Beberapa tahun lalu saya sempet ikutan kompetisi Adventure yang diadakan sebuah perusahaan rokok. Ketika itu saya terpilih jadi satu diantara 50 finalis dari 75000 peserta, akhirnya 10 mengundurkan diri tinggal 40. Walaupun saya tidak menang seleksi tapi saya memenangkan hadiah yang lebih oke buat saya, yakni salah ceorang cewe promo girl perusahaan tsb (sebut saja si Dian). Ini buktinya topnya cewek Ibukota. Beruntunglah para pejuang aktivitas penis yang tinggal di ibukota negara tercinta ini.
Awal pertama saya melihatnya ialah di restoran tempat semua petualang berkumpul sebelum diberangkatkan menuju lokasi seleksi di kawasan hutan lindung di Jabar. (sorry gak boleh spesifik takut ketahuan belangnya hehe). Ketika itu tugas Dian adalah membagikan kaos dan aksesoris perlengkapan petualang lainnya. Pertamanya sih saya tidak terlalu memperhatikannya karena emang banyak banget promo girls yang cakep-cakep di acara itu. Mana semua pakai celana pendek dan kaos ketat pendek lagi. Bagi saya waktu itu pemandangan begini jarang banget deh (kan gue anak kampung). Rata-rata tinggi semampai (min.162cm), putih mulus dan berambut panjang yang diikat pony tail di belakang topinya. Pakai sepatu olahraga bermerk semua dengan kaos kaki pendek putih. Ketika itu saya baru aja nyampai dari Gambir dengan tas ransel berat plus sepatu boot lapangan saya jadi capai banget. Sambil leyeh-leyehan saya ngeliatin postur mereka yang emang aduhai banget, rata-rata keliatan udelnya dikit, dan putih mulus licin. Saya yakin bukan saya saja yang konak ngelihat pemandangan itu tapi semua lelaki petualang di restoran itu. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh sapaan suara halus serak,”Halo, abang Jaya yah, dari Yogya?”, Dian menyapa.”Eh, hooh mbak”, jawab saya gugup karena mendadak ada bidadari cantik putih di depan ku. Kulihat tubuhnya sintal juga, pasti beratnya lebih dari 50 kg (tinggi sekitar 165-an). Atau mungkin pengaruh kaus ketatnya itu. Udelnya keliatan separuhnya, perutnya langsing licin juga. Kakinya jenjang berisi dengan paha yang sedikit lebih gede dibanding betisnya (tidak kurus gitu). Betisnya mengkilap licin.”Ini tolong diisi ya, mas!”, sambungnya membuyarkan lamunanku. Dian menyodorkan selembar kertas berisi perjanjian yang menyatakan kesediaanku menanggun semua risiko, termasuk kematian! Wah, karena yang nyodorin bidadari ya langsung aja saya tanda tangani (di akhir seleksi pahaku sempat robek kecil 10cm).”Oke, bawa sini”, jawabku mantab. Setelah itu saya berbasa basi dan berkenalan. Ternyata ia pernah di Yogya juga, ia peranakan Jawa-Cina -Padang. Mungkin karena itu ia menjadi LO saya dan beberapa rekan Jateng. photomemek.com Kemudian ia pamit sebentar mengambilkan perlengkapan untukku. Pagi itu ia menemani makan pagi sambil mendengarkan briefing serta cerita petualang tahun lalu yang sempat patah kaki tapi lolos seleksi. Asyiknya makan diruangan yang penuh bidadari dan sesama petualang. Serasa mau berangkat perang. Pagi itu sarapan enak kita terakhir sampai akhir minggu itu. Setelah itu kita harus berpisah dengan bidadari Liaison Officer kita dan naik bus menuju lokasi. Di tengah jalan kita dibentaki untuk pindah naik truk gerobak untuk melalui jalanan kasar menuju base camp. Rupanya panitia menyewa tentara untuk menguji kita. Ah, siapa takut. Yang penting nanti ketemu Dian lagi begitu pikirku (ah tapi bukan cinta at first sight lho).
