Aku tinggal di satu rumah besar yang dijadikan kantor, karyawannya lumayan banyak, selain
staf admin, ada juga petugas luar, sopir dan satpam. Karena rumahnya besar makan
ruangannya cukup banyak sehingga lega sekali kantornya. Tugasku adalah membersihkan kantor
sebelum jam kerja serta merapikan kantor setelah karyawan pulang, menyiapkan minuman,
membelikan makan siang dan aku juga dipasrahi beberapa pekerjaan admin ringan termasuk
merawat ac yang jumlahnya cukup banyak. Setiap ruang ada ac nya, malah di ruang yang besar
dipasangi 2 ac sehingga hawanya cukup sejuk. Yang setiap hari ada di kantor adalah staf
admin, petugas luar ya tugasnya keliling ke customer, menagih dan mengirimkan
surat/dokumen penting.
Sopir hanya melayani ownernya, sedang satpam sebenarnya kerja dirumah owner, sehingga sore
pulang ke rumah owner. Jadi praktis malem aku sendiri, baiknya di kantor ada tv besar dan
juga dvd player. Kadang staf admin meminjami aku beberapa film baru, gak tau mereka
dapetnya dari mana, masih di bioskop dah ada dvdnya, sehingga gak usah keluar duit nonton
di bioskop. Satu hari ada seorang bapak-bapak mampir ke kantor, dia penghuni kompleks itu
juga, cuma di daerah yang baru dibuka sehingga letaknya di bagian belakang komplex,
lumayan jauh si kalau harus jalan kaki.
Dia nawarin untuk merawat ac kantor, kebetulan harganya lebih murah dari harga servis ac
yang biasanya dipake. Bos setuju, ya udah trial dulu, free of charge. Pada hari yang
disepakati, si bapak dan beberapa teknisinya datang untuk servis ac. Kerjanya cekatan
sekali, cepat dan tidak meninggalkan kotoran apapun di ubin rumah. Bos puas, apalagi aku
karena biasanya kalo servis ac aku harus mengepel lantai sekitar ac yang di servis,
sehingga karena ac nya banyak, ya praktis seluruh lantai harus dipel ulang. Aku senang
sekali ketika bos setuju untuk menggunakan jasa si bapak itu. Si bapak pun senang karena
trialnya berbuntut order secara berkala untuk servis ac di rumah. Dia terima kasih terus
sama aku.
Setelah kerjaan servis ac yang kedua (yang pertama yang trial dan free itu) si bapak
ngajakin aku makan sebagai ucapan terima kasih. Kebetulan saat itu Jumat sore, dimana
esoknya kantor tutup, jadi aku bebaslah. Si bapak minta aku manggil mas (nama gak perlu
disebut kan). Aku diajaknya makan di restoran Sunda di mal yang ada dekat kompleks kami.
Dia memujiku terus,
“Put, kamu tu cantik, sexy, kok kerjanya cuma penunggu rumah sih”.
“Halus dong Putri mas”.
“Ko halus?”, tanyanya gak ngerti.
“Iya penunggu rumah kan mahluk halus mas”.
“Wah kalo yang halus sesexy kamu, mau deh rumahku ditungguin juga”.
“Mangnya rumah mas gak ada yang nunggu, keluarganya?”
“aku gak punya keluarga Put, dah pisah ma istri, anak belon punya”,
“Jadi tinggal sendiri?”.
“Iya, makanya aku buka servis ac biar rumah gak sepi”.
“Kantornya dirumah mas yang di belakang itu ya”.
“Iya”
“Rumah di belakang besar-besar ya mas”.
“Gak sebesar rumah kantormu itu”.
“Tapi ukurannya lebih besar kan dari rumah standard yang di depan”.
“Iya, kok rumah kantormu tu bisa besar banget”.
“Terang aja besar, itu kan 2 rumah disatuin”.
“Pantes”.
“Ya gak apalah, jadikan acnya banyak, jadi aku dapet ordernya lah”.
“Kok mas tau sih di tempat Putri acnya banyak?”.
“aku kan dah survei seluruh kompleks, banyak kok yang mo jadi langgananku, lumayan lah,
sampe kadang orderannya bentrok waktunya”.
“Makanya teknisinya banyak ya mas”.
“Iya itu baru ditambah karena ternyata ordernya numpuk”.
“wah asik dong mas, tinggal mungutin duitnya”.
