CERITA SKANDAL – Ini ceritaku sekitar 7 tahun yang lalu di mana aku masih menduduki bangku SMP kelas. “Kita temanan saja ya, man.. .” jawab Putri. Sebenarnya aku sudah jatuh hati dengan Putri sejak kelas 1 SMP. Sejak kelas 1 pun aku sudah melakukan pendekatan, tetapi Putri selalu saja menolakku dengan berbagai alasan. Katanya aku adalah teman terbaiknya, tidak lebih, kadangpun dia menjawab bahwa kami belum cukup umur untuk pacaran. Memang kalau seumuran anak SMP belum saatnya pacaran, tapi aku sudah sangat suka dengan Putri, bayangkan saja, sudah 2 tahun lebih aku menunggu cintanya. Sedangkan teman-teman lain juga pacaran, mereka juga tidak memandang usia. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Putri, apa aku bukan tipe nya atau dia memang belum siap untuk pacaran. Wajahnya yang manis, dengan tubuh yang sexy, membuat cowok-cowok di SMP swasta ternama di kota kami ini tidak berkedip mata melihatnya. Rambutnya yang panjang terurai hingga ke punggung memperlihatkan dia semakin mempesona, bagai seorang tuan putri. Banyak cowok-cowok juga yang mengejarnya, tapi Putri selalu menolaknya. Bahkan saking kesalnya aku biasanya berkelahi dengan cowok-cowok yang mendekati Putri. Bagaimana tidak geram, aku sudah mendekatinya sejak kelas 1, aku bahkan tidak pernah menyolek atau memegangnya, tapi cowok- cowok bajingan lain kerap menjahilinya, menggodanya, menyolek atau pura-pura tak sengaja menyenggolnya.Aku sebenarnya termasuk anak baik-baik, tapi kalau sedang kesal, aku tidak segan-segan berkelahi dengan anak-anak nakal di sFirmanlah kami. Aku tidak lah takut sama sekali dengan mereka, kalaupun kalah, mereka akan siap-siap babak belur oleh preman yang aku bayar. Bukan memuji diri sendiri, tapi aku masih heran dengan kemauan Putri, karena menurut aku, dari segi penampilan, aku tidak lah jelek, teman-teman pun sering bilang aku ini cakep.
Baca Juga Cerita Seks : Asiknya Buang Peju di Muka Carine
Kalau masalah Firmannomi, hidup
keluarga kami bisa dikatakan lebih dari bercukupan, papa ku seorang boss, dia
punya banyak gudang beras di mana mana. Walaupun aku kurang dekat dengan papa,
aku tahu dia selalu sibuk dengan bisnisnya yang sudah sampai ke luar negeri.
Mama ku juga begitu, tiap hari belanja, ke salon, arisan sama teman-temannya,
hanya bisa memberikan uang sebanyak apa yang aku pinta. Sebenarnya banyak
cewek-cewek yang mengejarku, tapi bagiku di hati ku cuma layak untuk seseorang
yang ku cintai, yaitu Putri.Tiap hari tak henti aku terus mencoba meluluhkan
hati Putri. Hingga semester akhir tiba, hatiku semakin gundah, aku tidak tahu
dia akan melanjutkan sFirmanlah menengah atas di mana. Walaupun masih lama,
tapi aku tidak mau jauh darinya. Akhirnya ku utus teman baik ku, Bima, bahkan
sudah ku anggap seperti keluargaku, untuk mencari informasi mengenai masalah
lanjut sFirmanlah itu. Bima orangnya sangat baik, dia selalu memberi masukkan
untukku, dan dia pun selalu patuh padaku. Orang tua nya sudah mengabdi lama di
keluarga kami, sudah bertahun-tahun, bahkan sebelum kami di lahirkan. Ayah Bima
menjadi sopir pribadi papa ku, dan ibu Bima menjadi pembantu rumah tangga di
rumahku. Mungkin itu sebabnya Bima selalu menuruti apa kataku.Dua hari setelah
menugaskannya, Bima pun mendapatkan informasi. Tetapi bukan informasi yang ku
pinta, melainkan informasi yang jauh lebih penting lagi. Kami bertemu di tempat
biasa kami kumpul, waktu itu sekitar pukul 19.15 , cafe yang sering kami
kunjungi ini kalau malamnya sangat sepi, jadi kami lebih senang berkumpul malam
hari. Café sederhana yang duduknya hanya lesehan sebenarnya lebih cocok
