| Hari itu aku sangat buru-buru masuk kuliah. Dengan reflek aku langsung naik motor.jarak antara kos dengan kampusku lumayan jauh. Tanpa aku sadari aku lupa mengenakan helem. Setelah akhirnya dideket kampus, tiba-tiba aku dihentikan secara tiba-tiba oleh seorang polisi bermotor. Dan ternyata setelah membuka helmnya, dia adalah polisi wanita yang terlihatsangat cantik sekali wajahnya. Umurnya pun masih bisa dibilang muda. Mungkin umurnya sektaran 29 tahunan. Dari tanda pengenalyang ada dibajunya aku mengetahui kalau nama polwan cantik itu adalah Rini.
Setelah mencegatku lalu polwan cantik itu meminta surat-surat kendaraanku, namun sialnya setelah aku merogoh kantong celananku, dompetku pun tak ada. Habislah sudah aku siang itu aku diceramahi habis-habisan oleh polwan cantik itu. Aku hanya bisa terdiam dengan menunduk. Sambil aku membuka-buka tas, ternyatastnk motorku ada didalam tasku, dan aku langsung memberikan stnk itu kepada mbak polwan. Namun itu tidak bisa mengurangi kesalahanku yang tidak memakai helm dan juga tidak mempunyai SIM.
Lalu tanpa kusadari, Letnan Rini mengambil sesuatu dari dalam sakunya, lalu dia membungkukkan badannya untuk menulis sesuatu. Pada posisi nungging, aku lihat lagi bodynya yang wuih selangit deh.. Tanpa kusadari, “adik kecilku” membengkak perlahan. Setelah itu dia tegakkan badannya, terus berkata, “Eee.. saudara Boyy, Anda Kami tilang karena Anda tidak memakai helm dan ngebut. Sidang akan dilaksanakan besok lusa. Jangan lupa Anda harus hadir di persidangan besok. Oke..?”
“Tapi Bu, besok lusa Saya tidak bisa hadir, soalnya pada hari itu Saya harus mengantar pacar yang akan diwisuda. Jadi Saya minta tolong sama Ibu, bagaimana dech baiknya agar persoalan ini selesai..?”
Lalu dia bilang, “Do you have some money..?”
“Aduh, maaf sekali Bu, Saya sama sekali tidak membawa uang sepeser pun.” jawabku.
“Baiklah, kalau gitu SIM-mu Aku tahan untuk sementara, tapi nanti malam Kamu harus pergi ke rumah Saya. Dan ingat..! Kamu harus datang sendiri. Oke..? Ini alamatku. Jangan lupa lho, Aku tunggu jam 7 malam.” Dia pergi sambil mengerdipkan matanya kepadaku. Aku kaget, tetapi happy banget, pokoknya senang dech.
Aku sampai di rumahnya sekitar jam 7 malam dan langsung mengetuk pintu pagarnya yang sudah terkunci. Tidak lama kemudian, Ibu Rini muncul dari dalam dan sudah tahu aku akan datang malam itu.
“Ayo Boy.., masuk. Aku sudah lama nunggu lho, sampai basah dan bau keringat pantatku duduk terus dari tadi..” sapanya.
“Akkhh.. Ibu bisa saja..” jawabku.
“Sorry.., pintunya sudah digembok, soalnya Aku tinggal sendiri, jadi harus hati-hati.” sambutnya.
“Oh.., jadi Ibu belum menikah too..? Sayang lho..! Wanita secantik Ibu ini belum menikah..” kataku merayu.
“Aaa.. Kamu merayu ya..?” tanyanya.
“Enggak kok Bu, Saya berkata begitu karena memang kenyataannya begitu. Coba Ibu pikir, Ibu sudah mapan hidupnya, cantik luar-dalam, dan sebagainya dech..” jelasku.
“Ehhkk.. Aku cantik luar-dalam, apa maksud Kamu, Aku cantik luar-dalam..?” tanyanya lagi.
“Waduh.., gimana ya, malu Aku jadinya..?” jawabku.
“Kamu nggak perlu malu-malu mengatakannya, Kamu ingin SIM Kamu kembali nggak..?” ancamnya.”Eee.. sekarang gini aja, Kamu udah punya pacar khan..? Sekarang Saya tanya, kenapa Kamu memilih dia jadi pacar Kamu..?” tanyanya lagi.
