Sophie duduk pada kursi meja makan. Biarpun merasa sedikit kelelahan, tapi dia merasa lega karena seluruh rumah telah tertata rapi. Butuh sepanjang siang tapi sekarang semuanya sudah hampir selesai. Hanya tinggal meja kaca yang tersisa untuk dibersihkan sekarang dan dia bisa berendam di air hangat selama yang dia suka. Dia membayangkan Josh, kekasihnya selama 3 tahun, akan segera pulang tapi itu masih terlalu lama untuknya. Pagi tadi dia bangun dengan birahi yang membumbung tinggi hingga mungkin dia bisa saja meniduri pejantan pertama yang dekat sekitarnya. Sebenarnya hampir dia gunakan vibrator kesukaannya yang tersimpan di dalam laci dresser yang paling bawah, tapi dia lebih suka cita rasa kekenyalan batang penis yang sebenarnya dibandingkan kerasnya plastik. Tak ada letup kesenangan dengan vibrator, dia hanya akan menggunakannya saja. Tak sama saat Josh dan dia berhubungan seks. Di manapun dan kapan saja, dia suka dengan sensasi hampir terpergok, selalu bisa dia dapatkan orgasme besar saat ada resiko. Melihat pada jam di dinding, dia baru sadar kalau sudah menghabiskan sepanjang hari, masih 2 jam lagi baru Josh pulang. Lalu dia berdiri dan memakai penggilap untuk membersihkan meja hingga bersih berkilat.
“Ini bisa sedikit meredakan tegangku.” dia tersenyum pada dirinya sendiri sambil melangkah menuju ke kamar mandi untuk berendam.
Lebih dari satu jam berikutnya, Sophie sedang memilah pakaian, coba menentukan pilihan mana yang akan dia pakai.
“Hmmm” gumamnya, “Bagaimana kalau kamu!” ucapnya, menatap sebuah summer dress berwarna hitam.
Dia melangkah ke depan cermin dan memegangi piihannya tersebut di depan tubuhnya, dipertimbangkan sebentar sebelum akhirnya melemparkannya ke atas ranjang. Warna hitam terlalu mewah untuk hari ini. Sekilas terlintas untuk sepasang jeans pendek dan kaos tapi dia kesampingkan ide tersebut, makan waktu lama untuk melepas jeans nantinya. Tiba-tiba sebuah ide datang dan dia langsung memilah pakaiannya lagi, dia temukan yang dicarinya, mengambilnya dan langsung dia kenakan. Berdiri di depan cermin berukuran besar, Sophie tersenyum pada dirinya sendiri. Di usianya yang ke 22 tahun dia tumbuh jadi seorang wanita yang memukau. Rambutnya dia biarkan panjang melebihi bahu, sepasang mata bulat besar, bibir penuh yang seakan memang diciptakan demi kenikmatan mengisap batang penis, pinggang ramping yang membuat tubuh berlekuk menggoda. Buah dada membulat besar dan kencang, meskipun tubuhnya tak setinggi para model, namun sepasang kakinya terlihat begitu indah. Dia adalah sosok impian para pria. Selalu ada siulan menggoda kala dia melenggang di hadapan mereka dan Sophie menyukai semua perhatian tersebut. Bahkan suatu saat ada seorang pria paruh baya yang mencubit pantatnya saat dia lewat di depannya. Pria usia belasan tak luput juga untuk mencoba menyentuh buah dadanya. Sophie masih ingat saat ada dua orang remaja yang menawarkan diri untuk membersihkan tamannya, tapi mata mereka tak bisa berpaling lepas dari tubuhnya, begitu Sophie berbaring santai menikmati sinar matahari di kursi malasnya dengan memakai bikini. Well, Sophie rasa mereka pantas mendapat bayaran tambahan. Tapi dengan hanya kain begitu minim menutupi tubuhnya, dia bisa membuat setiap pria lugu akan langsung keluar di dalam celananya hanya dengan melihat keindahan tubuhnya saja. Dia pilih rok mini warna kuning, model yang sama seperti yang dulu dia pakai sekolah, sepatu kets putih bergaris kuning dan kaos putih dengan suspender yang membuat pusarnya mengintip dari balik kaos serta memperjelas bentuk tubuh dan buah dadanya..
“Damn girl, kamu memang sexy!” ucapnya pada diri sendiri sambil tersenyum, lalu dia turun ke lantai bawah untuk mengambil minuman dingin.
***
Mobil Josh memasuki pekarangan, langsung dia matikan mesin mobilnya. Dia sudah tak sabar untuk menyaksikan pertandingan besar malam ini. Sudah dinantikannya begitu lama untuk menyaksikan siaran langsung ini. Telah dia pacu mobilnya secepat yang dia mampu agar sampai rumah tepat waktu dan sekarang pertandingannya akan mulai setengah jam lagi.
“Kamu memang benar-benar menunggu pertandingan ini ya?” tanya Ben sambil menyeringai lebar.
Dia lebih tinggi dari Josh tapi bertubuh lebih kecil. Mereka telah berteman sejak sekolah dan tumbuh besar bersama. Ben juga suka sepakbola, tapi lebih bermuka tebal dibandingkan Josh.
“Pastilah Ben, ini kan pertandingan terbesar musim ini.” Jawab Josh saat dia keluar dari mobil.
Keduanya terus bercanda tentang masa lalu saat melangkah ke pintu depan. Begitu mereka masuk ke ruang tengah, Sophie muncul dari dapur dan langsung berlari memeluk Josh mesra, sebuah ciuman penuh hasrat dia berikan pada kekasihnya itu. Setelah beberapa saat, Sophie baru sadar kalau mereka tidaklah sendirian, lalu dia hentikan ciumannya dan sedikit mundur.
“Oh, hai Ben” dia tersenyum dengan wajah jengah.
“Hai Soph” jawab Ben dengan seringai lebar.
“Hai babe. Ben kemari untuk nonton pertandingannya malam ini, kamu ingat kalau aku pernah bilang kan?” tanya Josh.
“Oh yeah, tentu aku ingat.” Jawab Sophie dengan wajah lebih merona lagi, “Silahkan duduk, akan kuambilkan minum dan camilan. Aku akan bikin makan malam untuk nanti, jadi jangan sampai kekenyangan dulu.” Ucapnya dengan bercanda.
“Aku sanggup menghabiskan semua camilan sekaligus makan malamnya nanti.” Jawab Ben setelah tertawa. “Aku kan punya nafsu besar.”
Sophie memberinya senyuman kecil lalu melangkah pergi menuju dapur. Sophie terlihat begitu menggiurkan dengan pakaian yang dia kenakan hingga Josh berpikir untuk membatalkan acara nontonnya dan langsung menyeret kekasihnya tersebut ke kamar tidur.
“Dia bisa menungguku malam nanti, aku akan nonton pertandingannya dulu, baru menikmati tubuhnya nanti.”
Akhirnya Josh memutuskan. Dia duduk di sofa sedangkan Ben duduk di kursi sebelah kirinya. Ruang tengah tersebut berukuran luas, dengan sofa yang menghadap langsung ke arah tv, sebuah sofa lain di sebelah kanan dan sebuah kursi di sebelah kiri. Sebuah lorong terletak di belakang kursi dan ruangan dapur terletak tak begitu jauh di belakang sofa yang satunya. Sebuah pintu kaca dengan tirai tipis berwarna putih sebagai penyekat antara ruang tengah dan dapur. Secara keseluruhan rumah ini tidak besar tapi masih terbilang cukup luas. Dapurnya sendiri berukuran cukup besar hingga pintu kaca tersebut masih menyisakan ruang kecil di antara konter di sebelah kiri dan meja di sebelah kanannya. Sophie melangkah ke kulkas dan mengambil beberapa bungkus keripik kentang serta beberapa kaleng bir,
“Kenapa harus malam ini? Mestinya aku ingat. Apa yang harus kulakukan? Aku sangat horny!”
