Cerita Dewasa – Ini pengalaman pertama seks saya dengan Cerita Mesum wanita, Mungkin saya Cerita Skandal keterlaluan sekali menurut anda Cerita Porno, tapi itulah kenyataannya. Sebelumnya nama saya Ari (singkatan), umur saya 25 tahun, baru saja lulus kuliah di Malang. Kejadian ini sebenarnya baru beberapa minggu yang lalu, jadi saya masih ingat jelas ucapan dan perbuatan saya saat itu. Waktu itu memang kebetulan orangtua dan kakak saya ada resepsi keluarga di Jakarta yang cukup lama, sehingga saya kebagian tugas untuk menjaga rumah kakak saya yang kosong. Saya sudah lupa hari apa waktu mengenal gadis itu tapi yang jelas sehari setelah mereka semua berangkat ke Jakarta.Hari sudah menjelang siang waktu saya baru saja bangun tidur, setelah mandi saya bergegas berangkat pulang ke rumah (rumah orangtua) untuk makan pagi, karena saya malas untuk masak sendiri di sini (tempat kakak), sedangkan di rumah orangtua kini hanya tinggal pembantu saja yang menyiapkan semua sarapanku. Selesai sarapan, seperti biasa saya duduk santai di teras depan rumah sambil membaca koran Jawa Pos, memang semenjak lulus kuliah keseharian saya cuman santai saja sambil cari peluang kerja, maklumlah lagi Krismon. Paling-paling tiap hari rutinitas saya cuma s urfing Internet di rumah, atau main game, atau juga nonton film VCD kalau kebetulan sohib saya pinjam dari rental.
Terus terang mungkin saya ini tergolong maniak seks, soalnya nggak bosen-bosennya rasanya surfing masalah seks di Internet (BubblegumTV, babylon-x, dll). Saya selalu terangsang dengan segala liputan seks, saya selalu membayangkan kepingin senggama dengan bintang-bintang wanita cantik seperti yang ada di VCD atau perempuan cantik yang kebetulan saya temui di mal atau plaza, padahal selama saya pacaran atau bergaul dengan wanita nggak pernah namanya cium bibir, pegang paha atau buah dada apalagi sampai petting atau senggama. Yaah, paling-paling cuma pegang tangan, saling peluk, nggak lebih, swear! Nggak tahu yaah, tapi rasanya waktu bersama mereka, saya justru malah kasihan sekali dan sayang, nggak kepingin melukai perasaan mereka, soalnya kalau sudah nafsu saya ngeri kalau lupa diri. Ngeri kalau dituntut nikah nantinya. Nah, sampai akhirnya saya putus dengan pacar saya dan lulus kuliah, saya belum dapat gantinya juga sampai sekarang.Saking asyiknya baca koran nggak terasa hari sudah semakin siang dan saya tak menyadari itu sampai akhirnya ada suara cekikikan menggodaku, “Cowook..”, saya agak kaget dan melihat siapa yang ngomong tadi, eeh ternyata ada serombongan 3 orang perempuan anak sekolah yang lewat depan rumahku. Mungkin lagi pulang sekolah pikirku, aahh sialan ternyata yang menggodaku masih anak SMP, kelihatan dari rok seragamnya yang berwarna biru tua. Tapi iseng kuperhatikan wajah mereka satu persatu, cewek yang pertama biasa saja, yang kedua nggak cakep juga, tapi cewek yang ketiga eiits.. mukanya manis juga, mirip salah satu vokalis bening, entah siapa namanya. Alamak kupikir, ia tersenyum manis kepadaku dan kubalas senyumannya. mm.. manis sekali dia walau masih SMP tapi tubuhnya cukup besar dan bongsor dibanding kedua temannya yang agak kurus. Ia berjalan bersama kedua temannya sambil cekikikan dan saling berbisik. Wah, laku juga aku sama anak SMP pikirku, mungkin tampangku masih imut-imut. Sepeninggal mereka saya jadi nggak bisa tenang, teringat terus sama cewek SMP yang paling manis tadi. Anehnya, hanya memikirkannya saja tanpa terasa batang penisku mulai cenut-cenut persis kalau aku sedang nonton BF, tegang. Ampuun pikirku, aku kok terangsang sama anak SMP kenal saja nggak.Tiba-tiba saja timbul pikiranku untuk berci nta dengannya, gila pikirku. Saya berusaha untuk menghilangkan pikiran kotor tersebut tapi toh tetap saja nggak bisa melupakan bayangan wajahnya. Baiklah, dalam hati akhirnya aku berniatan untuk berkenalanan dengan cewek SMP tadi besok siang, mudah-mudahan saja dia lewat sini lagi pikirku. Keesokan harinya, sejak pagi aku sudah nongkrong di teras depan rumah nungguin dia, sambil baca koran sesekali aku melihat keluar pagar jangan-jangan dia sudah lewat. Lama sekali aku menunggu dia, khawatir kalau-kalau dia nggak lewat sini lagi. Tapi akhirnya kurang lebih jam setengah satu siang (hampir putus asa), kulihat ada seorang cewek anak SMP tentunya mulai melewati jalan depan rumah. Segera aku meloncat dari kursi dan melongok keluar pagar, sambil pura-pura membuang bekas sobekan koran ke tempat sampah dan aku melirik ke samping, apa memang benar dia yang lewat. Eiits, ternyata benar, mana pulang sendirian lagi, sungguh kebetulan sekali pikirku. Alamak manis sekali dia, kulitnya putih mulus lagi, wajahnya imut-imut sekali karena memang masih ABG, hidungnya kecil bangir lucu sekali, sedang rambutnya lurus panjang sebahu. Tubuhnya walaupun agak kecil tapi tidak kurus dan kelihatan seksi sekali, dan yang gemesi gundukan bulat di dadanya itu yang kelihatan agak besar dibanding tubuhnya yang kecil sehingga kelihatan sekali seragam sekolahnya itu agak mendesak ke depan di bagian dadanya. “Waah.. nih cewek nyahoo juga buat ngesex”, pikirku ngeres.Dia agak kaget waktu melihatku tiba-tiba nongol keluar pagar, dan dia sedikit salah tingkah sewaktu merasa dirinya kuperhatikan. Untung saja dia nggak tahu pikiranku yang ngeres, kalau tahu bisa-bisa dia lari ngibrit barangkali. Sambil tersenyum manis kusapa dia.“Hai.. dik, pulang sekolah yaach.., sapaku seramah mungkin sambil tersenyum. Ia mendelik kaget mungkin tak menyangka aku akan menyapanya.”“Ehi, iya Mas ..” katanya. Kelihatan sekali dia gugup waktu menjawab pertanyaanku. Mungkin saja dia malu soalnya kemarin ia sempat menggodaku, rasain!“Kok pulangnya sendirian sih dik, temennya mana yang kemaren?” aku pura-pura polos.
