnya.
“Nggak lah Ndra, tau sendiri kita kan cuma sobatan, eh kecuali lu sama Lyla kali ya hahaha!” tawa kecil Nadien yang sudah mulai lepas dengan suasana.
“Apa sih lu Nad, hahaha!” Andra tertawa sambil mengacak-acak rambut atas Nadien.
“Ehem, yo keatas!” Kata Bianca.
Dan mereka mulai bergegas berjalan memasuki cafe.
Tiba-tiba tangan Nadien di tarik oleh orang di belakangnya,
“Dave?” gumam Nadien saat tau siapa yang menariknya.
Sedikit kebingungan Nadien mengikuti langkah Dave. Sementara Andra yang sudah berjalan duluan dengan Bianca menoleh ke arah Nadien lalu tertawa, seperti sedang menertawakan Nadien.
***
Bartender off duty datang ke meja private mereka, di susul dengan para waitress dengan beberapa botol minumannya.
“Hmm 11 orang siap oleng….suasana yang aku inginkan saat ini” ucap Nadien dalam hati.
Minuman pun mulai di tuangkan dalam slot di atas meja.
“Okay, aku cuma coba malam ini saja, dan aku melakukan ini untuk keluargaku. Buat bantu bayar listrik.” Janji Nadien dalam hati.
Andra duduk di depan Nadien menyodorkan gelas pertamanya.
“Penasaran, apakah lu sehebat yang di bicarakan kakak lu!” Katanya.
Nadien hanya tersenyum dan meraihnya, sementara Dave yang di sebelahnya nampaknya kecewa ketika Nadien memilih mengambil gelas yang di tawarkan Andra dibanding yang di tawarkannya.
“Glek… glek. glek,” 1 sloki mengalir melewati tenggorokannya tanpa berhenti.
“Wow!!” kata Andra sambil bertepuk tangan.
“Hahaha mbak Nadien akhirnya minum juga hahaha,” kata Kemal brondongnya Bianca dengan sedikit kaget. Andra kemudian tersenyum melihat Nadien.
“Belum apa-apa Ndra!” Mata Nadien menatap menantang Andra dan meraih gelas yang Dave sodorkan.
“Glek, glek.. glek,” kembali 1 sloki lagi habis Nadien minum.
“Wow … Hahaha!” Kali ini Pak Yudha boss Andra yang kaget.
“Lagi !” Kata Andra sambil menyodorkan gelas lainnya.
“Ok!” Dengan cepat Nadien menghabiskan gelas ke 3 nya.
Sudah lupa rasanya bagaimana mabuk alkohol itu. Semenjak menikah 10 tahun lalu Nadien meninggalkan semua dunia gemerlap ini.
“” Menikah dengan Heru yang hanya sebagai sekuriti merupakan langkah besar untuk Nadien.
“Maukah kamu menerima aku menjadi imammu?” itu yang Heru ucapkan ketika melamar Nadien.
Seorang gadis rapuh di balik topeng bahagianya langsung berkata “Iya aku mau.”
Kelelahannya atas kehidupan hedonisme yang sudah ia jalani selama lebih dari 3 tahun membuatnya berkata itu.
Heru berbeda dengan laki-laki lain, walaupun dia tidak romantis, tapi dalam pikirnya selalu baik dan berkata apa adanya tentang kehidupannya, serta ketidak mampuannya untuk mengikuti kehidupan dan gaya hidup Nadien. Dan Heru tidak pernah membuat Nadien menunggu jika ingin bertemu atau menjemputnya. Dia tidak pernah terlambat dan selalu menepati janjinya, tidak seperti yang lain. “”
Tak terhitung berapa gelas yang Nadien minum. Matanya sudah memicing setiap ada cahaya yang menyorotnya, kesilauan ditambah dengan musik di lantai bawah membuatnya semakin hanyut dalam kemabukannya.
Setengah sadar dia lihat kakaknya Bianca sudah mulai bercengkrama dengan Kemal berondongnya. Begitu pula Elgi dengan Angga dan teman-teman lain entah dengan siapa, dimana, Nadien malas memikirkannya. Dirinya lebih asyik menikmati suasana yang dia inginkan saat ini.
Terasa sepasang tangan Dave mulai mengerayangi tubuh Nadien. Meraba raba dadanya dibalik pakaiannya yang mulai basah karena keringat. Karena sudah lama nadien tidak minum, sehingga kali ini hanya beberapa gelas saja telah membuat mabuk begitu berat, meski dalam keadaan mabuk Nadien berusaha menepis tangannya Dave, tapi Dave semakin berani dia mulai menghimpitkan tubuh Nadien ke tembok dan berusaha menciumnya. Tiba-tiba sebuah tarikan kuat menarik baju Dave dan kemudian menarik tubuh Nadien berdiri ke pelukannya.
“Dave!” Sebelah tangan Andra sedikit menunjuk mengarah ke Dave sebagai tanda untuk menghentikan semuanya, sedangkan satu tangan Andra memeluk Nadien.
Dave dengan setengah terhuyung, memilih mundur dan menjauh dari Nadien.
“Sini, Nad!” Kata Andra memeluk pinggang Nadien hingga Nadien pun jatuh dalam pelukan Andra.
“Astaga, kenapa Andra begitu tampan hari ini dan kenapa aku terus mengatakan ini” ujar Nadien dalam hati saat mengadahkan kepalanya dan memandang wajah Andra yang begitu dekat.
Meski dalam keadaan mabuk dia masih bisa mencium aroma tubuh Andra yang bercampur dengan keringat yang membuat libido Nadien meninggi. Sekejap waktu mereka saling bertatapan, terlihat wajah tampan dengan dua mata playboy dan hidung mancung andalannya hingga hampir menyentuh hidung Nadien.
Nadien memalingkan mukanya dan bersandar di bahu Andra.
“Diem disini Nad. Diem sama aku, nanti kamu abis sama Dave!” Bisik Andra ditelinga Nadien, hembusan nafasnya yang terasa ditelinganya membuat Nadin makin tak menentu perasaannya, Nadien hanya mengangguk pelan di pelukan Andra.
“Dua botol lagi habiskan ya, Sayang nih aku udah bayar, semua harus minum, gak mau tau gue!” Kata pak Yudha atasan Andra.
“Shit!!” gerutu Nadien pelan terdengar di telinga Andra, yang sudah merasa tak sanggup.
“Gapapa, aku yang minum punya elu.” kata Andra yang membawanya duduk tanpa melepas pelukannya.
“Hooh.” jawab Nadien dengan lemas.
Gelas demi gelas Andra minum untuk menggantikan Nadien, tapi Nadien yang masih penasaran dan terhanyut akan suasana, sesekali ikut minum juga. Nadien pun makin terkulai tubuhnya mulai bersandar di dada Andra dan memeluk lehernya layaknya seorang kekasih, akibatnya Andra pun mulai tidak bisa menahan nafsunya. Sesekali Andra mencium kepala dan mencumbu leher Nadien, sampai akhirnya Andra tidak sanggup lagi untuk minum dan terkulai lemas di samping Nadien.
***
Jam 01.00.
Tidak ada dari mereka yang masih sanggup berdiri.
“Open room di sebelah, buat yang gak sanggup pulang!” kata pak Yudha.
Entah berapa kamar yang di sewa, yang jelas kamar Andra hanya dengan Nadien.
“Jagain Andra ya Nad!” Kata pak Yudha depan pintu kamar dan meninggalkan Andra yang sudah berbaring diranjang.
Nadien yang berusaha menguasai diri menjawab dengan anggukan layaknya orang mabuk, lalu dengan bersusah payah membuka sepatu Andra.
“Ok sepertinya aman tidur sekasur dengan Andra, toh dia tertidur lelap” pikir Nadien.
Nadien pun melemparkan tubuhnya disamping tubuh Andra. Jantungnnya berdegub melihat wajah Andra yang tertidur lelap. Di satu sisi ia merasa bersalah dan takut karena tidur sekasur dengan pria lain selain Heru suaminya, tapi dia pun merasa harus bertanggung jawab terhadap Andra yang mabuk seperti ini karenanya. Sampai akhirnya Nadien pun tertidur dengan perasaan tak menentu.
Beberapa saat kemudian.
Dalam lelapnya Nadien mulai merasa merasa ada yang mengusik tidurnya, sebuah hangatnya hembusan nafas menerpa wajahnya. Dengan perlahan Nadien pun membuka mata, terlihat wajah sayu Andra yang begitu dekat sedang menatap wajahnya tersenyum padanya. Melihat Nadien yang terbangun, entah apa yang ada dibenaknya, wajah Andra semakin mendekat dan akhirnya sebuah ciuman mendarat di bibir Nadien. Nadien hanya diam tak berusaha menepis, hanya memejamkankan matanya menikmati sentuhan hangat bibir Andra di bibirnya.
“Kamu cantik malam ini Nad” Rayu Andra sambil memeluk tubuh Nadien. Nadien masih terdiam tak menepis tangan Andra yang merengkuhnya, ditempelkannya tubuh Nadien di dada Andra. Melihat Nadien yang tak bereaksi dan menerima perlakuan dirinya, Andra mulai memberanikan diri menengadahkan kepala Nadien dan mencium bibirnya lagi. Kembali Nadien hanya bisa pasrah menerima ciuman Andra. Bibir Nadien yang sedikit tebal menggoda Andra seakan akan ingin dilumat olehnya.
Nafas Andra semakin berat saat melumat bibir Nadien, kini ciuman Andra mulai menjalar ke seluruh wajah hingga leher Nadien. Nadien yang sedari tadi pasrah kini mulai menikmati cumbuan-cumbuan Andra, lalu direngkuhnya leher Andra dan mulai membalas melumat bibir Andra.
Iringan dengus nafas yang mulai terdengar memburu ditelinga mereka, permainan pun mulai liar, lidah Nadien menelusup ke rongga mulut Andra, seakan menari dan menyapu dalam mulut Andra, Andra pun semakin naik birahinya, lidahnya pun mulai ikut melayani lidah Nadien yang liar didalam mulutnya, Andra mulai mempererat pelukannya.
Sepasang daging kenyal yang menempel terasa hangat di dada Andra, setiap gesekan tubuh satu sama lain membuat cumbuan-cumbuan mereka semakin panas dan liar. Andra menelentangkan tubuh Nadien dan menindihnya. Tanpa melepaskan lumatan bibirnya, tangan kanannya mulai mengelus pipi terus dan terus hingga menjalar turun ke bawah ke arah gumpalan daging di dada Nadien lalu meremasnya perlahan.
“Emmmhh !” Nadien yang hanya bisa melenguh disela bibirnya yang tertutup bibir Andra.
Merasa Nadien terangsang oleh remasan pada payudaranya dibalik pakaiannya, tangan Andra mulai menelusup ke balik pakaian Nadien, sentuhan telapak tangan di perut Nadien membuat Nadien menggelinjang, Nadien semakin liar melumat bibir Andra.
Saat hangat tangan Andra terasa di kulit payudaranya dan hendak menelusup kedalam Bra. Nadien mulai tersadar, dirinya mulai melepas ciuman Andra dan memalingkan wajahnya lalu berusaha mendorong tubuh Andra dari atas tubuhnya. Tapi nampaknya Andra yang sudah dimakan oleh nafsu birahinya malah semakin menekankan tubuhnya.
Sementara tangan kirinya menahan tangan Nadien, dengan bibir yang terus mencumbu leher dan melumat cuping telinga Nadien, tangan kanannya mulai berhasil menelusup ke balik bra lalu mulai meremas bongkahan dada Nadien sambil memilin puting payudaranya.
“Mmhhhhh….Ndra..aaahh.” Nadien yang tadi meronta ronta untuk mencoba untuk menghentikan aksi Andra pun kembali hilang akal sehatnya, dirinya sudah kembali tenggelam akan birahinya.
Melihat rontaan Nadien berubah jadi gelinjang liar, Andra pun menghentikan cumbuannnya. Andra mengangkat kepalanya dan dipandanginya wajah sayu Nadien yang tengah dilanda birahi, kedua mata mereka saling bertatap seakan saling bicara, tangan Andra pun perlahan mulai membuka kancing baju Nadien.
Nadien hanya memandang tangan Andra tanpa menahannya, hingga akhirnya kemeja Nadien terbuka memperlihatkan dua bongkahan daging yang indah dibalik bra berwarna hitam yang kontras dengan kulit putihnya.
Sebuah pemandangan indah bagi Andra, dada Nadien yang cukup besar kenyal yang tak pernah dia lihat apalagi dijamahnya membuat birahi Andra pun semakin naik.
Diturunkanya kepalanya dan mulai mencium bagian bawah leher Nadien lalu menyapu kulit bagian atas dada. Perasaan geli pada kulit akibat sapuan lidah membuat Nadien kembali mengelinjang. Kedua tangan Andra menelusup kembali kedalam Bra, dan mulai kembali meremas lembut bongkahan daging kenyal, sesekali tangannya memilin dan mencubit puting payudara Nadien.
Sapuan lidahnya mulai turun, kedua tangan Andra menaikan Bra-nya dan mengeluarkan kedua bongkahan dada Nadien. Terpangpanglah payudara Nadien tanpa balutan Bra, sebuah payudara indah berkulit putih dengan puting merah kecoklatan yang telah mengacung keras seakan minta dihisap oleh mulut Andra.
Ciuman pun akhirnya mulai menyisir di bongkahan dada Nadien tanpa melepas remasan di kedua payudaranya.
Terdengar lenguhan kecil Nadien setiap remasan dan hisapan andra di dadanya. Lenguhan Nadien semakin lama semakin keras membuat Andra semakin memainkan liar sapuan lidah dan hisapannya.
“sssttttt Aah. Ndra.. !!!” Desah Nadien.
Dalam hati Andra tersenyum kecil, Nadien wanita yang dia kenal sebagai gadis cupu sombong yang sulit tersentuh selama SMA, sekarang berubah menjadi gadis cantik yang kini berada dibawah tubuhnya dan meminta sesuatu yang mungkin banyak pria inginkan pada tubuhnya.
Tangan Andra pun mulai turun dan mengelus perut Nadien hingga perlahan membuka kancing celana jeans Nadien.
Ciuman nya pun mulai menjalar, sapuan lidah menyapu seluruh kulit perut Nadien, diiringi kedua tangan Andra yang menarik paksa celana jeans Nadien hingga terlepas. Tangannya kini mulai mengelus ngelus vagina berbalut CD berwarna hitam, sesekali pada bagian klit jari andra menekan mempermainkannya. Celana dalam yang tadinya terlihat kering kini mulai terlihat lembab, tercium aroma khas dari vagina di hidung Andra kala dirinya masih menjilati perut bawah pusar.
Nadien yang mengelinjang menahan geli, kini kedua tangannya mulai mengelus dan menjambak rambut Andra, ditekannya kepala Andra agar cumbuannya turun pada daerah yang diinginkanya. Seakan mengerti maksud Nadien perlahan Andra pun menurunkan celana dalam Nadien.
Nadien pun seakan mengizinkannya dengan merespon mengangkat pinggulnya agar CD nya mudah dilepaskan Andra, kini terpangpanglah Vagina Nadien dengan bulu tercukur rapih berbentuk segitiga diatas belahan vaginanya, tersempil sebuah daging kecil yang telah basah kuyup. Dipandangnya lendir dan labia yang indah diantara belahan vaginanya, dibukanya belahan vagina dengan jari Andra hingga telihat bagian dalam lubang vagina yang merah menggoda, dijulurkan lidahnya dan mulai menyapu klit.
“Sluppp…mmm.”
“Aargh aah … !” Nadien menjerit kecil lalu tersenyum menandakan dia menyukai ini.
Lidah Andra menjilat semua bagian klitoris Nadine, dan menggelitik kebagian klitorisnya. Semakin lama semakin menekan kuat dan memutar lidahnya di dalam bagian vagina Nadien.
Tubuh Nadien semakin menggeliat karena geli dan kenikmatan yang dia rasakan. Sebelah tangannya memegang rambut Andra sementara tangannya yang lain memegang headboard kasur.
Andra ternyata begitu hebat dengan permainan lidahnya. Gerakan lidah Andra semakin kencang, sehingga tidak terlalu lama akhirnya,
“Aaah aaah!” Tubuh Nadien melenting dengan remasan di sprei. Bibirnya setengah terbuka dan mengejang sesaat, Andra tahu Nadien telah mencapai orgasme pertamanya.
Melihat Nadien terkulai lemas dengan masih menggenakan kemejanya yang acak-acakan tanpa menutup bongkahan dadanya, Andra segera melakukan gilirannya. Andra lalu bangun membuka seluruh pakaian dan celananya, penisnya telah tegang layaknya piston mesin yang bagian kepalanya lebih besar dari pada batangnya.
Dibukanya kedua paha Nadien hingga belahan vaginanya merekah menantang, Andra pun memposisikan diri diantara paha Nadien yang mengangkang, digesek gesekannya palkon penisnya ke kelentit merangsang birahi Nadien. Tangan Nadien pun membukakan belahan vaginanya seakan mempersilahkan batang penis Andra untuk memasuki gua kenikmatannya yang telah banjir dengan lendirnya. Andra mengarahkannya penis dengan tangannya dan perlahan lahan ditekan pinggulnya hingga batang penis pun mulai melesak masuk.
“Arrrgghh…” Nadien melenguh mendesah merasakan kenikmatan saat penis Andra masuk ke dalam menjajal lubang vaginanya.“Bleeeesssss…”
“Euhh” perlahan Andra mengangkat pinggulnya, gesekan dinding rahim mulai menggelitik batang penisnya, kenapa terasa lebih sempit dibanding istrinya, padahal Nadien sama-sama sudah melahirkan 2 anak dalam pikiran andra.
Butiran keringat mulai membasahi wajah cantik Nadien yang sayu membuat Andra tak sabar. Perlahan ditekannya kembali pinggulnya lalu diangkat terus berulang ulang memompa perlahan,
“Ugghhh.. ssttt aaakkkk Ndrraaaa” desah Nadien sambil memejamkan mata menikmati gesekan batang penis pada rahimnya.
Wajah Nadien begitu cantik dan menggairahkan, disekanya keringat di wajah Nadien lalu mengelus bibirnya dengan jari, Nadien membuka bibirnya dan lalu melumat jari tangan Andra. Rasa geli saat lidah Nadien memainkan jemari andra membuat Andra menaikkan tempo genjotannya.
“Euuh!” erang Nadien saat penis Andra meyeruak keluar masuk vagina Nadien.
“Plok..plokkk..” seiring bunyi benturan kedua paha mereka, genjotan Andra semakin cepat, Nadien pun makin beringas, pinggulnya mulai mengikuti irama genjotan Andra yang semakin kencang.
“Hmmmppp..hmmmpp..hmmmpp.” desah Nadien yang tertahan dibibirnya, dengan beringas Andra terus melumat bibir Nadien.
Tangan Nadien pun memegang pantat Andra sebagai isyarat, agar Andra melakukan temponya lebih cepat. Terasa jepitan dan pijatan dalam vagina Nadien membuat Andra ingin terus mendesah menikmati pompaannya, sesekali dia berhenti ketika terasa akan mencapai puncaknya dan dipompanya lagi, dan lagi, sampai terasa paha dari Nadien mulai bergetar.
