Dengung berulang-ulang terdengar dari smartphone yang bergetar di meja kaca apartemen Eni membangunkan lelapku, jam dinding menunjukkan angka 08:45, pasti Mida yang menelpon, karena tidak ada yang pernah menelepon nomor yang baru kupergunakan sepekan ini dan hanya Mida yang aku kasih tau nomornya.
Panggilan terhenti, aku segera membuka selimut meraih smartphone lalu mengirimkan pesan, “Tunggu sekejap ya… lagi di kamar mandi, ETA Swisbell 45 menit”
Dijawabnya, “Ok Syam, take your time..”
Berdiri telanjang bulat aku bergerak ke kamar mandi, sayup terdengar suara berkecipak cepat dan desahan perlahan. Suara itu menerobos celah pintu kamar mandi yang memang sudah agak rusak tidak dapat dikunci. Eni atau Citra yang di dalam sana, aku bertanya dalam hati. Ku tengok kamar satu-satunya, kosong dan sudah rapi. Waduh! Apakah mereka berdua di kamar mandi?
Kubuka perlahan pintu plastik rusak itu, Eni seorang diri, duduk dilantai kepalanya mendongak ke atas, tangan kirinya menumpu lantai menyangga tubuhnya, kedua kaki mengangkang sempurna dan jari-jari tangan kanannya menyapu liar permukaan vagina Eni yang berjembut rapi.
Jemari dan permukaan bibir vaginanya mengkilat dengan sedikit ada warna putih semacam busa bergelembung kecil. “Sssssssssshhhhh aaaah uh uh uh aaaaaaaah!” Desis bibir mungil Eni seiring gerakan tangan yang semakin cepat. Desahan itu berganti dengan senggalan pendek-pendek nafas seiring dengan melambatnya gerakan tangan namun tampak dia menekan dan pinggulnya digerakkan mengimbangi irama. filmbokepjepang.sex Matanya masih terpejam sementara aku terbelalak dengan kelamin berdiri tegak.Eni menyudahi aksinya, bersandar di dinding membuka mata dan berteriak, “Aaah Mas Syam jahat, aku jadi malu tau”. Eni lalu merapatkan kaki dan memandangiku dengan wajah merah padam. “Kamu jadi malu dan aku jadi mau En! Ha ha ha” aku meresponse sambil maju selangkah dengan dipimpin kelaminku yang dalam posisi tegak mendongak.
Kuraih ketiak Eni, kuangkat badannya, aku cium dan kecup wajah, telinga, leher hingga susu dan perutnya dalam posisi berdiri menempel dinding kamar mandi.
Ketika dia mulai mendesah-ndesah dan vaginanya menghangat lagi. Aku posisikan dia nungging dengan kepala dan tangannya bertumpu pada tangki air closet. Eni menutup lobang Closet memposisikan diri nungging senyaman mungkin. Kelamin ku yang sudah berdenyut keras ku arahkan masuk lobang vaginanya perlahan.
Terasa nikmat gesekan antara kulit paling sensitif dari kedua jenis manusia ini. Hangat, licin mencengkeram lembut sementara aku mendorong batangku masuk lebih dalam, kepala kelaminku yang membulat mencari-cari titik nikmat yang diistilahkan sebagai G-Spot. Seolah pakai GPS, titik itu langsung saja ketemu, ya pengalamanku puluhan tahun menyenangkan wanita tak bisa dibohongi.
Menyentuh g-spot, Eni melenguh, kutarik Eni mendesah, kudesak lagi lebih keras Eni mulai berteriak “Enak mas! Terus mas! Nah itu! Nah itu! Lagi! Lagi! Aaaaah aaaah aaah ssssssshh enaaaaknua ngewek smaaa maaassss… Dikit lagi…dikit lagi… Aaaach!””Assalamualaikuum! Sarapan dataaang!” Citra berteriak sambil masuk apartemen. Sialan nih anak, lagi tanggung sebentar lagi, malah dia masuk.
Aku tetap memegang erat pinggul Eni, menyodokkan pinggulku berkali-kali dan sedalam mungkin, lenguhan keras dan panjang Eni mengiringi orgasme kami berdua.
Aku menyepak pintu plastik kamar mandi agar tertutup namun justru memantul dan kembali terbuka, tanpak Citra berdiri sambil ternganga.
Kucabut kelaminku dari vagina Eni, masih setengah tegang, aku kencingi kaki dan paha Eni. Duuh kencing yang paling enak sepanjang masa adalah kencing setengah ereksi pasca ejaculasi, nikmatnya panjang, sepanjang aliran urin.
Eni berteriak, “Mas jahat, mas jorok, kok aku dikencingi!”. Aku tertawa, dan kudengar dari balik pintu plastik Citra terkikik lalu masuk kamar.
Ku usir Eni keluar kamar mandi karena aku mau BAB, bersarungkan handuk dia keluar, aku meneruskan hajatku dan langsung mandi. Duh, semua bajuku ada di luar, aku minta Eni mengambilkan handuk. Lalu aku keluar bersarungkan handuk.