Sesampainya di base camp kita diperintahkan meninggalkan ransel dan mempersiapkan peralatan trekking. Kubawa kompas dan senter, tak lupa laken air serta sebatang coklat. Kemudian kita dibawa oleh perahu melintasi danau dan dilepas di tengah hutan. Hari mulai gelap, tugas kita mencari jalan pulang ke base camp dibantu peta buta. Sial juga, malam itu saya sempat tersesat sendirian, mana kaki terkilir terpeleset di tebing. Setelah itu saya berdoa, akhirnya saya berhasil sampai pulang ke base camp jam 2 pagi. Total perjalanan ca 20 km.
Hari-hari berikutnya penuh dengan berbagai even uji ketangkasan baik di air maupun darat. Dengan tanpa peralatan sampai ke kendaraan offroad. Persahabatan sejati antar petualang memungkinkan kita untuk survive, baik ketika kita kelaparan di tengah hutan maupun saat kita terluka. Untungnya dokternya cantik, jadi kita berebut untuk bisa menemuinya. Saya yang robek pahanya terjatuh dari motor sempat pula dielus-elus bu dokter cantik, tapi gak ada konaknya lha pakai alkohol kan perih.
Kembali ke cerita akhirnya selesai juga seluruh even melelahkan itu. Puncaknya ialah hari terakhir berenang lintas danau diteruskan trekking lari cross country (total 25 km-an). Malamnya kita berbarbeque di pinggir danau sekaligus perpisahan. Saya masih ingat hari itu adalah hari ulang tahun saya. Malam itu datanglah sejumlah bos beserta seluruh LO kita yang cantik-cantik. Lumayanlah penyegaran setelah semingguan dikerjain ama mas-mas sangar berambut cepak. Seperti bisa ketebak, malam itu saya bertemu Dian.
Dian dan teman-temannya masih memakai seragam promo girlnya yang seksi itu. Maklum para bos kita kan rada kejam juga sama karyawatinya, pakai mini lah baju seksilah,. Anyway, malam itu saya mengambil daging sebanyak mungkin agar bisa jadi energi untuk keesokan harinya. Kuhampiri Dian untuk menawarkan jaket dekilku, gentleman kan?, mulanya kupikir ia akan menolak karena jijay, eh ternyata ia mau, entah karena malam emang dingin banget atau ia emang pingin nunjukin niat berdekatan denganku. Yang jelas jaket perang koreaku menjadi pahlawan malam itu. Ketika malam makin larut dan para bos pulang ke Jakarta (promo girlsnya pada nginep karena esoknya bantuin jadi water girls, itu yang bagiin minuman di jalan) akhirnya saya dan Dian mojok berdua. Kayaknya dia emang respon baik ke saya. Bahkan sambil bergurau ia sempat mengelus jenggotku yang beberapa hari tak kucukur. Orang hutan katanya.”Eh, Dian, aku hari ini ulang tahun lho, ke 21″, kataku sambil bermuka sedih.”Oh ya, wah selamat ya, tapi kasihan ya”, jawabnya.”Lho, kenapa emangnya?” “Kan, harusnya dirayain di tempat romantis sama yayangnya” katanya sambil melirikku manja.”Hehe, nah ini lagi ngapain” “Maksudnya?”, tanyanya dengan muka lucu.”Ya kan aku sedang ditemenin yayangku di tengah alam bebas dan diterangi pijar api unggun di kejauhan, kurang romantis apa coba?” “Ah, mas Jay bisa aja ngegombal”, katanya sambil mencubitku gemas, tapi emang bener sih gombal. Gombal dikit gak pa pa. Yang penting kan bukan untuk nyakitin hati cewek. Yang jelas seiring larutnya malam kita makin akrab. Sampai ke, “Dian mau ngasih kado apa nih buat aku?”, tanyaku. “Hmm, apa yah, ikut aku deh”, katanya sambil berdiri, digenggamnya tanganku. Halus benar