Dia diam beberapa waktu untuk meredakan gejolak dirinya lalu membawa camilan beserta kaleng bir ke ruang tengah. Setelah Sophie pergi ke dapur, Ben kemudian duduk di kursi dan berkata dalam hati, betapa sexy-nya penampilan Sophie.
“Aku sanggup menyetubuhinya hingga dia tak akan sadar apa yang sedang terjadi.” Baru saja Ben memikirkan itu, Sophie muncul dari dapur dengan membawa camilan dan bir. Dia melangkah ke sofa yang satunya lalu membungkuk untuk menaruh bawaannya di atas meja kecil di tengah mereka.
Ketika Sophie sedang membungkuk, kaos yang dia pakai bergerak menjauh dari dadanya hingga menyuguhkan sebuah pemandangan kecil dari belahan dadanya untuk Ben. Jika saja dia membungkuk lebih rendah lagi, Ben akan bisa melihat seluruh buah dadanya yang indah, tapi meskipun hanya belahan dadanya, yang terlihat hanya beberapa saat saja, sudah bisa membuat celananya sesak. Ben melirik ke arah Josh, dia tidak melihatnya dan kembali Ben melirik Sophie. Tapi saat pandangan matanya kembali, kini Sophie sudah duduk dengan menyilangkan kaki sedang melihat tv. Ben berharap dia bisa megajak Josh taruhan dengan mempertaruhkan kekasihnya tersebut, seperti yang sering dia baca di cerita, agar kalau dia menang bisa menikmati keindahan tubuh Sophie. Tapi cerita fantasi berbeda dengan kenyataan, Ben hanya bisa memandangi keindahan sepasang paha halus milik Sophie. Sophie merapatkan kedua pahanya erat, karena jika tidak, dia yakin akan melakukan masturbasi di tempat itu saat itu juga. Pertandingannya baru saja mulai, dia pandang Josh,
“Dia sungguh tampan.”
Langsung dia hentikan pikirannya itu karena hanya membuat keadaan dirinya bertambah buruk. Seluruh perhatian Josh sudah terfokus pada perandingan dan sama sekali mengacuhkannya. Sophie alihkan pandang pada Ben, yang langsung mengalihkan tatapannya ke wajah Sophie.
“Apa dia baru saja menatap pahaku?” batin Sophie.
Ben mengalihkan tatapannya ke tv.
“Tidak mungkin. Itu hanya imajinasimu saja, kamu terlalu horny.”
Hanya saja saat dia menyaksikan tv, dia perhatikan beberapa saat kemudian mata Ben kembali ke arahnya. Setiap kali dia melakukan gerakan kecil, mata Ben akan langsung kembali ke layar tv. Tapi jika dia diam saja, kembali mata Ben mengamati tubuhnya.
“Dia memang memandangi pahaku.” Pikir Sophie setelah yang kelima kalinya.
Dia rasakan letup rangsangan mengaliri perutnya.
“Baiklah, kalau dia ingin melihat pahaku, akan kuberikan dia pemandangan yang lebih baik lagi.”
Lalu dia menggeser cara duduknya hingga kini dia duduk dengan kaki terlipat di bawah tubuhnya, tapi dia duduk menghadap ke arah tv. Sekarang, seluruh bagian paha kanannya tersuguh ke hadapan Ben.vDari sudut matanya, Sophie perhatikan mata Ben sedikit terbelalak, memandangi pahanya dengan lebih berani. Lalu Sophie putuskan untuk sedikit bermain lebih jauh lagi. Tangan kanannya bergerak pelan mengelusi pahanya naik turun, yang akan terlihat tanpa disengaja. Dia juga mulai menggigit ujung jari telunjuk tangan yang satunya, tetap dia lakukan seakan tanpa sengaja, hanya untuk mengusir kebosanan. Duduk Ben mulai tidak tenang di kursinya, seakan jeans yang dia pakai terasa tak nyaman dan bahkan beberapa kali dia membasahi bibirnya. Setelah beberapa waktu dengan elusan pahanya, Sophie ingin menggoda Ben lebih jauh lagi, tapi belum dia temukan cara yang cukup aman, hingga dia melihat sebungkus keripik kentang yang belum dibuka di atas meja. Dengan senyum tertahan dia bangkit dan melangkah menuju dapur. Lirikan mata Ben tak lepas dari pantat Sophie saat dia melenggang menuju dapur, dia hembuskan nafas pelan coba melegakan sesak dadanya. Kalau Ben tidak mengenalnya tentu dia akan menganggap kalau Sophie telah menggodanya dengan menggosok pahanya berulang-ulang dan tiba-tiba saja berhenti begitu melihat keripik kentang yang belum dibuka dan langsung melangkah pergi. Ben sudah sangat horny, bahkan dia baru berpikir untuk pergi ke kamar mandi untuk bermasturbasi saat Sophie kembali dengan membawa sebuah mangkuk di tangannya. Begitu Sophie sudah dekat dengan meja, dia membungkuk ke depan dan menaruh mangkuk yang dia bawa. filmbokepjepang.ocm Lalu lebih membungkuk lagi untuk membuka bungkus keripik kentang dan perlahan dia tuangkan ke dalam mangkuk. Mata Ben tidak tertuju pada mangkuknya, tapi terarah tepat ke dalam kaos kekasih sahabatnya itu. Tubuh Sophie begitu membungkuk ke depan hingga dia bisa melihat seluruh bagian depan bra yang dia pakai. Ketika dengan pelan Sophie menggoyangkan kantung keripik kentang itu, buah dadanya ikut bergoyang karenanya. Seakan dia membungkuk berjam-jam lamanya, tapi tentu saja sebenarnya hanya beberapa menit saja. Masih tetap dalam posisi membungkuk, dia mengangkat kepalanya.
“Mau?” tanyanya dengan begitu manis
“Emm, ya….” Jawab Ben dengan tergagap.
Sophie tersenyum lalu menyodorkan mangkuknya. Setelah Ben mengambil sebagian, dia tawarkan juga pada Josh, yang pandangannya tak pernah beranjak dari layar tv. Sophie menaruh mangkuk tersebut di atas paha Josh lalu dia bangkit dan duduk kembali di sofanya, dengan kaki yang terlipat di bawah tubuhnya. 20 menit menyaksikan pertandingannya, tiba-tiba saja Sophie berkata,
“Oh, mana ya majalahnya?” kemudian dia berlutut di sofa, tubuhnya memutar ke belakang, dengan bertumpu pada sandaran belakang, dia berusaha mencari majalahnya.
Pemandangan tersebut sangat memukau. Ben mendapat pemandangan yang menggiurkan dari pantat Sophie yang berpose doggy style di atas sofa tersebut, meskipun dia belum bisa melihat apa yang ada di baliknya. Kedua paha itu seakan berteriak untuk disentuh dan batang penis Ben juga menjerit untuk segera bangkit dan menyetubuhinya dari belakang di tempat itu dan saat itu juga.
“Tak mungkin dia sedang menggodaku.” Pikir Ben, “Ini hanya imajinasiku saja.”
Tapi Sophie memang terlihat sedang menggodanya. Langsung dia palingkan matanya dari tubuh Sophie sebelum penisnya meloncat keluar dari celana jeansnya. 10 menit berikutnya, kembali Ben melirik ke arah Sophie. Pahanya terlipat kembali dengan majalah di atas pahanya dan sedang menghisap sebatang pop es. Saat Sophie sadar kalau Ben sedang memandanginya, dia palingkan wajah menghadap Ben dan tetap menghisap batang esnya perlahan. Kemudian dia tarik mulutnya lepas dari es tersebut untuk menghisap ujungnya dengan lidah.
“Kapan dia dapat es itu?” pikir Ben.
Dengan begitu menggoda Sophie menatap Ben sambil menghisap pop esnya pelan hingga habis. Kemudian dia lemparkan batang kayunya ke atas meja dan bertanya pada Ben kalau dia ingin juga.