“Kamu mo bantuin aku, ngurusin kerjaan aja, terima order, ngatur teknisi kemana aja,
soalnya aku mo garap juga kompleks tetangga kita, gak ketanganan kalo aku sendiri. Kamu
disini tinggal di dalem ya”.
“Iya mas”.
“Ya deh tempatku juga tinggal ma aku”.
“Wiih kumpul kebo dong”.
“Gak apa deh, aku yang jadi kebonya”, candanya.
Menyenangkan sekali ngobrol ma dia, orangnya humoris walaupun tampang pas-pasan
“Mas suka olahraga ya?”.
“Iyalah, jaga stamina, biar gak gampang sakit”.
“Fitnes ya mas?”.
“Kok kamu tau sih?”.
“Iya bodi mas kan kenceng banget”.
“Bodi kamu juga kenceng”.
“ah biasa aja kok”.
“Kenceng banget, kamu tu imut tapi modalnya gede, kenceng lagi”.
“Modal apaan mas”.
“Modal itu yang goyang kalo kamu jalan, tanganku mau kok disuruh jadi shock breakernya”.
“Ih si mas, maunya”.
“Ya maulah, kalo boleh”.
Pembicaraan mulai menjurus. Memang tubuhku tergolong kurus tapi dadaku lumayan gede,
sehingga kelihatan menonjol sekali di dadaku. Pesanan makanan sudah dateng, jadi kami
santap malam sambil terus ngobrol kesana kemari.
“Mas kok pisah sih, gak puas ya ma istrinya?”.
“Gak cocok aja, mangnya kenapa kalo aku gak puas. Kamu mo muasin aku?”.
“Lo kok Putri sih yang mesti muasin mas”.
“Makanya Put, kamu bantuin aku kerja aja, tinggal ma aku, jadi kamu, eh salah, kita bisa
berbagi kepuasan. apa mo trial dulu?”.
“Gak tauh ah”, aku pura-pura cemberut.
“Kamu kalo cemberut makin cantik deh, makin ngegemesin, jadi pengen ngemut bibir kamu
deh”.
“Mas ngomongnya menjurus amir sih”.
“Kok amir?”.
“Iya amat lagi pulkam mas”.
Kembali kami tertawa berderai. Karena disertai ngobrol dan canda tawa, makan malemnya jadi
berkepanjangan, tapi akhirnya abislah semua makanan yang sudah dipesan.
“Put, mo minum yang anget-anget buat penutup?”
“apaan tu mas?”.
“Disini ada minuman anget khas Sunda, bandrek, enak”.
“Boleh deh mas”.
Dia memesan bandrek untuk kami berdua. Karena panas, bandreknya kuminum dikit-dikit,
sambil terus ngobrol ma dia, keringetan juga karena bandrek panas segelas itu, tapi rasa
kekenyangannya ilang, itu khasiat jahe katanya. Karena dah cukup malem, dia mengajakku ke
rumahnya,
“ngobrol di rumahku aja ya, dari pada kamu bengong sendirian”.
“Terus urusan saling memuaskan ya Mas”.
“Yuk, kamu mau kan?”.
Gak kujawab, aku cuma senyum saja. Wah asik juga neh kalo dia ngajakin maen. Aku sih mau
aja kalo dia ngajakin.fantasiku.com Kebetulan sudah lama juga neh aku gak keisi benda besar panjang
keras yang bisa nembak. Dia mengganti pakain dengan celana pendek dan kaos saja.
“Put, kamu bisa mijit? badanku pegel-pegel nih”, pintanya.
“Bisa mas dikit-dikit tapi ya tidak seahli tukang pijit beneran”, jawabku.
“Emangnya ada tukang pijit boongan”, godanya sambil mengajakku masuk kamarnya.
Aku jadi menebak-nebak dia pengen dipijit atau mijit aku nih, tapi kuturuti ajakannya
masuk kamarnya. Dia berbaring telungkup di ranjang dan aku mulai memijit kakinya, mulai
dari telapak kaki sampai ke paha. Otot kaki dan pahanya keras, hasil sering berolahraga.
Aku sengaja memijat bagian paha sebelah dalam, sekalian untuk ngetes dia punya udang
dibalik bakwan gak.
“Aduh Put enak tapi geli,” katanya setiap kali kusentuh paha sebelah dalam.