dibilang pondok. Dengan pohon-pohon rindang mengelilingi cafe ini, terasanya
nyaman sekali untuk tempat bersantai. Tak heran cafe yang kami sebut markas
ini, jikalau siangnya ramai sekali. Ramai dengan anak-anak sFirmanlah yang
sedang bolos sFirmanlah. Malam itupun, kami berkumpul, seperti biasa aku selalu
mengajak teman-teman baikku, Bima, Iskandar, Septian, Asep dan Firman. Duduk di
lesehan paling ujung adalah kegemaran kami. Suasana sepi, setelah
berbincang-bincang lama, seperti biasa, pelayan yang lambat baru datang membawa
menu pesanan. Yang lain sedang memilih menu wajar yang biasa tersedia di
cafe-cafe lainnya, sedangkan Bima sudah beralih ke topic penting yang harus aku
dengarkan tersebut. Bima mengeluarkan beberapa lembar foto, awalnya aku tidak
mengerti maksudnya. “Putri sudah punya pacar, man… ” Mendengar kata-katanya
hati ku langsung tidak karuan. Apalagi melihat sekitar 5 foto itu, hatiku
seperti tersobek-sobek, sakit sekali. Foto itu terlihat Putri sedang berjalan
dengan berpegangan tangan dengan seorang cowok, cowok yang kelihatannya lebih
tua dari kami. “Saya mengikutinya hingga ke mall, itu cowoknya…”, jelas Bima
sambil menunjuk ke arah foto. Namanya Febrian, seorang mahasiswa di perguruan
tinggi di kota kami, melihat dan mendengar semua itu, rasanya air mata ku akan
mengalir keluar. Teman-teman coba menghiburku, aku malah meneteskan air mata.
Aku berusaha untuk tegar, kemudian ku rebut daftar menu dari teman-teman, dan
ku sampaikan pada pelayan, “lima botol guinness…”. Bima terheran- heran,
“Herman, jangan gila begitu, masih banyak cewek koq di dunia ini, jangan sampai
kau rusak masa depanmu itu…” Aku memang tidak pernah mencoba dengan minuman
beralkohol ini, jangankan rasanya bagaimana, bentuk botolnya gimana pun aku
belum tahu, hanya ku lihat di menu dan ku sebutkan merk nya. “Ganti teh panas
saja mas…”, sahut Bima mengganti menuku. Ku pandang Bima dengan tatapan kesalku,
dan kemudian kusampaikan lagi ke pelayan tersebut “lima botol guinness, tambah
rokok LA lima bungkus…”.Aku mau teman-teman menemaniku untuk malam ini. Semua
hanya terdiam melihat pelayan berlalu dan kembali membawakan pesananku. Ku
minta Bima menjelaskan semuanya, semua informasi yang telah dikumpulkannya.
Ternyata Putri baru jadian dua hari dengan Febrian, itupun karena mereka
dijodohkan, orang tua Putri dan orang tua Febrian adalah teman baik. Malam itu
aku hanya bisa mencoba tegar, dan menikmati hal-hal baru ku, belajar minum bir
hitam dan merokok. Apa memang karena slogannya, setelah menghisap rokok, aku
agak sedikit enjoy rasanya, atau ini pengaruh minuman beralkohol yang aku
konsumsi? Teman-teman yang menemaniku pun mulai terbawa suasana, mereka ikut
menghabiskan pesananku, bahkan kembali menambah minuman dan rokok.
Melihat arloji sudah menunjukkan pukul 23.23 Bima segera
mengajakku untuk pulang. Tapi aku malah mengajak mereka melanjutkan pesta kami
di tempat karaoke keluarga yang baru buka di sekitar kompleks perhotelan. Semua
sepertinya senang menemaniku. Menyanyikan lagu-lagu putus cinta untukku. Dengan
kondisi mabuk, kami berpesta karaoke hingga jam 02.30 baru pulang ke rumah. Aku
sudah tak sadarkan diri lagi, Bima lah mengantarkanku pulang, katanya aku sudah
teler dan langsung tidur nyenyak. Alarm hp nokia n- gage ku yang sedang trend
di zaman ini berbunyi, pertanda sudah jam 06.15 pagi, sebenarnya aku sangat
capek sekali, tapi aku ingin ketemu Putri untuk memastikan semua ini. Segera
aku bergegas mandi agar lebih segar. Pengaruh alkohol sudah tidak terasa, hanya
agak ngantuk saja, mataku pun sedikit bengkak akibat ngembun dan menangis.