“Tidak… thanks.” Jawab Ben dengan tersenyum kering.
“Sialan, dia memang sedang menggodaku.” pikirnya “Aku tak sanggup melihatnya lagi.”
Sophie merasa ada aliran listrik 10.000 volt yang menyengat tubuhnya. Dia telah menggoda dengan terang-terangan menggunakan pop es tersebut, tapi sensasi yang dia dapatkan setimpal. Mata Josh belum sekalipun beralih dari layar tv dan Sophie yakin kekasihnya tak akan melakukannya. Tetap saja apa yang dia lakukan terasa mendebarkan. Tapi meskipun godaan ini tak bisa seutuhnya, kini dia semakin merasa akan meledak oleh birahinya sendiri dan dia butuh sex secepatnya.
Dia suka dengan resiko, semakin beresiko situasinya maka semakin bagus bagi dia dan semakin besar kenikmatan yang dia dapatkan. Kini, dalam cengkeraman nafsu, dengan vaginanya yang berteriak untuk segera disentuh, sebuah ide hinggap dalam otak Sophie. Perlahan dia berdiri, sambil memastikan kalau tubuhnya sedikit membungkuk, Sophie meregangkan punggungnya. Membuat buah dadanya terdorong ke depan, menyodok dari
dalam kaosnya yang tipis.
“Baiklah, aku akan membuat makan malam.” Ucapnya setelah selesai meregangkan tubuh.
“Perlu bantuan?” Tanya Ben, suaranya bergetar dengan kecemasan.
“Tentu.” Jawab Sophie dengan tersenyum. Gila, dia merasa sangat horny.
Saat Sophie berjalan menuju dapur, Ben mengikutinya, dia berhenti dan berkata,
“Honey, mungkin kamu harus sedikit mengeraskan volume tv-nya. Aku tak ingin suara berisik yang kubuat saat membuat makan malam, jadi mengganggu pertandinganmu.”
Lalu dia melenggang ke dapur dengan Ben mengikutinya dari belakang. Ketika mereka masuk ke dapur, Sophie mendengar volume tv dikeraskan, tak banyak, tapi lebih keras dari yang sebelumnya. Josh tahu kalau beberapa mesin di dapur bisa menimbulkan suara berisik, tapi Sophie sama sekali tidak berencana untuk membuat kebisingan menggunakan salah satunya. Sophie sendirilah yang akan berisik dan meskipun Ben tidak setampan Josh, dia bukanlah pria buruk rupa, dia punya sebuah penis dan itulah yang Sophie butuhkan. Melangkah ke konter terdekat, yang terlihat dari dari pintu, Sophie berbalik dan bersandar pada konter tersebut, kedua tangan di kedua sisi untuk menahan tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang serasa akan loncat keluar dari dalam dadanya.
“Lalu apa yang bisa aku bantu?” Tanya Ben, nada gugup masih tergetar dalam suaranya, namun keras selangkangannya tampak jelas terlihat menonjol keluar dari jeansnya.
“Ukurannya pasti besar.” Batin Sophie saat dia lihat pada gundukan itu. Dia merasa sulit mengendalikan diri untuk tidak menyobek lepas pakaian Ben saat itu juga di sana.
“Aku baru berpikir, mungkin sebuah hot dog untuk pertandingan ini.Tapi aku akan membuat yang spesial. Josh tak pernah komplain dengan hot dog buatanku. Kamu tahu kan, kalau harus diminyaki dulu biar licin dan mudah diselipkan dalam rotinya. Tapi biasanya aku cicipi dulu sebelum kupakai, kamu harus hati-hati kan.”
Ben semakin merasa bibirnya kering saat memandang Sophie bicara, dia sudah sangat siap untuk menerkamnya. Kegugupan itu sekarang telah berubah jadi nafsu seutuhnya dan sebuah kesiapan. Sophie tersenyum padanya.
“Kemarilah, akan kutunjukkan cara membuatnya.” Suaranya merayu.
Ben melangkah mendekat tapi sambil menarik pintu kaca agar menutup.
“Uh-uh! Biarkan saja terbuka.” Kata Sophie dengan raut wajah cemberut.
“Tapi… kukira… kamu… tidak mau… suara berisik… mengganggu Josh?” Tanya Ben.
Tawa Sophie hampir meledak mendengar kenaifannya. “Memang, tapi aku suka resiko. Nah, buka pintunya atau aku tak akan perlihatkan padamu.” Ucapnya dengan senyum menggoda.
Pintu itu sudah terbuka lagi sedetik berikutnya seusai kata terakhir yang keluar dari bibir Sophie dan dengan tangan terkepal, Ben berjalan mendekat. Dengan memegang pinggangnya, Ben menarik tubuh dan mengunci bibir Sophie dengan bibirnya. Lidah Sophie langsung merangsak masuk ke dalam mulut Ben dan melilit lidahnya. Kedua lengannya melingkar di leher Ben saat Sophie melumat bibirnya, menggesekkan selangkangannya pada tonjolan di bagian depan jeans Ben.
“Mmm” Sophie mengerang dalam mulut Ben.
Tangan Ben mencengkeram pantatnya, semakin keras Sophie gesekkan selangkangannya padanya. Ben menarik tubuh Sophie semakin merapat begitu keduanya saling lumat. Tangannya berpindah ke dada Sophie, menangkap kedua buah dada itu, meremasnya kasar dan menekan kedua daging kenyal tersebut menyatu seakan dia takut jika Sophie menyuruhnya berhenti. Semakin bertambah keras lagi Sophie menggesekkan dirinya dan terus merintih dalam mulut Ben saat dengan kasar Ben memainkan kedua buah dadanya. Sophie menaruh tangannya di dada Ben dan mendorongnya agak menjauh dan menghentikan ciumannya.
“Ap….” baru saja dia mau protes, tapi senyuman di bibir Sophie membuatnya diam.
Dengan perlahan tangan Sophie mulai bergerak turun hingga sabuk Ben. Dengan cekatan namun tenang dia buka sabuk itu dan mulai melepaskan kancingnya. Setelah terbuka, tangannya menyusup ke dalam boxer Ben untuk menangkap batang penisnya. Tangan Sophie gemetar saat dia merasakan besarnya batang penis dalam genggamannya itu. Dia menginginkannya di dalam tubuhnya saat itu juga, tapi akan terasa jauh lebih erotis jika dia bisa menikmati waktunya. Perlahan dia mulai meremas daging gemuk dalam genggamannya sembari menatap Ben tepat di matanya.
“Mmm, kelihatannya enak.” Rayunya, remasannya semakin cepat. Barang itu seakan tak berhenti tumbuh. “Kurasa aku harus mencobanya sedikit, apa memang rasanya nikmat?”
“Ternikmat yang pernah kamu rasakan.” Jawab Ben dengan lebih percaya diri.
Dengan tersenyum pada Ben, perlahan Sophie mulai berlutut di hadapannya. Kalau Josh melihat kemari, akan dia saksikan kekasihnya yang berusia 22 tahun sedang berlutut dengan begitu sangat sexy, bersiap untuk menghisap batang penis sahabatnya di dalam dapur rumahnya. Sophie harus sedikit mundur ke belakang saat menurunkan jeans sekaligus boxer Ben, karena batang penis besarnya hampir saja menghantam wajahnya. Menatapnya dengan tak percaya akan ukurannya yang begitu besar, Sophie hanya mampu terbeliak dan ternganga.
“Kamu sangat besar!” ucapnya kagum.
Ben tersenyum padanya, “Kamu suka?”
Sophie mengangguk, matanya tak pernah lepas dari batang penis di hadapannya. Dengan satu tangan dia genggam batang gemuk itu pelan. Terasa begitu keras, jemarinya hampir tak bertemu dalam genggamannya. Tangannya yang satu dia genggamkan juga di batang milik sahabat kekasihnya ini. Dia memandang ke atas, ke mata Ben.