“Eee.. jujur aja Bu, dia itu orangnya cantik, baik, setia dan cinta sama Saya, that’s all..”
“Kalau seumpama Kamu disuruh milih antara Saya dan pacar Kamu, Kamu pilih Saya atau pacar Kamu sekarang..? Bandingkan aja dari segi fisik, Oke.. Saya atau Dia..?” tanyanya memojokkanku.
“Eee.. Anu.. anu.. ee..,” aku dibuat bingung tidak karuan.
“Ayo.. jawab aja..! Kalau Kamu tidak jawab, SIM Kamu tidak kukembalikan lho..!” ancamnya lagi.
“Waduhh.., gimana ya..? Ehmm.., baiklah, Saya akan jawab sejujurnya. Saya tetap akan memilih pacar Saya sekarang.” jawabku.
“Wow.., kalau begitu dia lebih cantik dan semok dong dari Saya..?” jawabnya lirih.
“Eee.. bukan begitu Bu, Saya memilih pacar Saya walaupun Dia sebetulnya kalah cantik dari Ibu, dan segalanya dech..!” jawabku. “Akhh.. yang benar, jadi Aku lebih cantik dan semok dari Dia..?” tanyanya lagi.
“Jujur saja.., ya.. ya.. ya..” jawabku mantap..
“Ohh.., Aku jadi tersanjung dan terpikat dengan jawabanmu tadi..,” katanya girang, “Wah.. jadi lupa Aku, Kamu nonton TV aja dulu di ruang tengah, Aku mau ambil SIM Kamu di kamar.., Oke..?” pintanya.
Lalu aku menuju ke ruang tengah, kuputar TV. Secara tidak sengaja, aku melihat tumpukan VCD. Aku tertarik, lalu kulihat tumpukan VCD itu, lalu, ohh astaga, ternyata tumpukan VCD itu semuanya film “XX”, aku terkejut sekali melihat tumpukan film “XX” itu. Sebelum aku melihat satu-persatu, terdengar bunyi pintu dibuka. Lalu, ohh, aku terkejut lagi, Ibu Rini keluar dari kamarnya hanya menggenakan daster pink transparan, di balik dasternya itu, bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul bak gunung Semeru. Begitu ia keluar, mataku nyaris copot karena melotot, melihat tubuh Ibu Rini. Dia membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas.
“Kenapa..? Ayo duduk dulu..! Ini SIM Kamu.. Aku kembalikan..” katanya.
Wajahku merah karena malu, karena Ibu Rini tersenyum saat pandanganku terarah ke buah dadanya.
“SIM Kamu, Aku kembalikan, tapi Kamu harus menolong Saya..!”
Ibu Rini merapatkan duduknya di karpet ke tubuhku, aku jadi panas dingin dibuatnya.
“Boy..?” tegurnya ditengah-tengah keheninganku.
“Ada apa Bu..?” tubuhku bergetar ketika tangan Ibu Rini merangkulku, sementara tangannya yang lain mengusap-usap daerah “XX”-ku. “Tolong Ibu Rini ya..? Dan janji, Kamu harus janji untuk merahasiakan hal ini, kalau tidak aku DOR Kamu..!” pintanya manja.
“Tapi.. Saya.., anu.., ee..”
“Kenapa..? Ooo.. Kamu takut sama pacar Kamu ya..?” katanya manja.
Wajahku langsung saja merah mendengar perkataan Ibu Rini, “Iya Bu..” kataku lagi.
“Sekarang Kamu pilih disidang atau pacar Kamu..?” ancamnya.
Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir kami berdua kemudian saling berpagutan. Ibu Rini yang agresif karena haus akan kehangatan dan aku yang menurut saja, langsung bereaksi ketika tubuh hangat Ibu Rini menekan ke dadaku. Aku bisa merasakan puting susu Ibu Rini yang mengeras. Lidah Ibu Rini menjelajahi mulutku, mencari lidahku untuk kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Ibu Rini kemudian berdiri di depanku yang dari tadi masih melongo, karena tidak percaya pada apa yang sedang terjadi. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos tanpa sehelai bnenangpun seakan akan menantang untuk diberi kehangatan olehku.