“Semalam ke mana, man?”, tanya mama yang sedang sarapan di ruang makan. “Buat
tugas kelompok ma, sama Bima”, jawabku walau dalam hati sedikit kesal, mama kan
tidak peduli dengan aktivitasku. Mendengar aku bersama Bima, mama tidak tanya
apa-apa lagi, dia seakan lebih percaya dengan Bima dibanding dengan anaknya
sendiri. Ku ambil sebuah roti dan langsung bergegas ke luar dari rumah.
Seperti biasa ku hidupkan motor kawasaki ninja 150 RR ku dan
menjemput Tono yang rumahnya tak jauh dari rumah kami. Walaupun belum cukup
umur, tapi aku sudah mempunyai sim c bahkan sim a, ini semua karena
permintaanku ke papa, mungkin papa membayar sejumlah uang agar aku bisa
mempunyai sim tersebut. Memang benar, ada sedikit manipulasi yang terjadi,
tahun lahir di sim ku jauh lebih tua dengan tahun lahir ku yang sebenarnya.
Sampai di sFirmanlah, aku hanya bersikap wajar-wajar saja.
Ku yang duduk di belakang selalu memandang Putri yang duduk di bangku barisan
terdepan. Aku memang merencanakan jam istirahat baru membahasnya dengan Putri.
Tak sabar aku menunggu tibanya jam istirahat, hatiku memang sakit sekali, tapi
aku tak mau terlihat cengeng untuk hal ini.
Saat-saat yang ditunggu pun tiba, aku biasanya memang
mengajak Putri makan di kantin, di sana aku coba bertanya padanya. Putri pun
mengakuinya, dia menjelaskan semuanya. Mendengar bahwa informasi dari Bima
adalah benar, aku lebih tidak tenang, hatiku seperti hancur lebur, ku tak mampu
lagi menahan air mataku. Aku bangkit dan meninggalkan meja tempat aku dan Putri
makan, tanpa kata-kata, aku berlari ke kelas, ku ajak Bima segera bereskan tas.
Menyalakan ninja 150RR ku dan segera ku bonceng Tono keluar dari sFirmanlah
kami yang tak pernah ditutup gerbangnya. Tono mengerti keadaanku, dia tidak mau
protes sama sekali kami bolos untuk hari ini, dia pun mengerti. Air mata ku
terus mengalir, dan aku tidak mempunyai tujuan. Akhirnya ku putuskan untuk
santai saja di ‘markas’ kami. Seperti yang ku bilang sebelumnya, markas kami
selalu ramai di siang hari, penuh dengan anak sFirmanlah yang bolos, kali ini
termasuk kami. Untungnya lesehan di ujung pas kosong, sedangkan lesehan lain
penuh sekali. Mungkin jodoh kami memang di lesehan favorit kami ini. Kembali ku
pesan seperti menu semalam, guinness dan LA, kemudian ku telpon temanku yang
lain, Iskandar, Septian, Asep dan Firman. Aku kira mereka tidak mau peduli lagi
denganku, karena mereka tidak menjawab panggilanku, tapi selang beberapa menit,
ku terima sms dari Septian ‘Ad ap man? Lg pel fisika’. Membaca sms itu aku baru
sadar, mereka kan lagi sFirmanlah, dan jam sekarang memang pelajaran fisika
yang gurunya dicap killer. ‘Kami lg di markas, sempat lgsung ksni’ balas ku.
‘Ok, lepas jam ini’ jawab sms Septian.