Baca Juga Cerita Sex Panas : Diperkosa Sopirku
“Eeh i..itu a..anu Mas.. saya pulang dulu Mas..” jawabnya
makin gugup. Langkahnya jadi ragu untuk terus. Aku pun segera beranjak berdiri
di de pannya. Kesempatan pikirku.“ooh.. jadi sendirian nih.. sekolahnya dimana
sih dik..?” pura-puraku terus.“Itu di situ Mas.. SMP Setia Budi.” Dia semakin
salah tingkah melihatku berdiri di hadapannya, sekaligus menghadang
langkahnya.“Ooo.. SMP Setia Budi yang di depan situ yaach.. memangnya kelas
berapa sih dik..” tanyaku terus memanfaatkan kesempatan.“Mmph a..anu anu kelas
dua Mmas..”, jawabnya sedikit malu. Wajahnya sedikit memerah, namun jadi
semakin manis saja kelihatannya. Bibirnya yang merah dan mungil tersenyum malu
sambil memperlihatkan giginya yang putih.“Iiih.. adik ini kok kelihatannya
malu-malu sih, memangnya adik nggak suka bicara sama saya yaach”,
pancingku.“Ooh.. nngg.. nggaak kok Mas..” jawabnya sambil tersenyum manis.
Makin berani nih anak, bagus pikirku.“Mmh.. Mas boleh kenal nggak sama adik”,
pancingku kemudian.“mm..” Ia nggak menjawab, tapi senyumnya semakin manis dan
kedua tangannya saling meremas sambil diluruskan ke bawah tersipu malu.“mm..
mm.. mm..”“Kok cuman mm.. saja sih he.. he.. ya sudah deh kalau nggak boleh,
Mas khan cuman nanya kalau..”“mm.. Dina Mas”, tiba-tiba ia memotong ucapanku
sambil tersenyum manis tentunya.“Ooo.. Dina toh, namanya bagus banget yaa..,
oya kenalin deh namaku Ari”, sahutku sembari kuulurkan tanganku kepadanya.
Semula ia agak ragu, namun akhirnya ia meraih tangan kananku. Kujabat erat
tangannya yang agak mungil, halus sekali cing, kaya tangan cewekku dulu.“Mas
Ari rumahnya di sini yaach..” tanyanya makin berani.“Iyaa.. memangnya
kenapa?”“Nggak kok, nggak pernah kelihatan sih Mas?”“Kamu juga nggak pernah
kelihatan, kok nanya?” candaku. Ia tertawa kecil, aku pun ikut
tertawa.Begitulah, tidak usah banyak cerita pembaca sekalian, semenjak itu aku
dan dia semakin akrab dan setiap hari selalu janji ketemu di depan rumahku.
Biasanya selepas pulang sekolah, aku pasti mengajaknya mampir dulu ngobrol di
rumahku dulu, yang ternyata memang ia masih tetanggaku sendiri yang hanya
berjarak sekitar 500 meter dari rumahku. Karena kebetulan rumahku sedang kosong
hanya pembantuku saja yang tinggal sementara orangtuaku sendiri belum pulang,
hal ini seakan menjadikan momen bagiku untuk lebih mengakrabinya. Walaupun
usiaku dan dia berbeda sangat jauh, karena dia masih 14 tahun namun itu bukan
menjadi masalah bagi kami untuk saling bertukar pikiran. Ternyata dia malah
kupikir terlalu dewasa untuk seusia dia, hal itu terbukti waktu pada hari
kelima semenjak aku mengenalnya, hari itu Sabtu sepulang sekolah sengaja aku
menjemputnya pulang dari sekolahnya.Dina tampak kaget melihatku berada di depan
sekolah, namun kemudian ia jadi gembira sekali sewaktu kubilang aku ingin
menjemputnya dan mengajaknya jalan-jalan. Ia mengenalkanku pada teman-teman
ceweknya yang lain, tapi mana aku peduli wong temannya masih kelihatan bau
kencur semua he.. he.. Akhirnya setelah aku meng antarnya pulang berganti baju,
dan sekedar berbasa-basi bersilat lidah dengan mamanya, aku segera cabut
membawanya ngeloyor keliling kota naik motorku. Namun itu cuma basa-basiku
saja, karena nggak sampai setengah jam, lalu ia kuajak pulang ke tempat kakakku
yang memang juga kosong. Rencanaku memang sebelum orangtuaku pulang bersama
saudara laki-lakiku, aku ingin lebih bebas berkencan ria dengan Dina.