“Lepaskan pakaiannmu Boy..!” Ibu Rini berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
“Ayoo.. cepat dong..! Aku udah gatel nich.. ohh..” Ibu Rini mendesah tidak sabar.
Aku kemudian berlutut di sampingnya. Aku bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena malu.
“Boy.. letakkan tanganmu di dadaku, ayo ohh..!” pintanya lagi.
Dengan gemetar aku meletakkan tanganku di dada Ibu Rini yang turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Ibu Rini yang super montok itu.
“Oohh.. enakk.., ohh.. remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” desahnya.
Dengan semangat aku melakukan apa yang dia katakan. Lama-lama aku jadi tidak tahan, lalu, “Ibu.. boleh Saya hisap susu Ibu..?” Ibu Rini tersenyum mendengar pertanyaanku, dia berkata sambil menunduk, “Boleh Sayang.. lakukan apa yang Kamu suka..” Tubuh Rini menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yang sekarang mulai garang itu di susunya.
“Oohh.. jilat terus Boy..! Ohh..” desah Ibu Rini sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke payudaranya.
Aku lama-lama semakin buas menjilati puting susunya, mulutnya tanpa kusadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapanku semakin keras, bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-gigit ringan putingnya yang ohh.
“Mmm.. nakal Kamu..” Ibu Rini tersenyum merasakan tingkahku yang semakin “Jozz” itu.
Lalu aku duduk di antara kedua kaki Ibu Rini yang telah terbuka lebar, sepertinya sudah siap tempur. Ibu Rini kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangya.
“Ayo, sekarang Kamu rasakan memekku..!” ia membimbing telunjukku memasuki liang senggamanya.
“Hangat, lembab, sempit sekali Bu..” kataku sambil mengucek kedalaman liang kenikmatannya. “Sekarang jilat ‘kontol kecil’-ku..!” katanya.
Pelan-pelan lidahku mulai menjilat klitoris yang mulai menyembul tinggi sekali itu.
“Terus.. oohh.. ya.. jilat.. jilat. Terus.. ohh..” Ibu Rini menggerinjal-gerinjal keenakan ketika kelentitnya dijilat oleh mulutku yang mulai asyik dengan tugasnya.
“Gimana.., enak ya Bu..?” aku tersenyum sambil terus menjilat.
“Oohh.. Boooy..” tubuh Ibu Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Lidahku semakin berani mempermainkan kelentit Ibu Rini yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanannya akan segera jebol. Dan aku akan unggul 1-0, ee.. emangnya main bola. Lalu, “Oooaahh.. Booy..!”
Tangan Ibu Rini mencengkeram pundakku yang kokoh bagaikan tembok raksasa di China, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya mulai menegang, dan muncratlah‘lahar’Ibu Rini di mulutku. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah kuberikan.
“Hmm.. Kamu sungguh lihai Booy.. Sekarang coba gantian Kamu yang berbaring..” katanya.
Aku menurut saja. Batang kejantananku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Ibu Rini yang mulai mempermainkan senjata keperkasaanku.
“Wah.. wahh.. besar sekali. Oh my god.. Ohh..” tangan Ibu Rini segera mengusap-usap batang keperkasaanku yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda besar dan panjang itu mulai berdenyut-denyut dan dimasukkan ke mulut Ibu Rini. Dia segera menjilati batang kemaluanku itu dengan penuh semangat. Kepala kejantananku itu dihisapnya keras-keras hingga aku jadi merintih keenakan.Cerpen Sex
“Ahh.. enakkee.. rekk..!” aku tanpa sadar menyodokkan pinggulku untuk semakin menekan senjata keperkasaanku agar makin ke dalam mulut Ibu Rini yang telah penuh oleh batang kejantananku. photomemek.com Gerakanku makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Ibu Rini.
“Ooohh Bu.. oohh.. mulut Ibu memang sakti.. ohh.. I’m coming.. ohh..”
Muncratlah laharku di dalam mulut Ibu Rini yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.. tas.. tas.. plass.
“Hmm.. agak asin rasanya Boy punyamu.., tapi enak kok..” Ibu Rini masih tetap menjilati kemaluanku yang masih tegak bagaikan tugu Monas di Jakarta, menara Piza di Italy, menara Eiffel di Paris.