Dalam pikiranku, aku hanya butuh penenangan diri. Lesehan di sini hanya di sekat kPutri kecil tidak setinggi lutut, sangat memudahkan kami untuk memandang ke lesehan sebelah. Ku lihat di lesehan sebelah ada 3 cewek smp, dari seragam mereka kelihatan mereka dari sFirmanlah negeri. Gaya mereka sangat centil, duduk seronok dengan ngangkang dan terlihat cd mereka di balik rok yang tersingkap. Padahal dari segi face, mereka tidak jelek, bagiku masih ada point 65 – 75, tapi gerak-gerik mereka mencerminkan mereka hanya cewek- cewek nakal. Tak lama pesanan kami pun datang, aku minta Bima segera membukanya, dan aku mngeluarkan hp ku untuk mengerjakan rencana lain. Ku telepon preman yang biasa aku bayar, aku minta mereka mengerjai Febrian, kuberitahu mereka semua tentang Febrian, dan mereka setuju. Aku hanya tinggal menunggu hasil dan membayar pekerjaan mereka. Kali ini aku tidak mau turun langsung, karna aku tak mau kejadian ini diketahui oleh Putri.“Mas, pinjam tokai donk…”, minta seorang cewek smp yang ada di lesehan sebelah sambil mencoba menyalakan korek gas nya yang sama sekali tidak bisa menyala. Aku pun meminjamkan korek gas ku, walaupun aku sedikit iba dengan mereka, cewek tapi merokok. Padahal aku sangatlah tahu mengenai efek negatif dari merokok dan minuman beralkohol, tapi aku sendiri masih juga melakukannya. “Thanks ya mas…”, cewek tadi mengembalikan korek gas dengan plus sedikit senyuman, cukup manis menurutku. “Gak takut bahaya rokok?”, tanyaku yang sedikit penasaran melihat mereka cewek-cewek tapi merokok. “Emang mas sendiri gimana? Hahahaha”, balasnya dengan nada centil. Mendengar itu teman-temannya yang lainpun ikut tertawa.
Baca Juga Cerita Seks : Kisah Nyata Cumbu Dengan Istri Teman Lama
Mereka mungkin punya masalah sepertiku, tidak memiliki
cinta, bermasalah di sFirmanlah atau kurangnya perhatian orang tua. Kemudian
kami berbincang-bincang, aku yang sedikit penasaran dengan mereka, mengajak
mereka untuk bergabung bersama. Kelihatannya mereka sangat senang, dan langsung
bergabung kemudian meminum bir dari botol yang ada di meja kami. Kamipun
kemudian berkenalan, cewek yang tadi meminjam korek gas bernama Melinda,
mungkin itu nama panggilannya saja, karena kulihat di seragamnya tercantum nama
Shanty Larasati. Temannya bernama Nina dan Airin. Mereka bertiga memang tidak
begitu cantik, namun wajah mereka yang berkulit sedikit agak gelap dengan tubuh
yang sintal dan rambut lurus terurai sampai ke punggung, serta senyum yang
manis, mereka lebih layak dibilang kelompok si hitam manis. Kami pun
melanjutkan pesta sambil berbagi cerita, ternyata mereka melarikan diri dari
pelajaran IPS yang paling tidak mereka sukai.Ku tambah lagi pesanan karena
sudah habis, ternyata cewek ini juga doyan sekali minum minuman beralkohol.
Beriringan dengan datangnya pesanan, ternyata Iskandar, Septian, Asep dan Firman
pun juga sudah sampai. “Kenalkan teman-temanku…”, aku memperkenalkan
teman-temanku yang baru saja sampai. Kami pun melanjutkan pesta kami sambil
berbagi cerita. Melinda banyak mengajarkanku untuk belajar tabah. Dia lebih
banyak masalah lagi dibandingkan aku, tapi dia hanya mencoba untuk hidup enjoy.
Kami diajarkan hidup yang bersenang-senang, karena dengan itu kita bisa
melupakan beban kita. Suasana sangat menyenangkan, aku merasa mereka adalah
kawan baik untukku.