Pertimbanganku di rumah orangtua karena tempatnya di kampung yang ramai selain
itu juga ada pembantu, jadi nggak enak dong kalau mengajak Dina ngobrol di
kamarku misalnya, bisa-bisa aku kena lapor orangtua, sedang tempat kakakku ada
di daerah perumahan yang relatif sangat sepi karena memang penghuninya banyak
yang kosong. Sehingga dengan demikian aku bisa bebas berbuat apa saja bersama
Dina.Terus terang seminggu ini memang pikiranku lagi suntuk dan buntu, hal ini
selalu terjadi bila nafsu seks-ku tak terlampiaskan. Maklum saja biasanya aku
selalu ber-o-i-nani-keke bila terangsang, namun semenjak aku mengenal Dina, aku
jadi malas untuk berbuat hal memalukan itu, aku jadi ingin merasakan seks
sesungguhnya yang selama ini aku belum pernah merasakannya sama sekali. Kini
kesempatan itu seolah telah datang, yang semestinya semenjak dulu aku lakukan.
Aku menyesal kenapa dulu tak kuajak saja pacarku untuk
ngesex, toh ia pasti mau melakukannya, karena pacarku sangat mencintaiku.
Sekaranglah saatnya aku harus melepaskan fantasi-fantasi semu itu. Aku tahu
walaupun masih SMP Dina telah naksir berat padaku, akupun begitu padanya
walaupun hanya sekedar sebatas sayang padanya. Aku belum bisa mencintainya,
karena bagaimanapun juga ia masih sangat muda dan ia tentu belum paham arti
cinta sesungguhnya. Bagiku ia hanya sekedar tempat berbagi suka dan canda.
Waktu sudah menunjukkan p ukul dua siang ketika kami berdua sampai di perumahan
TS (singkatan) di sebelah utara kawasan kota Malang (Belimbing), tempat kakak
laki-lakiku tinggal yang sedang kosong itu. Setelah menutup pagar depan, segera
kuajak Dina yang langsung menggelayut manja di sampingku untuk masuk ke dalam
rumah.Melihat ulahnya yang menggemaskan itu tanpa terasa batang penisku
cenut-cenut mulai ereksi lagi. Aku segera memeluk tubuh bongsornya yang seksi
itu dan dengan sedikit bernafsu segera kusosor saja pipinya yang putih mulus
itu dengan bibirku. Dina sangat terkejut melihat ulahku, ia segera menepiskan
pipinya dari bibirku, aku jadi nggak enak dibuatnya. “Eeeh.. Mas Ari.. kok gitu
sih ..” Dina memandangku sambil melotot seakan menghakimiku. Namun aku dapat
segera mengendalikan diri, sambil tersenyu m manis aku segera meraih tangannya
dan kutarik masuk ke dalam rumah. Setelah menutup pintu terasa sekali di dalam
suasana agak remang-remang karena memang pagi tadi sebelum balik ke rumah
orangtua, gorden sengaja tak kubuka untuk jaga-jaga saja, sapa tahu ada maling.
Sambil tetap kupegang tangannya erat-erat, kutatap wajah manisnya yang sangat
innocen itu, wajahnya masih cemberut dan kelihatan marah, tapi aku tahu
bagaimanapun juga selama 5 hari ini aku sudah yakin kalau ia naksir berat
kepadaku dan pasti ia sangat sayang kepadaku. Ini merupakan senjata utamaku
untuk mendapatkan dirinya.Sambil tetap tersenyum manis aku berkata padanya.
“Dina.. itu tadi berarti Mas Ari sayaang sama Dina, apa nggak boleh Mas Ari
ngasih sun sayang?” rayuku.“Mm.. Mas Ari gitu sih”, Dina seakan tetap merajuk
kepadaku, ia menarik lepas tangannya dari genggamanku dan berjalan menuju ke
sofa ruang tamu. Badannya yang hanya setinggi bahuku itu digoyangkan kesal,
sedangkan pinggulnya yang bulat kelihatan seksi sekali karena ia memakai celana
ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongnya yang
bulat padat begitu kentara, goyangan pinggulnya sangat.. sangat menawan dan
bahkan saking ketatnya biasanya celana dalamnya sampai kelihatan sekali
berbentuk segitiga. Pantatnya yang bulat serasi dengan kedua pahanya yang
seksi, sedang kedua kakinya kelihatan agak kecil, maklum masih ABG tapi menawan
sekali pokoknya.O.. iya sekedar pembaca tahu, saat itu yang saya tidak bisa
lupa ia mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga aku dapat melihat
jelas bentuk payudaranya yang walaupun tidak sebesar punya pacarku dulu, namun
kelihatan sangat kencang sekali, bundar seperti buah apel tapi tentu saja lebih
besar dari itu, kaosnya yang cukup tipis membuat behanya yang mungil terpampang
jelas sekali dan juga berwarna putih, begitu pula dengan celana panjangnya yang
juga ketat berwarna putih kecoklatan sampai ke mata kaki. Pokoknya baju dan
celana yang ia kenakan benar-benar nge-trend dan seksi sekali, sehingga terus
terang justru kelihatan jadi sangat merangsang sekali, itulah yang salah satu
aku khawatirkan saat ngeluyur ke plaza tadi. Banyak sekali orang-orang
laki-laki tentunya menatap gemas ke tubuh Dina, karena selain ia putih dan
manis sekali, postur tubuhnya yang mulai berkembang mekar dengan pakaian
seperti itu pasti bikin jakun laki-laki naik turun. Malahan aku tadi sempat
sewot karena ada seorang bapak setengah umur yang kebetulan lewat di samping
kami di plaza sempat memelototi tubuh Dina dari atas sampai ke bawah. Memang
saat itu Dina benar-benar pamer body, nyahoo deh pokoknya. Aku saja sempat
tegang di plaza tadi gara-gara cewekku itu apalagi orang lain.