“sssttttt Ndrraaa AAaaku mauuu ….. Ndra…aaaahhhrggg!” Nadien semakin menggelinjang,
“beenttaarrr Naaaaddd aaakkkuuu juugaaaa” erang Andra. Mulai terasa denyutan lubang vagina menjepi batang penisnya sehingga Andra akhirnya tak bisa menahannya lagi.
“Nad..Aaaaah!”
“Crroott.. croott.. sserrrrrrr..”
Lima kali semprotan sperma bercampur dengan lendir orgasme, menambah becek lubang vagina Nadien. Andra pun ambruk menindih tubuh Nadien dengan nafas tersengal sengal. Kedua insan itu telah merengkuh puncak kenikmatan syahwat mereka.
Andra pun mencabut penisnya lalu bergeser kesamping tubuh Nadien, lalu mendekapnya erat seakan tak ingin kehilangan hangatnya tubuh Nadien. Untuk sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum lelah tanpa kata2, hanya usapan dan ciuman di wajah satu sama lain, sehingga akhirnya mereka tertidur dalam dekapan.
***
04.00
Handphone Nadien berbunyi. Nadien yang tertidur mulai terusik. Dengan enggan meraba mancari dan mengambil Hp diatas meja di samping ranjang. Dengan rasa kantuk, diperhatikannya layar hp melihat siapa yang telah menelponnya.
“Bianca” gumamnya.
“Hmm.. Halo kak!” Jawab Nadien.
“Nad, udah jam 04.00 yu pulang. Kakak tunggu di lobi”.
“haaah…. Ook kak …”
Nadien terperanjat dan membuka selimut yang menutup tubuhnya, degggg dengan setengah shock Nadien terkejut saat tubuhnya kini tak berbalut pakaian. Dengan panik Nadien bangun dan mencari pakaiannya yang tersebar disekitaran ranjang.
“What have i done…”
Dengan pandangan kosong Nadien menoleh pada Andra yang masih tertidur lelap tanpa pakaian dibalik selimut.
“Aku harus cepat pulang!” pikir Nadien, segera ia berpakaian dan meninggalkan kamar menyusul kakanya yang sedang menunggu dilobi hotel.
Dalam perjalanan pulang sesekali Bianca dibalik kemudinya menoleh kearah Nadien yang melihat jalanan dengan tatapan kosong. Bianca merasa bersalah dengan apa yang baru saja terjadi terhadap Nadien.
“Sorry Nad!” Kata Bianca
Nadien adiknya yang terkecil merupakan role modelnya untuk figur istri yang hampir sempurna. Dan malam ini Bianca menghancurkannya.
“Gapapa kok kak, relax … Its okay, aku juga ga kontrol.” Jawab Nadien menenangkan sambil memegang tangan kakaknya, dia tahu Bianca merasa bersalah.
Dan tanpa banyak obrolan akhirnya mereka sampai di rumah Nadien. Mereka langsung mandi membersihkan tubuhnya dan masuk ke kamar masing-masing untuk melanjutkan tidur yang tertunda.
“Pagi sayang.” sebuah kecupan di dahi membangunkan Nadien.
Nadien langsung terperanjat terbangun melihat Heru suaminya telah disampingnya, matanya melihat jam di dinding kamarnya.
“Jam 7.30, loh papa kok udah pulang?” Kata Nadien berusaha menutupi rasa kagetnya.
“Lawan shift datang lebih pagi, jadi papa ijin pulang cepet, gak tau nih keingetan terus sama yang di rumah. Dan ternyata benar, mama demam. Padahal sebelum aku pergi mama gapapa!” Kata Heru lagi sambil memegang dahi Nadien.
Degg.. Hati Nadien terasa terhantam akan pernyataan insting suaminya yang merasakan sesuatu tengah terjadi pada dirinya semalam tadi. Timbul rasa bersalah pada hatinya telah menghianati suaminya membuat Nadien menjadi gugup tak menentu.
“Iya pa, mungkin masuk angin, gak pake selimut pas malem.” jawab Nadien berusaha menutupi gugup dan berusaha menghindari pandangan mata Heru.
“Hmm.. aku beliin bubur dulu ya, nanti dimakan, udah papa mandi nanti papa kerokin.”
“Ga..gak usah dikerokin pah, nanti juga sembuh kalo udah makan bubur dan makan obat.” Jawab Nadien.
“Tumben gak mau dikerokin, ya udah aku beliin bubur dulu” Heru pun keluar kamar meninggalkan Nadien. Karena sudah terlalu lama tak mabuk akibatnya kini membuat Nadien menjadi demam dan sakit kepala luar biasa.
Untung saja sesampai di rumah ia sempat membersihkan tubuhnya dulu agar tidak tercium bau alkohol, asap rokok dan bau tubuh Andra di tubuhnya.
“Haduh gimana kalo di kerok Heru lihat ada jejak Andra semalam, sambil melihat kearah payudaranya.”
“Harus sembuh, jangan pusing. Haduuh bahaya. Jangan sampai ketahuan.” Terus menggumam dan tak bisa diam, gelisah diatas ranjang.
“Tuuuing” terdengar notifikasi di hp Nadien
“Maaf…” Hanya itu pesan dari Andra.
“Jangan sekarang, ada suamiku, jangan balas lagi. End chat.” ketik Nadien, mengirim pesan dan langsung dia hapus semuanya.
Nadien duduk di kasurnya sambil melihat Bagas anak terkecilnya yang masih terlelap dengan perasaan bersalah.
“Kenapa aku begitu sembrono dan tidak terkontrol. Kenapa aku bisa berbuat itu dengan Andra? Kenapa Andra berani menjamah ku? Kita berteman, dan Andra adalah mantan pacar Lyla sahabatku.
Astaga, apa yang aku lakukan … Aku menghancurkan semua. Aku seorang istri dari seseorang suami dan ibu dari anak-anakku..
Kenapa aku tergoda lagi ke dunia malam, kenapa aku bisa tergoda oleh Andra? Iya aku mabuk tapi kami sudah setengah sadar, dan aku yakin Andra pun sama ketika kami melakukannya.
Kenapa dia begitu berani, kenapa aku tidak menolaknya?
Kita sama2 mantan pemabuk, kita tau mana yang sadar mana yang tidak, seharusnya kita berhenti dan menjauh …
Apakah Andra menyukaiku seperti yang Bianca katakan, atau mungkin aku yang menyukai Andra.
Kenapa aku membiarkannya, kenapa aku mau dan membalas semua ciumannya, kenapa … kenapa..” begitu banyak tanya dan penyesalan dalam diri Nadien, terasa sesak di dadanya.
Nadien telah menjadi istri yang baik dan sempurna selama sepuluh tahun ini. Penghasilan Heru yang tidak besar memang sering menggoyahkan rasa ketidak bahagian Nadien atas pernikahannya. Tapi Heru adalah suami yang baik dan setia, ditambah 2 anak yang lucu membuat nya bertahan dalam pernikahan ini.
Dengan fisik Nadien yang semakin bertambah umur justru semakin cantik, sebenarnya dengan mudah bisa mendapatkan pria manapun yang dia tunjuk. Tapi Nadien bukan tipe wanita gampangan yang mudah tertarik dan jatuh cinta kepada laki2 lain. Dia hanya fokus untuk keluarganya dan ini sudah cukup, begitu pikirnya.
Tapi godaannya sesekali datang ketika melihat kehidupan orang lain yang lebih berkecukupan dan melihat orang yang masih bebas. Seperti kakaknya Bianca, janda beranak 1 yang lumayan sukses. Bianca merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Selain Bianca ada Nuno kakak pertama, Hendrik ketiga, Emilia ke empat, dan Nadine sendiri merupakan paling bontot diantara mereka.
Untuk Bianca sendiri sebenarnya memiliki rumah diseputaran kota Cim***, tapi sesekali sering menginap di rumah kontrakan Nadine bersama Thania anaknya apabila ada urusan yang mengharuskan nya pulang subuh.
Seperti semalam alasan itulah yang Bianca pakai, memang bisnis yang digelutinya ini selalu saja berujung pada kehidupan malam hanya karena untuk entertain kolega bisnisnya. Sebenarnya dirinya tidak tega selalu meninggalkan Thania putrinya bersama pembatu di rumah hanya untuk memperlancar bisnisnya, maka dari itu sesekali mereka dititipkan di rumah Nadien.
Dan untuk kali ini Bianca pun tidak sepenuhnya bohong, dia memang entertain koleganya, tapi dia tidak mengatakan kalau Nadine akan ikut serta, karena dia tahu Heru tidak akan mengizinkannya.
“Makan bubur dulu ya mah, terus makan obat!” Suara Heru membuyarkan semua lamunan Nadien.
“Iya pah, makasih ya sayang!” Jawab Nadien dan langsung memakan bubur yang dibawa Heru.
***
Pov Andra
Deringan alarm Hp membangunkan tidurku
“Plak!” langsung ku menepuk jidat setelah ingat dimana aku sekarang dan apa yang sudah terjadi semalam.
“Kenapa aku menidurinya. Kenapa dia harus cantik sekali tadi malam. Kenapa aku harus begitu mabuk semalam sehingga tidak bisa menahan dan menyembunyikan hasratku pada Nadien. Kenapa Nadien harus mabuk seperi itu, sehingga ketidak berdayaannya membuat otak jahatku mengambil alih”
“Nadien sahabat Lyla tapi mereka sangat jauh berbeda, Lyla populer karena kecantikannya sedangkan Nadien populer karena kecupuannya ketika di SMA. Dulu aku tahu Nadien karena dia sahabat Lyla, itu saja. Tapi pertemuan kami 1 tahun lalu membuatku ingin mengenal jauh.
Nadien masih pintar seperti dulu tapi dengan kemasan yang lebih cantik. Ternyata dia banyak berubah selepas SMA. Seperti ulat yang menjadi kupu2. Dia tidak memerlukan make up tebal dan pakaian bagus yang bermerk untuk membuatnya terlihat cantik, karena gestur tubuhnya, apapun yang dia pakai selalu terlihat bagus dan pantas”.
“Tidak hanya perubahan fisiknya, ternyata pergaulannya pun berubah selepas SMA sehingga dia banyak mengenal tentang dunia malam, sampai dia tahu dimana kita bisa mendapat barang haram dengan mudah. Dan sosok Heru lah orang yang bisa membuat Nadien untuk meninggalkan semuanya”.
“Maaf…” Hanya itu yang bisa aku tulis dalam pesan WA, lalu kukirim padanya.
“Aku takut hal yang buruk terjadi pada Nadien, dan aku tidak mau Nadien menjauh dariku. Loh!”
Plak…. Sekali lagi ku menepuk dahi.
“Apa yang ku pikirkan … Aku teringat seseorang pernah mengatakan kepadaku”
“Laki2 jatuh cinta pada pandangan pertama, dan wanita jatuh cinta pada percakapan pertama”.
“Ketika melihat Nadien pertama kali setahun yang lalu tidak bisa membuatku lupa. Dia sangat cantik dan sederhana, membuatku lupa kalau niat awalku adalah menggoda Lyla untuk menjadikannya selingkuhanku buyar. Aku sering sekali menggoda Lyla yang memang jadi pacarku selama 2 tahun di SMA dihadapan teman-teman. Tapi aku selalu cemburu melihat Lutfi si perjaka tua itu selalu mencoba mendekati Nadien.
Kami tahu dengan kesederhanaan Nadien setelah menikah, dan aku pikir, hal itu Lutfi jadikan senjata untuk mendekati Nadien. Lutfi sering membelikan barang dan makanan untuk Nadien dan anak-anaknya, begitu juga aku. Karena arah pulang Nadien searah dengan rumahku, aku lebih sering mengantarkan Nadien pulang dibanding Lutfi.
Hampir setiap aku antar pulang aku berusaha cari tahu kelemahannya dengan bercerita tentang anak anak, tentang teman-teman dan akhirnya aku tahu celah dimana aku bisa lebih dekat dengan Nadien.”
“Kebutuhannya akan materi, kekurangan perhatian dari suaminya dan masa lalu yang kadang dia rindukan. Sampai suatu hari kakaknya Bianca bersama berondongnya ikut genk kami ketika ngopi bulanan dan membicarakan bisnis. Karena ingin bisa kerja sama dengan tempat aku bekerja, Bianca dengan berondongnya akhirnya sering mengajak aku dan atasanku untuk kumpul ngopi, makan siang dan ke dunia malam sehinga aku semakin tahu tentang Nadien dan semakin membuka peluangku untuk lebih dekat denganya.”
“Dan malam tadi akhirnya Nadien ikut terbujuk untuk ikut kami malam tadi.”
Aku lihat handphone, dan sebuah chat WA yang menyadarkan lamunanku tentang Nadien, ternyata Almira istriku,
“Cepat pulang, jam 10 kan mau ke acara pentas seni sekolah Nova”
“Ok”
Aku jawab singkat pesan istriku dan bergegas mandi.
“Sepanjang jalan pulang pikiranku terus mengingat apa yang terjadi malam tadi. Tidak munafik, itu memang tujuanku, tapi apa yang terjadi malam tadi terlalu cepat, aku takut Nadien menjauh dan akhirnya tidak mau lagi bertemu denganku. Tapi melihatnya begitu dekat dan begitu cantiknya dipelukanku semalam membuatku ingin sekali memilikinya.
Aku memang playboy walau sudah menikah aku sudah pernah beberapa kali punya pacar dan meninggalkannya begitu bosan, tapi Nadien berbeda, dia begitu baik dan kosong. Aku tidak ingin kehilangannya begitu cepat”.
“Aargghhh….” Begitu kesal, sehingga ingin rasanya aku menampar pipiku sendiri.
***
POV 3
Siang hari.
“Tante, om pulang dulu ya.” Thania mencium tangan Nadien dan Heru berpamitan diikuti mbok Yati dan Bianca yang berpamitan pulang.
“Mana Bagas sama Aurel?” Tanya Bianca.
“Aurel lagi kerja kelompok, Bagas bobo siang kalau jam 2 Bi!” Jawab Nadien.
“Ooh gitu, oke lah gak pamitan sama keponakanku tersayang. Makasih ya, ntar aku nginep lagi!” Ujar Bianca.
“Iya Bi santai aja, kayak ke siapa aja!” Jawab Heru.
“Bantu aku bawa tas Nad!” Ucap Bianca, Nadien mengerti maksudnya. Bianca ingin Nadien mengikutinya ke mobil.
“Maap ya Nad untuk semalam. Lu gapapa kan?” Tanya Bianca.
“Ngga lah Bi, kenapa sih nanya itu melulu!” Jawab Nadien.
“Aku seneng banget kok malem tadi. Udah lama aku gak maen kayak semalem!” lanjutnya.
“Hmmm… baik lah.. Cuma pesen aku cukup kali ini saja dan gak ada ceritanya untuk kedua kalinya dan aku gak mau itu terjadi lagi. Nih buat kamu sama anak anak!” Pesan Bianka sambil menyelipkan beberapa uang merah ke tangan Nadien. Lalu naik kedalam mobilnya.
“Iya.. iya.. Makasih Bi, hati-hati di jalan ya.” jawb Nadien lalu melambaikan tangannya dan kearah mobil Bianca mulai pergi meninggalkan rumah Nadien.
“Dua juta!” Mata nadien berbinar, sedikit perasaan bersalahnya berkurang melihat lembaran uang merah di tangannya. Lalu melenggang masuk kedalam rumah menemui suaminya yang telah menunggu didalam.
“Pah, ini dari kak Bianca, dua juta, kayaknya pertemuannya semalam sukses makanya kasih uang lebih. Bisa buat bayar listrik, sama buat cat ya.” ujar Nadien sambil menghampiri Heru yang sedang duduk di kursi ruang makan.
“Buat mama aja, bayar listrik nanti aja kalo papa gajian.” Jawab Heru sambil melipat koran yang dibacanya dan menarik tubuh istrinya hingga berdiri dihadapannya yang sedang duduk.
“Udah lama kan mama gak ke mall sama beli barang. Listrik dan cat urusan papa. Papa cuma minta ini sekarang” kata Heru sambil mencium daster bagian selangkangannya.
“Iih papa apa sih, masih siang!” Jawab Nadien manja.
“Mumpung Bagas bobo siang mah!”
Nadien terdiam cemas mendengar permintaan suaminya. Wajahnya memandang wajah Heru dengan perasaan bersalah kembali.
“Andai dia tau apa yang terjadi malam tadi.” kata Nadien dalam hati.
Heru mengusap wajah Nadien sambil menghimpitnya ke meja makan dan mulai mencium bibirnya. Dengan perasaan bersalah Nadien membalas ciuman Heru dan menyeimbangi permainannya. Nadien memang ahli berciuman dengan permainan lidah dan bibirnya yang sempurna. Sebenarnya Heru sering kewalahan menghadapi Nadien dengan nafsu sexnya yang cukup besar. Pekerjaannya sebagai security yang sering harus jaga malam, belum lagi ditambah kuliah malamnya beberapa kali seminggu membuatnya cukup kelelahan.
“Mmhh!” Nadien semakin menikmati ciuman dan sentuhan Heru di tubuhnya.
Dibukanya baju Heru, terlihat kulit bersih yang tegap dan mulai menciumi dada Heru lalu jongkok dan Jemari Nadien mulai menari membuka celana Heru hingga penis yang telah menegang pun telah berdiri didepan mulutnya, Nadien pun mulai menciumi penis Heru, jemari menggelitik biji peler dan meremasnya lembut.
“Ahhh.. maaahh..” erang Heru, saat lidah Nadien mulai menjilati batang penisnya, lalu mengulumnya dengan lahapnya.
Sesekali lidahnya menyapu lubang kencingnya membuat Heru menggelinjang geli. Untuk beberapa perempuan oral sex atau “blow job” ini mungkin menjijikan, tapi tidak untuk Nadien, setiap dia melakukan oral sex, matanya selalu tertuju pada wajah suaminya heru. Melihat ekspresi wajah Heru saat batang penisnya dimainkan dengan mulut dan lidahnya, membuat Nadien tambah bernafsu.
“Mmhh…” merasakan isapan mulut pada palkon penisnya membuat kaki Heru bergetar karena keenakan.
Nadien tidak hanya mengulum buah zakar Heru tanpa merasa jijik, hingga lubang anus suaminya pun dia sapu dengan lidahnya sehingga membuat Heru semakin tak kuat menahan rangsangan.
“Tebakan angka yok, ini nomer berapa?”
Dengan lidahnya Nadien menuliskan angka di buah zakarnya, dan kemudian melumat kembali penisnya.
“Mmhhhh… Beeerapa ya mmh….” Heru tidak bisa konsentrasi untuk menjawab pertanyaan Nadien karena setiap hisapan Nadien di penisnya membuat merasa kenikmatan sampai ke ubun ubun.
Tangan heru mulai nakal dengan merogoh lewat kerah daster mulai meremas pelan payudaranya.
“Hmmppph..” tangan Heru mulai menggelitik titik sensitifnya pada payudaranya merangsang.
Heru memang telah mengetahui titik-titik sensitive Nadien terletak diputing kanan payudaranya selain di kedua ketiaknya, dengan lembut memilin puting payudaranya membuat Nadien menggelinjang tak tahan ransangan tangan suaminya, vaginanya mulai basah dibalik celana dalamnya, membuat hisapan pada penis Heru pun semakin menguat.
Melihat Istrinya mulai terangsang, Heru pun membungkuk dalam duduknya, kedua tangannya meraih ujung Daster yang dikenakan Nadien.