Dia mengangkangkan pahanya dan sesekali kusenggol selangkangannya, terasa ada sesuatu yang
keras di dalamnya. Rupanya dia udah mulai terangsang dan ngaceng. Pijatan beralih ke
pantat dan punggungnya. Bagian ini masih tertutup celana pendek dan kaosnya.
“Mas enaknya kaosnya dibuka deh supaya mijetnya bisa tuntas”, kataku dan dia langsung
melepas kaosnya dan kembali telungkup.
Punggungnya juga berotot. Pijatanku mulai dari bagian bahu. Aku mengambil posisi
mengangkangi badannya. photomemek.com Setelah bahu dan punggung, kini pijatanku mengarah ke bongkahan
pantatnya. Mulanya aku memijat dari luar celananya, tapi gak bisa tuntas.
“Mas, celananya mengganggu nih”, kataku.
“Dilepas aja ya Put”, jawabnya sambil langsung melepas celana pendeknya.
Sekelebat tampak penisnya menonjol sekali dibalik cdnya, kelihatannya besar dan panjang
dan sudah keras sekali. Dia kembali menelungkup. Pijatan mulai mengeksploitir bagian
pantat dan pangkal paha. Jariku memijit belahan pantatnya dan hampir menyentuh biji
pelernya. Dia sepertinya tidak perduli dengan jamahanku. Selesai dengan pantatnya, aku
minta dia telentang. Benar penglihatanku, penisnya besar dan panjang sampai kepalanya
nongol dari bagian atas Celana Dalamnya.
“Iiih mas ngaceng ya”, kataku manja sambil menduduki penisnya.
Terasa sekali penis itu mengganjal pantatku. Aku mulai lagi dari bahu, untuk melemaskan
bagian itu. Perlahan-lahan lalu turun ke bawah kedadanya. Dia hanya tersenyum saja
memandangi wajahku.
“Kamu cantik sekali Put”, katanya merayu, sepertinya dia sudah tidak bisa mengendalikan
napsunya.
Aku sengaja menggeser pantatku di penisnya. Pentilnya tampak mengeras, dan sesekali
kupilin. Aku minta dia menarik nafas ketika kupilin pentilnya lalu pelan-pelan
menghembuskannya.
“Put”, lenguhnya.
“Kenapa mas, sakit ya pijitan Putri”.
“Enggak sakit kok Put, merinding semua badanku”.
Setelah puas memelintir pentilnya aku mulai turun ke perut. Perutnya kencang dan tidak
berlemak, kepala penisnya yang nongol dari atas cdnya seakan mengundangku untuk
meremasnya. Aku juga terangsang melihatnya. Aku lalu menekan bagian bawah perutnya untuk
kusorong keatas. Dari perut aku mulai menelusur bawah sampai menyentuh kepala penisnya.
Dia memejamkan mata sementara aku terus memijit lembut di pangkal paha sampai
keselangkangannya sambil sesekali menyenggol penisnya dengan menggosokkan punggung
tangannya ke penisnya.
“Put, kamu udah sering ngeliat penis ya?”, tanyanya to the point.
Aku kaget juga atas pertanyaannya.
“Belum mas, baru pertama kali ini, besar ya”, kataku berbohong.
“Kalau mau liat, turunin aja cd ku”, katanya lagi.
Perlahan jari kuselipkan di karet cdnya dan menurunkan cdnya perlahan sampai lepas.
Nongollah penisnya yang berdiri tegak, besar dan panjang dengan bulu rambut yang lebat
bersambung sampai ke pusar dan dada.
“Pegang” katanya singkat dan akupun menuruti sambil mengusap pelan-pelan.
Tangannya mulai berkeliaran, membuka baju kaosku, bra kemudian celanaku. Tinggal CDku yang
belum kulepas. Aku dibaringkannya dan kemudian dia melumat bibirku, dan terus menjilat
sampai ke payudaraku yang besar dengan pentil yang merah coklat. Saat dia mengulum
toketku, aku mulai menggelinjang apalagi jarinya mulai menerobos CDku dan dengan lembut
menggosok bibir vaginaku. Aku bergetar sambil berdengus pendek
“uuh..uuhh..”. celana dalamku kemudian dilorotkan dan dibukanya pahaku lebar-lebar.
Dia tertegun melihat bibir vaginaku yang tipis memerah yang diselimuti bulu yang lebat.
“Put, jembut kamu lebat sekali ya. Pasti napsu kamu besar ya. Kamu pernah ngentot Put?”,
tanyanya.