Dina menghempaskan pantatnya di sofa, aku menyusulnya segera dan duduk rapat di sampingnya, kupandangi wajahnya dari samping seolah-olah masih marah, bibirnya yang mungil kelihatan basah dan ranum berwarna kemerahan tanpa lipstik. mm.. ingin rasanya aku mengecup dan mengulum bibirnya yang menawan itu.“Dina sayang..” rayuku semakin nekat.“Mas Ari boleh khan cium bibir kamu, say..”“iih.. Mas Ari ahh..” Dina semakin merajuk, tapi aku tahu pasti itu hanya sekedar pura-pura. Aku jadi semakin berani dan bernafsu.“Dina sayang, terus terang.. mm.. hari ini Mas Ari kepingin bersama Dik Dina, Mas Ari ingin memberikan rasa kasih sayang Mas sama Dik Dina, asal Dik Dina mau memberikan apa yang Mas inginkan, maukan sayang?” Tanpa aku sadari kata-kata itu meluncur begitu saja, antara kaget dan heran dengan ucapanku sendiri seolah-olah ada setan lewat yang memaksaku untuk mengatakan itu.Sementara itu mata Dina membelalak kaget ke arahku, mukanya yang manis malah jadi kelihatan lucu. Bibirnya yang mungil merah merekah dan tampak basah. “Maass..” Hanya kata itu yang diucapkannya, selanjutnya ia hanya memandangku lama tanpa sepatah katapun. Aku mengambil inisiatif dengan menggenggam erat dan mesra kedua belah tangan mungilnya yang halus mulus.“Dik Dina sayang.. percayalah apapun yang Mas katakan, itu bentuk rasa cinta dan kasih sayang Mas sama kamu say, percayalah.. Mas menginginkan bukti cintamu sekarang”, Selesai berkata begitu nekat kudekatkan mukaku ke wajahnya yang amat manis itu, dengan cepat aku mengecup bibirnya dengan lembut. Ah, bibirnya begitu hangat dan lembu t, terasa nikmat dan maniss, mm.. hidung kami bersentuhan lembut sehingga nafasnya kudengar sedikit kaget, namun Dina sama sekali tak memberontak, kukulum bibir bawahnya yang hangat dan lembut, kusedot sedikit, mm nikmat, baru pertama kali ini aku mengecup bibir perempuan, enaakk ternyata. Lima detik kemudian, kulepaskan kecupan bibirku dari bibir Dina. Aku ingin melihat reaksinya, ternyata saat kukecup tadi ia memejamkan kedua belah matanya, dengan mata redup ia memandangku sedikit aneh namun wajah manisnya begitu mempesonaku, bibir mungilnya yang kukecup tadi masih setengah terbuka dan basah merekah.“Bagaimana sayang.. kau bersediakah? demi aku cintamu”, rayuku sambil menahan nafsu birahi yang menggelora.< div class=”MsoNormal” style=”text-align: justify;”>Tanpa Dina sadari batang penisku sudah tegang tak terkira, sakitnya terpaksa kutahan sekuatnya, karena posisi batang penisku sebelum ereksi ke arah bawah dan aku tak sempat membetulkannya lagi tadi saat kukecup bibir Dina, sehingga begitu yang seharusnya dalam keadaan bebas mengacung ke atas kini hanya bisa mendesak-desak ke bawah tanpa bisa bergerak ke atas. Cenut.. cenut.. cenut.. sakit rasanya. Aku berusaha mengecup bibirnya lagi karena aku tak tahan dengan nafsuku sendiri, namun dengan cepat Dina melepaskan tangan kanannya dari remasanku, dadaku ditahannya dengan lembut. Mulutku yang sudah kepingin nyosor bibirnya lagi jadi tertahan, “Mass..” Dina berbisik lirih, tatapannya kelihatan sedikit takut dan ragu. “Dina sayang.. percayalah sama Mas”, hanya kalimat itu yang terucap selanjutnya aku bingung sendiri mau ngomong apa, pikiranku sudah buntu oleh nafsu.”“Tapi mass, Dina takut Mas”,“Takut apa sayang, katakanlah”, bisikku kembali sambil kuraih tangannya kembali ke dalam genggamanku, sementara tanpa sadar kubasahi bibirku sendiri tak sabar ingin mengecup bibir mungilnya lagi.“A..aanu, Dina takut Mas Ari nanti meninggalkan Dina”, bisiknya sedikit keras di telingaku, tatapannya tampak semakin ragu. Kugenggam kuat kedua tangannya lalu secepat kilat kugerakkan mukaku kedepan dan “Cuupp..” kukecup sekilas bibirnya sambil berujar,“Dina sayangku, Mas Ari terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah Mas Ari akan membuktikannya kepadamu, Mas akan selalu sayang sama Dik Dina”, bujukku untuk lebih meyakinkannya.“Tapi Mas..” bisiknya masih ragu. Aku tersenyum, nih cewek kuat juga mentalnya, nggak langsung terbawa nafsu.Dulu pacarku saja baru kupeluk sebentar pasrahnya sudah setengah mati, kalau aku minta keperawanannya pasti dikasihnya, aku yakin itu.
Baca Juga Cerita Sex : Selingkuh dengan bu RT
“Dina.. percayalah, apa Mas perlu bersumpah sayang, kita
memang masih baru beberapa hari kenal sayang tapi percayalah yakinlah sayang
kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayuku menenangkan
perasaannya.“Lalu kalau Dina.. sampai ha.. hhaamil gimana mass?” ujarnya sembari
menatapku takut-takut dalam keraguan. Dalam hati aku tersentak kaget, nih cewek
kok tahu yah kalau maksud sebenarku memang ingin bersebadan dengannya.