Meski tak kuasa menerima terangsang sebersit ingatan akan kejadian semalam, teringat jejak Andra pada tubuhnya yang masih menempel diketahui suaminya, dengan sigap dan spontan Kedua tangan Nadien menahan tangan Heru yang hendak membuka dasternya, Nadien tak ingin suaminya melakukan penetrasi dengannya kali ini.
“Aku lagi datang bulan pah, aku oral aja yah sampe keluar, lagian mamah kangen manjain penis papah ama mulut mamah, mamah akan buat papah puas deh.” bohong Nadien sambil menahan kedua tangan Heru yang hendak membuka dasternya.
Memperlihatkan tatapan mata yang nakal sambil menjulurkan lidah menyapu lubang kencing penisnya, meski kecewa Heru mau tak mau duduk kembali menerima permainan oral Nadien untuk menuntaskan nafsu syahwatnya yang udah berada di ubun ubun kepala.
Nadien kembali mengulum dan tangannya mulai mengocok batang penis.
Gloookk.. glookk… mulut Nadien berdecak keras saat mengocok batang penis suaminya, air liurnya mulai menetes dari bibirnya membasahi selangkangan Heru.
“Mmhhhh… tteerrusss maahhh.. yaangg kuaattt…” desah heru dalam kekecewaan hatinya Heru mulai menikmati kocokan batang penisnya oleh mulut Nadien.
Nadien pun makin mempercepat kocokannya tangannya agar biasa memuaskan suaminya sesekali tangannya meremas buah jakarnya dan diselingi dengan jemarinya memainkan lubang anal suaminya.
“oohh aaarrr Maaaaahhhh paapaahh moo keluaarrrr” erang Heru tak kuasa menahan dorongan sperma yang memaksa ingin keluar.
Kedua tangannya memegang kepala Nadien dan membantu agar kepala Nadien mempercepat kocokan mulutnya, dan hingga pada akhirnya tangan Heru menekan kepala Nadien agar batang penisnya lebih terbenam dalam mulutnya, hingga ujung penisnya menyudul kerongkong, kedua tangan Nadien pun mencoba menahan tekanan tangan suaminya pada kepalanya, tapi tenaga suaminya lebih kuat.
“Maaahhh..”
Crooottt..crrooottt… lubang penis memuntahkan sprema dalam mulut Nadien, 6 kali semburan terasa di melewati kerongkongan Nadien dan langsung tertelan masuk ke perutnya.
Seiring akhir semprotan sperma tekanan pada kepalanya mulai melemah, dan Nadien pun langsung melepas batang penis pada mulutnya.
“Hueeekk.. hueekk..” Nadien seakan ingin muntah, akibat kerongkongannya yang tersundul batang ujung penis Heru. Karena tak biasa air mata pun mulai berlinang menahan sakit pada tenggorokannya.
“Hueeekkss.. puuahh.. paapaahh jahat.. hueek..” ujar Nadien yang terus melepehkan ludahnya. Diatas batang penis suaminya yang telah loyo.
“maaf mah papah gak kuasa menahan nya” jawab Heru merasa berdosa telah menyakiti istrinya, sebenernya ini pengalaman pertama bagi Nadien dan Heru melakukan deeptrouth.
Selama berhubungan intim Heru selalu memuntahkan spermanya dalam vagina Nadien tak pernah ditumpahkan dalam mulutnya. Jadi tak heran jika Nadien sekarang merasa kesakitan dan mual saat Heru memuntahkan sperma di mulutnya.
Nadien pun langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan mulutnya.
Didalam kamar mandi Nadien hanya duduk di kloset dan bersandar pada dinding kamar mandi. Air mata mulai menetes, menangis bukan karena sakit di tenggorokan, tetapi dirinya menangis merasa bersalah, mengapa harus melayani suaminya dengan mulutnya yang jelas jelas Heru memiliki hak sepenuhnya atas tubuhnya.
Tapi kali ini dia menolak memberikan apa yang suami inginkan hanya semata mata untuk menutupi jejak kelakuannya semalam.
“Maafkan aku pah…!!” lirih Nadien hanyut akan penyesalan.
Pov heru.***
Aku duduk sambil menghisap rokokku menunggu Nadien keluar dari kamar mandi, Rasa sesal saat aku terhanyut akan birahiku memperlakukan istriku hingga tersakiti sedemikian rupa hanya karena memuaskan nafsuku.
Tak pernah sekalipun aku menyakiti tubuh istriku saat menyetubuhinya, terlebih saat dulu saat aku menyetubuhinya pertama kali, meski tak yakin pada istriku akan keutuhan perawannya, aku pun melakukannya dengan lembut saat berhubungan intim.
Kupandangi figura foto yang terpajang didinding, dimana tercetak jelas foto kebersamaan kita sebagai pengingat awal perjalanan rumah tangga kita yang sengaja diabadikan pada saat melangsungkan pernikahan. Otakku pun melayang jauh 10 tahun kebelakan saat ku melamar dirinya.
“” Dulu ketika Nadien menjawab “Ya” atas lamaranku, aku sangat terkejut pada saat itu. Bagaimana tidak seorang gadis cantik dengan gaya hidupnya, bersedia menjadi istriku. Ketika pertama kali aku mengenal Nadien, aku kira dia seperti gadis2 agency kebanyakan yang senang party dan gampangan, makin lama aku mengenalnya ternyata dia sama sekali berbeda. Penampilan luarnya memang menipu mata banyak orang, dalamnya hanya jiwa polos yang terjerat dengan kesenangan semu. Nadien melepas semuanya ketika dia menikah denganku, tidak hanya melepas kehidupan gemerlap nya dia ternyata melepaskan keperawanannya kepadaku. “”
Aku terkejut di pagi pertama pernikahan kami, sebercak darah segar menodai sprei. Sikap salah tingkah dan rona merah wajahnya ketika pagi hari itu masih ku ingat, dan berusaha menutup noda di sprei dengan bantal.
“Nadien.. kamu masih perawan?” Kataku terkejut.
Tak ayal lemparan bantal melayang ke wajahku.
“emang kamu pikir aku bohong selama ini?”.
“Hahaha, maaf sayang!” Aku memeluknya dengan bahagia. Keperawanan memang bukanlah segalanya, tapi hal ini yang membuatku tambah yakin kalau pilihanku menikahinya tidak salah, dan aku akan berusaha semampuku menjadikan kalau pilihannya kepadaku pun tidak salah.
“Kenapa senyum sendiri pah?” Ucapan Nadien membuyarkan lamunanku, telah berdiri disampingku dengan tangan memegang handuk. Terlihat senyum manis terulas dibibirnya, namun hati ini merasa bersalah atas perlakuan tadi telah menyakiti istriku tak kala melihat kedua matanya yang sembab dan memerah dibalik senyumannya itu.
“Maafkan aku Nadien jika aku berlaku kasar tadi” dalam hati.
“Gak mah, i love you Nadien.” Aku memeluk nya dengan erat dan kemudian aku pun bergiliran masuk ke kamar mandi meninggalkannya yang sedang bengong.
***
POV 3
“Nad jagan lupa acara ultahku, kumpul jam 14.00. di cafe Kemuning, tempat biasa. jangan lupa!” Chat dari Lyla membuat Nadien menghela nafasnya.
Sudah 1 minggu semenjak kejadiannya bersama Andra, Nadien jarang koment di group WA. Andra pun selalu menghubunginya tapi Nadien tidak pernah membalas telepon atau chat walau sebenarnya Nadien ingin, tapi dia ingin menunjukan kesetiaannya pada suami dan keluarga yang lebih besar dari pada hasratnya.
“WA dari siapa sayang?” Tanya Heru.
“Lyla pah, kumpul ultahnya hari ini jam 14.00!” Jawab Nadien.
“Oh iya, gapapa pergi aja ma, nanti papa antar.” Jawab Heru.
“Mmh, gak lah malas!” Jawab Nadien membuat alasan.
“Loh, mumpung lagi free, anak-anak baru pulang besok dari rumah mbah. Mama kan jarang keluar rumah. Gapapa, papa antar, gak enak sama Lyla kalau mama gak dateng. Cepet siap2”.
Nadien mengangguk dan berusaha senormal mungkin, dia takut Heru curiga kalau Nadien terus keukeuh dan membuat alasan untuk tidak pergi.
Beberapa saat kemudian sesampai di cafe kemuning. Nadien langsung berjalan ke arah tempat biasa mereka berkumpul.
“Naaad!” Lyla melambaikan tangan ke arahnya.
Nafas Nadien tertahan dan menggigit bibir bawahnya. Semua sudah hadir di sini termasuk Andra.
“Maaf telat.” Kata Nadien.
“Gapapa, kamu pantas di tunggu kok!” Kata Lutfi menggodanya.
“Wuihh.. Lutfi. Hahhahaa!” Ledek Andra di ikuti gelak tawa teman2 lain.
Pertemuan hari itu serasa sangat lama untuk Nadien. Dia selalu menghindari kontak mata dengan Andra, walaupun dia menyadari sesekali Andra mencuri pandang kepadanya.
“Kalau saja bukan ultah Lyla, dan Heru tidak maksa menyuruh pergi, aku tidak akan datang. Kenapa Andra bisa bersikap senormal itu. Dan kenapa dia terus menggoda Lyla dihadapanku. Dasar Playboy” kutuk Nadien dalam hati.
Akhirnya Jam sudah menunjukan 18.00, walaupun hujan deras, mereka tetap harus pulang.
“Hmm Nad kamu pulang sama aku aja ya. Kalau sama Lutfi kehujanan kamu.” Kata Andra.
“Nyesel pake motor baru, asalnya mau pamer” jawab Lutfi sambil tertawa.
“Hahaha” semua tertawa mendengar lelucon Lutfi.
“Oh iya, okay” jawab Nadien singkat dan akhirnya mereka pun bubar.
Dada Nadien berdebar saat mereka berdua berjalan ke arah mobil.
Di dalam mobil pun mereka tidak berbicara. Sampai akhirnya Nadien terkejut ketika Andra menepi dan mematikan mobilnya.
“Kita harus bicara Nad!” Kata Andra dingin.
“Mau bicara apa? Kita anggap hari itu tidak terjadi apa-apa! Itu cuma kesalahan, kita sama-sama tidak menginginkan nya. Itu cuma pengaruh alkohol, itu saja!” Jawab Nadien panik.
“Hah? Tidak terjadi apa-apa? Dan jangan bilang kamu juga tidak menginginkannya. Bullshit Nad!” Kata Andra dengan suara keras.
“Kita memang mabuk, tapi kita cukup sadar untuk berhenti kalau kita tidak menginginkannya!!”
“Apa??” Kata Nadien dalam hati “kalau kita tidak menginginkanya? berarti Andra menginginkannya? Apa maksud perkataannya tadi?”
“Udah Ndra, aku turun saja!” Jawab Nadien.
Dan membuka seatbelt yang masih terpasang.
“Buka kuncinya!” Kata Nadien.
“Nope. Jawab dulu pertanyaan ku Nadien. Kamu menginginkannya juga kan. Kamu lupa kamu yang memintanya?”
Dengan melotot Nadien berusaha meraih kontrol kunci di pintu pengemudi.
Andra hanya diam dan membiarkan Nadien berusaha menarik kontrol di sisi kanannya.
Andra tiba-tiba menarik tubuh Nadien ke arahnya dan mencoba mencium Nadien.
“Plak!!” Tak ayal sebuah tamparan keras dilayangkan Nadien ke pipinya.
“Hahaha!” Sesaat Andra terdiam dan kemudian tertawa. Sementara tangan kirinya memegang tangan kanan Nadien yang sudah menamparnya, tangan kanan Andra membuka seat belt yang masih terpasang di tubuhnya.
“Lepasin!!” Nadien meronta dan melayangkan tangan kirinya untuk tamparan kedua, tapi kali ini Andra sudah siap. Dia memegang tangan kiri Nadien. Dan mendorongnya ke kursi penumpang. Andra menindih tubuh Nadien dan berusaha menciumnya lagi. Nadien meronta berusaha melepaskan diri dari Andra.
“Jangan Andra. Kamu gila! Lepasin!!” Tenaga Andra memang bukan tandingan Nadien. Kedua tangannya tekunci kuat sehingga tidak bisa bergerak.
“Tolooong” Nadien berteriak sebagai usaha terakhirnya.
“Stop Nadien!! kamu ingin orang2 datang kesini memukuliku? Dan aku rasa usaha kamu percuma, hujan deras di luar, tidak mungkin ada yang mendengar, tidak ada orang atau mobil yang lalu lalang.
Dan apabila ada orang yang kesini,… aku akan beberkan tentang kejadian hari itu pada Heru.”
Nadien terdiam sambil menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Andra.
“Sstt…” kata Andra yang semakin gemas melihat nadien yang menggigit bibirnya sendiri dan kembali menciumi bibir Nadien. Kali ini ciumannya begitu lembut.
Nadien memejamkan matanya. Dan Andra terus melumat bibirnya yang akhirnya berbalas dengan permainan lidah Nadien. Sekian lama mereka berciuman, sekarang nafas Nadien semakin kencang.
“Gotcha Nadien!” Kata Andra dalam hati. Andra perlahan-lahan melepaskan tangan Nadien dan mulai menggerayangi Nadien yang sudah mulai menikmati pergumulan ini.
Mereka kemudian saling melucuti pakaian satu sama lain sampai tidak ada sehelai kain pun yang menempel di tubuh mereka,
Andra membalikkan posisi tubuhnya sehingga sekarang Nadien duduk diatas tubuhnya.
Andra mengarahkan penisnya ke arah vagina Nadien.
“Mmhmmhhh ” Nadien bergumam ketika penis Andra memasuki vaginanya.
Dan dimulailah semua goyangan dan gerakan “WOT”. Nadien memang pencumbu hebat. Jika di hari biasa, maka mobil goyang ini pasti sudah dikerubungi banyak orang dan keamanan.
“Love you Nad!” Kata Andra ketika mereka sudah selesai dan mengenakan pakaiannya, sambil mengusap kepala Nadien
“Sejak kapan?” Tanya Nadien menatap kosong kedepan dengan pakaian yang masih acak acakan.
“Setahun lalu, first time i saw you di kemuning. Hari itu kamu memakai blouse biru. Kamu tahu Nad, biru itu warna favoritku!” Jawab Andra.
“Bukannya kamu menyukai Lyla?” Tanya Nadien.
“Aku pikir begitu pada awalnya. Tapi setelah beberapa kali kita bertemu, aku menyadari ternyata aku lebih merindukanmu dan mengingatmu dari pada Lyla, bahkan ketika aku sedang bercinta dengan istriku!”.
“Terus kenapa kamu selalu menggoda Lyla di depan aku dan teman-teman?”.
“Kalau aku menghentikannya, apakah tidak akan menjadi aneh? Dan justru dengan begitu, kamu lebih merasa aman kan setiap kita berduaan?” Andra berbalik bertanya sambil memandang wajah Nadien.
Nadien menunduk dan memalingkan wajahnya k arah jendela.
“Dan semenjak kapan kamu ada rasa kepadaku?” Tanya Andra lagi.
Nadien menggelengkan kepalanya.
“Gak boleh Ndra, Kita sudah menikah, tidak boleh kita punya perasaan ini ndra. Kita sama-sama punya anak, dan aku menyayangi keluargaku !”
“Sejak kapan Nadien?” Andra kembali mengulang pertanyaannya.
Nadien terdiam dan memandang wajah Andra.
“Sejak kamu mengantarkan aku membawa Bagas ke IGD ketika dia terjatuh di tangga dan mengaku sebagai ayahnya!” Jawab Nadien.
Hmmm itu sudah sekitar 7-8 bulan lalu pikir Andra dalam hati. Saat itu aku berlari meninggalkan pekerjaanku ketika mendengar Nadien menangis di ujung telepon, aku bahkan membayar semua tagihannya karena saat itu Nadien sama sekali tidak mempunyai uang.
“Kamu masih ingat, Ndra? Kamu orang pertama yang datang padahal kamu sedang bekerja dan Heru saat itu tidak bisa aku hubungi.” Jawab Nadien lagi.
“Bisakah kita pulang sekarang Ndra, aku rasa aku …” kata Nadien gagap.
“Janji, mulai besok angkatlah teleponku dan balas chatku. Its okay…, let it flow Nad! Dan aku akan antarkan kamu pulang sekarang!” Potong Andra.
“Iya Ndra!” Jawab Nadien pendek. Dan Andra mulai menyalakan mobilnya untuk mengantar Nadien pulang.
“Nad, i love you!” Kata Andra ketika Nadien hendak keluar mobil di depan rumahnya.
Nadien hanya membalas dengan senyuman dan berlalu memasuki rumahnya.
***
“Syukurlah mama sudah pulang, papa khawatir sekali’’ kata Heru begitu Nadien masuk ke dalam rumah. Nadien tersenyum sekaligus sedih melihat wajah cemas Heru yang sudah siap bekerja memakai seragam security.
“Papa gak tenang dari tadi menunggu mama, soalnya sudah malam dan hujan besar sekali sayang. Tadi diantar siapa pulang? Kok ga masuk dulu?” ujar Heru lagi.
“Hmm, tadi diantar Lyla, Oky dan Andra pake mobil pa, mereka buru-buru soalnya Andra harus antar Lyla dan antar Oky juga.’’ jawab Nadien berbohong sambil membawa minum untuk menutupi kegugupannya.
“Oh bagus lah kalau begitu, Andra ditemani Oky. Soalnya ga baik perempuan diantar malam-malam, hanya sendirian, apalagi sama mantan pacar hahaha.” canda Heru. Terlihat wajah lega Heru yang melihat Nadien yang ikut tertawa menanggapi ucapannya.
“Gak habis pikir, kok suami Lyla bolehin istri kumpul-kumpul sama mantan pacar. Kalau papah sih mikir-mikir dulu mah.” kata Heru lagi.
“Tapi Lyla sama Andra beda kok sekarang, hanya berteman saja.” kata Nadien yang tanpa disadari intonansi suaranya berubah karena cemburu.
“Iya ma, papa bukannya suudzon kalau mereka nanti CLBK, tapi bagaimanapun harus berjaga-jaga sayang. Kalau papa sih ga akan ijinin mama ngumpul rutin sama mantan-mantan mamah.” kata Heru sambil menggoda dengan menggesekkan hidung mancungnya sambil menciumi pipi Nadien.
“Iih papa, genit, udah jam berapa sekarang looh nanti telat.” kata Nadien sambil mendorong tubuh Heru. Sebenarnya Nadien sangat suka setiap Heru melakukan itu, tapi saat ini Nadien takut apabila aroma tubuh Andra menempel di tubuhnya tercium Heru.
“Hihihi, iya sayang, papa pergi dulu kerja ya, sayang istirahat ya.” Kata Heru lagi.
Sesaat Heru menatap wajah Nadien yang selalu cantik walau dengan make up tipis dan mengecup dahinya. Dan dengan lega, Heru segera bergegas pergi bekerja.
***
Setelah mengantar Nadien pulang, Andra menyalakan tape di mobilnya dengan kencang. “Nadien pacar baru Andra” begitu pikirnya. Pernikahan Andra memang hasil dari perjodohan kedua orang tua mereka yang merupakan sahabat lama. Andra terpaksa menuruti kemauan kedua orang tuanya karena saat itu usaha ayahnya mengalami kebangkrutan dan terlilit hutang kepada perusahaan yang dimiliki Ayah Almira.