dibanding telapak tanganku yang tertempa tali tampar, bebatuan tebing, dayung dan kendali kendaraan. Berdua kita menyusuri jalan setapak menuju base camp sampai pada suatu kesempatan kita berbelok memasuki rerimbunan. Untung malam itu bulan bersinar terang sehingga cukup menerangi langkah kita. Pikiranku udah sangat ngeres sampai akhirnya kita berhenti pada segerumbul bunga sepatu. Dian memetik tiga buah dan memberikannya padaku. Setelah kuucapkan terima kasih, kuambil satu lalu kuselipkan pada telingaku. Dia tertawa. fantasiku.com Lalu satu kuselipkan pada telinganya, cantik sekali dia. Yang sebatang lalu kugigit, lalu kuberlutut dan mencium tangannya. Dian tertawa renyah karena kelakuanku. Lalu ditariknya aku berdiri. Tiba-tiba ia merangkul pundakku lalu mencium bibir ku yang menggigit bunga. Setelah itu diambilnya bunga itu lalu ia kembali menciumku. Kali ini bukan sekedar kecupan namun kusambut dengan kuluman hangat bagai sepasang kekasih. Tercium bau rambutnya yang wangi serta kontras denga bau jaket koreaku yang kecut. Kususupkan tanganku di punggungnya sambil sesekali menggigit lembut bibirnya. Terasa dada padat kenyalnya lembut menekan dadaku, terasa hangat di dalam dinginnya malam di daerah perbukitan ini. Kurebahkan tubuhnya perlahan di atas tanah lalu tanganku mulai nakal menjelajah memasuki t-shirt ketatnya, dari perut lalu naik ke susunya yang ber-BH katun elastis tipis. Nampak Dian juga menikmati, membuatku semakin berani menjelajah kebalik BH-nya dan meremas bongkahan daging indah itu lembut namun mantap.
Malam itu tidak terjadi keseruan apapun. Maklum esoknya hari yang melelahkan buat saya. Namun Dian berjanji apabila saya berhasil selamat sampai finish ia akan memberiku hadiah yang lebih spesial. Karena ucapannya sambil melirik dan tersenyum nakal maka pikiran jorokku sudah ke mana-mana.
Keesokannya lomba dimulai jam 6 pagi, kita berangkat dengan perahu ke seberang danau. Startnya dilakukan dari atas sebuah bukit. Kita harus naik ke sebuah tebing 75m dengan scrambling lalu menuruni disisi lain dengan rappeling, lalu mencebur ke air danau berenang sejauh 4 km ke seberang danau lalu lari lintas hutan sampai finish.
Singkat aja saya berhasil selesai di urutan ke lima (namun karena saya pernah gagal di nomor MTB, akibat keseleo di malam pertama, akhirnya saya gagal seleksi). Saya sempat bertemu Dian ketika keluar dari danau, sambil memberiku segelas air ia sempatkan mencium pipiku sambil berbisik, “Ingat hadiah istimewanya lho, Jay”. Beberapa kawannya sempat nyorakin tapi Dian senyum aja cuek, akhirnya saya memulai cross country dengan hati damai dan kontol siaga. Itulah hebatnya wanita, bisa membuat sebagian otot kita melembut sekaligus otot lain menegang. Sesampainya di finish, saya celingukan mencari bidadariku yang memberiku semangat sehingga saya berlari bak diuber anjing. Entah kenapa, sebetulnya ada banyak promo girl cantik sexy yang ngasih air dan mengguyur kita sepanjang lintasan namun yang ada di benakku hanya Dian dan tubuh sintal hangatnya. Setelah agak lama duduk di bawah bivak peneduh akhirnya datang sebuah jip yang mengangkut beberapa promo girl. Kaki-kaki mulus berlompatan turun dari mobil, hingga ke sepasang kaki mulus terbalut Reebok putih biru tua. Dian!!!