Kebetulanlah pikirku, nggak perlu aku berpura-pura lagi.“Aah, jangan khawatir
sayang, Mas akan bertanggung jawab semuanya kalau Dik Dina sampai hamil oleh
Mas yah Mas pasti mengawini Dik Dina secepatnya, bagaimana sayang?” bisikku
semakin tak sabar. Batang penisku makin cenut-cenut selain sakit karena salah
posisi juga terasa makin membesar saja, bayangkan saja aku merasa sudah tinggal
selangkah lagi keinginanku terpenuhi, bayangan tubuh mulus, telanjang bula,
pasrah, siap untuk diperawani, siap untuk digagahi, masih ABG lagi, ahh alamak
seandainya.Tanganku bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari
tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke
lengan sampai ke bahu lalu kuremas lembut. Kupandangi gundukan bulat menantang
ba k buah apel Malang dari balik baju kaosnya yang ketat, BH putihnya yang
kecil menerawang kelihatan penuh terisi oleh daging lunak yang sangat
merangsang. mm.. jemari tanganku gemetar menahan keinginan untuk menjamah dan
meremas gundukan payudara montoknya itu. oohh.. dan kulirik Dina, ternyata ia
masih memandangku penuh keraguan namun aku yakin dari tatapan mataku ia pasti
bisa melihat betapa diriku telah dilanda oleh nafsu birahi yang menggelora siap
untuk menerkam dirinya, menjamah tubuhnya, meremas dan pada akhirnya pasti akan
menggeluti dirinya luar dalam sampai puas. Aku berusaha tetap tersenyum, namun
bisikan setan-setan burik di belakangku seakan menggelitik telingaku untuk
berbuat lebih nekat, ayo.. Ar perkosa saja, jangan tunggu lama-lama, hik..
hik.. hik.., begitulah kira-kira yang kudengar.Sialan pikirku, sedemikian
ngeresnya otakku kah? Lalu kulihat bibir Dina bergerak perlahan,“Mas.. Mas Ari
harus janji dulu sebelum..” ia tak melanjutkan ucapannya.“Sebelum apa sayang,
katakanlah”, bisikku tak sabar. Kini jemari tangan kananku mulai semakin nekat
menggerayangi pinggulnya yang sedang mekar itu, ketika jemariku merayap ke
belakang kuusap belahan pantatnya yang bundar lalu kuremas gemas. Aduuh Mak,
begitu lunak, hangat dan padat.“aahh.. Mas”, Dina merintih pelan. Batang
penisku makin cenat-cenut tak karuan, sakitnya nggak bisa diceritakan lagi ,
begitulah kalau salah posisi, mana tegangnya sudah nggak terkontrol lagi.
Sementara setan-setan burik di belakangku mulai berjoget dangdut, terlenaa..
kuterlenaa.. persis kayak suara Ike Nurjanah.“Iiih.. Mas aah mmas.. Dina rela
menyerahkan semuanya asal Mas Ari mau bertanggung jawab nantinya”, Dina
berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kananku bergerak semakin
menggila, kini aku bergerak menelusup ke pangkal pahanya yang padat berisi, dan
mulai mengelus gundukan bukit kecil bukit kemaluannya. Kuusap perlahan dari
balik celananya yang amat ketat, dua detik kemudian kupaksa masuk jemari
tanganku di selangkangannya itu dan kini bukit kecil kemaluannya itu telah
berada dalam genggaman tanganku. Dina menggelinjang kecil, saat jemari tanganku
mulai meremas perlahan terasa empuk hangat dan lembut. Kudekatkan mulutku
kembali ke bibir mungilnya yang tetap basah merekah hendak menciumnya, namun
kembali Dina menahan dadaku dengan tangan kanannya, “eehh Mas.. berjanjilah
dulu Mas”, bisiknya di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu. Kena
nih cewek, pikirku menang. “Oooh.. Dina sayang.. Mas berjanji untuk bertanggung
jawab, aahh.. Mas menginginkan keperawananmu sayang.. katakanlah”, ucapku
semakin ngawur dan bernafsu. Sementara jemari tanganku yang sedang berada di
sela-sela selangkangan pahanya itu mulai gemetar hendak meremas gundukan bukit
kemaluannya lagi, satu.. dua.. ti.., setan-setan burik di belakangku mulai
ramai ngoceh seakan memberiku aba-aba,“Ba.. baiklah Mas, Dina percaya sama Mas
Ari”, bisiknya lemah.“Jadi..?” bisikku kurang yakin.“hh.. lakukanlah mass..
Dina milik Mas seutuhnya.. hh..”Teng.. teng.. teng.. hatiku bersorak girang
seakan tak percaya, kaget campur haru, begitu besar pengorbanannya dengan
perkataannya itu.