Mereka akan melunaskan semua hutang, asal Andra menikahi Almira, perawan tua yang bahkan punya pacarpun belum pernah. Pernikahan nya dengan Almira akan membereskan semua masalah keluarganya. Hanya beberapa bulan masa perkenalan pacaran mereka dan akhirmya menikah. Walau tidak ada cinta Andra untuk Almira, pernikahan mereka sudah dikaruniai dua anak : Nova yang berumur 4 tahun dan Olivia 2 tahun. Selama pernikahannya selama 8 tahun ini setidaknya sudah 5 wanita yang dia nobatkan menjadi selingkuhannya.
Setiap Andra putus dengan pacarnya, dia pun segera mencari pacar baru, bahkan pernah dua perempuan dia pacari di waktu yang sama. Karena ketampanan Andra dengan financial yang baik sehingga banyak wanita jatuh di pelukan Andra. Tapi yang ini berbeda, hanya Nadien yang asalnya menolaknya dan menamparnya. Andra mengelus pipinya sendiri, sambil mengingat tamparan Nadien. “But its worth it.” pikir Andra sambil tersenyum.
Bagaimana tidak, Nadien adalah idola baru sekarang yang selalu jadi bahan perbincangan diantara teman2 pria SMU Andra.
“Lyla memang sudah dikenal cantik ketika SMU, tapi Nadien dikenal sebagai gadis cupu. Dia banyak berubah setelah keluar SMU. Dia berubah menjadi gadis cantik dan pernah menjadi model di beberapa iklan. Rambutnya yang hitam panjang bergelombang, berkulit putih dan Dada besar, senyumnya yang manis yang jarang terkembang, membuat para pria meleleh setiap melihatnya.
Dan sekarang gadis cupu itu telah tumbuh menjadi seorang Wanita matang yang sangat menarik dengan balutan kesederhanaan dan kedewasaannya. Dan wanita itu telah aku dapatkan,” kata Andra dalam hati. Senyuman kemenangannya sekarang semakin lebar dan pikirannya terus membayangkan rencana yang biasa dia lakukan bersama pacar-pacar sebelumnya.
Tidak terasa Andra sudah sampai depan rumahnya.
“Malam…Kok belum tidur?” Sapa Andra kepada Almira begitu masuk ke kamar. Nampaknya Almira sedang menunggunya.
“Kan nunggu papa.” Jawab Almira pendek.
“Oke, aku kan udah nyampe, sekarang mama bobo ya. Aku mau rebahan sebentar sebelum mandi.” Kata Andra sambil merebahkan diri di samping Almira.
Melihat tubuh Andra terbaring di sisinya, Almira menggeser tubuhnya mendekati Andra dan menciumi pipinya.
“Hmm” Andra hanya bergumam sambil terus menutup matanya.
Almira terus menciumi pipi dan bibir Andra dengan setengah menindihnya. Andra membalas ciuman Almira dan tangannya mulai meremas-remas kedua dada Almira.
Remasan di kedua dadanya membuat Almira semakin bergairah dan mulai memasukkan tangannya ke dalam celana Andra dan mulai mengocok penisnya.
Dan tiba-tiba semua remasan dan ciuman Andra terhenti dan Andra mundur menjauhi Almira.
“Ma, aku cape banget. Jangan sekarang ya sayang. Aku mau mandi dulu sebelum bobo. Mama bobo aja duluan.” Kata Andra sambil menarik tangan Almira keluar celananya dan bangkit dari tidurnya.
“Iya pah, mama bobo duluan.” Jawab Almira kecewa.
Almira pun membalikkan tubuhnya membelakangi Andra dan mencoba untuk tidur , sementara Andra bergegas memasuki kamar mandi.
Bukan apa-apa penis Andra sama sekali tidak mau bangun ketika di pegang Almira. Bukan karena dia lelah karena baru bercinta dengan Nadien, tapi pikirannya selalu teringat Nadien dan tak ada sedikitpun hasratnya kepada Almira saat ini.
Keluar kamar mandi andra tidak langsung tidur di samping Almira, dia malah mengambil handphone dan tiduran di sofa ruangan tengahnya yang cukup besar. Sebuah ruang tengah nyaman dengan tv 60 inc dengan sofa coklat dan karpet woll yang hangat semakin mempercantik ruangan ini.
“Nadien, udah bobo?” Ketiknya.
Sekitar 2 menit andra memegang hp dengan perasaan resah menunggu jawaban.
“Mungkin Nadien sudah tidur” pikir Andra.
Sementara di rumahnya, Nadien pun tidak bisa tidur karena memikirkan Heru dan Andra.
Dilihatnya pesan dari Andra, yang ternyata sama belum tidur.
“Belum” Nadien akhirnya membalas pesan Andra.
“Yes!!” hampir Andra melonjak bangun dari sofanya.
“Kenapa belum bobo?” Ketik Andra lagi.
“Belum ngantuk Ndra. Kamu kenapa belum tidur?” Balasan Nadien.
“Gak bisa bobo, kangen kamu Nad” Senyuman Andra mengembang sambil mengetik pesan itu
“Hehehe gombal lah. Sudah berapa cewek kamu bilang begitu? ”
“Kok kamu nyangka gitu sih Nad” jawab Andra lagi.
“Cowok tipe kamu kan pasti banyak SSI nya ”
“Hmm gak juga. Gini Nad … Wajarlah kalau seseorang bilang begitu sama pacarnya. Kamu juga pasti akan berkata hal yang sama kan?”
“Pacar??” Balas Nadien
“Iya, kamu pacar aku kan sekarang. Terus mau kamu sekarang kita sebagai apa? Kita sudah ML dua kali loh. Teman? Teman kencan doang? Ttm? Teman ngewe?” Ketik Andra sambil mengerutkan dahinya.
Dada Andra berdetak kencang menunggu jawaban dari Nadien. Dia lemparkan hp nya ke sofa di sebelahnya sambil terus melihatnya.
Cukup lama Andra menunggu sampai hampir tertidur.
Tuing…
Hp Andra kembali berbunyi
Pesan dari Nadien… cepat-cepat Andra membuka hpnya … Segaris senyum kecil tersungging di bibir Andra membaca balasan pendek Nadien
“Iya.”
“Iya apa Nad?” Tanya Andra lagi.
“Iya, kita pacaran!” Jawab Nadien lagi.
“Iyes!!” Kali ini Andra benar-benar loncat dari sofanya karena kegirangan.
“Ndra, aku mau tidur.” chat Nadien lagi.
“Yakin kamu bisa bobo Nad? Kita chat dulu saja sampai tertidur. Gimana?” Balas Andra lagi.
“Oke, aku juga ga bisa tidur ndra, mungkin kebanyakan minum kopi!” Balas Nadien.
“Kopi atau inget aku??” Balas Andra.
Nadien tersenyum membaca balasan dari Andra, memang benar apa kata Andra. Setiap mengingat Andra, ingat ciuman, setuhan dan aroma tubuhnya, membuat Nadien merasakan suatu kegelian yang menyenangkan di daerah perutnya, “butterfly stomach” itu istilahnya. Hal ini yang membuatnya gelisah dan tidak bisa tidur.
“Oke Ndra, sampai kita tertidur ya, hati-hati wa di baca Almira”
“Iya kamu juga ya Nad, hati-hati” balas Andra
Dan akhirnya mereka pun chat sampai Nadien tertidur.
Setelah hari itu Nadien dan Andra kerap bertemu untuk sekedar minum kopi walau seringnya berakhir di kamar hotel. Untuk Andra, Nadien tidak hanya lawan yang sepadan di ranjang, tapi karena kecerdasan Nadien, membantu Andra membantu memecahkan beberapa masalah dalam perkerjaannya.***
Pemikirannya Nadien yang dewasa membuat Andra pun belajar berlaku lebih lembut dan tidak meletup-letup. Nadien menjadi penasehat tidak hanya untuk pekerjaannya saja bahkan di rumah. Bagaimana dia memperlakukan Almira dan anak2nya.
“Aku juga seorang istri dan ibu.” Nadien sering mengucapkan itu agar Andra tidak melupakan tanggung jawabnya terhadap keluarganya.
Dan untuk Nadien, kehidupannya semakin berwarna. Andra yang ceria tidak hanya mengisi kekosongan hatinya dan memenuhi kebutuhan sex Nadien yang besar, tapi juga membantu Nadien secara finansial dan semua hal yang tidak bisa diberikan Heru.
Andra bahkan meminta Nadien untuk memperkerjakan seorang Assisten rumah tangga harian yang tentu saja di bayar Andra agar membantu pekerjaan Nadien dan menjaga Aurel dan Bagas ketika mereka sedang berkencan.
Selain untuk berkumpul rutin seperti biasa, membantu Bianca dengan pekerjaan adminitrasi di kantornya sering menjadi alasan Nadien untuk menutupi semua kebohongannya, dan menjawab pertanyaan Heru tentang semua uang yang Nadien dapatkan.
Memang Bianca sedang kerepotan dengan pekerjaannya dan sesekali meminta bantuan Nadien untuk membantunya, tapi kenyataannya tidak sesering itu.
Seperti pagi tadi, sebelum Heru pergi bekerja.
“Ma, apa kak Bianca gak tekor ngasih fee mama segitu?” Tanya Heru.
“Memangnya kenapa pah? Aku ga pernah nentuin dan minta berapa rupiahnya ke kak Bianca. Dia sendiri yang ngasih segitu.” Jawan Nadien dengan nada suara agak tinggi.
“Bukan gitu ma, takutnya tekor, kasian kan kak Bianca.”
“Pa, kalau dia lagi berlebih dia kasih besar, tapi sering jugakan dia hanya ganti ongkos dan jajan anak-anak saja.” Jawab Nadien sewot.
“Iya, okey ma kalau begitu, gak usah marah, Papa kan cuma nanya. Heran papa sekarang, kok mama cepat sekali marah ya.” Kata Heru lagi sambil memakai sepatunya.
“Ngga kok pah, perasaan papa aja, mama biasa-biasa aja.” Jawab Nadien mulai merendahkan suaranya.
Heru menghampiri Nadien dan memandangnya lekat-lekat.
“Maafin papa ya mah. Mungkin kita sama-sama lelah akhir-akhir ini. Mama dengan pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan, sedangkan papa sibuk kerja sambil kuliah malam. Papa sering pulang malam dalam keadaan lelah jadi kurang perhatian sama mama apalagi membantu pekerjaan di rumah” jawab Heru sambil memegang tangan istrinya. Mereka saling menatap dengan perasaan sayangnya.
“Nanti setelah aku selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik, papa akan membayar impas semuanya, membayar semua perhatian, waktu yang kurang dan uang yang terbuang.”
“Sabar ya sayang.” Heru mengecup dahi Nadien yang matanya mulai berkaca-kaca.
“Iya pah, papa janji ya. Maap mama udah marah-marah!” Jawab Nadien sambil memeluk Heru sebagai tanda penyesalan karena telah bicara dengan nada tinggi.
Heru tersenyum sambil memandang wajah cantik Nadien sambil mengelus rambutnya.
“Gapapa sayang, papa juga salah, sabar ya, kehidupan kita ke depannya akan lebih baik, papa janji sayang. Dan sekarang papa harus pergi buat kerja, boleh minta dilepas sekarang pelukannya?” Canda Heru.
“Iihh papaaaaaa nyebeliinnnn.”
“Hahahaha” heru tertawa lepas sekaligus lega melihat Nadien sudah tertawa lagi. Diciumnya seluruh wajah Nadien dengan ciuman kecil, Nadien pun tertawa geli karena perlakuan suaminya.
“Love you Heru Hermawan.” Kata Nadien.
“Love you more Nadien Salsabila.” jawab Heru.
“Oh iya, hari ini kumpul sama temen-teman pah, mama udah bilang sama ceu nonoh buat jagain anak-anak hari ini.” kata Nadien.
“Iya ma, papa juga langsung kuliah malam, mama jangan pulang terlalu malam ya, dan hati-hati dijalan ya sayang”.
“Papa juga ya, sayang.”
“Daah mama sayang.”
Bagaimanapun hubungan Nadien dan Andra, Heru dan anak-anak tetap cinta utamanya. Ya, memang Heru bukan tipe laki-laki romantis yang peka atas kebutuhan dan kemauan istrinya, tapi Nadien tetap mencintai suami dan ayah dari anak-anaknya itu.
Andra dan Heru merupakan dua sosok laki-laki yang memiliki dua sisi kepribadian yang berbeda.
Andra orangnya sangat ekstrofet dan cerdas, seorang bad boy party maker seperti semboyan “kalau ga ada lo ga rame” kepribadiannya seperti kembang api yang meletup sehingga keberadaannya selalu bisa menjadi pusat perhatian dan menyemarakkan suasana sekaligus romantis dan pemberi solusi yang baik.
Sedangkan Heru lebih introvert dan jarang sekali berbicara apabila dia rasa tidak perlu, lebih sabar dan tenang seperti air yang mengalir dan akan membuat bencana ketika dia marah, begitu dingin dan jauh dari romantis. Seperti itu juga permainan sex mereka, andra lebih agresif dan kasar tapi dia sangat tahu apa yang disukai wanita, sedangkan Heru begitu lembut dan tenang yang menikmati semua proses.
***
POV Nadien
“Kalau kita sudah menikah. Aku ingin kamu berhenti bekerja dan jadi ibu rumah tangga saja. Kamu mau?” Tanya Heru pada suatu hari sebelum kami menikah.
“Mau” jawabku enteng.
“Yakin? Nanti pasti kehidupan kamu akan jauh berbeda dari sekarang”.
“Iya gapapa. Uang bukan segalanya buatku” jawabku lagi. Saat itu memang uang tidak penting untukku, selain aku masih punya tabungan, orang tua dan kakak yang biasa menyokongku, keinginan ku saat itu hanya ingin berhenti dari semua aktifitas dan hingar bingar dunia malam. Pada awalnya semua kehidupan malam itu begitu menyenangkan tapi lama-lama semakin membuatku kehilangan diri tanpa arah dengan kebahagian semu dan kosong.
Bagaimana aku mengenal kehidupan malam?
Hmm, selulus SMA aku berhasil di terima di sebuah PTN di Bandung jurusan Manajemen. Ternyata dunia mahasiswa sangat berbeda dengan dunia SMA. Nadien si gadis cupu kesulitan mendapatkan teman yang benar-benar tulus. Diawal kuliah aku mulai dekat dengan beberapa orang yang aku sebut “sahabat”.
Tapi tak butuh lama semua itu berubah ketika suatu hari tanpa sadar ketika aku berada dalam sebuah toilet, beberapa “para sahabatku” ini menyusul masuk sambil membicarakan tentangku dengan tertawa. Terungkap semua atas ketulusan pertemanan mereka yang ternyata memanfaatkan kecerdasan otakku yang polos serta keluguan diriku demi kepentingan mereka. Betapa sakit dan perihnya, orang yang ku anggap “Sahabat” ternyata hanyalah topeng belaka.
Butuh beberapa saat untukku agar bisa keluar kamar mandi tanpa menangis. Mungkin ini semua salahku yang tak bisa menilai orang yang benar-benar tulus berteman denganku, dan akhirnya aku memilih untuk membatasi diri agar tidak memiliki teman dekat. Hingga akhirnya selama 3 tahun aku hidup dalam kesendirian hingga suatu saat seorang kakak tingkat menghampiriku dia bernama Eva.
“Hai kamu Nadien ya?” Sapa Eva dengan bermake-up tebal dan pakaian sexy menyapaku saat perkuliahan selesai. Beberapa pasang mata melihat kearah kami dengan lirikan dan bisikan yang tidak enak di dengar. Semua itu mereka lakukan tidak tanpa alasan, mengingat reputasi Eva yang merupakan seorang mahasiswi tingkat akhir yang enggak kelar-kelar kuliahnya karena kesibukannya menjadi seorang wanita panggilan.
Sebenernya aku tak peduli dengan siapa Eva, Eva yang tiba-tiba datang padaku meminta tolong untuk memberikan bimbingan salah satu mata kuliah kelemahannya. Meski heran dia telah memilih aku dari sekian banyak mahasiswa berprestasi, akhirnya aku pun luluh mengabulkan permintaannya, hanya karena semua ini untuk alasan menghindari perjodohan orang tuanya jika tak lulus tahun ini.
Dengan mengenal Eva ternyata itu mengubah semua tentang diriku, dengan berkaca padanya aku mulai membuka lagi apa yang dinamakan “hubungan pertemanan”, belum lagi penampilanku. Eva mengenalkanku pada banyak hal. Aku yang biasanya tak peduli akan penampilanku, kini mulai mengenal make-up dan mempercantik diri, mulai perawatan kulit hingga memilih pakaian yang hendak dikenakan.
Layaknya bagaikan itik si buruk rupa menjadi seekor angsa yang indah, perubahan akan diriku 180 derajat itu membuat orang-orang yang dulu menyepelekanku mulai berdecak kagum. Melihat kecantikan yang dulu terpendam telah terkuak kini banyak laki laki yang mulai mengejarku, petualanganku tentang cinta pun dimulai, entah berapa kali aku mempermainkan perasaan pria dengan memanfaatkan dengan menerima cinta lalu memutuskannya tanpa alasan.
Perubahan penampilanku yang membuat orang kaget, tak hanya menuai pujian, tapi juga banyak cibiran tapi perkataan Eva lah yang membuat aku tak memikirkan hal-hal negative tentang pandangan mereka tentangku,
“Toh aku tidak bergantung hidup dari mereka, jadi mengapa harus dibuat pusing.” itulah yang sering diucapkan Eva.
Eva pun mengajakku bergabung ke agency modelnya. Aku pun menyambut tawaran itu sehingga beberapa kali aku menjadi model iklan dan mengikuti beberapa event dari berbagai produk. Seiring kegiatan itu gaya hidupku pun mulai berubah. Aku mulai mengenal kehidupan dunia malam. Yang awalnya karena tuntutan profesi karena beberapa event sering dilakukan di sana, aku pun mulai mengenal rokok, minuman keras dan narkoba.
Keluargaku tidak pernah tahu aktifitasku yang sering pulang dini hari selain bekerja, hanya kakakku Bianca. Diantara semua, Bianca memang berbeda. Bisa di bilang dia paling badung diantara kami semua. Sering kali dia menyusulku ke tempat bekerja dan ikut party bersama kami.
Bobby, dia adalah salah satu pria dari sekian banyak yang gigih mendekati aku. Dia anak dari salah satu perusahaan rokok terkenal yang kami promosikan dengan ketampanan dan kekayaannya membuat banyak wanita ingin menjadi pacarnya.
Dari sekian wanita yang mencoba mendekatinya Bobby ternyata lebih memilih aku, tanpa ragu dia menyatakan cintanya padaku. Sebenarnya aku sudah mendengar kabar burung tentang kehidupan liarnya, mulai dari sering gonta-ganti wanita, free sex, hingga ketergantungan akan narkoba. Tetapi atas saran Eva untuk menerima cintanya semata-mata sebagai batu loncatan di dunia model sampai menyuruh morotin kekayaannya, akhirnya akupun menerima Bobby.
Semenjak berpacaran dengannya beberapa kali dia berusaha mengajakku untuk menginap di rumah mewahnya yang sering ditinggal pergi orang tuanya di jalan Surapati. Dengan mengetahui kehidupan liarnya, tentu saja ajakan itu selalu aku tolak.