“Sebentar ya.., Aku mau minum dulu..” katanya setelah selesai menjilati batang kejantananku.
Ketika Ibu Rini sedang membelakangiku sambil menenggak air putih dari kulkas. Aku melihat body yang wuih dan itu ohh, pantat yang bulat. Aku memang suka pantat yang bulat dan menantang. Aku tidak tahan cuma melihat dari jauh, lalu aku berdiri dan berjalan menghampirinya, lalu mendekapnya dari belakang.
“Boy.. jangan nakal dong, biar Ibu minum dulu..!” katanya manja.
“Aku tidak tahan melihat pantat ibu yang bulat dan menantang itu.” kataku tak sabaran.
“Kamu suka pantatku, kalau gitu Kamu tentu mau kalau nanti pantatku mendapat giliran untuk Kamu obok-obok, bagaimana Boy..? Mau ngobok-ngobok pantat Ibu..?” tanyanya.
Aku terima tantangannya. “Ohh.., memang benar-benar wuihh..” aku berkata sambil mengelus-elus pantat Ibu Rini.
Lalu aku jongkok agar dapat jelas melihat, kusentuh lembut pantat itu dengan tanganku. Terus kucium, kuelus lagi, kucium lagi terus kujilat, lalu kubuka belahan pantat itu. Ohh.., terhampar pemandangan indah dengan bau yang khas, lubang yang sempit, lebih sempit dari yang di depandan sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu yang lumayan lebat. Lalu kujulurkan jari telunjukku ke lubang yang sempit itu. Waktu aku coba memasukkan jariku ke lubang itu, terdengar jeritan kecil Ibu Rini.
“Boy.., jangan keras-keras ya, nanti sakit.. lho..”
Lalu aku mulai memasukkan step by step. Waktu jariku menembus lubang itu sepertinya tanganku mau disedot masuk ke dalam.
“Lubang Ibu nakal juga ya, masa jariku mau dimakan juga..?”
“Akhh.. Kamu nakal dech.., ohh Boy.. coba sekarang Kamu jilat ya..?” pintanya.
Lalu kutarik jariku dari dalam lubang itu, lalu aku mulai menjilati lubang itu ehhmm.., lumayan juga rasanya, asin-asin gurih.
Sementara itu, Ibu Rini terdengar merintih keenakan. Lama-lama aku tidak sabar, dan terus kuberdiri dan tanpa basa-basi, aku langsung membalikkan badannya. Terus kulahap gundukan-gundukan daging di dada Ibu Rini dengan nikmat. Sementara itu, Ibu Rini mulai mendesah-desah dan menggelinjang. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Goyangan-goyangan lidahku yang terus menjilati puting susu Ibu Rini yang tinggi dan lancip begitu bertubi-tubi tanpa henti. Ibu Rini menggerinjal-gerinjal dengan keras.
“Aaahh.. uuhh.. uuhh..” desahan-desahan kenikmatan semakin banyak bermunculan dari mulut Ibu Rini.
Geliat-geliatan tubuhnya semakin menjadi-jadi karena merasa sensasi yang luar biasa akibat sentuhan-sentuhan mulut dan lidahku pada ujung syaraf sensitif di payudaranya. Urat-urat membiru pun mulai menghiasi dengan jelas seluruh permukaan payudara yang super montok itu.
Masih dengan mulutku yang tetap berpetualang di dada Ibu Rini yang juga masih menggelinjang, aku membopong Ibu Rini ke kamar. Kujatuhkan tubuh Ibu Rini di atas kasur spring bed yang sangat empuk. Saking keras jatuhnya, tubuhnya yang aduhai itu sempat terlontar-lontar sedikit sebelum akhirnya tergolek pasrah di atas ranjang itu. Setelah itu, Ibu Rini tetelentang di kasur dengan kaki-kakinya yang jenjang terjulur ke lantai. Tubuh bugilnya yang putih dan mulus beserta payudara yang montok dengan puting susu nan tinggi yang teronggok kokoh di dadanya, memang sebuah pemandangan yang amat menawan hati.