Aku diem saja karena sudah sangat terangsang akibat jilatannya di selangkangku.
“Mas”, aku mendesah ketika lidahnya mulai beroperasi ketengah-tengah vaginaku.
Gerakan refleksku menarik paha ke atas dan posisi yang kian membuka menambah leluasa
lidahnya bekerja lebih dalam di vaginaku. Cairan vaginaku mulai tumpah membuat dia tambah
ganas, dan mulai menyedot keras klitorisku. Ujung lidahnya bermain lincah, dalam,
menelusuri menggesek permukaan dalam vaginaku membuat aku tambah bergetar menahan
rangsangan kenikmatan.
“Uh..uuhh..” eranganku tambah keras dan pahaku menjepit keras kepalanya dengan kaki yang
melingkari punggungnya.
Dia memutar tubuhnya pelan sambil terus menyedot vaginaku. Posisi 69, aku disuruhnya
mengulum kepala penisnya yang besar itu. Lidahku mulai bermain diantara belahan kepala
penisnya. Kami berpacu terus dengan posisi 69 sampai
“maas…uuuuhhhh..”, badanku menggelinjang hebat sambil mengerang keras dengan suara
tertahan karena kepala penisnya masih terbenam dalam mulutku. Aku sudah sampai dan
kulepaskan penisnya dari mulutku.
Dia masih telentang dengan penisnya masih tegak karena belum tuntas. Dia menyuruhku naik
ke atas perutnya.
“Mas, Putri belum pernah”, kataku berbohong lagi.
“Ayo aku ajarin”, jawabnya.
Dia berbaring dengan bantal tiga susun di punggung dan kepalanya sambil menyuruh aku duduk
di atas penisnya yang sengaja diposisikan ke arah pusar. Aku duduk mengangkang dengan
bibir vagina menempel di kepala penisnya. Aku mulai menggerakan pantatnya maju mundur
perlahan.
“Ah..nikmatnya Put, aku masukin ya..” gumamnya sambil menahan kenikmatan karena goyangan
pantatku.
Beberapa saat kurasa cairan vaginaku mulai mengalir membasahi penisnya, aku makin dia
terangsang. Gesekanku makin menggila membuat aku tersentak-sentak saking nikmatnya. Dia
mulai meremasi payudaraku yang montok.
“Isap ..mas” dan dia melengkungkan badannya berusaha mengulum payudaraku.
“Uuuhhh..uuuuhhh.., terussss maas…”pintaku sambil bertambah cepat menggesek vaginaku ke
penisnya.
Lebih dari 15 menit kemudian aku mengerang tersendat kenikmatan. Dia tahu aku akan klimaks
lagi,
“Ayo putar badanmu” dan secepatnya aku berbalik dengan vaginaku menantang di depan
mulutnya.
Dia menarik pantatku dan lagi-lagi disedotnya bibir vaginaku sambil sesekali lidahnya
dijulurkan mengilik klitorisku. photomemek.com Penisnya terbenam lebih dari separuh di mulutku, kepalaku
turun naik mengocok k penisnya dalam mulutku. Erangan tertahan dan desahan kenikmatan
mengiringi puncak permainan. Tiba-tiba aku menekan pantatku kuat-kuat kemulutnya sambil
mendesah panjang dengan penisnya di mulutku
“Maas..ooohh”. desahku, diapun demikian, dikepitnya kepalaku dengan kakinya dan
creet..creet..creeettt…pejunya ngecret semuanya dimulutku.
“Mas, belum dimasukin udah nikmat gini ya, apalagi kalo dimasukin”, desahku.
“Kamu mau dimasukin Put, udah pernah belon, kayanya sih udah ya”, jawabnya.
“Sama siapa Put, tapi itu gak penting deh, gak usah dijawab”, katanya lagi, “yang penting
malem ini kita berbagi kepuasan ya”
Aku mulai bergerak menempel kebadannya. Dia mengulum bibirku dengan lembut sambil
tangannya mulai bergerak dengan sentuhan halus ke payudaraku. Aku menggelinjang saat dia
mulai agresif memainkan putingku.
“Ayo mas..gesek lagi ya..!” pintaku bernafsu.
Aku mencium dan menjilati jari-jarinya. Kemudian dia melepaskan tangannya dari ciumanku
dan kembali meremas payudaraku. Dipilinnya pentilku secara bergantian. Aku makin
menggeliat karena napsuku sudah memuncak. Tangannya kutarik menjauh dari payudaraku.