“Kurasa mungkin aku harus bilang pada Josh untuk mengeraskan volume tv-nya lagi.” ucapnya.
Dan dengan kedua tangan menggenggam batang penis Ben dan matanya menatap mata Ben, sedangkan mata kekasihnya tetap pada TV tak lebih 5 meter jauhnya, Sophie membuka mulut dan menurunkan kepalanya ke penis Ben. Penis gemuk itu meregangkan mulutnya lebar, belum pernah dia rasakan batang penis segemuk ataupun sepanjang ini di dalam mulut maupun vaginanya. Tapi dia tahu kalau dia adalah seorang penghisap penis yang handal dan dia menikmatinya. Setelah turun separuhnya, dia berhenti. Memandang rambut kemaluan Ben di bawahnya, Sophie membatin,
“Masih separuh lagi, sialan… penisnya sangat besar.” Dia angkat kepalanya pelan, lidahnya menjilati sepanjang batangnya.
Dia kibaskan rambutnya ke balik punggung, perhatiannya terfokus pada batang penis di hadapannya. Sophie mulai mencium kepalanya, lalu menjilat turun bagian bawah batangnya, kembali naik sebelum akhirnya membuka mulutnya dan perlahan merendahkan kepalanya menuruni batang tersebut. Sophie mulai menaik turunkan kepalanya, perlahan memasukkan batang penis Ben semakin jauh ke dalam mulutnya. Sedikit demi sedikit dalam setiap ayunan kepalanya, hingga pada akhirnya seluruh batang besar dan panjang itu masuk ke dalam mulutnya, menusuk hingga tenggorokannya.
Dia gunakan lidahnya untuk menggelitik batang penis di dalam mulutnya, bibirnya mencengkeram rapat dan dia mulai meningkatkan kecepatannya. Dengan mata terpejam, Sophie mempercepat gerakan kepalanya pada batang penis sahabat kekasihnya ini.
“Mmmph” Dia mengerang dengan batang penis Ben menyumpal mulutnya.
Dengan berpegangan pada pinggang Ben untuk menopang gerakan kepalanya, membuatnya lebih mudah untuk menelan seluruh batan penis Ben dalam mulutnya, menelan hingga ke tenggorokan dan baru berhenti saat hidungnya menyentuh dasar dari batang kejantanan Ben. Berisiknya suara hisapan dari sesi menghisap penis nan cabul ini memenuhi dapur, tapi Josh tak bisa mendengarnya karena dikalahkan kerasnya suara tv. Kepala Sophie bergerak naik turun dengan liar pada penis Ben, dia ingin Ben keluar dalam mulutnya. Suara erangan Sophie semakin keras dan kemudian dia merasakan tangan Ben di kepalanya, mencengkeram rambutnya, menarik wajahnya semakin merapat. Sophie memandang ke atas, pada mata Ben dan untuk pertama kalinya dia memperhatikan dengan seksama suara erangan Ben. Ben memegangi kepala wanita cantik ini saat dia menghisapnya semakin keras, semakin bertambah cepat menaik turunkan kepalanya pada batang penis kerasnya. Sophie sungguh pintar melakukannya, Ben tahu kalau dia tak bisa bertahan lebih lama lagi.
“Yeah baby, benar begitu, hisap terus.” Perintahnya “Hisap penisku saat kekasihmu sedang menonton tv di ruang sebelah.” Sophie mengerang.
“Kamu sangat pintar.” Ben tersengal, dia tarik kepala Sophie semakin turun.
Dia masih belum percaya kalau Sophie sanggup menelan seluruh batang penisnya, Belum pernah ada seorang wanita yang sanggup melakukan itu sebelumnya.
“Kamu suka penisku dalam mulutmu ya?” goda Ben.
Hanya erangan sebagai jawaban dari Sophie, tanpa sekalipun tatapannya lepas dari mata Ben. Hisapannya semakin keras, dapat Ben rasakan dinding tenggorokan Sophie menjepit penisnya setiap kali dia menelannya sangat dalam. Menyaksikan bibir ranum itu meluncur di sepanjang batang penisnya membuat Ben merasa ingin keluar saat itu juga. Sudah sering dia berfantasi tentang Sophie yang sedang berlutut menghisap penisnya, tapi belum pernah dalam situasi seperti sekarang ini.
Tatapan mata mereka saling kunci, terasa begitu erotis mendapatkan kekasih sahabatnya berlutut dihadapannya. Dengan batang penisnya dalam hisapannya, Sophie mengayun kepalanya tanpa henti, sedangkan sang kekasih berada di ruang sebelah. Dan yang menjadikannya lebih menggairahkan lagi adalah posisi mereka yang masih berada di depan jalan masuk dapur ini. Belum lagi tatapan mata Sophie yang tak sedetikpun lepas dari mata Ben, menatapnya dengan penuh nafsu. Situasi ini sungguh membuat birahi Ben memuncak dengan sangat cepat.
“Hisap penisku Sophie, telanlah sampai masuk dalam tenggorokanmu” suara Ben terdengar menggeram, masih dia pegangi kepala Sophie, mata mereka tetap saling kunci. “Kamu memang gila Soph. Kita di dapur dengan pintu terbuka dan kamu hisap penisku..”
Sophie mengerang keras dan hisapannya makin kasar. Sudut matanya melirik ke arah kekasihnya di ruang sebelah
“Oh yeah baby! Kamu hisap penis sahabat kekasihmu. Oh yesss! Dan kamu menyukainya”
Kali ini Sophie buka sedikit mulutnya dan pejamkan matan. Dia mengerang semakin keras di penis Ben sebelum akhirnya kembali ditelannya batang penis Ben. Ditatapnya mata Ben saat dia menghisap dan mengerang, Sophie bergerak semakin cepat. Lalu dia lepaskan penis Ben dari dalam mulutnya dan dia genggam dengan tangannya. Kemudian mulai mengocok dengan tangannya.
“Penismu rasanya nikmat.” Ucapnya dengan senyum menggoda. “Kalau kamu tidak nakal, mungkin akan kuhisap lagi untukmu.”
“Kamulah yang akan memohon padaku kalau ini selesai Soph.” Jawab Ben, dia yakin hal itu dengan melihat kelakuan liar Sophie ini.
“Ooh…” Sophie mengerang lagi, lalu kembali dia masukkan penis Ben ke dalam mulutnya.
“Brengsek, kalau saja aku bisa merekam ini.” Geram Ben.
Dia keluarkan penisnya lagi, Sophie tersenyum padanya dan berkata, “Mungkin lain kali boleh.”
Ben tersenyum padanya, dia tahu kalau kekasih sahabatnya ini akan kembali untuk memintanya lagi. Masih dia kocok batang penis Ben dengan tangannya, sebuah senyuman menggoda terukir di wajah Sophie dan dengan tenang serta polosnya dia berkata,
“Kamu ingin keluarkan di dalam mulutku atau bagian tubuhku yang lain?”
Pertanyaan itu hampir saja membuat Ben keluar.
Sepertinya Sophie merasakan itu, dia lepas genggamannya pada batang penis Ben, lalu tangannya kembali memegangi pinggang Ben. Dia tepiskan rambut yang jatuh di depan wajahnya sekali lagi dan kepalanya mendongak, menatap Ben, dia buka mulutnya perlahan dan membungkus kepala penisnya. Dengan mata yang terus menatap mata Ben, mulutnya mulai meluncur menuruni batang penisnya dan mengulangi hisapannya kembali.
“Gila, kamu memang penghisap penis yang liar Soph” Ben mengerang disela nafasnya. “Kekasihmu sungguh pria yang beruntung.”
“Mmm” Sophie langsung mengerang begitu kekasihnya disebut, sekali lagi sudut matanya melirik ke arah kekasihnya di ruang sebelah.