Iya, aku menolaknya karena ingin menjaga keperawananku. Aku yang selalu memegang teguh tak ingin melepas keperawananku hingga menikah meski dia itu adalah pacarku sendiri. Hubungan kami hanyalah sebatas cumbuan ringan yang kami lakukan saat di club malam atau di kamar miliknya. Selalu saja ada sesuatu hal yang mengingatkan dan menyadarkanku agar menjaga keperawananku jika nafsu birahi sudah mulai tak tertahankan saat bercumbu dengannya.
Suatu ketika saat Bobby merayakan Pesta ulang tahunnya di kediamannya saat berdua di kamarnya, dia memintaku suatu kado special dariku. Suatu kado agar aku memberikan keperawananku sebagai ungkapan rasa cintaku padanya, tentu saja permintaan konyol itu aku tolak mentah-mentah. Yang akhirnya kami pun bertengkar hebat, dengan perasaan marah aku pun pergi meninggalkan pestanya.
Karena merasa bersalah, keesokan paginya aku berniat datang ke rumahnya untuk memberikan kado surprise dan meminta maaf kepadanya. Sepanjang perjalanan aku terus tersenyum membayangkan roman wajah muka Bobby yang terbangun tidur dan bahagia melihatku datang.
Setiba disana nampak sampah berserakan sisa pesta semalam. Beberapa teman masih tertidur di sembarang tempat layaknya tumpukan ikan asin diatas karpet, sebagian dari mereka yang sudah terbangun duduk di soffa, kaget saat melihatku kembali ke rumah Boby. Entah kenapa instingku berkata lain saat melihat mereka yang gugup akan kehadiranku. Tanpa banyak bicara mereka langsung pergi menghindar membuatku semakin curiga. Dengan perasaan tak menentu aku berjalan mendekati pintu kamar Bobby.
“Krek …” perlahan aku membuka pintu kamarnya, sayup-sayup aku dengar desahan-desahan dibalik sekat yang menghalangi tempat tidur Bobby dari pandanganku, dengan penasaran aku terus memasuki kamarnya.
Betapa terkejutnya aku saat melihat sebuah live show porn di pagi hari. Bobby yang sedang menindih tubuh seorang wanita. Aku memekik, dan kado “surprise” di tanganku pun terjatuh. Mereka pun tersentak kaget dan menghentikan kegiatannya.
Eva… teman yang selama ini mendukungku kini kepergok tengah bercinta dengan Bobby. Rasa kecewa melihat mereka, terlebih perasaan jijik terhadap Eva yang telah menusukku dari belakang membuat aku berbalik berlari meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun. Tak peduli Bobby mengejarku, yang ada dibenakku hanya pergi dari tempat itu secepatnya dan melupakan mereka dalam hidupku.
Bisa di tebak setelah kejadian itu Bobby dan Eva terus menghubungiku bahkan mendatangi rumahku untuk meminta maaf atau entah untuk tujuan lain yang aku tidak mau tahu. Bagiku, semua itu sudah tidak perlu lagi, aku tidak mau mendengar semua alasan dan pembenaran mereka. Aku ganti semua nomor selularku dan pindah ke agency lain. Dan syukurlah semua berjalan dengan lancar.
Semenjak hari itu, aku tidak pernah bertemu dengan mereka lagi. Walaupun di agency baru ini aku melanjutkan kembali hidupku, aku mendapat teman2 kerja baru dan sering clubbing bareng, bahkan aku pun sering berganti-ganti teman pria, tetapi semua aku lakukan tanpa membuka hatiku pada siapapun. Kegiatanku bersama mereka hanya kerja, minum2 , clubbing, bercumbu dan langsung pulang ke rumah. Kejadian itu merubahku kembali menjadi Nadien yang tidak percaya kepada orang lain dan tertutup kembali.
Dan ini terus berlangsung sampai aku bertemu dengan Heru yang menyembuhkan semua lukaku dan menyelamatkan aku dari dunia gelap tanpa jiwa itu.
***
POV 3
Sore itu Seperti biasa Andra mengantarkan Nadien sepulang dari pertemuan mereka untuk kumpul rutin bulanan.
“Nad, kok kamu cemberut terus sih.” Kata Andra di perjalanan pulang.
“Cemberut gimana Ndra? Ngga apa-apa kok.” Jawab Nadien.
“Serius yang, kenapa? Waktu pertama datang biasa aja ceria, ketawa-ketawa, tapi kok lama2 kamu diam. Di mobil liat keluar terus kayak ga mau liat aku. Ada apa sih?”
“Ndra, boleh aku minta satu hal?” Nadien masih melihat ke luar jendela dengan tatapan kosong.
“Apa?”
“Jangan mengoda Lyla lagi depan aku.”
“Hmmm….” Andra hanya bergumam.
“Jangan lagi chat dengan Lyla di belakangku kecuali kamu memang ada perlu.”
“Oh jadi karena itu?”
“Iya. Aku gak suka liatnya. Oke, tentang hubungan kita tidak ada satu orang pun yang tau. Kita harus senormal mungkin depan orang, but its hurt. At least, hargai aku”.
“Nad aku kan pernah bilang, kalau aku jadi kaku sama Lyla, mungkin akan jadi aneh.”
“Aku gak nyuruh kamu jadi kaku, aku cuma minta kamu berhenti menghubungi Lyla dan menggodanya depanku.”
“hmm…” gumam Andra lagi.
“Aku gak peduli kalau terlihat jadi aneh, tapi aku ga tahan melihatnya Ndra. Semua kepura-puraan ini sudah cukup menyiksaku, dan sekarang di tambah dengan melihatmu terus menggoda Lyla, kamu anggap apa aku?”
“Oke Nad, tapi aku juga ingin kamu menghentikan hubungan kamu dengan Lutfi dalam bentuk apapun.”
“Loh!! Aku memang gak ada hubungan apa2 sama Lutfi!”
“Lutfi masih suka chat kamu kan? Aku tau Nad, Lutfi suka cerita kok.” jawab Andra.
“Oke Ndra, apakah kamu juga menanyakan bagaimana perubahan sikapku kepadanya semenjak kita berpacaran? Coba kamu tanya sama dia. Kamu pikir aku wanita macam apa? Pikiranku sebagai seorang istri yang berselingkuh sudah cukup berat untukku. Apalagi aku pacaran dengan mantan pacar sahabatku sendiri, kamu pikir aku sanggup untuk berkhianat lagi dengan pria ketiga? Aku gak seburuk itu Ndra.”
“Oke sayang, maaf. Jangan marah ya sayang.” Jawab Andra sambil memegang tangan Nadien.
“Maaf kalau aku menjadi se-posesiv ini sama kamu.” jawab Nadien sambil menundukkan kepalanya.
“Ngga apa-apa Nadien, aku malah seneng Nad, hahaha.” Kata Andra tertawa.
“Loh??” Naddien terbelak melihat kearah Andra.
“Berarti kamu cemburu, kamu cinta sama aku dan gak mau kehilangan aku, sekarang aku tau, ngakulah Nad, hahaha.”
“Aku sering bilang kalau cinta dan sayang sama kamu, tapi kamu tidak pernah bilang itu sama aku. Kadang aku ragu, bagaimana perasaanmu padaku. Dan hari ini aku tahu sayang, kalau kamu mempunyai perasaan yang sama…. Hahaha. Love you too Nadien!” Andra terus tertawa mentertawakan kelakuan Nadien.
“Huh” Nadien mendengus menandakan kekesalannya.
“Udah jangan cemberut sayang, tadi aku sengaja kok lebay sama Lyla, pengen tau reaksi kamu. Lutfi memang curhat sama aku, kalau kamu berubah sekarang. Jarang balas chat, dan kalaupun balas chat sampai berjam-jam jedanya. Tapi kan aku mesti memastikan kalo perubahan itu karena aku.” kata Andra lagi sambil terus memegang tangan Nadien sambil menyetir.
“Huh!” Nadien menonjok lengan Andra.
“hahaha, udah dong sayang, aku lagi nyetir nih, mobil oleng ntar.” Andra masih terkekeh dengan menggeleng gelengkan kepalanya.
“Tapi kan kasian Lyla, jangan janjiin dia jadi bahan percobaan kamu, bagaimana kalau nanti dia ke geer-an dan berharap CLBK sama kamu. Kalau dia nanggap serius gimana coba?”
“Gapapa, tenang aja, aku dari kemaren-kemaren juga sudah membatasi chat dia, kalo dia gak chat duluan aku gak pernah memulai. Coba aja kamu tanya sama dia ntar. Cuma gak tau kenapa hari ini aku gemes aja sama kamu. Jangan khawatir sayang, mulai sekarang aku akan tambah membatasi diri ke Lylla, kalau bisa kita janganlah kumpul2-kumpul lagi.”
“Ya gak bisa gitu lah Ndra, masa sampai cut hubungan sama temen-teman semua.”
“Kenapa Nad? Kamu takut gak ketemu Lutfi lagi ya?”
“Ish… bukan gitu, gak enak lah Ndra.”
“Enak-enakin ajalah nad, aku gak peduli sama mereka. Buat aku sekarang kamu yang penting. Kalau kamu takut memulai, aku yang memulai, lihat saja.” kata Andra lagi.
Nadien tersenyum sambil melihat Andra dan bersandar di bahunya. Satu tangan Andra mengusap2 kepalanya dan mencium rambut Nadien.
“Oh iya Nad, satu lagi, jangan marah ya … janji.”
“Hmm apa lagi?”
“Janji dulu.”
“Oke janji, kenapa?”
“Kamu bilang tidak ada seorang pun yang tau tentang hubungan kita. Ada yang tau kok.” Ucap Andra lagi dengan santai.
“Loh, siapa?? Kok bisa?”
“Oki,… aku ga tahan pengen cerita sama dia. Gapapa dia aman kok Nad, punya pacar juga kok dia hahaha, kalau sampai bocor, aku bocorin juga kartu dia.”
“Aaaahhh Andraaaaaa!!” Nadien menutup wajahnya, ingin rasanya dia menggunakan jurus menghilang.
“Kenapa sayang?” sementara sebelah tangannnya memegang kemudi, sebelah tangan Andra menarik tangan Nadien yang menutupi wajahnya.
“Bisa runyam ntar Ndra dan aku malu ntar kalo ketemu. Haduh kok kamu cerita sih duh duh.”
“Gak sayang dia aman kok. Aku gak pernah sembunyiin hal apapun sama dia, mau senang atau memalukan. Oki pendengar dan pemberi pendapat yang baik, dan good secret keeper. Memilikimu adalah kebahagianku tersendiri. Aku cuma pengen berbagi kebahagiaan saja sayang. Jangan khawatir, aku percaya sama dia, dan aku harap kamu juga percaya sama Oki.”
Nadien hanya terdiam dan mengangukkan kepalanya.
***
Pov Nadien
Andra memang membuktikan kata-katanya, selain dia jarang sekali komen dan muncul di group dengan alasan sibuk, dia tidak datang ke pertemuan berikutnya. Aku merasa hal ini membuat Lyla jadi murung, ini membuatku jadi kasihan dan tidak enak kepada Lylla. Walau kami sudah menikah dan punya pasangan masing2, kehilangan seseorang yang kehadirannya selalu hadir di setiap hari pasti akan membuat sedih.
Terlebih seseorang itu memang punya arti untuk kita. Andra yang dulu pernah menghilang lalu kembali lagi dikehidupan Lyla, dan kini pun terulang kembali. Bagaimana apabila Lyla tahu kalo perubahan ini disebabkan oleh hubunganku dengan Andra? Aku tahu rasanya dikhianati oleh sahabatku sendiri, jadi aku mengerti sekali apa yang dia rasakan nanti jika terjadi.
“Sekarang dia jarang balas chat aku Nad” kata Lyla ketika kami berjalan bersama keluar dari café Kemuning dan duduk di pelataran café sambil menunggu ojol yang sudah di pesannya.
“Eh Nad kok kamu gak mau dianter pulang Lutfi?’ tanyanya lagi mengalihkan perhatiannya ketika Lutfi melintas di depan kami sambil melambaikan tangannya.
“Gak lah Lyl, aku takut dia ada rasa sama ku. Jadi aku membatasi diri sama Lutfi. Kasihan, biar dia cari pacar beneran dan cepetan nikah. Sama aku kan gak mungkin.” jawabku
“Iya, bener juga.” jawab Lyla pendek.
“Sejak kapan Andra jarang chat kamu, Lyl?” tanyaku menyelidiki.
“Sebenarnya dia udah aneh dari beberapa bulan lalu Nad, tapi minggu-minggu ini dia benar2 lose contact. Gak pernah chat atau VC lagi sama aku, jawab chat pun lama sekali. Mungkin dia lagi sibuk banget dengan kerjaan.” jawab Lyla lagi.
“Iya kayaknya dia sibuk banget sama proyeknya, ntar juga dia pasti kontak kamu lagi kalau gak sibuk.
Tapi alangkah lebih baik, kamu stop hubungan kamu sama Andra. Pernikahanmu baik-baik saja kan, suamimu juga sangat baik, begitu juga Andra yang aku rasa pernikahannya baik2 saja.” jawabku menenangkannya.
Padahal dalam hati aku ingin sekali bilang “maafkan aku Lyla, tapi lupakan Andra, lepaskan Andra, dia sudah memiliki aku selain istrinya.
Lyla menatap kosong ke depan entah apa yang difikirkannya.
Sesekali dia merapikan rambut yang menutup matanya yang tertiup angin.
“Aku tahu Nad, walaupun aku belum dikaruniai anak, tapi pernikahanku sangat baik-baik saja, suamiku sangat baik dan mencukupiku secara lahir dan bathin, aku gak pernah kekurangan apapun. Tapi Andra bukan saja cinta SMA-ku, ketika kami bertemu lagi seakan-akan semua kenangan SMA-ku kembali lagi. Aku merasa jenuh dan kesepian dan Andra melengkapi kebahagianku.”
“Sejauh apa hubungan kalian?” tanyaku lagi.
“Hanya sebatas chat Nad, kadang VC kalau dia sedang dalam perjalanan atau ketika tidak sibuk, itu dulu. Sekarang sudah jarang sekali atau terhitung gak pernah lah kalau aku gak duluan kontak” kata Lyla sendu, matanya yang berkaca-kaca menandakan kalau dia memang sangat kehilangan Andra.
“Oke, mungkin ini waktunya aku kembali ke dunia nyata Nad.” Lyla tersenyum menyembunyikan kesedihannya. Sedangkan aku membalas senyumannya dengan sejuta rasa bersalah.
***
POV 3
“Nadien gendut” sebaris pesan pendek masuk ke hp Nadien.
“Iya Andra pesek” jawab Nadien.
“Boleh telepon?”.
“Boleh, ga ada Heru”.
“Kriiiiiingggg”
“ Siang sayang, lagi apa? lagi Kangen aku ga?” Tanya Andra di ujung telepon sana.
“Biasa lagi beres-beres di rumah, mumpung anak-anak di rumah orang tua Heru” jawab Nadien.
“Kangen ga sama aku?”
“Baru aja dua hari kmeren kita ketemu, sayang.”
“Hmm gak kangen sama aku? Ish, aku udah nanya beberapa kali gak di jawab-jawab, Oke lah kalau begitu.” suara Andra merajuk.
Nadien tersenyum sambil membayangkan roman muka andra yang pasti sangat menggemaskan.
“Very much, hun.”
“Aseeek … yang, aku ke rumahmu singgah sebentar boleh? Aku kangen… Heru pulang malem kan?”
“Nggak, Heru pulang sore lalu jemput anak-anak dari rumah embahnya, lalu kuliah malam jam 6. Jangan kesini ya Ndra…”
“Please bentar aja, cuma pengen liat kamu sebentaaar saja. Keingetan kamu terus, kerjaan gak kelar-kelar … Mungkin karena lelah otakku Nad … banyak banget kerjaan, takut gak bisa ketemu besok, campur aduk semua di otakku. Please sebentar saja, aku cuma sambil lewat aja mau ke proyek di jalan buah batu. Kasih aku waktu 5 menit, gak usah masuk rumah … diluar sudah cukup.”
“Gak bisa ndra, maaf ya sayang, jangan marah, aku …”
“Klik” Nandien tersentak menyadari Andra menutup telepon.
“Huh.” gumam Nadien. Nadien memijit telepon untuk menghubungi Andra kembali tapi ternyata Andra sudah mematikan teleponnya.
15 menit kemudian,
Tok.. tok.. tok..
Nadien terdiam ketika dia membuka pintu Andra sudah berdiri di depannya dengan senyum bocahnya.
“Tadi aku lewat ada yang jualan jeruk, aku ingat Bagas sangat suka jeruk, jadi aku beli sekalian dianterin ke sini.” Andra menjulurkan sekantong keresek jeruk dan entah ada apalagi di dalam sana.
Di pandangnya tubuh Nadien dengan pakaian homedress berwarna cream yang membalutnya. Rambutnya tersanggul dengan beberapa rambut terurai terlepas dari ikatannya.
“Iya makasih” jawab Nadien.
“Minta minum boleh? Aku diem di luar aja.” ucap Andra lagi.
“Boleh. Dimana mobilnya?” bola mata Nadien yang bundar melihat kanan kiri mencari mobil, membuat Andra tambah gemas melihatnya.
“Di parkir di lapangan sana, soalnya kalau kamu denger suara mobil, aku takut kamu gak buka pintu.” Jawab Andra sambil terus menatap Nadien.
Nadien tersenyum mengiyakan, dan akhirnya berbalik mengambil air minum.
“Ini!!”
“Makasih.” Andra masih berdiri di depan pintu dan minum air yang diberikan Nadien sedikit demi sedikit mengulur waktu. Matanya terus melihat merajuk ke arah Nadien.
“Oke, masuk sebentar aja ya. Gak enak kamu minum berdiri depan rumah.” Jawab Nadien akhirnya. Andra tersenyum dan masuk ke rumah dengan girangnya mendahului Nadien dan duduk di kursi ruang tamu.
“Hmmm.” Nadien menyilangkan tangan dan tetap berdiri memandang Andra yang sedang minum dan duduk cengengesan.
“Minta minum lagi.” kata Andra sambil menyodorkan gelasnya kepada Nadien.
“Ayolah Ndra.” Kata Nadien menggelengkan kepalanya.
“Cuma satu gelas lagi.” kata Andra tersenyum.
“hufth” Nadien tidak tahan melihat senyuman Andra yang merajuk begitu manis.
Dan segera mengambil gelas dan bergegas ke dapur membawa air yang Andra minta. Melihat wajahnya seperti itu saja gairah Nadien langsung timbul. Wajahnya terasa panas, Nadien menarik nafas panjang untuk menurunkan libidonya yang mulai naik, sambil mengumpat dalam hati, dia tahu Andra tidak akan pergi dari rumahnya apabila dia tidak segera memberikannya air yang dia minta.
Hampir gelasnya terjatuh ketika tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang dan menciumi lehernya.
“Ndra, jangan, nanti ada orang yang masuk.” kata Nadien.
“Gak sayang, sudah aku kunci pintu depan. Aku Cuma mau memelukmu sebentar saja.” kata Andra.
Kepalanya dia sandarkan di bahu Nadien dan tetap memeluknya dari belakang. Terasa tubuh hangatnya yang lelah bersandar di tubuh Nadien.