Kubawa ke arah perutku. Segera dia menggelitik pusarku sampai aku menggeliat kegelian,
“Mas geli”.
Tangannya segera menyusup ke bawah dan menemukan jembutku. Jangkauannya kini maksimal,
padahal target belum tercapai. Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa
mencapai belahan vaginaku membuatnya basah, sehingga jari tengahnya dengan mudah menyusup
ke dalam dan menemukan klitorisku yang sudah mengeras. Dia lalu memainkan jari tengahnya.
Pinggulku mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang. Penis besarnya sudah
tegak dengan kerasnya.
“Mas, hebat ih, dah ngaceng lagi, padahal belon lama ngecret di mulut Putri”.
Dia berbaring dengan 2 bantal susun di punggungnya. Aku menunduk mengulum kepala penisnya.
Hanya sebentar karena dia menyuruhku menduduki k penisnya yang lagi-lagi melipat ke arah
pusar dengan posisi membelakangi dia. Aku mulai bergerak pelan memaju-mundur pantatku
untuk menggesekkan n vaginaku ke penisnya. Tangannya dari belakang mulai beraksi memijit-
mijit payudaraku. Aku menjadi sangat liar, menggeliat sambil tak henti-hentinya mendesah
kenikmatan. Gerakan dan sentakanku makin cepat dan keras sampai suatu saat kuundurkan
pantatku agak ke belakang dan penisnya lepas dari jepitan bibir vaginaku.
Penisnya yang agak terangkat sudah berhadapan dengan bibir vaginaku yang basah itu
dan….bleeessss..kepala dan separuh penisnya yang tegang keras itu amblas ke dalam
vaginaku.
“Maas”, seruku.
“Kenapa Put, sakit?”, tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepala, bukannya sakit tapi nikmat banget. Sesek rasanya vaginaku
kemasukan penisnya yang besar banget itu. Vaginaku berdenyut mencengkeram penisnya,
giliran dia yang mendesis,
“Put, nikmat banget memekmu, bisa ngemut penisku”.
Dia membalikkan badanku dan sehingga aku terlentang. Dia menundukkan mukanya dan mengulum
bibirku sambil menggeser badannya keatas. Dengan pelan ditusukkannya penisnya ke vaginaku.
Diteruskannya dorongannya dan kepala penisnya mulai memaksa menerobos masuk ke liang
vaginaku.
“Ouuhh..” kembali aku melenguh.
Dikocoknya k penisnya pelan sehingga kian dalam memasuki vaginaku. Pelan tapi pasti dan
akhirnya kurasakan seluruh vaginaku penuh terisi penisnya. Vaginaku yang sudah basah itu
masih terasa sempit buatnya,
“Put, sudah basah gini masih sempit aja memekmu, nikmat banget deh, mana terasa banget
empotannya. Terus diempot ya Put”.
Dihunjamkannya lagi penisnya, walau terasa sangat sesak tapi nikmat,
“Ooohhh…” aku mulai menggeliat, kaki kuangkat, melingkar ke pahanya sementara kepalaku
terangkat, mendongak ke belakang dengan mataku membelalak.
Tangannya bereaksi cepat, payudaraku diremas pelan sembari putingnya dipijit, membuat aku
makin menggila, berdesah panjang kenikmatan,
“uhhh, peluk Putri mas”.
Dirapatkannya badannya ke badanku dan aku merangkul ketat punggungnya. Goyangan pantatnya
turun naik makin cepat sehingga bersuara “plook..ploook” karena begitu banyak cairan yang
mengalir dari vaginaku.
Dia kemudian mengganti posisi. Aku disuruh nungging dengan posisi pantat sedikit
terangkat, kaki mengangkang. Digesekkannya kepala penisnya ke bibir vaginaku beberapa
saat, baru dihunjamkannya pelan.
“Doggy Style! “Maas”, erangku ketika kepala penisnya mulai menekan dan menerobos masuk ke
liang vaginaku.
Baru setengah penisnya masuk, “Aaauuhhh….” mataku terbelalak saking nikmatnya. Kemudian
dia mulai mengocok penisnya keluar masuk vaginaku. Aku kembali mengelinjang, menahan
enjotan pantatnya. Terasa penisnya makin keras dan kepalanya makin membesar karena gesekan
di dinding vaginaku.