“Kamu harus menciumnya setelah ini.” Ucap Ben, kepalanya langsung terlempar ke belakang dan dia tarik kepala Sophie hingga penisnya melesak masuk sedalam-dalamnya di mulut Sophie. Sekarang tangan Sophie mencengkeram erat pantat Ben kala dia semburkan seluruh air maninya ke dalam mulut Sophie, langsung meluncur menuruni tenggorokan dan mengisi perutnya. Selama itu berlangsung mata Sophie tak pernah lepas memandangi reaksi Ben, terus menggodanya.
Josh duduk menyaksikan pertandingan bola dengan begitu terpukau. Tanpa menyadari kalau di waktu yang sama, tak lebih dari 5 meter jauhnya, sahabatnya sendiri sedang mendorongkan batang penisnya hingga jauh ke dalam tenggorokan kekasih cantiknya yang berlutut, yang menelan seluruh air mani sahabatnya setelah hisapan penis sekelas bintang porno yang dia berikan. Dia bersorak saat tim jagoannya mencetak gol dan Sophie memejamkan mata saat menelan. Sophie berusaha menelan semua yang dia mampu, ada beberapa yang tumpah keluar dari mulutnya akibat terlalu banyaknya mani yang disemburkan Ben. Setelah tak ada lagi air mani yang keluar dari lubang kencing Ben, Sophie keluarkan penisnya dari mulut dan memandang ke arah Ben di atasnya, dia tersenyum dan menelannya dengan suara tegukan yang keras. Kemudian Sophie berbalik untuk melihat lewat pintu yang terbuka. Dia saksikan Josh masih belum juga beranjak dari tempatnya. Saat sedang menghisap penis Ben tadi, kadang dia melirik ke arah kekasihnya. Melihat kekasihnya saat dia menghisap penis sahabatnya menjadikan birahinya bergejolak begitu hebatnya. Sembari menjilat bibirnya, dia berbalik menghadap Ben dan ingin mengucapkan ‘Mungkin kamu butuh istirahat sebelum hidangan utama.’ Tapi dia jadi tercengang saat disuguhi oleh batang penis yang menjulang keras.
“Kamu tetap keras!!” serunya.
“Aku selalu begini kalau habis mendapat hisapan yang enak, tapi belum pernah sekeras ini. Pasti kamu penyebabnya.” Jawab Ben dengan senyum lebar.
Dia angkat tubuh Sophie hingga sekarang dia berdiri, masih tetap menatap batang penisnya yang keras. Ben mencengkeram pantat Sophie dan mendorongnya ke konter dapur. Sophie menatap mata Ben dan tersenyum saat tubuhnya diangkat hingga kini dia duduk di atas konter.
“Terus, kamu pikir, mau apa kamu sekarang?” tanyanya menggoda, masih tetap menatap tepat mata Ben.
Ben menjawab dengan menyusupkan tangan ke dalam rok yang dipakai Sophie, menarik lepas celana dalamnya dan membuangnya begitu saja ke lantai.
“Aku akan menyetubuhimu, tepat di atas konter ini, di tempat yang bisa dilihat kekasihmu kalau dia menolehkan kepalanya kemari dan akan kubuat kamu mengerang keras sampai kamu akan menjerit dan memohon padaku agar tidak pernah berhenti menyetubuhimu!”
Sophie berikan senyum menggoda padanya.
“Aku akan mengerang, mendesah, merintih kalau aku mau. Tapi menjerit dan memohon padamu untuk menyetubuhiku selamanya? Aku bahkan tak melakukannya pada Josh!” jawabnya.
Ben menarik tubuh Sophie hingga pinggir konter dan memposisikan ujung penisnya di depan lubang masuk vaginanya.
“Kamu bukan hanya akan memohon padaku, tapi kamu juga akan membiarkanku menyetubuhimu di manapun, kapanpun dan bagaimanapun aku mau!”
Dan dengan ucapannya tersebut, Ben mendorong sekeras yang dia bisa memasuki tubuh Sophie. Sophie harus menggigit bibir bawahnya saat batang besar milik sahabat kekasihnya merangsak masuk ke dalam tubuhnya dengan cepat dan kasar. Masih saja sebuah rintihan keras yang lepas dari mulutnya. Dia ingin teriak sekerasnya karena rasa sakit dan nikmat kala vaginanya terisi dan terkuak begitu lebar dengan sangat cepat, tapi Josh pasti akan mendengarnya dan itu artinya bukan kepuasan yang akan dia dapatkan melainkan sebuah keributan.
Dengan batang penis Ben yang terkubur hingga pangkal dalam vaginanya, Sophie terduduk tak berkutik. Sentakan pertama tadi mengangkat tubuhnya dari permukaan konter, tapi kini dia terduduk kembali, terisi penuh.
“Oh!” dia mengerang. “Aku belum pernah merasa sepenuh ini.” Ucapnya kehabisan nafas.
Ben tersenyum puas. Dia hanya membiarkan saja batang penisnya menyumpal vagina Sophie, belum menggerakkannya sama sekali. Bukannya Sophie keberatan, akhirnya dia mendapatkan sebatang penis yang begitu penuh mengisi vaginanya dan dia tengah meresapi kenikmatannya.
“Kamu suka rasa penisku dalam vaginamu Soph?” Kata Ben sembari tangannya membelai pantatnya.
Vagina Sophie mencengkeram batang penisnya dengan sangat kuat.
“Hmmm, aku pernah mendapat yang lebih hebat.” Goda Sophie.
Alis Ben terangkat, tapi kemudian dia tarik tubuh Sophie merapat dan mulai mengocok keluar masuk dalam tubuhnya, keras dan cepat, bahkan sesungguhnya sangat cepat dia mengocoknya.
“Oooh” Sophie merintih begitu penis Ben menyodoknya keluar masuk.
Kepalanya terlempar ke belakang dan menguncikan kakinya melingkari pinggang Ben, menariknya lebih tenggelam dalam tubuhnya. Sophie mendesah, mencengkeram tepian konter hingga tangannya memutih. Kenikmatan yang dia peroleh dari persetubuhan gelap mengoyaknya hingga dia lemparkan kepalanya ke belakang sejauh mungkin dan mengerang keras.
“Oooh!”
“Sangat nikmat” batinnya. Mulutnya ternganga dan suara rintihan serta erangannya mengisi dapur.
“Kamu suka Soph?” Ben menggeram pada Sophie
“Umm, oh yeah!” erang Sophie.
“Mau lagi?” Tanya Ben.
“Uh uh uh…” Sophie merintih.
“Aku tanya, apa kamu mau lagi Soph?” tuntut Ben sambil menurunkan kecepatannya.
“Ya!” Sophie menggeram keras.
“Suka kocokan penisku dalam vaginamu?” Ben menggeram.
“Oh yeah, ya, ya, ya… saangaaat eenaaak…” dia mendesis.
Punggungnya meregang kencang, memudahkan sodokan penis Ben dalam vaginanya yang kuyup. Tangannya mencengkeram erat menahan tubuhnya yang terguncang hebat oleh sodokan Ben yang sepenuh hasrat. Buah dadanya yang besar terayun dan terguncang di dadanya merentangkan kaosnya dan menjerit untuk dibebaskan dari himpitan bra yang dia pakai. Betapa terasa nikmat. Belum pernah Sophie merasakan yang seperti ini dalam hidupnya. Vaginanya terisi dan terentang di luar nalar, dia disetubuhi dengan begitu keras hingga dia kesulitan untuk duduk di atas konter. Dan di atas semuanya itu, ini adalah sahabat kekasihnya sendiri yang sedang meyetubuhinya, saat kekasihnya tengah duduk di ruang sebelah yang berjarak tak lebih dari 5 meter jauhnya, dengan pintu penghubung dari kaca yang terbuka. Hanya suara tv saja yang mencegah Josh untuk dapat mendengarkan erang dan rintihan dari arah dapur dan membuatnya sama sekali tak menyadari kalau kekasihnya sedang disetubuhi dengan brutal. Dia hanya harus menolehkan kepalanya saja, atau sedikit memelankan volume tv-nya, agar tahu peristiwa mesum di dalam dapur rumahnya sendiri. Tapi Sophie sudah tak mempedulikannya lagi, dia sudah melebihi terpuaskan, dia mencapai titik seksual yang belum pernah dia bayangkan oleh sahabat kekasihnya yang menggasak vaginanya tanpa ampun.