Tidak pernah Andra selemah dan selelah ini.
“Nothing Nad. Aku cuma lelah, kangen, pengen meluk kamu sebentar saja…”“Ada apa ndra?”
Nadien mendiamkannnya beberapa saat dan kemudian berbalik memandang wajah Andra. Dipandangnya wajah pria lelah yang dicintainya.
Andra memajukan wajahnya dan mencium bibir Nadien dengan hangat. Ciuman yang begitu lembut dan dalam. Nadien memejamkan matanya dan menikmati ciuman itu. Mereka mulai saling membalas ciuman disertai dengan nafas yang semakin keras. Andra menggendong tubuh Nadien ke kamar dan membaringkannya di kasur.
Ciuman mereka terus berlanjut sambil melucuti pakaian mereka masing-masing. Andra memang tahu betul bagaimana cara membangkitkan libido Nadien. Selain Ciuman-ciuman dan remasan di dada, ketiak adalah bagian yang paling sensitive untuk Nadien. Tubuhnya menggeliat dengan desahan dan rintihan kecil ketika lidah Andra mulai menyapu ketiaknya.
“heuh..” bagian perutnya terangkat menekan dada Andra yang berada diatasnya. Setelah Andra merasa Nadien telah cukup terangsang.
Andra menarik Nadien keatas tubuhnya meminta serangan balik. Seakan mengerti keinginan Andra, ciuman-ciuman Nadien mulai menghujani Andra. Setelah melumat habis bibir Andra, ciumannya mulai turun ke leher dan membasahi seluruh leher serta dada Andra.
Sesekali sapuan lidahnya menggelitik puting susu Andra. Ciuman dan jilatan pun semakin turun ke arah perut dan turun lagi kebagian favorit Nadien. Melihat penis Andra yang tegak berdiri, Nadien langsung memasukkanya ke dalam mulutnya.
“Sluppp….hmmmmm..”
“Uuuuhh” Andra mendesah ketika penisnya masuk ke dalam mulut Nadien.
Sesekali Nadien menggelitik buah zakar Andra dan melumatnya. Sapuan lidahnya pun terus bermain main sampai ke bagian belakang hampir mendekati anus Andra.
Tarian lidah Nadien membuatnya merasakan geli yang hebat sekaligus nikmat, membuat lutut Andra mulai bergetar. Tangannya meremas rambut Nadien sementara Nadien melihat ke arahnya sambil tersenyum kecil. Melihat wajah Andra yang tadinya begitu lelah menjadi wajah yang lebih menyenangkan dan rilex.
“tok tok tok …. Permisii!!” Ketukan dan suara dari pintu ruang tamu.
“Hah!!” Seketika Nadien dan Andra bangun berhamburan dari kasur. Wajah mereka seketika menjadi pucat pasi sambil sibuk mencari dan memakai pakaian mereka masing-masing.
“Sembunyi dulu Ndra!”
“Dimana??”
“Dimana saja,mmm, lemari ..cepet Ndra.”
“Bu heruuu…!!!”
“Tok..to..tok.” Ketukan suara di pintu ruang tamu kembali terdengar diikuti seseorang memanggil Nadien.
Andra segera melompat ke dalam lemari dengan dibantu Nadien. Setengah berlari Nadien pergi ke ruang tamu. Ditendangnya sepatu Andra yang ada di sebelah pintu, hingga masuk ke dalam kolong kursi. Setelah yakin semua terlihat aman, Nadien segera membuka pintu.
“Iya bu Dimas?” kata Nadien terengah-engah.
“Maaf bu Heru lagi sibuk ya, saya cuma mau nanya, ada paket saya gak nyasar kesini?” kata bu Dimas tetangganya sang pengetuk pintu.
“Ngga ganggu kok bu, ini saya lagi setrika di belakang, gak ada bu, gak ada paket.” jawab Nadien sambil berusaha mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
”Oh, pantesan sampe keringetan begitu bu, baiklah makasih ya bu Heru.” jawabnya sambil berlalu.
Nadien membiarkan pintu ruang tamunya terbuka dan duduk lemas di kursinya.
“Mimpi buruk….bagaimana apabila ada yang melihat Andra masuk ke rumah dan menutup pintu, dan mereka menggerebek kami? Haduh.”kata Nadien dalam hati.
“Plak” Nadien memukul dahinya sendiri, seakan teringat sesuatu, ia berlari ke arah kamar. Tapi Andra ternyata sudah keluar kamar dan menghampiri Nadien yang masih shock.
“Ssst tenang, gak apa-apa. Coba kamu keluar rumah dan liat sekeliling, kalau kamu rasa tidak ada siapa2, kasih kode anggukkan sama aku, nanti aku segera keluar rumah.” katanya dengan tenang, padahal Nadien ingin sekali menangis ketakutan.
Nadien bergegas keluar dan melakukan yang Andra perintahkan. Sebuah anggukan kecil terlihat, Andra segera keluar rumah.
“Aku nanti hubungi kamu lagi ya sayang, tenang ya sayang, gak akan ada apa2. Love you!” dengan tenang Andra berjalan pergi meninggalkan Nadien yang masih berusaha mengumpulkan nyawa dirinya.
***
POV Nadien.
“Hufth” aku hembuskan nafasku dengan keras sambil bersandar duduk di meja ruang tamu. Baru saja aku selesai membereskan kasur bekas pergumulanku dengan Andra.
Untuk kesekian kalinya handphone-ku berbunyi. Aku diamkan saja sampai akhirnya berhenti sendiri. Dengan malas aku raih handphone yang dari tadi teronggok di meja, “Andra” dengan 7 kali panggilan tak terjawab.
Entah kenapa aku enggan sekali mengangkat telepon karena tahu pasti Andra yang menghubungi. Seketika perasaan takut, benci, sebal dan sedih berkecamuk dalam dadaku. Takut ketika memikirkan bagaimana apabila siang tadi terjadi hal yang lebih buruk. Bagaimana jika seseorang ada yang melihat Andra masuk ke rumahnya dan melapor kemudian mereka menggerebek kami. Hufth.. apa yang terjadi nanti.
Bagaimana ketika Heru tahu, bagaimana nasib perkawinan kami? Anak-anak? Hidupku … Hidup kami … apa yang akan terjadi. Belum semua hinaan dan cemoohan yang harus aku tanggung dan keluargaku.
Benci kenapa diriku sendiri yang terkukung nafsu birahi, nafsu duniawi sehingga menghilangkan semua akal sehatku. Benci karena tidak bisa menolak, benci kepada Andra yang pemaksa.
Sebal kepada diriku sendiri yang begitu bodoh menyuruh andra masuk ke dalam rumah, sebal kepada Andra yang selalu berhasil mendapatkan apa yang dia mau.
Sedih ….. mengapa aku harus menghianati Heru dan mencintai Andra dalam satu waktu sekaligus.
Sedih hampir saja aku bercinta dengan Andra, di rumahku sendiri, sedih kenapa aku harus mempunyai keinginan sex yang tinggi, hampir saja aku menodai rumahku dan tempat peraduanku dengan Heru. Sebuah tempat sakral untuk kami yang terikat tali pernikahan.
“Wanita macam apa aku??”
Tak terasa cairan hangat mengalir di pipiku, seribu rasa penyesalan datang. Logikaku sudah kalah oleh nafsuku, aku harus menghentikan semuanya. Perasaan ku kepada Andra, aku mencintai Andra, tapi ini tidak benar, ini salah, ini cinta yang salah …. Aku istri dari seseorang, tapi tidak ,,, bukan cinta yang salah, cinta tidak pernah salah … waktu … waktu yang salah, kalau saja aku bertemu Andra sebelum aku menikah dengan Heru mungkin semua akan berbeda, kalau saja … kalau saja …. Arghhhh!!
Kamu sudah menikah Nadien!!! Aku menegur diriku sendiri. Ya, aku sudah menikah, dengan seorang pria lembut yang bertanggung jawab yang sangat mencintaiku. Dan aku pun mencintainya, sosok seorang laki-laki yang menyelamatkan hidupku dari sisi gelapku. Menjadikan aku ibu untuk 2 anak luar biasa. Dan aku sudah sangat beruntung mendapatkan itu.
Mungkin ini teguran untukku, peringatan untukku menghentikan semuanya. Kejadian tadi membuatku sadar, kalau saat ini aku telah kembali Nadien yang dulu, seorang Nadien yang egois dan gelap. Yang memburu kesenangan dunia dan lari dari kenyataan padahal kenyataan itu sudah indah adanya.
Aku seharusnya bersyukur dengan apa yang aku dapat. Jangan tergoda lagi dengan semua keglamoran dan kebebasan orang-orang, padahal mungkin sebenarnya, banyak orang yang menginginkan kehidupan yang sudah aku punya.
Semua pasti lebih baik apabila aku berhenti berhubungan dengan Andra. Andra akan kembali pada istrinya dan hanya ada Heru dan anak-anak untukku.
Tapi bagaimana jika semua menjadi lebih buruk. Aku mencintai Andra, aku sangat membutuhkannya. Semua lelahku sirna ketika bersamanya. Dan aku yakin Andra pun begitu. Kami sudah sangat tergantung satu sama lain. Apakah aku mampu bertahan tanpa Andra yang selalu membantuku.
Dan bagaimana Andra jika aku meninggalkannya … apakah akan butuh proses untuknya move on ke kehidupan normalnya tanpa bersama aku di sisinya, ataukah justru biasa saja dengan mudah dia beralih lagi mencari wanita lain yang sudah menjadi sifat nya yang Player untuk menjadi pacarnya? ataukah dia akan hancur sama seperti aku?? Aku tidak Tahu.
“AAAAAHHHHH” aku berteriak dengan wajah ditutup bantal, menangis sejadi-jadinya. Semua hal berputar di kepalaku. Aku meratapi diriku sendiri yang mencintai Andra tapi aku pun mencintai heru, aku tidak mau kehilangan keluargaku.
***
POV 3
Sudah jam 6 malam Heru datang bersama Aurel dan Bagas yang berhamburan masuk ke dalam rumah mencari Nadien. Untung saja dinginnya air menyejukkan tubuh Nadien dan mengempeskan kesembaban matanya.
“Halo sayang, seger banget nih.” kata Heru menggoda.
“Wee!!” Nadien menjulurkan lidahnya kearah Heru dan memeluk kedua anaknya yang baru saja datang.
“Maa aku laper” kata Aurel manja.
“Iya sayang sebentar”.
Nadien membantu Heru membawa tas pakaian anak-anaknya dan membawanya ke kamar.
“Ma jeruk boleh aku makan?’ teriak Aurel lagi di ruang makan.
“Iya, boleh sayang”.
Terdengar tawa dan candaan mereka di ruang makan. Sementara Nadien di kamar tidur, duduk asyik mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tas dan memilah-milah pakaian kotor.
Selang beberapa menit kemudian Heru masuk ke kamar dan menghampiri Nadien.
“Ma ini apa? Ada di dalam kantong keresek jeruk.” Kata Heru sambil melemparkan sebuah kantong plastik ke pangkuan Nadien.
Nadien tertegun ketika melihat isinya. Satu set pakaian lingerie berenda berwarna hitam yang sangat cantik dan terlihat mahal.
“Ada suratnya di dalem ma” kata Heru lagi dengan dingin. Dengan tangan gemetar Nadien mengeluarkan sebuah kartu kecil yang bertuliskan :
“Nanti kalau check in lagi pake ini ya sayang” Love Andra
“PLAKK” Sebuah tamparan keras melayang ke wajah Nadien. Air mata Nadien langsung mengalir dari pipinya, bukan rasa sakit yang dia rasakan, tapi rasa ketakutan yang luar biasa.
“Bukan apa-apa pah, ini cuma candaan Andra dan teman2 pah, mereka iseng.”
“Gak mungkin iseng kayak gini mah, apa mereka gak punya otak? Dan namanya cuma Andra, ini dari Andra kan? Mama suka check in sama dia?” Mata Heru memerah dengan air mata di sudut-sudut matanya. Dan Nadien air mata Nadien mulai jatuh dan memegang tangan Heru.
“Kamu mengkhianati aku Nadien??”
“Percaya sama mamah pah, ini bukan apa2” Heru menepis tangan Nadien yang sedang mengusap wajahnya dan berjalan mundur menjauhi Nadien.
“Aku tahu Nadien, jangan bohong lagi. Aku barusan baca chat dari Andra. Aku tau semuanya”
Napas Nadien langsung terhenti, dadanya berdebar kencang, ia ingat hpnya yang teronggok di ruang tamu dengan riwayat telepon dan chat yang belum sempat dia baca.
Andra memandang nanar Nadien, matanya memerah dengan air mata di sudut matanya. Tangannya tegang terkepal menahan semua amarah di dadanya.
“Aku pergi dulu kuliah malam” Heru berbalik pergi meninggalkan kamar.
Nadien shock, hanya diam dan menangis. Dia duduk di karpet kamarnya dan melempar hadiah terkutuk dari Andra itu ke sudut kamarnya. Terdengar suara motor Heru dan teriakan anak-anak yang mengantarnya sampai depan rumah.
“Mama sama papa berantem?” kata Aurel ketika masuk ke dalam kamar mendapati Nadien yang sedang menangis.
“Ah? Hahaha, ngga sayang gak apa apa, biasalah orang dewasa ada selisih paham, bukan berantem.
Lagi ngomongin ganti cat pagar, mama mau biru, papa mau kuning maksa, jadi mamah nangis buat bujuk papa, kayak Aurel aja kalau mau sesuatu pasti nangis kan kalo gak diturut, hahahaha” Nadien tertawa dalam tangisan sambil memeluk Aurel menenangkannya. Aurel tersenyum dan memeluk nadien dengan sangat erat.
“Kirain mama berantem, Aurel takut.” katanya lugu.
“Nggak lah sayang, mana mungkin kita berantem.”
“Aaaahhh ikutaaaan!” Bagas datang dan menubruk Aurel dan Nadien yang berpelukan.
Mereka bertiga tertawa dengan lepas. Pelukan hangat dan ciuman datang dari kedua anaknya yang sudah lama tidak ia rasakan. Dia lupa kehangatan buah hatinya karena dia terlalu sibuk menyusun rencana kencan dan membuat kebohongan-kebohongan agar bisa bersama Andra.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang, akhirnya hubunganku dengan Andra sudah diketahui Heru. Apa yang aku takutkan kini terjadi. Aku tidak mau kehilangan keluargaku, aku harus mempertahankan pernikahanku. Aku harus” pikir Nadien dalam hati.
Setelah Aurel dan Bagas tertidur. Dengan lunglai Nadien berjalan keluar kamar hendak mengunci semua pintu sebelum dia tidur. Handphone masih tergolek diatas meja ruang tamunya.
Dengan bergetar Nadien membaca semua pesan dari Andra.
“Sayang, gimana keadaan mu? Masih shock kah? Tenang ga akan ada apa-apa. Heru gak akan tahu”
“Sayang, di kantong jeruk ada surprise buat kamu. Hehehe”
“Sayang kok ga mau angkat telepon?? Oh gitu yaaa … hmmm awas ya kamu, pokoknya yang dalam kantong itu harus kamu pakai pas kita check in lagi tambah hutang 2 ronde hahaha”
“Nad, kenapa ga angkat telepon sama chat aku?? Urgent angkat teleponnya”
“Nadien, cepat hapus chat, nanti terbaca heru, aku udah ga bisa narik pesan lagi sudah 1 jam”
“Nadien, urgent, baca chat”
Dan ada 3 pesan yang sudah ia tarik.
Tubuh Nadien semakin lemas setelah membacanya. Andra memang tidak membiacarakan insiden tadi siang, tapi chatnya yang lain sudah cukup menjelaskan hubungannya dengan Andra dan membuat terancam pernikahannya.
Nadien kembali menangis meratapi semua kesalahan yang ia buat.
“Apa yang harus aku lakukan??”
Nadien hanya berharap ini hanya sebuah mimpi buruk, dan ketika ia terbangun semua akan baik-baik saja.
***
Sepeti biasa Nadien terbangun jam 5 pagi. Kepalanya terasa sakit dan berat, disertai mata yang sembab karena menangis semalaman sampai tertidur.
Dia sedikit lega ketika melihat Heru yang tertidur di kursi ruang tamu. Tiba-tiba Heru membuka matanya dan memandang Nadien dengan sedih.
“Duduk ma. Kita bicara sebentar.” katanya lagi.
Nadien segera duduk di sampingnya, Heru bergeser menjauhi seakan-akan jijik bersentuhan dengan Nadien.
“Sejak kapan mama pacaran sama Andra?”
“Engga pa, mama….”
“Stop Nadien, jujur padaku, sudah sekian lama?”
“3 bulan.” kata Nadien berbohong padahal sudah hamper 8 bulan dia bersama dengan Andra.
Heru menghela nafasnya, pandangannya kemudian tertunduk tidak mau melihat Nadien.
“Udah check in berapa kali?”
“Nggak pa, belum pernah, itu cuma lelucon andra saja yang mau check in, tapi mama belum pernah check in.”
“Ok mah, aku tahu kalian pasti pernah check in. Pacaran orang yang sudah menikah itu berbeda dengan pacaran ABG, aku tidak mau tahu berapa kali kalian sudah check in, kebohongan ataupun kebenaran yang nanti kamu sebutkan tetap sakit buat aku.”
Nadien terdiam dan menunduk. Bulir-bulir air mata mulai jatuh membasahi pipinya.
“Kenapa mah? Jawab saja, jangan sampai aku harus mengulang setiap pertanyaanku” Tanya Heru lagi.
Nadien berfikir keras memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan sehingga semua akan baik-baik saja dan Heru kembali baik dan menerimanya, tidak menceraikannya.
“Suka curhat mama? Cerita tentang di rumah?”
“Kadang-kadang tapi tidak semua hal aku ceritakan kepada Andra.” Jawab Nadien dengan kebingungan.
“Jadi hubungan kalian karena hati atau materi?” Heru akhirnya memberikan dua optional kepada Nadien.
“Materi..” akhirnya Nadien memillih materi. Dia pikir kalau masalah hati Heru pasti akan menceraikannya karena merasa Nadien sudah tidak mencintainya lagi. Kalau materi, hanya itu saja, jadi tidak ada cinta.
“Buat apa uangnya ma?”
“Susu, makanan anak-anak, bayar pembantu harian dan kebutuhan lain pa.”
“Jadi selama ini anak-anak ku makan makanan dari uang haram Nad?” teriak Heru.
“Bukan uang haram pah!”
“Itu uang haram karena diberikan atas perzinahan kalian!”
Nadien tersentak mendengar perkantaan Heru sekaligus tersinggung. Karena dia merasa uang yang Andra berikan kepadanya adalah uang halal, dan semua ia habiskan hanya untuk keperluan keluarganya, untuk membantu Heru.
Nadien merasa ia harus membela dirinya karena ini dia lakukan memang semata-mata bukan hanya karena dirinya saja.
“Papa pikir uang yang papa berikan sudah cukup untuk menutup semua kebutuhan kita?
Papa sibuk bekerja tapi sebagian besar uangnya papa pakai untuk kuliah dan kadang papa berikan untuk keluarga papa. Aku tidak pernah meminta apapun ataupun mengeluh. Tapi anak-anak dan kebutuhan di rumah lebih dari apa yang papa berikan, setiap hari aku harus selalu muter otak agar uang-uang itu cukup. Aku yang mengatur di rumah, aku tidak tahan liat anak-anak yang serba kekurangan.