“Ooohhh..oooohhhh” gumamku, karena dia mempercepat enjotannya.
Tiba-tiba dia menahan gerakan pantatnya, ditariknya keluar sehingga hanya sebagian
penisnya yang masih terbenam lalu disentakkannya cepat dengan gerakan pendek, kemudian
ditekannya rapat ke pantatku hingga semua penisnya tertanam dalam vaginaku, lalu dibuatnya
gerakan memutar. Otomatis kepala penisnya berputar bak bor mengesek ketat dinding
vaginaku.
“uaahhh….terus mas…enaaakkk!” desahku.
Tidak puas hanya menikmati putaran “bor” nya, aku ikut mengenjot keras pantatku ke
belakang dan…”uuhhh..uuuhhh” kami berdua sama-sama mengerang nikmat. Selang lebih dari
20 menit kami berpacu dengan posisi demikian, aku makin keblingsatan dengan erangan-
erangan tak keruan. Dia tahu kalau aku sudah akan klimaks. Aku sekarang dalam posisi
telentang. Pahaku terbuka lebar dan bibir vaginaku sedikit membuka setelah disodok
penisnya sejak tadi. Kini dia mulai membungkuk di atas badanku dan dengan tangan kiri
menopang badannya, tangan kanannya menuntun penisnya ke arah bibir vaginaku.
“Ayo..masukin mas..!” pintaku.
Kepala k penisnya mulai menghunjam. “Aaahhhh..!” erangku saat seluruh penisnya disodok
masuk dan mulai dikocok turun naik langsung dengan frekuensi tinggi dan cepat.
“Ah..ah..ah..ah.” aku tiada hentinya melenguh, badanku menggeliat dengan kepala sebentar
naik sebentar turun menahan geli dan nikmat yang amat sangat.
Dia terus mengocok dengan kecepatan tinggi dan menggila. Kenikmatanku sudah memuncak.
“Auuuh..m..m..” tanganku melingkar ketat di punggungnya dengan paha dan kakiku ikut
membelitnya.
“Tahan dikit Put..!” bisiknya di kupingku sambil mempercepat sodokannya.
“Aaaahhhhhhh..!” aku menjerit panjang, kukuku serasa menembus kulit punggungnya,
mengiringi puncak kenikmatanku.
Berbarengan dengan lenguhan panjang, dia menyodok keras penisnya ke vaginaku diimbangi
dengan goyangan kencang pantatku yang berusaha mengapung ke atas. Otot-otot bibir vaginaku
serasa berdenyut-denyut seperti meremas-remas penisnya. Crreeeettt…pejunya ngecret di
dalam vaginaku, hangat, membuat aku merem melek sejenak. Kami berdua sama-sama orgasme.
“Oh Put, puas sekali nge ntot denganmu..!” desahnya. “Kamu udah pengalaman ya Put,
ngeladenin lelaki”.
Kami masih berpelukan sebentar dengan penisnya masih terbenam di vaginaku, berciuman.
“Gimana rasanya Put?.” tanyanya saat berdua di kamar mandi.
“Mmmm..enak banget mas, penis mas kerasa sekali ngegesek memek Putri, besar soalnya sampe
memek Putri sesek jadinya” jawabku sambil tersenyum.
Kami saling membersihkan diri. Dia meremasi payudaraku dan menggosok pelan vaginaku,
sedangkan aku mengocoki penisnya yang sudah melemas. Selesai mandi, kami nonton film BF di
ranjang. Dia pasang di dvd. Aku mengocok-ngocok penisnya dengan cepat dan keras, sebentar
saja sudah ngaceng lagi.
“Mas kuat banget ya, dah ngecret 2 kali, sebentar aja udah ngaceng lagi”, kataku.
“Abis dikocok sama kamu sih, mau lagi ya Put”.
“Iya mas, Putri kepingin disodok penis mas lagi”.
Ketika mengocoki penisnya aku terangsang juga, vaginaku sudah basah lagi, apalagi ketika
ngocok penisnya, dia ngitik-ngitik putingku. Dia telentang dan aku menaiki tubuhnya.
Dengan posisi setengah merayap, aku menjilati mulai dari bawah penisnya ke atas, berputar
sejenak di celah kepala penisnya kemudian mulai dengan mengulum lembut sambil mulutku
turun naik mengocok penisnya.