“Oh kamu sungguh nikmat ” Ben mengerang “Lebih nikmat dari yang pernah kubayangkan! Vaginamu sangat rapat dan hangat ”
Dia menyodoknya lebih keras. Sophie melenguh. Rintihan birahi mereka mengisi setiap sudut dapur dan bersaing dengan kerasnya suara pertandingan di tv. Sophie mengerang, menggesekkan vaginanya ke penis Ben. Dia sadar sekarang bahwa dia tak akan mau Ben berhenti menyetubuhinya. Ben mengirimkan batang penisnya keluar masuk dalam vagina rapat milik wanita cantik yang terus menggeliat ini, memakunya dengan tiap sodokannya hingga tubuhnya terangkat dari atas meja. Ben menggeretakkan giginya, menahan kenikmatan yang melanda, keringat membanjiri tubuhnya, tapi dia masih tetap fokus pada Sophie yang punggungnya melengkung ke depan dan kepala tergantung ke belakang. Balas menyetubuhinya dan mengimbangi setiap hentakan keras Ben, menusukkan dirinya sendiri pada batang penis Ben sekeras yang dia bisa. Suara racauan Sophie mulai terdengar. Ben seakan terhipnotis oleh pantulan buah dada Sophie. Sudah begitu lama dia bermimpi untuk melihatnya langsung, selalu ingin menyentuhnya, sama halnya keinginannya untuk dapat menyetubuhi Sophie. Akhirnya, sekarang dia sudah mendapatkannya. Gerakan Ben memelan dan akhirnya dia berhenti.
“Tidak, jangan, JANGAN!!!” protes Sophie dengan nada marah.
Ben cengkeram bagian bawah kaos Sophie dan mulai mengangkatnya naik. Begitu dia sadar apa yang diinginkan Ben, Sophie hentikan usahanya menusukkan dirinya ke penis Ben dan langsung dia cengkeram kaosnya, menariknya lepas melewati kepala dan melemparnya ke lantai. Lalu dia raih bagian belakangnya untuk melepas kaitan bra yang dia pakai, melolosi tali pengikatnya lewat bahu dan juga melemparnya ke lantai.
“Kamu boleh melihat ini kalau kamu mulai menyetubuhiku lagi. Fuck me Ben! Now! ” tantangnya sambil kedua telapak tangan memegangi buah dadanya.
Ben menyeringai, dia tarik keluar penisnya perlahan dan melesakkannya kembali ke dalam tubuh Sophie dengan keras. Suara erangan Sophie mengiringinya, tapi dia masih memegangi buah dadanya dengan erat. Ben menyodoknya dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, buah dada Sophie yang besar terguncang dalam gengggaman tangannya. Sophie mulai meremas dan menekannya seakan sebongkah adonan kue. Sodokan Ben bertambah kasar dan kemudian Sophie mulai memainkan putingnya dan dia tambah dengan desahan keras. Sophie merintih saat Ben menjepit kedua putingnya yang keras. Lalu Sophie cengkeram dan remas buah dadanya sendiri dengan kasar, Ben tiada henti mengisi lubang vaginanya dengan batang penis kerasnya. Cincin tanda cinta dari Josh di jari tangan kiri Sophie berkilau dalam pantulan cahaya saat dia remas buah dadanya dan melenguh dalam kenikmatan yang diberikan oleh sahabat kekasihnya. Ben ingat saat Josh memberikan cincin itu padanya, Sophie mengucapkan bahwa hanya Josh satu-satunya pria baginya. Sekarang cincin itu menjadi saksi persetubuhan terlarang ini dan mendengar semua suara desah kenikmatan Sophie. Ben tersenyum dan secara terang-terangan menatap cincin tersebut saat batang penisnya memompa dengan ayunan panjang dan keras ke dalam vagina Sophie yang menyambutnya. Ben menyetubuhinya tanpa ampun sambil memandangi cincin itu berkilau dalam jari Sophie yang masih mencengkeram buah dadanya sendiri.
Lubang kenikmatan Sophie yang rapat menyambutnya dengan suka cita. Paha Sophie yang halus mengunci melingkari pinggangnya, menarik batang penis Ben semakin jauh ke dalam rahimnya. Rambut Sophie terjuntai menggantung bebas saat kepalanya terdongak ke belakang dan terayun liar oleh tiap sodokan Ben.
“Oh baby, vaginamu sungguh sempit ” Ben mendesis.
Ben menangkap sekilas mata Sophie, begitu sayu oleh kenikmatan yang dikirimkan vaginanya. Saat itu Sophie akan bersedia melakukan apapun untuk Ben, bahkan disetubuhi tepat di depan mata Josh bila Ben meminta. Tapi Ben juga lebih menikmati persetubuhan terlarang. Dia menyetubuhi kekasih sahabatnya dan kekasih sahabatnya ini menikmatinya. Sophie melepaskan genggaman dari buah dadanya dan sekali lagi dia cengkeram tepian konter. Dia mengerang keras. Ben saksikan buah dada kencang milik wanita cantik ini terguncang karena sentakannya. Kini dia menyetubuhinya dengan segenap kemampuannya. Buah dadinya terayun liar, saling hantam dengan berisik.
“Kamu nikmati ini?” Tanya Ben dengan nafas hampir putus.
“Ooh ya! Rasanya sangat enak!” jawab Sophie disela rintihannya.
“Kamu ingin aku berhenti?” Ben terus menatapi kedua buah dadanya.
“JANGAN!” jawab Sophie lantang.
“Kalau begitu, katakan apa yang kamu mau.”
Sophie terus mendesah.
“Katakan!” perintah Ben.
“FUCK ME! Oh… PLEEASSE FUCK ME!” akhirnya Sophie menjerit.
Ben memandangi wanita cantik ini yang terus menyentakkan pinggul ke arahnya, mengerang tiada henti dan memohon padanya untuk terus disetubuhi. Kedua buah dadanya sekarang terjepit menyatu karena kedua lengannya yang menekan dari samping.
“AARRGGGHHH, FUCK ME, FUCK ME” Sophie terus memohon.
Sophie mengangkat tubuhnya, menatap Ben tepat di matanya dan menguncikan lengannya melingkari leher Ben. Sophie terus merintih, kenikmatan yang dia rasakan memaksa matanya terpejam, lalu dia paksakan terbuka lagi untuk menatap Ben.
“Oh yeah baby, siapa yang paling hebat?” Tanya Ben, masih tetap mengocoknya liar.
“Ouuhhh, KAMU” erang Sophie.
“Katakan” ucap Ben.
“Mmmpphhh… BEN PALING HEBAT!!!” jawab Sophie.
“Seberapa hebat?” Ben menyeringai.
“Ssshhh… KAMMU YANG PALLING HEBATT! SAANGAAAT NIIIKMAAAT!!! JAUH LEBBBIHHHH NIIKMAAAT DAARIII JJOOOSHH!!!” geramannya semakin keras.
“Seberapa nikmat?” Ben terus mendesak, Sophie sudah sangat dekat sekarang!