Tetapi sungguh aku tak pernah menyangka bahwa hari ini aku akan melakukan perbuatan yang mestinya sangat terlarang. Aku tahu nuraniku mengatakan ini sungguh sangat berdosa besar tetapi apalah artinya kalau nafsu telah menguasai dan mengungkungku saat itu, aku lupa diri, dan aku tak peduli akibat selanjutnya nanti, yang terpikirkan saat itu aku ingin segera menjamah tubuh Dina, merasakan kehangatannya, memesrainya sekaligus merenggut dan merasakan nikmat keperawanannya sampai nafsuku terlampiaskan.“Benarkah..? ooh.. Dina sayangg.. cupp cupp..” Secepat kilat bibir mungilnya yang hangat merekah kembali kukecup dan kukulum nikmat. Kuhayati dan kurasakan sepehuh perasaan kehangatan dan kelembutan bibirnya itu, kugigit lembut, kusedot mesra, mm nikmat. Hidung kami bersentuhan lembut dan mesra. Dengus nafasnya terdengar memburu saat kukecup dan kukulum bibirnya cukup lama, bau harum nafasnya begitu sejuk di dadaku. kupermainkan lidahku di dalam mulutnya, persis seperti yang dilakukan para bintang film Vivid, dan dengan mesra Dina mulai beran i membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya. aah.. terasa nikmat dan manis saat kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukecup dan kukulum bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling beradu mengecup mesra. Tak disangka Dina dapat membalas semua kecupan dengan bergairah pula.“aah.. Dina sayang.. kau pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyaku curiga. Mukanya yang manis kelihatan sayu dan tatapan matanya tampak mesra, sambil bibirnya tersenyum manis ia menyahutiku.“Mm.. Dina belum pernah punya pacar Mas, ini ciuman Din a yang pertama kok Mas”, sahutnya polos.“Kok ciumanmu pintar sekali, jangan-jangan Dik Dina sering nonton film porno yaa?” godaku. Dina tersenyum malu, dan wajahnya pun tiba-tiba bersemu merah, ia menundukkan mukanya, malu.“I..iya Mas.. beberapa kali di video”, sahutnya terus terang sambil tetap menundukkan muka. Aku tersenyum lega, ternyata ia masih real virgin, belum pernah ada cowok yang menyentuhnya selain aku. Waah.. betapa beruntungnya aku.Kedua tangannya malu-malu menutupi selangkangannya. “Huu.. Mas Ari jorok ahh..” sahutnya malu-malu. Aku makin gemas dan bernafsu melihat tingkahnya. “Ayo aahh dik.. Mas sudah kepengen ngerasain nih.. Mas buka ya celana Dik Dina”, kataku nakal. Dan dengan cepat aku berjongkok di depannya, kedua tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan kudekatkan ke arahku. Pada mulanya Dina agak memberontak dan menolak tanganku namun begitu aku memandang wajahnya dan tersenyum padanya akhirnya ia hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tanganku mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatnya yang berwarna putih itu. Mukaku persis di depan selangkangannya sehingga aku dapat melihat gundukan bukit kemaluannya dari balik celana ketatnya. Aku semakin tak sabar, dan begitu aku menemukan tali ritsluitingnya segera kutarik ke bawah sampai terbuka, kebetulan ia tak memakai sabuk sehingga dengan mudah aku meloloskan dan memplorotkan celananya sampai ke bawah. Sementara pandanganku tak pernah lepas dari selangkangannya, dan kini terpampanglah di depanku CD-nya yang berw arna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya namun aku tak melihat dari CD-nya yang cukup tipis itu warna kehitaman sama sekali, berarti alat kelamin Dina masih belum ditumbuhi rambut sama sekali. Waahh.. aku memandang ke atas dan Dina menatapku sambil tetap tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu. “Mas Ari buka ya.. celana dalamnya”, tanyaku pura-pura. Dina hanya menganggukan kepalanya perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya yang kecil terus ke atas sampai kedua belah pahanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun, halus sekali kulit pahanya dan begitu seksi dan padat, aku mengusap perlahan dan mulai meremas. “Oooh.. Mass..”Dina merintih kecil, kemudian jemari kedua tanganku merayap ke belakang ke b elahan bokongnya yang bulat. Aku meremas gemas disitu. Aahh.. begitu halus, kenyal dan padat.
Ternyata Dina pandai sekali merawat diri. Ketika jemari tanganku menyentuh tali karet celana dalamnya yang bagian atas, sreet.. secepat kilat kutarik ke bawah CD-nya itu dengan gemas dan sreengg bau alat kelaminnya langsung menyergap hidungku, mm.. harum.. kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ itu. Alamak indahnya bentuk alat kelaminnya itu. Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahanya yang seksi, sementara di bagian tengah gundukan bukit kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang vaginanya.Dan di sekitar situ aku tak m elihat sehelai rambut kemaluan pun. Begitu bersih dan putih alat kelamin milik Dina itu. Aku hanya bisa melongo menyaksikan keindahan bukit kemaluannya dan tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan yang baru pertama kalinya ini. “Oohh.. Dina, indahnya..” Hanya kalimat itu yang sanggup kuucapkan saat itu, selanjutnya aku masih melongo menikmati keindahan sorga dunia milik kekasihku Dina. Bau yang keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang kempis menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku. Sesaat aku tiba-tiba mendengar suara sreek.. sreek.. di atasku ketika aku mendongak ternyata kekasihku itu sedang membuka baju kaosnya, belum habis rasa kagetku setelah melemparkan kaosnya sekenanya kedua tangannya lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka BH-nya dan tess.. BH itupun terlepas jatuh di mukaku. Puk, langsung aku jatuh terduduk dan hanya bisa melongo menyaksikan pemandangan indah yang lain. Selanjutnya Dina melepas juga celana dan CD-nya yang masih tersangkut di mata kakinya, lalu sambil tetap berdiri di depanku mulutnya tersenyum manis kepadaku, walaupun wajahnya sedikit memerah karena malu ia berusaha untuk tetap tersenyum. Alamak.. buah dadanya itu ternyata memang berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya puting-puting kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan. aah, cantiknya kekasih kecilku ini apalagi kalau sedang telanjang bulat seperti ini, aku tak menyangka tubuhnya yang sedang mekar ini sudah memiliki keindahan yang sangat sempurna. ” Dina kamu cantik sekali sayang”, bisikku lirih.Batang penisku semakin cenat-cenut tegang tak karuan. Lalu Dina mengulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri lagi. Ki ni rasanya kami seperti Adam dan Hawa saja. Bertelanjang bulat satu sama lain seperti kaum nudis saja. “Mass.. Dina sudah siap, Dina sayang sama Mas, Dina akan serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisiknya mesra. Aku merangkul tubuhnya yang telanjang merasa terharu. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika kedua payudaranya yang bulat menekan lembut dadaku yang bidang. aah.. aku merintih nikmat. Jemari tanganku tergetar saat mengusap punggungnya yang telanjang, begitu halus dan mulus. Aku tak sanggup menahan gejolak nafsuku. Setan-setan burik di belakangku seakan menggelitik batang penisku agar aku segera menyetubuhinya. “Aahh.. Dina kita lakukan di kamar yuk, Mas sudah kepingin begituan sayang”, bisikku tanpa malu-malu lagi. Dina tersenyum dalam pelukanku. “Terserah Mas saja, mau melakukannya dimana”, sahutnya mesra. Tooiinng.. batang penisku langsung manggut-manggut seolah sangat setuju. Dengan penuh nafsu aku seg era meraih tubuhnya dan kugendong ke dalam kamar. Saat itu aku sempat melirik jam didinding ruangan sudah setengah tiga sore. Waah harus cepat nih, bisa kemalaman nanti. Kurebahkan tubuh Dina yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena memang aku sengaja menutup semua gorden agar tak kentara dari luar, walaupun gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang, jadi sebenarnya sangat aman. Aku segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu kusibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.