Lalu aku berlutut di lantai menghadap selangkangan Ibu Rini. Kurenggangkan kedua kakinya yang menjejak di lantai. Dengan begitu aku dapat memandang langsung ke arah selangkangannya itu. Bulu-bulu kemaluan yang tumbuh di padang rumput tipis yang menghiasi wilayah sensitif itu begitu menggelora nafsu birahiku. Aromanya yang segar dan harum membuat nafsuku itu kian meninggi. Kudekatkan mulutku ke bibir Memeknya dan kujulurkan lidahku untuk mencicipi lezatnya lubang itu. Tubuh Ibu Rini terlonjak keras ketika kucucukkan lidahku ke dalam liang senggamanya. Kukorek-korek seluruh permukaan lorong yang gelap itu. Begitu hebat rangsangan yang kubuat pada dinding lorong kenikmatan tersebut, membuat air bah segera datang membanjirinya.
“Ooohh.. uuhh.. aahh..” terdengar rintihan Ibu Rini dari mulutnya yang megap-megap setengah membuka.
Kemudian aku berdiri. Dengan tangan bertumpu ke atas kasur, kucoba mengarahkan ujung penisku ke lubang Memek yang lumayan sempit yang tampak licin dan basah milik Ibu Rini. Berhasil. Perlahan-lahan kuhujamkan batang kemaluanku ke dalam liang senggama itu. Tubuh Ibu Rini berkejat-kejat dibuatnya merasakan nikmat penetrasi yang sedang kulakukan saat ini.
“Aaahh.. oohh..” tak ayal jeritan-jeritan mengalir dari mulutnya.
Akhirnya batang keperkasaanku amblas semua ke dalam liang gelap yang berdenyut-denyut milik Ibu Rini diiringi dengan jeritannya. Kenikmatan ini kian bertambah menjadi-jadi setelah aku melakukan penetrasi lebih dalam dan intensif lagi. Gerakan memompa dari batang kejantananku di dalam kemaluan Ibu Rini semakin kupercepat. fantasiku.com Terdengar suara kecipak-kecipak dan lenguhan kami berdua karena terlalu asyiknya kami bersenggama. Seiring dengan tangan yang kembali meremas-remas perbukitan indah yang menjulang tinggi di dada Ibu Rini, batang kejantananku terus melakukan serangan-serangan yang tanpa henti di dalam lubang senggamanya yang bertambah kencang denyutan-denyutannya.
Memek memerah yang terus berdenyut-denyut dan amat licin akibat begitu membanjirnya cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalamnya, terasa menjepit bnatang kejantananku. Demikian sempitnya ruang gerak penisku di dalam lorong gelap itu, menjadikan gesekan-gesekan yang terjadi begitu mengasyikkan. Ini merupakan sensasi sendiri bagiku yang merasakan batang keperkasaanku seperti merasa diurut-urut oleh seluruh permukaan dinding Memeknya. Mulutku pun tak henti-hentinya menyuarakan desahan-desahan kenikmatan tanpa bisa dihalangi lagi.
“Oiihh.. Booy.. ohh..” Ibu Rini menjerit-jerit tidak karuan, sementara tubuhnya juga melonjak-lonjak dengan keras.
Sekuat tenaga kuhujam-hujam penisku dengan lebih ganas lagi ke dalam liang senggamanya. Rasanya hampir habis tenaga dan nafasku dibuatnya. Tetapi nafsu birahi yang begitu menggelora tampaknya membuatku lupa pada kelelahanku itu. Ini dibuktikan dengan sodokan kejantananku yang berusaha menusuk sedalam-dalamnya. Bahkan berkali-kali ujung batang kejantananku sampai menyentuh pangkal liang tersebut, membuat Ibu Rini menjerit keenakan.
“Booy.. Booy.. Aku.. mau.. keluar..” Ibu Rini melenguh kencang.
Ia merasakan sudah tidak bisa menahan klimaksnya lagi. Akan tetapi, aku belum merasakan klimaks sedikit pun. Langsung kutambah kecepatan genjotan-genjotan batang kejantananku di dalam liang senggamanya. Begitu buasnya sodokan-sodokanku itu, membuat tubuh Ibu Rini bergoyang-goyang hebat, dia merintih.. merintih.. dan merintih. Akhirnya saat yang diharapkan itu tercapai. Aku melenguh panjang merasakan laharku muncrat, menyusul Ibu Rini yang sudah terlebih dahulu memperoleh orgasmenya. Begitu nikmatnya orgasme yang kurasakan itu sehingga membuat laharku bagaikan air bah menerjang masuk ke dalam liang senggama Ibu Rini. Kami berdua mengejang kencang saat titik-titik puncak itu tercapai. Tapi kenapa batang kejantananku tidak mau istirahat, dan masih terlihat perkasa. Dengan segera aku berlutut di atas ranjang.