Ben menyeringai sangat lebar karena dia menyukai situasi ini, bukan hanya dia telah berhasil menundukkan wanita cantik ini, menyutubuhinya di rumah kekasihnya, tapi dia juga berhasil membuatnya mengakui bahwa dia lebih hebat dari kekasihnya! Tusukannya semakin dalam, buah dada Sophie kini tergencet dada telanjangnya, meskipun dia sudah tak ingat lagi kapan dia melepas bajunya. Kekenyalan buah dada tersebut, geliat tubuh kekasih sahabatnya yang menandakan betapa lihainya dia bersetubuh, serta ekspresi wajah Sophie yang sepenuhnya berselimutkan nafsu murni, membuat birahi Ben meroket tinggi dengan cepat! Sophie terus meracau tiada henti, menjeritkan betapa hebatnya Ben, betapa keras, besar dan panjang batang penisnya, memohonnya agar tak berhenti menyetubuhinya, bagaikan sebuah alunan lagu kemenangan bagi Ben. Sophie sudah jadi miliknya sekarang! Semakin dalam dan bertambah keras saja Ben menghujamkan batang penisnya ke dalam tubuh Sophie, hingga pada akhirnya tubuh Sophie menegang kaku dan mulutnya mengeluarkan suara jeritan yang penuh kenikmatan dan nafsu.
“AAARRRGGGHHH… YEEEESSSSS!!!!!!!! AKKKU… DDDAPPPATTT!!! BEEEENNN…”
Tubuhnya menggigil hebat di atas batang penis yang terkubur dalam vaginanya, merasakan klimaks terbesar yang pernah dia dapat. Kenikmatan yang menghantam setiap sendi tubuhnya membuat Sophie merasa tengah berada di atas awan.
“Ini baru namanya sensasi sex hebat!” pikirnya.
Tiba-tiba saja, Ben mengangkat tubuhnya dan membawanya menuju meja kaca. Dia duduk di salah satu kursi dengan Sophie di pangkuannya. Sophie menyadari kalau batang penis Ben masih sedemikian kerasnya! ’Apa dia tak kenal capek?’ pikir Sophie. Seakan Ben bisa membaca pikirannya dan menjawab.
“Aku belum keluar di dalam vaginamu, tapi akan kulakukan sebelum pulang. Aku cuma ingin ganti posisi.”
“Doggie style?” Tanya Sophie.
“Yeah, di meja kaca milikmu ini!” jawab Ben sambil menyuruh Sophie berdiri.
Sophie merasakan sebuah kehilangan yang besar saat batang penis Ben tercabut keluar dari vaginanya, vagina yang seharusnya hanya milik kekasihnya seorang, hingga itu berubah beberapa saat lalu. Ben memutar tubuh Sophie dan memnyuruhnya membungkuk dengan bertumpukan sikunya.
“Sekarang aku yang akan menyetubuhimu!” ucap Ben saat memasuki Sophie dari belakang.
Sophie tahu kalau posisi doggie style selalu membuatnya merasa lebih penuh dibandingkan posisi yang lain, tapi saat ini tetap saja dia tersengal. Kalau dia merasakan penuh sebelumnya, kali ini penuh dua kali lipatnya. Dia dorongkan pantatnya ke belakang, tapi Ben menahan tubuhnya agar diam. Sophie dapat melihat Ben tersenyum padanya dari pantulan meja kaca di depan mereka.
“Baik, setubuhi aku!” perintahnya.
“Tidak, tidak, Sophie! Aku yang menyuruh dan kamu yang meminta.” Ucap Ben, dengan pelan dia gerakkan penisnya keluar masuk, tapi tak dia biarkan Sophie mendapat seluruh batang penisnya. Dia pegang erat pinggang Sophie hingga dia tak mungkin menggeliat memaksa untuk menusukkan seluruh batang penis Ben dalam vaginanya.
“Oooo” Sophie melenguh, tapi itu tak membantu. “Ahhhh, fuck me, please, aku sudah tak tahan, please, masukkan penismu, aku mau kamu menyetubuhiku. Aku ingin penismu memuaskan vaginaku! Aku menginginkannya lebih dari apapun di dun… ” suara Sophie terpotong saat tiba-tiba batang penis Ben menyodoknya dari belakang.
Perasaan itu jauh lebih menakjubkan dari sebelumnya. Membuat Sophie mendesis dan kepalanya tersungkur di atas meja. Putingnya menggesek meja, keras dan mencuat. Sophie melenguh di kaca meja tersebut. Dengan penopang tangannya, dia angkat tubuhnya dan menyentakkan mundur vaginanya ke batang penis Ben, lalu menjerit dalam kenikmatan. Ben menggapai ke depan dan meraih kedua buah dada Sophie, lalu meremasnya seiring sentakan Sophie yang mengimbangi keras sodokannya. Sophie menoleh ke belakang untuk menatap mata Ben.
“Setubuhi aku Ben! Dorong yang keras! Buat aku dapatkan orgasme yang tak bisa diberikan sahabatmu!” lalu Sophie mengerang panjang dan kepalanya kembali tersungkur d atas meja saat semakin keras Ben menusuk vaginanya yang begitu basah.
Ben melihat dalam pantulan meja kaca, wajah Sophie berkerut menyiratkan dalamnya kenikmatan yang dia tahan, matanya seakan memutar ke dalam batok kepalanya. Putingnya yang mencuat keras terus tergesek meja saat payudaranya terayun, tangannya mencengkeram erat pada tepi lingkaran meja kaca itu. Sophie terus merengek pada Ben untuk menyodoknya lebih keras lagi dan Ben mengabulkannya. Menghentak sekerasnya, sekasarnya. Ben suka menatap pantulan di meja cermin itu, tapi dia ingin membuat Sophie menjerit dan memohon padanya.
“Suka penisku?” dia menggeram.
“OOHH” Sophie mendesah.
“Aku tidak dengar” sahut Ben.
“YA!!! UH! AKU SUKKA UH PENNIIISSS MMMMMM BESARRMUU! OH! UMMM, UH UH UH UH! SAANGAAAT KERRAAASSS!” Sophie tersengal. Suaranya begitu parau dan meja kaca mulai berdecit oleh perbuatan mesum mereka.
Racauan mulut Sophie, decitan protes kaki meja kaca dan suara kulit basah yang beradu saling bersahutan.
Akhirnya semua kenikmatan itu jadi berlebih bagi Sophie dan tubuhnya jatuh tersungkur di atas meja. Dia hanya bisa berpegangan pada pinggiran meja kaca itu, membiarkan tubuhnya terus terguncang dalam setiap sodokan Ben yang tiada henti. Gerakan Ben bertambah liar, kasar, keras dan cepat. Ambang batasnyapun sudah dekat. Sophie menjerit keras menahan kenikmatn yang diberikan Ben. Besar kemungkinan Josh dapat mendengarnya sekarang! Ben membungkuk dan mengangkat tubuh Sophie, menangkap buah dadanya sekali lagi. Setelah beberapa saat, kembali Sophie tersungkur ke depan, karena kerasnya sodokan Ben. Kali ini Sophie topang tubuhnya dengan kedua sikunya. Tangan Ben masih terus mencengkeram buah dadanya, menarik tubuh Sophie ke belakang.
“Apa bisa kudapatkan kamu kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun aku mau?” bisik Ben di telinga Sophie
“Ya Ben! Kamu boleh menyetubuhiku kapan saja…” nafasnya tersengal, semakin dekat pada orgasme keduanya, “Di manapun….” mencengkeram tepian meja lebih erat, “Dengan cara apapun kamu mau!” wajahnya berkerut, matanya memejam rapat, dia gigit bibirnya keras. Sophie menyentakkan pinggulnya ke belakang.
Masih berbisik di telinga Sophie, “Aku akan keluar di dalam! Akan kukeluarkan air maniku dalam vagina kekasihmu Josh!!!”
Mendengar nama kekasihnya dibisikkan di telinganya dalam situasi ini, langsung meruntuhkan seluruh sisa pertahanan Sophie. Ben melepaskan cengkeramannya pada buah dadanya dan beralih menjambak rambut Sophie, menyentakkan kepalanya ke belakang. Sophie meraung keras, dia berikan sentakan ke belakang untuk yang terakhir kali dengan sisa kekuatannya, bersamaan dengan Ben yang menyodok ke depan dengan begitu kerasnya. Batang penis keras miliknya terkubur sedalam dalamnya di vagina Sophie. Suara erangan yang keluar dari mulut Sophie seakan keluar dari tempat tergelap dalam paru-parunya, beriringan dengan geraman Ben yang terdengar seperti binatang buas dan liar… Detik berikutnya penis Ben meledakkan semburan air maninya ke dalam rahim kekasih Josh. Dengan tubuh gemetar di bawah Ben dan kepala yang masih mendongak ke belakang karena ditarik Ben, Sophie mendesis panjang saat orgasme kedua menghantamnya. Lebih kuat dari yang pertama. Vaginanya berkontraksi liar, meremas keras batang penis Ben dan menyedot seluruh sisa air maninya.