“ohhhh…ooouuuhhh”, gilirannya bergumam tidak jelas.
Puas mengocok penisnya dengan mulutku, aku langsung duduk di atas perutnya dan kuarahkan
penisnya ke bibir vaginaku yang sudah basah.
“Aaaahhhh…!” desahku sambil mencengkeram dadanya ketika penisnya amblas ke dalam liang
vaginaku dengan mulus.
Kocokan demi kocokan dipadu goyangan pantatku membuat kami berdua sama-sama merem melek
dengan desahan-desahan panjang berulang-ulang. Dengan penis yang masih menancap ketat pada
vaginaku, dia memintaku menurunkan badanku ke belakang sambil kedua tanganku bertopang ke
belakang, dia menyodokkan pantatnya ke depan. Luar biasa…penisnya seolah-olah tertarik
kalau pantatnya bergerak ke belakang dan seperti mau patah bila ia menyodok ke depan,
terjepit rapat di antara bibir vaginaku. Dengan kepala mendongak ke belakang kadang
terangkat, aku makin gila menggoyang pantatku,
“Uuuhhh…ngghhh..!” erangku tidak jelas.
Cairan pelicin vaginaku meleleh hangat sampai ke bawah penisnya.
“Hhuuu….huuuu…huuuuuu!” aku kian ganas dan seketika merubah gayaku, duduk di atas
pangkal pahanya dengan penis tetap tertancap di vaginaku, hanya pantatku saja yang
bergerak maju mundur dengan cepat. Penisnya terasa berdenyut-denyut dicengkeram bibir
vaginaku. Bercampur aduk rasa nikmat yang kudapat dari permainan ini.
“Maas….ngghhh..!” aku sudah mendekati puncaknya. “Remes toketku…mas!” pintaku sambil
menarik tangannya.
Diremasnya payudaraku, kian kuat remasannya makin kuat sentakan pantatku dibarengi
dengusan napasku yang memburu.
“Aaaaaaahhhhhh..!” aku menyentak dengan histeris beberapa saat dan kemudian terdiam, roboh
ke atas badannya dengan jari tanganku mencengkeram kuat ke dadanya menimbulkan merah
goresan kuku yang panjang.
“Nikmat ya Put”, katanya tersenyum melihat badanku yang terkulai lemas menindih tubuhnya.
“Aku akan membuatmu lebih puas, sayang!”.
“Putri capek…tapi..mas belum ngecret ya”, kataku seraya beringsut turun dari atas
badannya dan telentang pasrah.
Dia mengambil handuk basah dan melap bibir vaginaku dengan lembut. Aku tersenyum sambil
mengepitkan pahaku. Gantian aku membersihkan penisnya yang tetap ngacung dengan keras.
Dia memelukku dan mulai menggeluti tubuhku lagi. Bibirku dikulumnya dengan nafsu, turun
kebawah dijilatinya klitorisku. Aku menggelinjang pelan, dia meneruskan permainannya
meraba bibir vaginaku menyentuh klitorisku dan digesek pelan. Kedua pahaku terbuka lagi
dan untuk kedua kalinya vaginaku basah. Dia tidak bisa menguasai nafsunya lagi, dengan
cepat berlutut di antara kedua pahaku dan mengatur posisi penisnya tepat di atas lubang
vaginaku, merendahkan badannya dan bleeesssss….penisnya langsung menerobos masuk liang
vaginaku.
“Aaauuhhhh..!” aku melenguh panjang ketika dia menekan kuat dan mulai memainkan pantatnya
turun naik.
Saat serangan penisnya kian gencar, mataku seakan tinggal putihnya kadang mendelik kadang
terpejam dengan desisan panjang pendek. Sepertinya dia pingin benar-benar puas menikmati
tubuhku setelah yakin walaupun badanku kecil imut-imut tapi punya kemampuan ngesex sangat
tinggi. Diangkatnya kaki kiriku ke bahunya dan badanku dimiringkan dengan kaki kanan tetap
lurus. Liang vaginaku seakan bertambah terbuka dengan posisi demikian. Dengan setengah
berlutut, dimasukannya penisnya dalam-dalam ke liang vaginaku dan dikocok keluar masuk
dengan cepat.
“Uuhh..uuhh..uuhh..” aku mendesis berulang-ulang menahan serangan penisnya.