Kulihat tubuh Dina yang telanjang bulat kelihatan mengkilap
karena pantulan sinar matahari namun tak sampai menyilaukan mata.Jantungku
berdegup kencang saat kunaiki ranjang dimana tubuh Dina yang telanjang berada,
ia memandangku tetap dengan senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas tubuhnya
yang bugil dan menindihnya, aku tak sabar ingin segera memasuki tubuhnya. “Buka
pahamu sayang, hh.. Mas ingin menyetubuhimu sekarang”, bisikku bernafsu. Aku
merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus mulus.
Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan bundar dengan puting-putingnya yang
kemerahan sangat menawan hatiku, namun kutahan sementara keinginanku untuk
menjamah buah terlarangnya itu. “Mass..” ia hanya melenguh pasrah saat aku
setengah menindih tubuhnya dan batang penisku yang tegang itu mulai menusuk
celah bukit kemaluannya, mencari liang vaginanya. Kurasakan bukit kemaluannya
terasa lunak dan hangat. “Aahh..” tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku
mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara kedua bibir
kemaluannya.“Sayang.. Mas masukkan yaah.. kalau sakit bilang sayang.. kamu kan
masih perawan.”“Pelan-pelan Mas ..”, bisiknya pasrah. Lalu dengan jemari tangan
kananku kuarahkan kepala penisku yang sudah tak sabar ingin segera masuk dan
merobek selaput daranya itu. Dina memeluk pinggangku mesra, sementara kulihat
ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang akan segera memasuki
tubuhnya. Aku mencari liang vaginanya di antara belahan bukit kemaluannya yang
lunak, aku tak dapat melihat celah vaginanya karena posisi tubuhku yang memang
tak memungkinkan untuk itu namun aku berusaha untuk mencari sendiri. Kuco ba
untuk menelusup celah bibir kemaluannya bagian atas namun setelah kutekan
ternyata jalan buntu. “Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas.. mm..
yah tekan di situ Mas.. aaww pelan-pelan Mas sakiit”, Dina memekik kecil dan
menggeliat kesakitan, namun segera kupegang pinggulnya agar jangan bergerak.
Akhirnya aku berhasil menemukan celah vaginanya itu setelah kekasihku itu
menuntunku, akupun mulai menekan ke bawah, “Hhggkkghh..” kepala penisku kupaksa
untuk menelusup ke dalam liang vaginanya yang sempit, terasa hangat dan sedikit
basah. Kukecup bibir Dina sekilas lalu aku berkonsentrasi kembali untuk segera
dapat membenamkan batang penisku sepanjang 14 centi itu seluruhnya ke dalam
liang vaginanya. Dina mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala
penisku yang besar mulai berhasil menerobos liang kemaluannya yang
sangat-sangat sempit sekali.“Tahan sayang.. Mas masukkan lagi, hhgghh.. ahh
sempit sekali sayang aahh”, erangku mulai merasakan kenikmatan dan “ssrrtt”
kurasakan kepala penisku berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang
vaginanya. “aawww.. mass sakiit..” teriak Dina memelas, tubuhnya menggeliat
kesakitan. Aku berusaha menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang
basah merekah dan kulumat dengan perlahan. “mm.. cuupp.. cuupp.” Lalu,
“Hhgghh.. tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, Mas tekan lagi yaah”,
bisikku di antara rasa pedih dan nikmat karena jepitan liang vaginanya itu
begitu ketat seolah-olah kepala penisku diremas oleh sebuah daging yang sangat
kuat cengkeramannya walaupun terasa hangat dan lunak. Waah, ini harus diminyaki
dulu nih pikirku, kalau aku langsung memperawaninya bisa-bisa batang penisku
ikut-ikutan lecet. Akhirnya sambil menahan keinginan seks-ku yang sudah
menggelora kucabut kembali alat vitalku yang baru masuk kepalanya saja itu
dengan perlahan. mm.. nikmatnya saat penisku menggesek celah vaginanya.“Ah..
sayang, Mas masukin nanti saja deh.. hh.. liang vaginamu masih sangat sempit dan
kering sayang.”“Kemaluanku sakit Mas”, erang Dina lirih.“Yahh.. Mas tahu sayang
kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, Mas kepingin melihat Dik
Dina orgasme”, bisikku bernafsu. Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan
memeluknya den gan kasih sayang, “aahh..” aku menggelinjang nikmat merasakan
kehangatan dan kehalusan kulitnya, apalagi saat dadaku menekan kedua buah
payudaranya yang montok rasanya begitu kenyal dan hangat, puting-puting susunya
terasa sedikit keras dan lancip, mm.. mm.