Hari pun mulai gelap, kami pun sadar kami sudah mabuk akibat
minuman berakohol ini. Aku sadar aku menciptakan penyakitku sendiri, jatuh
dalam jurang di mana akan muncul berbagai penyakit akibat rokok dan minuman
keras. Hanya dua hari saja aku sudah menghabiskan belasan botol bir dan belasan
bungkus rokok. “Kita lanjutin pesta di rumahku saja, kebetulan rumah lagi
kosong…”, ajak Melinda. Teman-teman semua sudah tidak bisa mengendalikan diri
lagi, dipikiran mereka hanya ingin bersenang-senang. Kadang terpikir dibenakku,
aku sangatlah berdosa, telah meracuni teman-teman baikku untuk hal yang tidak
baik. Mereka semua sangat menyetujui pendapat Melinda.Setelah menyelesaikan
pembayaran, kami pun meninggalkan markas. Dalam perjalanan, kami masih singgah
ke warung untuk beli bir dan rokok, serta makanan cemilan seperti kerupuk dan
kacang. Aku sudah tidak peduli lagi, dua hari ini telah menghabiskan uang
jutaan Rupiah, karena bagiku uang bukanlah segalanya, perasaan hepi lebih aku
utamakan. Rumah Melinda tidaklah besar, tetapi tidak juga kecil, ada di ujung
gang yang masih jarang penghuninya. Gangnya kecil, becek karena gang tersebut
hanya ditimbun tanah basah yang susah kering, kiri kanan hanya semak belukar,
bahkan pertengahan ada sawah. Tidak ada penerangan jalan, sungguh gelap, hanya
diterangi cahaya lampu motor kami. Rumah Melinda diujung sekali, daerah yang
sepi sekali, mungkin rumah mereka dirampok juga tidak ada warga yang tahu. Kami
sudah sampai di rumahnya, kamipun duduk di ruang tamu dan segera membuka dus
guinness yang aku beli tadi. Ruang tamunya terlihat luas karena tidak ada
kursi, kami hanya duduk di lantai yang terbuat dari papan. Cuma dindingnya saja
yang menggunakan material semen, yang lainnya masih menggunakan papan. Sebuah
televisi tabung ukuran 14 inchi merek JVC dan VCD player GMC terletak di sudut
ruangan.
Aku dan Melinda duduk berdekatan, dia sepertinya ada maksud
denganku, kamipun kembali bercerita sambil melanjutkan pesta. Mungkin karena
mabuk, Melinda cerita banyak kepadaku, dan lebih seperti curhat. Dia
menceritakan segalanya dan aku hanya menjadi pendengar yang baik. Orang tua nya
telah bercerai sejak dia lahir, ayahnya meninggalkan dia dan ibunya. Mereka
selalu hidup susah, ibunya tiap hari banting tulang demi menghidupi dia, subuh
sudah berangkat kerja dan tengah malam baru pulang kerja. Bahkan kadang-kadang
tidak pulang ke rumah, seperti hari ini, ibu Melinda sudah pesan ke Melinda
baru akan pulang minggu depan. Melinda sendiri tidak tahu apa kerjaan ibunya.
Rumah mereka pun numpang, katanya itu dipinjamkan oleh teman ibunya yang sedang
berbaik hati. Ku pandang ke dinding, ada foto Melinda dan ibunya, ibunya masih
muda, mungkin sekitar umur 30an, wajahnya mirip dengan Melinda, manis sekali.
“Da, toilet di mana?”, tanyaku yang sudah sangat kebelet
pipis. “Ada di ujung sebelah kiri”, jawab Melinda. Aku pun berdiri dan coba
berjalan ke ujung rumah, agak sempoyongan akibat pengaruh alkohol. Tiba-tiba
aku merasakan ada yang memegang tanganku, jari- jari yang lembut, ternyata itu Melinda,
dia membantu menuntunku hingga ke toilet. Kepalaku sedikit pusing, aku yakin Melinda
pun sudah mabuk, dia terus menggenggam tanganku padahal aku sudah masuk ke
toilet. Tangan kananku dipegang erat olehnya, sehingga terpaksa aku coba
menurunkan resleting celana smp ku dengan tangan kiri. Susah sekali dengan satu
tangan, apalagi dengan kondisi ku yang sedang mabuk berat gini. Selanjutnya aku
melihat bayang-bayang, ada tangan dari belakang tubuhku membantuku membuka
resleting, bahkan melorotkan celanaku. Aku tahu itu adalah tangan Melinda,
karena tangan kananku sudah lepas dari genggamnya. Aku tak peduli, seolah rasa
malu ku telah hilang. Sampai Melinda memplorotkan celana dalamku, aku masih
tidak merasa malu, apakah rasa maluku sudah dihilang akibat mabuk? Sampai ia
memegang penisku dan mengarahkannya agar aku bisa buang air kecil.Kami sama
sekali tidak malu dengan apa yang telah terjadi. Pengaruh alkohol juga sudah
membuat Melinda tidak dapat mengendalikan dirinya. Setelah menyelesaikan
pipisku, Melinda malah maju menghadapku, ia berjongkok kemudian mengulum
kemaluanku. Oh, sungguh nikmat sekali, ini kah surga duniawi yang belum pernah
kurasakan. Layaknya gadis yang sudah berpengalaman, Melinda mengulum dan
sesekali mengocok penisku dengan tangannya. Nafsu ku sudah mulai naik, dan
penisku sudah sangat tegang sekali. Selang puluhan menit kemudian, penisku
mengejang dan menyemprotkan sperma ke dalam mulut Melinda yang hangat. Ku lihat
Melinda menelan sperma yang ku semprotkan, bahkan dia terus mengulum dan
membersihkan sisa-sisa sperma yang menetes di penis aku, Melinda kelihatan
sangat menikmatinya. Jujur saja, ini pengalaman pertama ku, ternyata
benar-benar menyenangkan. Segera aku betulkan celanaku, kami takut teman- teman
curiga.Bergegas kami segera menuju ke ruang tamu. Tapi apa yang kami temukan?