Kuminta Ibu Rini untuk berlutut juga membelakangiku dengan tangan bertumpu di kasur, jadi dalam posisi doggy style. Kemudian Rini kudorong sedikit ke depan, sehingga pantatnya agak naik ke atas, yang lebih memudahkan batang kejantananku untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang senggamanya. Setelah itu langsung kusodok kemaluan yang sekarang sudah terlihat agak merekah itu dengan batang keperkasaanku dari belakang. Tubuh Ibu Rini terhenyak hingga hampir terjungkal ke depan akibat kerasnya sodokanku itu, sementara mulutnya menjerit keenakan. Dalam sekejap, senjata-ku itu seluruhnya ditelan oleh Memek itu dan langsung menjepitnya. Jepitan liang senggama Ibu Rini yang berdenyut-denyut menambah gairah birahiku yang memang sudah menggelora.
Dengan cepat, kutarik kejantananku sampai hampir keluar dari dalam liang senggamanya, lalu kutusukkan kembali dengan cepat. Kemudian kutarik dan kusodok lagi, seterusnya berulang-ulang tanpa henti. Doronganku yang keras ditambah dengan sensasi kenikmatan yang luar biasa membuat Ibu Rini beberapa kali nyaris terjerembab. Namun itu tidak menjadi masalah sama sekali. Bahkan sebaliknya, membuat permainan kami berdua menjadi kian panas.
Lalu, “Aah.. ah.. ah.. ah..” nafasku terengah-engah.
Kurasakan sekujur tubuhku mulai kehabisan tenaga. Tenagaku sudah begitu terkuras, tetapi aku belum mau berputus asa. Kucoba mengeluarkan sisa-sisa tenaga yang masih ada semampuku. Dengan sedikit mengejang, kugenjot batang kejantananku kembali ke dalam luabng kenikmatannya sekuat-kuatnya. Ibu Rini pun tidak mau kalah, dia maju-mundurkan tubuhnya dengan ganasnya. Akhirnya, Ibu Rini melenguh panjang, muncratlah lahar-nya, disusul beberapa detik kemudian oleh kemaluanku.
Lalu secepat kilat kukeluarkan penisku dari dalam lubang kenikmatan Ibu Rini dan langsung jatuh terkapar di kasur. Lalu, Ibu Rini langsung meraih batang kejantananku itu dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Ibu Rini mengocok penisku itu di dalam mulutnya yang memang agak kecil. Namun Ibu Rini berhasil melumat batang keperkasaanku dengan nikmatnya. Gesekan-gesekan yang terjadi antara kulit kemaluanku yang sensitif dengan mulut Ibu Rini yang basah dan licin ditambah dengan gigitan-gigitan kecil yang dilakukan oleh giginya yang putih karena pakai“Smile-Up Man”, membuat aku tidak dapat menahan diri lagi. Muncratan-muncratan lahar kenikmatan yang keluar begitu banyaknya dari batang keperkasaanku langsung ditelan seluruhnya, hampir tanpa sisa oleh Ibu Rini. Sebagian meleleh keluar dari mulutnya dan jatuh membasahi kasur. Belum puas sampai disitu, ia masih menjilati sekujur batang kejantananku sampai bersih total seperti sediakala. Bukan main!
Lalu kami berdua tergolek di atas tempat tidur dengan tubuh telanjang yang dibasahi oleh keringat dan lahar kami. Kemudian aku tertidur. Setelah pagi harinya terbangun, kmai mengulanginya lagi dengan fantasi Sex yang berbeda. Pagi itu ibu Rini mengajakku Untuk melakukan hubungan Sex dikolam renang. Sungguh bahagianya hatiku mendapatkan sosok wanita yang hyper Sex seperti ibu Rini Polwan Cantik Nan Jelita.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,