Dengan cepat Dian melangkah menuju saya dengan senyum lebar dan tangan terbentang. Dia langsung memeluk tubuhku yang masih sedikit berkeringat dan sangat bau ini. “Selamat ya, I’m so proud of you honey!”, wah dia menyebutku ‘honey’. Kusambut rangkulannya dan kukecup pipinya. Kawan-kawanku yang juga telah sampai finish bersorak dan mulai berkomentar sirik. Kita tersenyum aja cuek. Kugandeng Dian berdiri melangkah pergi, “Mau nyari air dulu ya, rek!”, dalihku. “Banyu opo rek, nggali sumur tah?”, goda Guntur, dasar arek Suroboyo gendeng sitok iki. Untung si Dian cuek.
Akhirnya kita menuju ke tepian danau tempat beberapa kano tergeletak setelah dipakai lomba beberapa hari lalu. Kebetulan tempatnya sepi, panitia sibuk ngurusin kawan-kawan yang belum sampai finish serta peserta yang rewel dan cedera. Sebagian peserta juga sibuk godain promo girl yang nyebarin refreshments buat mereka. Akhirnya kita duduk berdua di sebuah tenda kubah tempat perlengkapan air disimpan. Karena sebagian perlengkapan tadi dipakai event maka tempatnya agak longgar. Wah asik juga dari luar pasti tak ada yang curiga. Dian senyum senyum aja sambil sesekali membersihkan mukaku dengan handuk kecil yang sudah dibasahi, tak lupa dia membersihkan luka di paha kananku. Saya lalu membuka ventilasi tenda, karena walapun di bawah pahan mulai agak panas juga. Kulepas kaus kutungku dan kubersihkan tubuhku dengannya. Dian memandangiku dengan senyum simpul, matanya mengikuti segenap gerakanku.
Kubalas tatapannya dengan senyum pula. Damai sekali terasa. Gadis ini memang memiliki pandangan yang menyejukkan. Walaupun tubuhnya sangat sexy namun kepolosan wajahnya bisa membuat lelaki sejenak tidak berpikir ke arah ‘itu’ (tapi sejenak aja lho hehe). Kubelai lembut rambutnya yang kini tergerai setelah topinya dilepas. Indah sekali, sedikit ikal dan kemerahan, sesuai dengan matanya yang bening coklat.. Ah tak tahan lama-lama, kutarik tengkuknya dan kukecup bibirnya lembut,”Katanya mau ngasih hadiah”, tanyaku penuh harap (ngeres sih), “Apaan sih hadiahnya? Istimewa kan?” sambungku sambil tersenyum nyengir kuda. Tiba-tiba Dian melepaskan pelukanku lalu meraih kebelakang tengkuknya. Kupikir ia hendak melepas BH eh salah, ternyata ia melepaskan kalung kulit yang melingkari leher putih jenjang indahnya. Kemudian ia menyuruhku menunduk dan mengalungkannya padaku. Kulihat liontinnya dari logam berbentuk lumba-lumba. “Kalung ini aku dapat dari Kanada, kata saudaraku di sana lumba-lumba itu simbul penjelajah bumi menurut kaum Indian di sana, elu tuh petualang gue”, jelasnya. Saya mengangguk-angguk dan mengucapkan terima kasih. Namun mungkin tersirat juga di wajahku pandangan berharap konak gak jadi. “Nah, yang ini bonusnya Jay!”, tiba-tiba Dian bangkit dan duduk di pangkuanku menghadap wajahku. Dirangkulnya leherku lalu dikulumnya bibirku. Wah, kaget nikmat juga nih, dan si Jenderal pun menabuh genderang perang. Dengan tangkas Dian melepaskan kaus ketatnya dan BH katun putih tipisnya. Jadi kita sekarang tinggal bercelana pendek dan bersepatu sport.