Papa pikir dari mana semua uang yang aku dapat? Upah dari Bianca tidak sebesar itu. Dan papa pun menikmati kehidupan papa dengan beban yang menjadi berkurang. Papa tenang kuliah dan bisa memberi secara rutin dengan keluarga papa!”
Heru terkejut mendengar ucapan Nadien. Dengan mata yang memerah dia memandang Nadien yang sedang duduk tegap dihadapannya sambil berlinang air mata.
“Tapi apapun itu, tidak bisa jadi alasan kamu berselingkuh dengan laki-laki lain!!” Heru berteriak matanya semakin memerah marah. Nadien tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Maafkan aku kalau ternyata selama ini kamu tidak bahagia. Dan maafkan aku apabila semuanya akan berbeda nanti.” Heru berdiri hendak meninggalkan Nadien. Nadien menarik tangan Heru dan mendekap kaki Heru yang berdiri dihadapannya.
“Maafkan aku pah, aku mohon maafkan aku. Aku gak akan berbuat itu lagi pa, aku janji, baru 3 bulan pa, tidak terjadi apa-apa antara aku dengan Andra” Nadien berbohong dan berusaha meyakinkan Heru dengan tangisannya.
“Sekarang aku tidak tahu lagi, mana perkataanmu yang benar atau bohong. Selama ini aku mempercayaimu, aku berikan kamu kebebasan bersama teman-temanmu, kamu selalu menyiratkan Lyla yang berselingkuh dengan Andra, tetapi ternyata kamu sendiri yang melakukannya.
Dan yang paling membuatku sedih, ternyata selama pernikahan 10 tahun ini, aku tidak bisa membahagiakan kamu, kamu tidak bahagia bersamaku dan aku tidak menyadarinya. Aku kira semua baik-baik saja sampai kemarin!” Heru menarik kakinya agar terlepas dari dekapan Nadien. Tubuh Nadien pun terjatuh karena berusaha menahan dekapannya di kaki Heru. Dan Heru sama sekali tidak berbalik untuk membantunya dan terus berjalan ke dalam rumah.
***
Sudah 5 hari semenjak kejadian hari itu, suasana menjadi berubah. Heru dan Nadien selalu tampak biasa di depan anak-anak, tapi tidak ketika mereka hanya berdua. Tidak ada senyuman apalagi sentuhan dari Heru untuk Nadien. Untuk menghindari usaha Andra untuk terus menghubunginya, Nadien pun bercerita kepada Bianca agar Bianca memberitahukan kepada Andra apa yang terjadi dan memintanya jangan menghubunginya lagi.
Entah bagaimana reaksi Bianca saat itu mendengar pengakuan Nadien, tapi mendengar nada bicaranya menyiratkan kekecewaan yang amat sangat.
Malam itu seperti biasa Nadien tidur di kamar bersama Bagas. Tengah malam, terasa sentuhan hangat masuk ke dalam tubuh Nadien membuatnya terbangun. Dia sangat bahagia akhirnya Heru mau menyentuhnya lagi setelah sekian lama. Heru menciumi rambut Nadien dan menarik tubuhnya ke arahnya. Nadien mulai membuka mata dan bibirnya yang dibalas dengan bibir Heru yang melumatnya dengan kasar.
“Eeuhh” Nadien bergumam karena kaget, tidak biasanya dia seperti ini.
Heru menghentikan ciumannya untuk sesaat, dan kembali melumat bibir Nadien dengan kasar. Nadien yang kaget mengikuti permainan ciuman Heru. Tidak butuh lama akhirnya Heru membuka seluruh pakaian Nadien dan pakaiannya. Tangan Heru mulai turun ke arah klitoris Nadien gerakan tangannya yang awalnya lembut makin lama makin cepat dan kasar.
Nadien mengenyitkan dahinya dan berusaha menarik tangan Heru agar lepas dari klitorisnya. Tapi Heru tidak berhenti, tubuhnya menindih Nadien, sementara bibirnya terus melumat bibirnya, jari-jarinya mulai masuk ke dalam vagina Nadien. Desahan Nadien pun berubah, yang asalnya hanya berisi desahan kenikmatan sekarang disertai dengan rintihan kesakitan.
“Sakit pah, pelan-pelan.”
“Ssst, nanti Bagas bangun” Jawab Heru tak perduli.
“Tapi kamu suka kan seperti ini mah? Lihat, vagina mu basah dengan cepat” Heru tunjukkan tangannya yang basah dengan lendir vagina Nadien.
Nadien mengenyitkan dahinya dan mengigit bibir bawahnya karena heran dengan prilaku Heru.
Heru tertegun memandang bibir bawah Nadien dan dengan kasar menciumnya lagi.
“Mmh, eugh” Nadien tersentak ketika Heru tiba-tiba menghujamkan penisnya ke dalam vagina nadien.
Terasa sakit sekali karena di hujamkan dengan kasar. Bulir-bulir air mata Nadien mulai terasa di sudut matanya jatuh perlahan karena mendapat perlakuan seperti itu dari Heru suaminya. Bagaimana tidak Heru yang biasanya sangat lembut sekarang seperti sedang memperkosanya.
Tanpa peduli dengan apa yang dirasakan Nadien, Heru tetap melanjutkan mencumbu Nadien sampai akhirnya Heru mendapatkan kepuasan.
Setelah beberapa detik Heru meredakan sensasi yang dia rasakan, dia langsung berdiri memakai pakaiannya. Tanpa berkata apa-apa dia hanya mengambil bantal dan selimut mereka dan keluar kamar meninggalkan Nadien dan Bagas.
Nadien hanya diam melihat dengan perlakuan heru. Dia berusaha menempatkan dirinya di posisi heru yang telah dikhianati. Berusaha meyakinkan diri untuk menerima semua perlakuan kasarnya.
“Ini semua salahku, mungkin bisa lebih buruk lagi, apapun aku terima, asal Heru memaafkanku dan tidak menceraikanku” kata Nadien dalam hati.
“Nanti juga semua akan reda, dan akan kembali normal.”
“Ini sebuah awal yang baik. Heru sudah mau menyentuhku lagi, Jangan khawatir Nadien, semuanya akan membaik, semua akan baik-baik saja.”
Nadien tersenyum dan segera menyeka air mata yang tadi jatuh di pipinya. Dan mencoba tidur di tengah dinginnya malam.
Tapi ternyata apa yang lakukan Heru kepadanya tidak hanya terjadi malam itu saja. Hampir setiap ada kesempatan Heru selalu mencumbu Nadien dengan kasar. Tidak pernah peduli bagaimana keadaan Nadien yang lelah atau sakit. Dan bahkan melakukan hal-hal yang tidak biasa mereka lakukan. Pada awalnya Nadien selalu berusaha menerima dan memahami perubahan Heru ini dan berusaha meyakinkan dirinya kalau semua akan segera normal dan baik-baik saja.
Sampai akhirnya pada suatu hari Nadien tidak tahan lagi.
“Kenapa?” Tanya Nadien terisak. Setelah heru baru saja selesai “memperkosanya”.
Heru terdiam dan tersenyum sinis ke arah Nadien.
“Kamu itu istriku, aku boleh melakukan apa saja mauku. Terserah mauku memperlakukanmu layaknya seperti pelacur atau apapun itu, semua adalah hak-ku. Selama ini aku selalu menjaga perasaanmu tapi kamu tidak menjaga perasaaanku. Dan sekarang aku coba cara lain terhadapmu.” Jawab Heru yang masih mengancingkan pakaiannya, tanpa menoleh sedikit pun pada Nadien.
“Aku selalu mencintaimu tanpa syarat, karena berharap kamu menerimaku dengan semua kekuranganku. Dan ternyata di belakangku kau merusak segalanya.” Dan seperti biasa Heru langsung keluar kamar meninggalkan Nadien.
Nadien menangis tak tertahankan, menelungkup membenamkan wajahnya ke bawah bantal karena takut Bagas terbangun. Dia kaget ternyata Heru bisa sekasar dan sejahat itu. Semua perbuatannya dan perkataannya begitu menyakitkan. Sepertinya sekarang Heru sudah memperlakukannya layaknya seorang pelacur.
Nadien terus menangis meratapi nasibnya, dipandangnya Bagas yang sedang tertidur pulas, mengusap rambutnya dan menangis kembali berusaha untuk tertidur.
“maafkan mama sayang…”
***
Sore itu Nadien sedang bermain dengan Bagas ketika ada pesan masuk dari Oki.
Tuuuing..
“Gimana kabarnya Nadien.?”
“Baik-baik saja oki, gimana kabar kamu dan teman-teman semua?”
“Baik Nad, sulit banget sih kamu jawab chat.”
“Iya nih, maaf ya aku sibuk banyak kerjaan di rumah sama bantu kakakku Bianca kadang-kadang Ki…”
“Nah sekarang kamu kok biasa jawab chat, gak lagi sibuk kan?”
“Ngga Ki, Bagas lagi anteng, Heru juga lagi kerja.”
“Ooh gitu ya, bisa nelpon dong.”
Belum sempat Nadien menjawab, sebuah panggilan masuk dari Oki.
“Iya halo Ki …”
“Nadien… apa kabar”
Deg suara Andra.
Hati Nadien langsung bergetar mendengar suara orang yang dirindukannya. Ingin rasanya dia menutup telepon itu, tapi sebagian dirinya menolak.
“Baik Ndra, bagaimana kabarmu?”
“Tidak begitu baik Nadien.”
“Jangan begitu Ndra, kamu harus sehat dan baik-baik saja.”
“Kamu pikir semua baik-baik saja setelah aku tahu apa yang terjadi dan kamu menghilang. Kamu pikir aku bisa baik-baik saja ketika tahu orang yang kusayangi dan aku cintai sedang kesulitan karena aku? Kamu pikir orang macam apa aku?”
“Aku ingin ketemu Nad.”
“Gak bisa Ndra keadaan sudah berbeda.”
Terdengar suara motor masuk ke halaman rumahnya.
“Heru pulang, sudah ya Ndra.”
“Please Nad ada hal penting yang harus kita bicarakan, royal crown 303 besok jam 10 pagi.”
“Gak bisa Ndra.”
Terdengar suara gerbang depan yang di tutup.
“Aku mohon Nad, atau aku akan terus menelepon mu dengan cara apapun.”
“Kalau kau benar-benar menyayangiku maka kamu tidak akan melakukannya. Maaf Ndra kita gak bisa ketemu lagi, maafkan aku.”
“Klik.” telepon segera Nadien tutup dan menghapus semua chat dan riwayat teleponnya. Nadien segera menghampiri Aurel dan Bagas yang tengah bermain agar Heru tidak menaruh curiga.
Seperti biasa Heru masuk ke rumah dan langsung masuk kamar mengganti bajunya.
“Hufth hampir saja.”
*****
Jam sudah menunjukkan jam 12 malam, tapi Heru tidak bisa menutup matanya untuk tertidur. Sejak Kejadian hari itu Heru seperti layaknya mayat hidup yang harus tetap hidup dan berdiri kuat demi anak-anaknya. Dia tetap menjadi seorang ayah yang baik di hadapan kedua anaknya, tetap bersemangat dan ceria, tetapi semua itu langsung buyar ketika Nadien dihadapannya.
Sekarang kamar tidurnya adalah ruang tamu atau ruang tengah. Sesekali dia tidur di kamar apabila tubuhnya sudah terasa sakit-sakit dan hanya ketika Nadien tidak berada di kamar. Sebisa mungkin dia menghindari agar tidak satu ruangan dengan Nadien, setiap Nadien muncul dia langsung pergi, setiap Nadien menghampiri dia menghindar.
Dan ketika dia merindukan istrinya dan menyentuhnya selalu berakhir dengan perlakuan kasar dan ingin menyakitinya. Pikirannya terhadap Nadien yang begitu sempurna sudah hancur luluh lantah.
“Aku tidak mungkin hidup seperti ini terus. Aku harus melakukan sesuatu.”
***
Besoknya sepulang mengantarkan Aurel ke sekolah, Nadien melihat Heru tengah berbicara serius dengan seseorang lewat telepon di depan rumahnya.
“Iya kak boleh, sama-sama kak.” Heru mengakhiri meneleponnya.
“Ma, kak Bianca barusan telepon, dia ada pekerjaan penting yang harus mama bantu, karena mama yang siapin berkasnya dulu. Cepat siap-siap kak Bianca sedang di perjalanan. Nanti mbo Yati yang nungguin Bagas di rumah.”
“Oh, iya pah.” jawab Nadien kaget.
“Papa mau kemana?” Nadien bertanya karena dia tahu kalau hari ini Heru libur bekerja.
“Harus antar atasan di kantor, aku pergi sekarang. Jangan tunggu aku menjemput ke kantor Bianca, mama pulang aja sendiri pakai ojol begitu selesai.”
Tanpa menunggu jawaban Nadien, Heru mengambil tasnya dan langsung pergi dari rumah.
Selang 10 menit Bianca datang dengan mbok Yati.
“Yuk Nad. Tinggalin hpnya biar mbok Yati pegang.”
“Hah?” Nadien merasa aneh dengan perkataan kakaknya.
“Hp kamu bersih kan? Gak ada yang bisa jadi masalah? Kalau ngga kunci aja, deh biar gak bisa di buka Heru kecuali angkat telepon.”
“Iya aman Bi, gak ada apa-apanya kok.” jawab Nadien.
“Oke kita pergi sekarang.”.
“Nad” Bianca memberikan telepon yang baru saja dia hubungkan entah kepada siapa. Ketika mereka sedang dalam perjalanan.
“Andra” tertulis di layarnya.
“Halo, Nadien ..” di ujung telepon Andra memanggilnya.
Nadien terhenyak sambil memandang Bianca.
“Jawab dulu, nanti setelah selesai aku yang bicara.” jawab Bianca mengerti arti pandangan Nadien sambil sesekali melihat ke arah spion.
“Iya halo Ndra.”
“Royal crown 303 aku tunggu di sana. Ada hal penting yang mau aku bicarain. Please Nad..”
“Iya ndra” jawab Nadien dan menutup teleponnya.
“Bukannya aku mendukung Andra dan tidak menyukai Heru. Kamu tau kalo aku menyukai dan menyayangi Heru. Tapi terlebih-lebih aku lebih sayang sama kamu. Semua bencana ini, apa yang terjadi antar kau, Heru dan Andra, aku akui bagaimanapun juga aku ada andil. Aku akan berusaha memperbaiki semuanya dengan cara apapun, aku hanya ingin adikku bahagia, aku tidak tega melihat hidup adikku seperti di neraka.
Semalam Andra meneleponku, kami mengobrol cukup lama untuk mencari solusi atas masalah kalian dan aku menyetujui untuk membantunya. Sebenarnya sih bukan membantunya, tapi membantumu. Nanti kamu akan tahu Andra akan jelasin semuanya. entah itu benar atau salah atas tindakanku ini, aku mohon pada mu Nad, segera tuntaskan semua ini tak peduli apa keputusan yang akan kamu ambil, aku tetap mendukungmu.” Ujar Bianca seperti memberikan ultimatum pada Nadien untuk mengambil sikap.
“Makasih Bi, aku juga sayang kakak.” Nadien menangis dan menyandarkan kepalanya di bahu Bianca. Bianca mengelus kepala adik yang disayangnya dan sesekali menoleh ke kaca spion.
“Dari tadi ku lihat ke belakang, takut ada yang ngikutin. Tapi sejauh ini aku cukup yakin tidak ada Heru yang mengikuti. Sekarang kita masuk ke jalan tol, di rest area nanti kamu akan berganti mobil, Andra sudah sewa mobil untuk mengantarkan kamu kepadanya. Segera hubungi aku ke nomor kantor setelah urusanmu dengan Andra selesai, pake handphone Andra, nanti aku jemput.
Soalnya aku mau matiin nomer yang ini biar Heru gak bisa menghubungi aku. Jangan khawatir ini sudah kami rencanakan dengan baik, aku juga gak kemana mana”.
“Iya Bi, terima kasih.”
Sesampainya di rest area, seperti yang sudah mereka rencanakan Nadien segera masuk ke dalam mobil. Sopirnya pun nampaknya sudah tau kemana mereka pergi. Nadien tidak tahu hal penting apa yang dimaksudkan Bianca ataupun Andra. Tapi dia yakin Bianca orang yang cerdas, dan yang terpenting dia menyayanginya, tidak mungkin Bianca membuat rencana yang gegabah dan mengambil resiko seperti ini.
***
Nadien mengetuk pintu kamar 303 Hotel Royal Crown.
“Trek” pintu terbuka dan Andra tersenyum lirih melihat Nadien di hadapannya.
Nadien masuk dengan senyum yang sama.
“brukk” Andra mendekapnya dengan sangat erat, pelukan terhangat dan tererat yang pernah Nadien rasakan. Andra menuntun Nadien agar duduk di kasur dan berlutut di hadapannya.
“Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu, sangat mencemaskanmu. Aku tidak tahu kabarmu sama sekali, teman-teman yang lain juga bahkan Lyla pun tidak tahu. Sampai akhirnya Bianca menghubungi aku. Dan dia meminta agar aku tidak mengubungimu lagi, dan ia hanya meminta aku berdoa agar semua baik-baik saja.
Itu membuatku tambah bingung Nad, itu semakin membuat aku gila. Ingin aku menelponmu dan lari mendatangi rumahmu, tapi aku takut. Aku bukan takut kepada Heru, tapi aku takut kamu tidak menginginkannya, aku takut malah membuat masalah baru dan kau membenciku” Bola mata indahnya berkaca-kaca dan bergerak kesana kemari, seperti mata seorang bocah yang sedih sekaligus bahagia.
“I’m okay Ndra,” jawab Nadien.
“Heru … Dia memukulmu atau apapun? Dia kasar sama kamu??”
“Ngga andra …. Dia memang marah pasti. Tapi perlakuannya kepadaku masih sebatas wajar, tidak ada hal kasar atau apapun” ucap Nadien berbohong,
“Walau memang sekarang masih kaku. Tapi gapapa nanti semua akan berlalu, semua akan baik-baik saja” Nadien menatap wajah seorang pria yang dirindukannya sedang berlutut dihadapannya dan mengusap rambutnya.
“Maafkan aku Nad, jika saja hari itu aku tidak memaksa datang dan mengganggumu. Semua ini tidak akan terjadi. Kamu sudah bilang tidak dan aku tetap memaksa. Argh.. maafkan aku Nadien, aku sangat merindukanmu hari itu dengan segala masalah dan kepenatanku, aku benar-benar membutuhkanmu hari itu, tapi aku malah merusak segalanya,” Nadien hanya terdiam, lidahnya kelu tidak bisa berkata apa-apa.
“Nadien aku sangat mencintaimu, jangan tinggalkan aku, Aku tidak sanggup kehilangan kamu, bercerailah dengan Heru, aku akan ceraikan Almira, menikahlah denganku.” Ucapnya lagi.
Dengan perasaan hancur melihat kerapuhan orang yang dicintainya, Nadien tersenyum berusaha menenangkan Andra.
“Ngga sayang. Kasian Almira, anak-anak kita dan Heru, kita gak boleh egois” jawab Nadien.