Setelah gelombang orgasme keduanya mulai mereda, Ben melepaskan cengkeraman tangannya pada rambut Sophie dan tak ayal tubuh Sophie langsung tersungkur lemas ke atas meja kaca. Ben ambruk pada kursi di sebelahnya. Sophie tersenyum penuh kepuasan.
“Sangat nikmat…”
“Kamu hebat.” Puji Ben di sela nafasnya yang hampir putus, “Belum pernah aku keluar sekeras tadi.”
Tubuh Sophie terkulai lemah, keringat yang membasahi seluruh tubuhnya membuat buah dadanya lengket di meja kaca, tergencet oleh tubuhnya. Yang bisa dia dengar hanya suara detak jantungnya, nafasnya dan kata ‘saangaaat nikmaat…’ berulang kali keluar dari mulutnya. Bisa dia rasakan aliran air mani Ben jauh di dalam rahimnya. Sudah dua kali dia terima dari Ben, di dalam mulut untuk yang pertama dan sekarang di dalam vaginanya untuk yang kedua kalinya. Dia telah disetubuhi dengan begitu layak, sekujur tubuhnya terasa lemas, dia hanya ingin berbaring saja di meja kaca itu untuk beberapa lama. Menikmati persetubuhan hebat yang baru dia terima dan meresapi sisa getaran yang masih mengalir dalam tubuhnya. Josh masih tetap menyaksikan akhir pertandingan, sama sekali tak sadar kalau kekasihnya yang cantik, obyek fantasi dari begitu banyak pria, tengah rebah di atas meja dapur setalah disetubuhi sahabatnya sendiri. Dia tak tahu kalau kekasihnya telah menelan air mani Ben dan juga vaginanya terisi penuh dengan air mani Ben. Bahkan dia tak menyadari kalau keduanya sudah menghilang begitu lama. Dia begitu asik menikmati keripik kentang dan lagipula tim jagoannya sudah hampir memenangkan pertandingan! Sophie memasang pengait bra-nya lalu mengenakan kaosnya, saat Ben sedang sibuk memakai jeans dan mengancingkan bajunya kembali. Dia melangkah ke cermin di dapur tersebut dan merapikan rambutnya sebisanya. Masih tetap terlihat sedikit berantakan dan wajahnyapun masih merona. Sebuah senyuman lebar tersungging di wajahnya, laksana seekor kucing yang mendapatkan sepotong ikan segar. Setalah merapikan rok yang dipakainya, dia melangkah dengan kedua kaki yang masih goyah.
Ben meraih pinggangnya dari belakang dan menghentikan langkah Sophie tepat di depan pintu kaca.
“Yang tadi sangat hebat! Lain kali aku ingin menyetubuhimu di ranjang kalian saat Josh juga ada di sini.” Ucap Ben.
“Datang saja kemari secepatnya.” Jawab Sophie dan mencium pipi Ben, “Kamu bisa mengajak beberapa orang lagi untuk main poker dan kamu bisa bermain dengan ku.” Dia tertawa.
“Mungkin ada beberapa pria yang juga ingin bermain denganmu.” Balas Ben sembari tangannya bergerak naik dan meremas buah dadanya.
“Mmm, mungkin!” jawab Sophie dengan senyuman menggoda.
“Pakai cincin ini, aku suka melihatnya saat kamu menyebut namaku waktu aku setubuhi kamu.” Pesan Ben.
“Ooo, pasti!” Dengan binar di matanya, Sophie menjawab dan melangkah keluar dengan Ben mengikuti di belakangnya.
Josh masih menyaksikan tv saat tim jagoannya membuat gol terakhir untuk memenangkan pertandingin dan dia melompat dan menjerit kegirangan.
“WOOHOO! MEREKA MENANG!” Lalu dia duduk dan membuka sekaleng bir untuk merayakannya.
Tepat kemudian Sophie datang dari arah dapur. Rambutnya agak sedikit berantakan dan wajahnya juga bersemu merah. Kenapa pakaiannya kusut? Ben menyusul, bajunya juga kusut dan wajahnya juga bersemu merah.
“Apa yang terjadi dengan kalian berdua?” tanya Josh.
“Kami membuat makan malam, di dapur sangat panas! Aku, kami tidak bikin suara terlalu berisik tadi, kan?” jawab Sophie dengan tersenyum manis.
Tapi Josh tak memperhatikan hal itu tadi. Dia mengatakan pada Sophie bahwa tim jagoannya berhasil menang dan Sophie mendekat, melangkah cepat dan kakinya terlihat gemetar, apa dia habis minum? Sophie memeluknya dan menciumnya dengan gairah begitu dalam. Lidahnya merangsak masuk ke dalam mulutnya.
Mungkin Sophie memberi garam terlalu banyak pada masakannya, lidahnya terasa asin. Josh menanyakan hal tersebut.
“Kamu pasti tak suka dengan masakannya. Bahkan Ben saja tidak mau, jadi kuhabiskan saja semuanya. Aku suka juga dengan masakan yang asin. Aku sudah habis dua lho, mmm rasanya lembut, kental, asin dan kurasa aku jadi ketagihan. Sayangnya, sudah tak ada waktu lagi untuk membuatnya. Pasti lain kali akan kubuat yang lebih banyak lagi.” Sophie bercerita panjang lebar dengan bangga dan melirik pada Ben dengan tersenyum penuh rahasia.
Ben hanya mampu menyeringai lebar.
“Ok, aku harus pulang sekarang, ada penerbangan besok.” Ucap Ben pada Josh.
“Honey, Ben mau tanya, apa kamu mau bikin acara poker di sini kapan-kapan? Aku tidak keberatan, kalau kamu mau.” Tanya Sophie.
“Sophie pasti masih horny, senyuman menggoda itu masih ada di wajahnya.” Pikir Ben.
“Tentu, aku tidak keberatan. Siap-siap kalah saja Ben. Aku lebih jago main poker daripada kamu.” Jawab Josh berkelakar dengan sahabatnya.
“Kurasa kamu juga harus hati-hati honey, Ben juga PINTAR MAINNYA” timpal Sophie. Hanya saja Ben tahu apa yang dimaksud Sophie sesungguhnya.
“Kita lihat sajalah nati.” Jawab Josh pada Ben
“Bye Ben, sampai ketemu lagi secepatnya.” Ucap Sophie, masih dengan senyuman menggodanya.
Saat kedua sahabat itu sampai di pintu keluar, Ben berbalik dan berkata, “Malam yang menyenangkan, sobat. Terima kasih sudah mengajakku mampir malam ini. Dan sobat, kamu sungguh beruntung punya kekasih hebat seperti Sophie.” Ben mengucapkan teima kasih dan keluar.
Sophie mengamati kedua sahabat itu meninggalkan ruang tengah. Dia tersenyum puas, dia suka menggoda Josh, terlebih dengan permainan kata yang menceritakan apa yang terjadi di dalam dapur tadi. Tapi Josh tak menyadarinya dan itu membuat Sophie merasa begitu nakal.
“Tadi sangat mendebarkan,” pikir Sophie, “Aku tak sabar menunggu acara pokernya. Pasti akan jadi permainan yang lebih menarik.”
Birahinya naik lagi, dia siap untuk bersetubuh kembali saat ini. Hidupnya jadi terasa jauh lebih menggairahkan dan Sophie sudah tak sabar melaluinya.
Selesai,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,