Kemudian kurasakan pula perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat batang penisku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang vaginanya lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam situ tapi aahh, aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan kenikmatan, aku ingin mencumbu kekasihku ini dulu, mengulum bibirnya, meremas dan mengenyot-enyot kedua buah payudaranya dan terakhir akan kucumbu seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat kelaminnya, kujilati bibir vagina dan clitorisnya sampai Dina kekasih kecilku ini merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan orgasme sepuasnya.“Dina.. hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisikku mesra. Ia memandangku dari jarak yang kurang dari 10 centi dan tertawa renyah.“mm.. Dina bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarnya polos.“Iyaa sayang, anggaplah Mas suamimu saat ini sayang”, bisikku nakal.“Iih.. Mas Ari, mm.. mm.. Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik.. mmBH h”, belum sempat ia selesai ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang nakal itu, Dina membalas ciumanku dan melumat bibirku dengan mesra. Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan Dina langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggulnya yang hangat padat dan kuremas gemas, ketika tanganku bergerak kebelakang ke bulatan bokongnya yang bulat merangsang bersamaan dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku menggesek tubuh Dina yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana batang penisku yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit kecil milik Dina yang empuk, kugerakkan pinggulku secara memutar sambil kugesek-gesekkan batang penisku di permukaan bibir kemaluannya yang empuk sambil sesekali kutekan-tekan nikmat.Dina ikut-ikutan menggelinjang kegelian namun ia sama sekali tak menolak walaupun beberapa kali kepala penisku yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir kemaluan atau labia mayoranya seolah akan menembus liang vaginanya lagi. Ia hanya merintih kesakitan dan memekik kecil kalau aku salah menekan.“Aawww.. Mas saakiit”, erangnya membuatku makin terangsang saja.“Aahh.. Dina.. kemaluanmu empuk sekali sayang, sshh”, aku melenguh keenakan. Setan-setan burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut, seolah-olah bernyanyi, “Hangat terasa.. terlenaa”. Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, aku menggeser tubuhku kebawah sampai mukaku tepat berada di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah apel, kini ganti perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu, wooww enakk. Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua payudaranya kelima jemari masing-masing tanganku kurenggangkan satu sama lain dan membentuk seperti cakar burung dan aku mulai menggesekkan ujung-ujung jemariku mulai dari bawah payudaranya di atas perut terus menuju gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok. Dina merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mass.. mm.. iih geli Mas”, erangnya lirih. Beberapa saat kupermainkan kedua puting-puting susunya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Dina menggelinjang lagi, kupuntir sedikit putingnya dengan lembut. “mm Mas..” Dina semakin mendesah tak karuan. Aku tak tahan, secara bersamaan akhirnya kuremas-remas gemas kedu a buah dadanya dengan sepenuh nafsu. “Aawww.. Mas.. nngg”, Dina mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Aku semakin menggila tak puas kuremas lalu mulutku mulai menjilati kedua buah dadanya secara bergantian.Lidahku kujulur-julurkan menjilati seluruh permukaan susunya itu sampai basah, mulai dari payudara yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang kanan, kugigit-gigit puting-puting susunya secara bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas sampai Dina berteriak-teriak kesakitan. “Maass.. sshh.. shh.. oohh.. oouwww.. mass”, erangnya. Lima menit kemudian lidahku bukan saja menjilati kini mulutku mulai beraksi menghisap kedua puting-puting susunya sekuat-kuatnya.
Baca Juga Cerita Sex Panas : ML Dengan Majikan Saat Suaminya Pergi
Aku tak peduli Dina menjerit dan menggeliat kesana-kemari,
sesekali kedua jemari tangannya memegan g dan meremasi rambut kepalaku yang
bergerak liar, sementara kedua tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua
buah dadanya bergantian sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat. Bibir
dan lidahku dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua
payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya kupilin-pilin
dengan lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa kempot, aku
menghayal meminum air susunya. Dina hanya bisa mendesis, mengerang, dan
beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti putingnya dengan gemas,
hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan susu-susunya itu
nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitanku.
mm.. mm.. ini benar-benar nikmat, susu asli cap Nona pikirku dalam hati. Cukup
lama sekali aku menetek susunya, mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup
puas bibir dan lidahku kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah
payudaranya yang basah dan penuh dengan luki san bekas gigitanku dan juga
cupangan berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna
kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, Dina mulai
mengerang-erang kecil keenakan, bau tubuhnya yang harum bercampur dengan
keringatnya yang kas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak, kukecup dan
kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku bergeser ke bawah
lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah lepas dari kulit tubuhnya
itu telah berada di atas gundukan bukit kemaluannya yang indah mempesona. “Buka
pahamu Din..” teriakku tak sabar, posisi pahanya yang kurang membuka itu
membuatku kurang leluasa untuk mencumbu alat kelaminnya itu. “Oooh.. mass”,
Dina hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas kupermainkan sejak tadi,
tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun sudah sangat terangsang semenjak
kuhisap kedua buah dadanya.Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan cairan
kewanitaan dari liang vaginanya, sebab pernah sohibku bilang terus terang
kepadaku kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya
ketika mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat
dirinya bergairah. Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kekasihku.
Dina membuka ke dua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang
sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak
awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah
merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei,
kelihatannya dia tegang sekali.“Sayang.. jangan tegang begitu dong sayang”,
kataku mesra.“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Dik Dina merasa
nikmat, teriak saja sayang biar puass..” kataku selanjutnya. Sambil tetap
memejamkan mata ia berkata lirih.“I.. iya mass eenaak sih mass”, katanya polos.
Aku tersenyum senang,“Sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang”, bisikku dalam hati, dan setelah itu aku akan merenggut kegadisanmu dan menyetubuhimu sepuasnya.Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin wanita. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan khas. Dari yang sering aku lihat di VCD ataupun di majalah, bentuk alat kelamin milik Dina ini termasuk masih Fresh, maksudnya di samping masih belum ditumbuhi sehelai rambutpun namun juga kulit di bibir vagina dan di sekitar alat kelaminnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang vaginanya sama sekali. Benar-benar gadis perawan asli pikirku bangga. Aahh, betapa nikmatnya nanti s aat celah kemaluan dan liang vaginanya menjepit batang penisku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku. Demikian lah Cerita Bokep Petualangan Perjaka Dan Perawan oleh Cerita sex hot