“Oke aku gak akan ceraikan Almira. Kita segera urus perceraianmu dengan Heru, dan kita menikah secepatnya, anak-anak kamu kita urus bersama. Dan Heru … Heru, dia boleh kunjungi anak-anak kapanpun dia mau”.
“Ngga Ndra, aku tidak bisa, aku akan bertahan dengan Heru.”
Lutut Andra begitu lemas dan bersimpuh menangis di kedua paha Nadien.
“Please Nadien don’t leave me, I need you” Tak terasa air mata Nadien pun menetes tanpa bisa berkata apa-apa. Andra hanya mendapatkan senyuman dan belaian di rambutnya sebagai jawaban.
“Do you love me Nadien?” Andra mengangkat kepalanya melihat ke arah Nadien. Pandangan mereka beradu dan seakan-akan dunia berhenti berputar untuk sesaat.
Nadien memandang wajah Andra, wajah yang begitu tampan dengan air mata di ujung kedua matanya.
Nadien mencium Andra dengan lembut. Andra yang biasa sangat liar dengan ciumannya, membalasnya dengan ciuman yang lembut dan dalam. Ciuman yang bukan hanya sekedar nafsu, tapi rasa sayang dan kerinduan yang mendalam. Nadien menariknya ke atas kasur dan membuka kancing blouse berwarna birunya satu persatu, blouse biru yang pernah ia pakai ketika pertama kali mereka berjumpa.
Dan mereka pun larut dalam sebuah pergumulan percintaan yang luar biasa, yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Rasa rindu dan takut kehilangan keduanya semakin membuat percintaaan ini begitu berarti.
“Hmmmh” entah berapa lama Andra tertidur. Tangannya menggapai ke sisi kasurnya dan meraba berusaha mencari sosok yang tadi masih tertidur di sampingnya. Dia langsung membuka matanya ketika menyadari tidak ada seorang pun di sisinya. Dia langsung duduk di kasur dan melihat sekeliling, tampak sudah tak ada lagi pakaian, sepatu dan tas Nadien yang berserakan.
Dia segera berlari mencari ke kamar mandi dengan harapan Nadien ada disana. Tapi yang ia dapati hanya kamar mandi kering yang kosong. Seketika tubuhnya lemas, menyadari Nadien telah meninggalkannya.
***
Sementara di tempat lain.
Ting…tong…
Almira baru saja menidurkan Olivia ketika seseorang memijit bel pintu rumahnya.
“Oh iya, siapa?” kata Almira ketika dia membukakan pintu rumahnya.
Berdiri dihadapannya, seorang pria tinggi yang tampan dengan lesung pipi di kedua pipinya terlihat ketika dia tersenyum.
“Siang bu Andra, kenalkan saya Heru suami Nadien. Boleh saya minta waktunya sebentar, kita ngobrol di kursi teras saja.” Katanya lagi.
Almira menghembuskan Nafasnya ketika mendengar siapa pria yang memperkenalkan dirinya. Almira mengangguk dan mempersilahkan Heru untuk duduk di kursi terasnya.
“Baik pak Heru, sepertinya saya tahu apa yang akan kita bicarakan,” jawab Almira.
Mata Heru membesar pertanda kaget mendengar ucapan Almira.
“Saya pernah mendengar nama istri bapak menjadi igauan suami saya ketika sedang sakit beberapa hari yang lalu”
Heru semakin kaget mendengar perkataan Almira. Terlebih melihat Almira yang begitu kuat dan kokoh sekaligus tenang.
“Silahkan pak, katakan apa yang mau bapak katakan. Saya sudah pernah mengalami ini, ini bukan hal pertama. Jadi saya tidak begitu kaget.” Kata Almira tegar.
Heru menganguk dan duduk mengikuti Almira. Heru menarik nafas panjangnya sebelum dia mulai berkata-kata.
“Maaf bu … begini ……!!”
***
Malam sudah menunjukkan jam 10 malam ketika Heru sampai di rumahnya.
Dengan perasaan kalut dan lelah karena berkelilling entah kemana sepulang bertemu dengan Almira dia membuka pintu rumahnya.
Dia melemparkan kunci-kunci diatas meja dan duduk di ruang tamu sambil mengadahkan kepalanya kearah langit-langit.
Membayangkan Nadien yang disentuh dan bercinta dengan laki-laki lain yang membuatnya jijik. Apalagi alasan Nadien bersama Andra adalah karena materi. Layaknya seorang pelacur yang bercinta karena uang. Karena itu setiap ia bercinta dengan Nadien, ia memperlakukannya seperti pelacur.
Heru merasa dia memang tidak pernah memberi materi banyak kepada Nadien, karena harus dia bagi untuk membayar kuliah malamnya dan sesekali memberikannya kepada orang tuanya. Bagaimanapun sebagai anak laki-laki dia harus terus berbakti kepada orang tuanya, dan kuliah malam, ia melakukannya agar mendapatkan pekerjaan untuk penghidupan yang lebih baik untuk keluarganya.
Tapi Heru kira, semua yang ia berikan itu cukup, karena Nadien tidak pernah berkata apa-apa dan meminta apapun ataupun mengeluh. Bahkan ketika mereka ada waktu dan berjalan-jalan ke mall pun nadien tidak pernah mau membeli apapun.
“Bagus ya pah?” sesekali Nadien berkata seperti itu ketika dia sedang melihat-lihat barang di etalase sebuah toko.
“Iya sayang, bagus. mama mau?” Tanya Heru
Nadien hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“hehehe, nggaklah pah. Apa setiap barang yang aku bilang bagus berarti aku mau? Seperti halnya aku liat awan dan aku bilang kalau awannya bagus, berarti aku mau awan itu?” Nadien selalu jawab seperti itu, membuat Heru berfikir kalau Nadien memang tidak menginginkannya.
Seakan terhenyak Heru menyadari kalau selama ini dia salah dan tidak memahami apa yang ada di dalam hati Nadien. Nadien yang tidak pernah banyak meminta dan mengeluh tetap saja seorang wanita yang mempunyai keinginan dan nafsu. Heru memang jarang sekali memberikan barang untuk Nadien karena dia kira memang Nadien tidak menginginkannya.
“Arghhh’… Heru meremas rambutnya sendiri kesal kepada dirinya, yang sama sekali tidak memahami Nadien.
Selama 10 tahun ini dia kira Nadien sudah cukup bahagia dengan yang dia berikan. Tidak hanya sedikit materi saja yang dia berikan, kesibukannya bekerja dan kuliah malam semakin membuat Nadien tertekan dan menyimpan semuanya sendirian. Sehingga ketika orang lain semacam Andra masuk yang bisa memberikannya materi dan perhatian, membuatnya luluh.
Apalagi setelah dia berbicara dengan Almira siang tadi. Bagaimana Andra sebelum dan setelah bertemu dengan Nadien dan bagaimana ketika mereka tidak bertemu lagi.
“Kami menikah atas perjodohan paksaan dari orang tuaku. Walaupun kami akhirnya mempunyai dua anak, tapi aku tahu kalau Andra tidak pernah mencintaiku. Semua sifat sinisnya, keceriaannya dan petualangan cintanya hanya untuk menutupi ketidakbahagiaan karena menikah tanpa cinta. Ya, aku tahu di belakangku dia sering punya kekasih. Bahkan ada juga yang seperti anda, datang kemari untuk berbicara kepadaku. Andra memang selalu menjadi orang yang kuat, pemaksa dan agak kasar.
Sampai suatu hari dia berubah aku menyadari ini mungkin karena dia sudah punya pacar baru lagi, tapi perubahannya kali ini berbeda. Dia tetap menjadi orang yang kuat tapi lebih lembut dan bahagia. Dia tidak pernah melupakan kewajibannya kepadaku dan anak-anak. Tapi semua itu menghilang dalam minggu-minggu terakhir, sampai beberapa proyek yang sedang dia lakukan terancam gagal hingga dia jatuh sakit.
Ketika dia menyebutkan nama Nadien di igauannya akhirnya aku tahu siapa orang yang telah menjungkir balikkan kehidupannya. Aku tahu dia sangat mencintai istri anda, dan aku tahu ada suatu hal terjadi antara mereka yang membuatnya seperti ini. Sekarang anda datang kesini untuk menceritakan hal yang sudah aku ketahui.
Ini tidak akan merubah apapun, seperti biasa aku akan mempertahankan pernikahan ini dan melanjutkan menjadi istri dan ibu yang baik di keluarga ini. Karena aku menyadari penyebab Andra seperti ini salah satunya adalah kesalahanku dan keluargaku.” .
“Dan ternyata aku juga punya andil atas kehancuran pernikahanku” gumam Heru.
“Tapi tetap saja itu tidak membenarkan apa yang Nadien lakukan” gumamnya lagi.
Heru bangkit dari tidurnya, dan mengambil air putih untuk menenangkannya. Terlihat olehnya sebuah album keluarga dibawah rak TV dan membukanya. Dipandangnya foto Nadien yang selalu tersenyum bahagia, perhatiannya mulai tertuju kepakaian nadien yang sudah usang dan itu-itu saja. Heru mulai menangis di hinggapi rasa bersalah dan penyesalan.
Dia berjalan ke arah kamar dan mengintip di sela pintu kamarnya yang terbuka. Dia melihat Nadien yang membelakangi pintu sedang menangis sambil mengelus rambut Bagas. Kaki panjangnya yang indah sedikit terlipat karena kedinginan, karena tidak ada selimut di kamar ini dan Nadien tidak pernah sekalipun mengeluhkannya.
***
Keesokan paginya, seperti biasa Nadien bangun jam 5 pagi.
Heru pun sudah bangun dan duduk di sofa ruangan tengah sambil menonton tv.
“Buatin kopi mah” kata Heru.
Nadien tanpa menjawab segera membuatkan Heru kopi dan menyimpannya di meja. Heru menarik tangan Nadien yang sudah mau bergegas pergi meninggalkannya.
“Ada yang mau aku omongin”.
Deg. Jantung Nadien rasanya terhenti.
“apakah Heru akhirnya menceraikan aku?” pikirnya dalam hati.
Nadien kemudian duduk di samping Heru dengan kepala tertunduk.
“Kamu tahu? beberapa hari ini seperti neraka untukku. Setiap di rumah aku ingin selalu keluar dari sini, tapi di tempat kerja dan kampus aku sama sekali tidak bisa berfikir dan hanya memikirkan kamu dan anak-anak.
Aku seperti mayat hidup yang tidak tahu harus berbuat apa dan tidak tahu lagi kamana arah dan tujuanku. Kamu sudah menghancurkan semua gambaran tentang keluarga dan istri yang sempurna, menghapus semua yang sudah aku persiapkan dan aku rencanakan untuk masa depan kita.” Heru terdiam untuk sesaat.
“Maafkan aku …” bulir-bulir air mata mulai jatuh di pipi Nadien.
“Memaafkanmu akan lebih mudah dibandingkan melupakan perselingkuhanmu dengan Andra. Kemarin aku mendatangi rumah Andra dan berbicara kepada Almira atas perselingkuhan kalian. Ternyata Almira juga tahu tentang hubungan kalian dan ini juga bukan perselingkuhan Andra yang pertama.” Heru berhenti sejenak menarik nafasnya. Dan Nadien membulatkan matanya karena terkejut ketika mengetahui Heru telah berbicara dengan Almira.
“Andra ternyata hanya seorang lelaki brengsek yang lemah, alasan perselingkuhannya hanya karena perjodohannya dengan Amira, yang menjadikan pembenaran atas semua yang dilakukannya. Almira pun sangat tahu, kalau Andra sangat mencintai kamu, bagaimana dia hancur setelah kamu tinggalkan. Tapi Almira bilang dia akan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Andra demi anak-anaknya dan demi menebus kesalahan keluarganya yang memaksa Andra untuk menikahinya.”
Mendengar hal itu Nadien kaget dan nafasnya seakan terhenti. Heru terdiam untuk sesaat dan kembali ia menarik dan menghembuskan nafas panjang.
“Dan aku akan melakukan hal yang sama untukmu Nadien. Aku akan memberi kesempatan kedua untukmu, walau aku tidak tahu apakah ini akan menjadi suatu hal yang baik atau buruk untuk kita berdua. Tapi aku akan mencobanya demi anak-anak.”
“Aku tidak memintamu untuk melakukannya, tapi kamu harus melakukannya untuk menebus kesalahanmu kepada ku dan anak-anak.”
“Kita mulai dari hari ini. Aku tidak akan meminta maaf dengan semua perlakuan kasarku akhir-akhir ini kepadamu dan atas kesalahanku lainnya padamu. Tapi aku akan berusaha memaafkanmu dan mencoba kembali normal seperti dahulu. Ini pasti sulit untuk kita berdua, tapi kita harus memulai semuanya dari nol.”
“Iya… Heru… iya, kita mulai semuanya dari nol aku mohon, beri aku kesempatan” isak Nadien seakan ada secercah harapan untuk memperbaikinya.
Heru mengelus wajah wanita yang di cintainya dan memejamkan matanya untuk sesaat.
“Aku harap ini jadi kebaikan kita berdua.” Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Heru memeluk Nadien dengan erat. Tangisan Nadien semakin keras merengkuh di pelukan suaminya, begitu juga Heru yang sangat merindukan untuk memeluk istrinya seperti ini.
Heru mencium istrinya dengan lembut seperti yang biasa dia lakukan.
“Mari kita pergi untuk beberapa hari, 3 hari saja. Kita titipkan anak-anak sama orang tuaku.”
“Hah?” kata Nadien kaget.
“Bagaimana pekerjan dan kuliahmu?”
“Sudah jangan pikirkan itu.”
Nadien terdiam memikirkan hal lain. Dan heru tahu apa yang difikirkan Nadien.
“Jangan juga memikirkan masalah uangnya. Aku punya sedikit uang yang cukup untuk kita berlibur 3 hari ini. Kamu mau?”
“Iya pa, aku mau.” Heru tersenyum melihat wajah istrinya yang sudah mulai lagi bersinar, walaupun dalam hati Heru masih mencoba untuk memaafkan Nadien. Dia sangat berharap liburan ini akan membuat semuanya menjadi lebih baik.
***
Sudah 2 minggu lamanya semenjak Nadien dan Heru pulang dari liburannya. Mereka berusaha bertahan dengan segala kesalahan dan kehidupan masa lalunya.
Sebuah nomor yang tak dikenal yang masuk saat Nadien baru saja keluar kamar mandi.
“Halo.” tanpa pikir panjang Nadien menjawab telepon itu.
“Halo Nadien, bagaimana kabarmu?” Suara Andra bergetar karena berusaha menahan emosinya.
“Sehat Ndra, bagaimana kabarmu?”
“Hancur Nad.”
Nadien terdiam dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan dan panjang.
“Apa maksudmu meninggalkan aku begitu saja hari itu? Kamu sengaja melakukannya? Kamu memberikan ku satu hari, agar aku merasa sangat bahagia yang kemudian kamu hempaskan dengan keras, kamu kira semua akan baik-baik saja Nad?? …. Hebat Kamu Nad, apa salahku hingga kamu tega berbuat itu padaku?”
Nadien hanya terdiam tidak berkata apa-apa. Andra tidak tahu, disini Nadien pun sama hancurnya dan meneteskaskan air mata. Hari itu Nadien hanya ingin memberikan satu hari kebahagiaan untuk Andra yang tidak bisa ia berikan lagi di kemudian hari.
“Kamu sayang aku Ndra?” lirihnya.
“Sangat Nad.”
“Kalau kau menyayangiku, aku mohon, jangan hubungi aku lagi. Demi kebaikan semuanya. Lebih baik kita tidak lagi bertemu dan berhubungan lagi dalam bentuk apapun.”
“Tidak Nad!!”
“Aku mohon. Berjanjilah kepadaku kalau kamu benar menyayangiku, lepaskan aku, kembalilah kepada Almira dan anak-anakmu. Mereka sangat mencintai dan menyayangimu. Mereka lebih berhak daripada aku. Aku tidak pernah memberikan apapun untukmu Ndra.”
“Kamu salah Nad, kamu berikan segala kebahagiaan untukku. Aku membutuhkanmu.”
“Jangan lepaskan aku Nad. Aku mencintaimu Nadien!”
“… dan aku juga mencintaimu Ndra dan aku sangat menyayangimu. Tapi aku tidak mau kamu menderita dan kehilangan apa yang sudah kamu punya sekarang. Aku harus rela melepaskanmu. I have let you go”
Nadien mulai menangis karena tidak kuat menahan segala gemuruh di dadanya.
“Hentikan itu Nadien. Dulu kamu tidak pernah menjawab setiap aku menanyakan apakah kamu juga mencintaiku Nad. Dan apa maksudmu mengatakan itu sekarang. Kalau kau mencintai aku, tinggalkan Heru, menikahlah denganku. Aku terima anak-anakmu. Please Nadien, jangan tinggalkan aku.”
“Maafkan aku, Ndra. Aku mencintaimu, tapi Almira dan anak-anakmu lebih mencintaimu dan membutuhkanmu. Mereka lebih berhak atas dirimu. Begitu juga Heru dan anak-anakku yang juga aku cintai dan membutuhkanku, dan juga lebih berhak atas diriku. Berbahagialah untukku.”
Untuk beberapa saat, mereka tidak ada yang berbicara yang terdengar, hanya suara lirih isakan tangis dan tarikan nafas mereka berdua.
“Baiklah Nad jika itu maumu.”
“Iya andra… maafkan aku …. Take care…”
Untuk beberapa detik Nadien menunggu jawaban dari Andra, tapi tidak ada suara …. Sehingga akhirnya Andra menutup telepon tanpa jawaban.
***
POV Nadien
Tidak bisa di pungkiri, aku mencintai Andra dan Heru, dengan cinta yang berbeda. Andra yang seperti memiliki segalanya, ketampanan, kecerian dan kehidupan dan harta berlimpah yang ternyata yang hanya dia butuhkan adalah orang yang benar-benar dia cintai disisinya, sehingga dia tetap bisa bertahan dan kuat dalam kehidupan yang keras.
Dan Heru, pria yang lembut dengan segala keterbatasan dan kemampuanya, hanya bisa memberikan ketulusan dan kerja kerasnya, berharap agar itu cukup untuk akan orang yang dicintainya bertahan dengan cintanya.
Aku tidak memilih keduanya, aku memilih dua buah hatiku. Aku mencintai Heru dan Andra, tapi aku lebih mencintai anak-anakku. Aku bertahan dengan pernikahanku dengan Heru karena, aku, Heru dan anak-anakku saling membutuhkan. Dan anak-anakku membutuhkan seorang ayah yang mereka cintai dan pastinya Heru sangat menyayangi dan mencintai mereka.
Keberuntunganku mempunyai mereka bertiga. Beberapa kali aku mendapatkan kesempatan kedua di hidupku,dan keduanya di berikan oleh Heru. Setelah memberikan kesempatan kedua untuk hidup lebih baik dengan menjadikan aku menjadi istrinya, dan Heru kembali memberi kesempatan kedua untuk mempertahankan pernikahan kami.
alau aku tidak tahu bagaimana hidupku kedepannya dan apakah keadaan rumah tanggaku akan lebih baik dari hari ini atau malah lebih buruk. Yang jelas Aku akan mempergunakan kesempatan keduaku ini dengan sebaik-baiknya. Dan hanya berharap semua akan indah pada waktunya.
,,,,,,,,,,,,,,,,