Sebuah pemandangan yang sangat mengagetkan kami. Semua teman kami sudah
telanjang bulat, Nina sedang digagahi Iskandar, Septian dan Bima tanpa
perlawanan, sedangkan Airin menjadi pemuas nafsu nya Firman dan Asep. Sungguh
tragis, pemandangan yang pertama kali kulihat. Aku telah meracuni mereka untuk
mabuk dan berbuat hal tak senonoh seperti itu. Melihat pesta seks tersebut, aku
rasa nafsu birahi ku kembali muncul.
Ku rangkul tubuh Melinda dan ku baringkan di lantai yang penuh dengan botol-botol bir dan puntung rokok. Ku cium bibirnya, Melinda pun menikmatinya, ia membalas ciumanku, kami seakan seperti pasangan suami istri. Sambil menciumi bibir dan lehernya, aku berusaha membuka semua pakaian seragam smp Melinda. Ku jelajahi leher hingga sampai ke pPutridara nya, ku sedot dan ku pilin dengan tangan ku. Susu nya masih kecil, seperti anak smp lainnya, dengan susu yang baru tumbuh, hanya sebesar mangkuk kecil, terlihat segar dan belum terjamah. Aku sangat terangsang dengan tubuhnya ini, ku cium dan ku sedot susu sebelah kiri nya yang ranum, dan ku pilin-pilin puting susu nya yang sebelah kanan dengan tanganku. Aku segera bangkit dan melepaskan semua seragam yang masih menempel di tubuh ku. Penisku sudah kembali mengeras. Tanpa pemanasan dulu, aku langsung melesapkan penisku ke dalam lubang memek Melinda bagai rudal yang mengejar targetnya. Memeknya sangat hangat, tak sabar lagi aku ingin mengobok-ngoboknya. Ku tancapkan habis penisku hingga pangkal pahaku menyentuh pangkal paha Putri, dia pun seperti tersentak karena rudalku sudah menembus hingga mengenai target sasaran.Ku lihat teman-temanku sudah saling bergantian posisi, 5 vs 2, mantap banget. Ku genjot terus Melinda yang sama sekali tidak melawan, bahkan dia sangat menikmati. Melinda memeluk tubuhku dan mengikuti irama permainanku. Sedangkan kulihat Nina dan Airin, jangankan melawan, bergerak saja sudah tidak mampu, mereka kelihatan sangat kelelahan dan susah mengatur nafas. Sambil menggenjot, aku terus menciumi bibir, leher dan pPutridara Melinda, bahkan sekali-kali aku memberikan cupangan sebagai tanda kenangan bagi kami. Desahan Melinda yang merangsang kian membuatku mempercepat irama genjotanku. Semakin lama semakin menegang, penisku seakan akan menyemprotkan sperma lagi. Kupercepat irama, hingga tubuh Melinda bergerak maju mundur sangat cepat, dan akhirnya akupun berejakulasi. Aku tak tahu apa sperma ku masih mengalir di memek nya, aku nya terasa lelah, ku biarkan penisku sementara menancap di memek Putri, aku hanya terbaring menindih tubuh Putri. Putri hanya memelukku dan seperti tidak ingin melepaskan ku. Tubuhku sepertinya kehabisan tenaga, sangat lelah sekali, aku pun kemudian melepaskan pelukan Melinda serta mencabut penisku, dan segera berbaring di sebelah Putri. Kulihat Putri pun kelelahan, ia tak mampu bergerak lagi, dan mencoba mengistirahatkan diri.Saking capeknya aku tak sadar kalau aku telah terlelap. Dalam ketidaksadaranku itu, ku mendengar rintihan-rintihan minta tolong seorang gadis. Ku coba untuk membuka mataku, sedikit berat tapi terus ku paksakan. Ku lihat di sampingku, Melinda sedang digagahi 5 temanku. Putri berusaha memberontak, tapi tidak mampu, ia di gerayangi 5 cowok yang sudah kesetanan. Ku lihat Putri memandang ke arah ku, matanya terus meneteskan air mata, dan terdengar samar-samar suara rintihan Putri, “Tolong aku, man…”, Aku tidak tahu apa maksud Melinda, bukannya dia mngajarkan kami untuk bersenang-senang, seharusnya dia menikmati keadaan ini. Temannya, Nina dan Airin masih terkapar tak berdaya di lantai tak jauh dari kami. Kulihat tubuh kedua teman Melinda tersebut juga sangat indah, badan mereka sexy, pPutridara mereka pun sangat ranum.