Tangan kananku dengan gesit menggosok-gosok putingku sambil penisnya tetap keluar masuk
liang vaginaku, membuat aku menjadi liar dan keblingsatan. Kedua bongkahan buah dadaku
kuremas-remas sendiri dan kepala sebentar-sebentar kuangkat dengan mulut kadang ternganga
lebar kadang mendesis tertahan. Puas mengocok dengan posisi demikian, dia mengganti lagi
posisi kami. Aku disuruhnya menelungkup dengan pantat sedikit nungging ke atas dan paha
sedikit mengangkang membuat bibir vaginaku kelihatan merekah dan menantang. Dengan posisi
jongkok digosok-gosokkannya kepala penisnya mulai dari pantat sampai ke bibir vaginaku,
tanganku bergerak cepat ke belakang memegang penisnya dan menuntun ketengah vaginaku,
“Ayo mas.” sambil memegang pantatku, dia mendorong masuk penisnya masuk ke liang vaginaku.
Dengan pelan kepala k penisnya menerobos masuk. Begitu hampir setengah masuk,
disentakkannya agak kuat dan…”blessss’ hampir seluruh penisnya tenggelam.
“Haahh..!” aku menjerit tertahan dengan kepalaku terangkat.
Dia mendiamkan sekian detik untuk merasakan denyutan vaginaku mencengkeram penisnya, baru
kemudian dikocoknya maju mundur dengan pelan. Sembari mengocok, tangannya merayap dari
belakang menggapai payudaraku dan mulai meremasnya.
“Ooouuuhhh…oouuuhhh” aku mendesah berkali-kali ketika penisnya mulai membabibuta keluar
masuk liang vaginaku.
Punggungku kadang melengkung ke bawah kadang ke atas dengan pantat bergoyang kiri kanan
membuat dia keblingsatan dan makin kencang menggempur vaginaku. Cairan vaginaku makin
banyak mengalir sampai-sampai turun membasahi biji pelernya. Aku merasakan kegelian dan
kenikmatan yang amat sangat seakan menjalar keseluruh syaraf di tubuhku.
“Ssshhh..sssshhhh..!” aku mulai bergumam tak keruan mengiringi genjotannya yang tambah
menggila.
Penisnya terasa makin keras dan membesar, pertanda dia sudah mulai mencapai puncak
kenikmatan. Aku pun demikian kondisinya, badanku bergetar hebat dan tanganku menggapai
karuan kiri kanan mencengkeram bantal.
“Huuuhhh…hhuuuhhhh..mas..!” aku bagai kesurupan.
Dia mencabut penisnya dengan tiba-tiba, bergerak duduk diatas ranjang sambil bersandar di
kepala ranjang dengan kaki menjulur lurus kedepan setengah terbuka. Aku disuruh duduk
diatas pangkuannya dan ..blesss..vaginaku menelan semua penisnya dan tanpa diminta aku
langsung menggenjot cepat. Kami berpelukan rapat, mulut saling berpagutan penuh nafsu,
saling mengulum sementara pantatku bergerak histeris memburu puncak kenikmatan yang kian
dekat
“Aauuh maas …..aaaahhhhhhh…!” aku sudah hampir di puncak surga dunia dan sesaat
kemudian dia mendorong badanku terlentang.
Sekali lagi, dengan sigap dia merubah posisi, tengkurap di atas tubuhku dan menggenjotkan
k penisnya sekuat-kuatnya ke n vaginaku. Bibir kami kembali saling mengulum sambil
berpelukan. Kaki dan tanganku merangkul ketat badannya menahan hentakan-hentakan pantatnya
yang mendorong penisnya keluar masuk vaginaku. Detik demi detik kami rangkuh kenikmatan
itu bersama-sama….sampai akhirnya,
“Aaaahhhhhhhh….!” aku mengerang panjang mencapai puncak dengan kuku jari tanganku
menancap kuat ke punggungnya.
“Aaauuuhhhh….Put !” dia mendesah panjang, ditekannya kuat-kuat berulangkali pantatnya
dengan cepat dan pada hunjaman terakhir….blesss….pangkal penisnya dan bibir vaginaku
seakan jadi satu..dan sesaat kemudian..creetttt..crreeetttt… pejunya berhamburan keras
memenuhi liang vaginaku.
“Ooohh..ooohhhh..!” aku menerima terjangannya yang terakhir berbarengan semburan pejunya
yang terasa hangat di vaginaku. Sungguh nikmat rasanya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,