Eni berganti mengambil gilirannya mandi. Aku masuk kamar, tempat di mana baju-baju bersihku berada. Masih ada Citra yang rapi dengan baju kerja tiduran sambil main hp. Aku masuk, Citra bangun hendak keluar. “Udah situ aja, toh udah lihat badanku ini” responku.
Aku berganti baju, memakai deodorant dan menyisir rambut. Citra nampak melirik sesekali sambil masih dalam posisi tiduran. Pahanya menyilang rapat dibalik rok span pendek yang dikenakannya. Hmmm dia pasti konak pikirku. “Kamu curang Citra!”
“Curang kenapa om?”
“Kamu sudah lihat aku telanjang bulat, malah lihat aku ngewek sama Eni, aku harus lihat kamu telanjang dan lihat kamu ngewek sama pacarmu”
“Aaah… Aku belum punya pacar oom…” Saut Citra denga wajah merah padam.
“Ya udah, lihat memekmu sebentar!” Aku berkata pelan namun dengan tekanan yang pas sehingga Citra tidak berreaksi ketika aku buka lebar kedua pahanya, rok pendeknya terangkat, celana dalam putih yang dia pakai tampak basah membuatnya jadi transparan memperlihatkan warna hitam jembut Citra. Aku tarik sisi kanan celana dalam Citra sehingga memeknya yang merah merona dan basah terbuka tanpa harus membuka semua celana dalamnya. Suara pintu kamar mandi dibuka aku melepaskan tarikanku pada celdam Citra sambil bergumam, “Jangan bilang Eni!” Kami makan pagi bersama dengan cepat, karena aku harus segera menjemput Mida dan Citra akan berangkat kerja. Eni juga akan berangkat ke spa tempat dia bekerja jam 11:00 nanti.
Aku dan Citra keluar apartemen bersama, berdiri menunggu lift Citra menundukkan kepala tanpa bicara sepatah kata. “Kamu marah ya? Maaf deh kalau marah” aku mengangsurkan tangan kananku mengajaknya berjabat tangan. “Gak marah kok om, cuma malu…” Desisnya perlahan.
“Ya wis sini…” Aku menjawab sambil meraih kepalanya sehingga terjangkau kecupanku di keningnya.
Aku berjalan menuju Swiss Bell Hotel sementara Citra menuju KBM, kami berpisah sambil bertukar senyum.
Sampai lobby SB Hotel, tampak Mida duduk di sofa, membolak-balik kertas dalam agenda yang dia pegang. Aku mendekat menyapanya, “Selamat pagi Mida, gimana enak tidurnya?” Aku mengulurkan tangan, ketika tangan Mida menyambut tanganku, dalam posisi bersalaman reflek aku mengecup kening Mida yang masih dalam posisi duduk. Mida tampak meresponse dengan sedikit mendongakkan kepala dan memejamkan mata. Aku tersadar, terperanjat, “Maaf, reflek ini Mida, bukan sengaja!” Aku tersipu.
“Iya, aku juga reflek…kenapa ya? Jodoh kali ya?” Mida meresponse sambil tersenyum malu.
Kami duduk, memesan kopi lalu bertukar cerita. Ternyata Mida sedang mendapat perintah dari bossnya, seorang istri pejabat perusahaan perdagangan yang berbasis di Singapura. Mereka orang Indonesia juga, namun memang bisnisnya bergerak international dan kantor pusatnya ada di Singapura.
Misi tersebut adalah mencari seorang wanita, hanya diketahui foto, nama dan nomor handphonenya saja, serta koordinat lokasi paling sering hp tersebut aktif. artikebokep.com Koordinat tersebut adalah seputar Citra Grand Cibubur.
Mida tidak bercerita, kenapa perempuan itu harus dicari dan akupun tidak bertanya. Aku hanya meresponse, “Aku bisa mengerjakan kerjaan itu, Mida tidak perlu repot-repot, duduk manis nanti aku laporkan”.
“Oh, really? Are You a detective or a police?” Mida terkejut
“No, I am a civilian but fortunately working in a global security company” sautku singkat.
Kami tidak jadi berangkat ke Cibubur bareng, Mida memilih untuk menyerahkan kerjaan itu kepadaku dan kami bersepakat dengan paket 5000 Sing Dollar untuk mendapatkan data alamat, foto-foto, keterangan asal-usul, status perkawinan, pekerjaan dan info dasar lainnya. Dibayar 1000 di depan, 2000 progress dan sisanya ketika data lengkap.
Mida meminta ID Card ku untuk dia foto, sebagai jaminan keamanan dia katanya. Aku pun meminta Mida untuk bersedia aku melihat dan memotret ID Cardnya, dia menyorongkan Passport. Kufoto passport itu kulirik nama lengkap dan tanggal lahirnya sekilas.
“Wow, Pisces girl!”
“What’s up Virgo man!
Kami pun tertawa bersama kemudian Mida menyerahkan cash 1000 dollar Singapore, lalu dia berkata, “Kalau begitu, sampai jumpa, aku bisa belanja-belanja dan beranjangsana, oh ya nama perempuan itu Sofia, nanti aku kirim data yang sudah ada via WA ya Syam”
Mida beranjak, menyalamiku dan menuju lift untuk kembali ke kamarnya.
Tinggal aku yang harus memburu Sofia namun masih terbayang-bayang anunya Citra.