Baca Juga Cerita Hot : Kisah Ngentot Sama PNS Body Mulus
Sepertinya aku sudah cukup men-charge kembali tenaga ku, karena ku rasakan gairahku kembali lagi, ingin sekali aku juga mencicipi tubuh Nina dan Airin.Aku pun berusaha merangkak hingga ke dekat Nina. Sepertinya dia tertidur, aku tidak peduli, aku langsung menciumi bibirnya, kemudian beralih ke lehernya hingga berlabuh ke pPutridaranya. Melinda semakin kencang menangis ketika melihat ke arahku, “Jangan man…”, rintihan Melinda memintaku menghentikan aksi ku. Baru ku sadari kalau Melinda menyukaiku, tapi nafsu ku sudah tak tertahan lagi, pikiranku hanya ingin bersenang- senang. Aku tidak mau memandang ke arah Melinda lagi, aku takut aku malah nanti merasa iba, jadi ku lanjutkan kesibukan ku yang tadi. Penisku yang sudah kembali mengeras segera ku sumbatkan ke dalam memek Nina, walaupun lubangnya sudah diterobos oleh ke 5 temanku, namun masih ku rasakan sempitnya memek anak smp ini. Dia lah cewek kedua yang pernah aku gagahi. Pemandangan yang kali ini 5 vs 1 lebih membangkitkan nafsu ku, 5 teman ku itu berebutan mencicipi Putri yang sudah tak mampu melawan.Aku terus menggenjot Nina yang masih tak sadarkan diri akibat kecapekan dan mabuk akibat minuman keras. Setelah menggagahi Nina, aku tidak merasakan capek, malah nafsuku ingin aku menggagahi Airin. Kugenjot terus sampai aku merasa puas. Aku pun segera bangkit dan coba ambil posisi di hadapan Airin. Ku cobloskan penisku segera ke lubang memek Airin yang indah dan hangat. Ku peluk tubuh Airin dan terus ku genjot sampai dia pun benar-benar kesulitan mengatur nafas. Pesta ini kami teruskan hingga besok pagi. Bayangin saja, pengaruh alkohol merusak sistem otak kerja kami, pesta seks kami diadakan non stop. Yang capek bisa istirahat, dan yang lain menganti posisi dan bergiliran. Bahkan saking gila nya, Bima menusuk-nusukkan memek cewek- cewek itu dengan botol bir yang berserakan di lantai. Kami sudah tidak sempat lagi untuk berangkat ke sFirmanlah, kami putuskan untuk melanjutkkan pesta itu 1 hari lagi. Sejak itulah, aku menemukan hidup baru ku yang penuh dengan hepi-hepi, tiap hari minum minuman keras, merokok, dan melkukan hubungan seks. Pertemanan kami sudah jauh dari maknanya, setiap kami lagi kepengen, kami mengajak 3 cewek itu lagi, dan mereka pun mau. Hingga sekarang kejadian ini masih sering terjadi, bahkan Bima telah jauh dari batas, ia menjadi seorang yang hypersex. Demikian lah Cerita Hot Pesta Seks Waktu Kelas SMP oleh Cerita sex hot