Susunya yang putih besar itu menantang sekali, putingnya pink dengan areola sebesar logam seratusan lama. Ujung putingnya meruncing kecil membuatku tak tahan untuk segera mengulumnya. Kutangkap kedua susunya dan kuremas satu sama lain sambil bergantian kukulum kedua putingnya. Dian mengerang dan menggelinjang. Tangannya menyusuri tengkukku mengusap dan menjambak rambutku. Tak lama kemudian kembali kukulum dan kulumat bibir indah Dian sambil memeluknya erat sehingga dadanya tergencet dadaku yang kekar. Kedua telapak tanganku bergerak menyusup masuk ke dalam celananya meremas kedua bongkah daging mulus yang tersimpan dibaliknya. Dian mengerang dan terus menggelinjang diatas pahaku sehingga membuat gesekan dengan si Jendral yang makin keras aja (maklum udah 2 minggu gak dapet mecky maupun coli).
Perlahan kurebahkan tubuh Dian ke sampingku. Dalam posisi begini Dian tampak cantik sekali. Susunya yang besar tampak mengembang ke samping dan naik turun seiring desahan nafasnya. Tangannya tergeletak ke atas bersama beraian rambutnya yang membuatnya makin feminin. Saya merunduk dan mengecupnya sembari telapak kananku menyusup menuju kawasan sensitifnya, sebelumnya dengan terampil kulepaskan kancing dan ritsluiting nya. Perutnya berkeringat, tapi terasa dingin, dasar emang cewek langsing begini pasti biarpun panas berkeringat, tetap aja tubuhnya sejuk menyegarkan. Jemariku terus berkelana memasuki tepian CD-nya yang berenda hmm cukurannya rapi juga.”Jay, jangan pakai tangan ya say, kan kotor, ntar gue keputihan”, tiba-tiba Dian menghentikan tanganku untuk masuk lebih jauh. Iya sih gak tahu kan kuman apa aja yang nempel di tubuh dekil saya. Akhirnya kuraba aja garis meckynya dari luar celana dalam katunnya. Karena dari bahan katun, cepat saja cairan cintanya membasahi permukaan CD-nya. Langsung aja saya berinisiatif memelorotkan celana pendek merah sekaligus CD putihnya (nurunin bendera dong?). Dian mulai mendesah sambil matanya terpejam, kepalanya mendongak ke atas dan bibir bawahnya digigitnya lembut menahan desahan gairahnya. Kupandangi bidadari cantikku ini. Badannya yang bugil putih mulus berkeringat mengkilat memantulkan warna biru tenda (bukan lagunya Desy lho!). Secepat kilat kupelorotkan celana pendek Reebok hitamku, tentu sekaligus CD sportku (celana renang Speedo). Kini tubuh kita sama-sama bugil kecuali sepatu lari kita. Wah jadi ingat pas di Jerman sama si Tiffany dari Quebec. Lalu kurebahkan tubuhku tengkurap diatas badan Dian, dada kita bersentuhan namun badanku masih kutopang dengan kedua tanganku. Si Jendral bergesekan lembut dengan bibir mecky Dian yang mulus tercukur rapih. Dari cukurannya kayaknya dia bukan virgin lagi nih.”Elu yakin gak, Dian? Kita kan baru kenal.Gue gak mau ngambil perawan elu, Dian”, bisik gue sok muna. Dian gak menjawab tapi tersenyum aja sambil matanya dikedipin seakan menganguk mengerti akan sikapku. Herannya cowok kalo bersikap gentle gini malah dapet lho biasanya, tapi ada juga sih cewek doyan dikasarin.”Gue juga pengen kok, Jay. Gue suka ama elu.”, bisik Dian kemudian sambil tangannya turun mencari si Jendral. Herannya walaupun si Jendral udah sembunyi diantara lembah pahanya Dian masih aja ketemu. Dasar Jendral suka sembunyi tapi pasti ketahuan deh. Digenggamnya lembut si Jendral sambil perlahan mengocoknya naik turun dalam ritme yang pelan sekali.
Saya gak tahan lagi deh, buru-buru saya memelorotkan badan ke bawah untuk kemudian kubenamkan lidahku ke celah mecky Dian. Dian nampak terkejut nikmat dan spontan menjambak rambutku. Kuteruskan sejenak hingga basah banget, aroma wanginya terasa menyengat dan asin, mungkin karena berkeringat. Panasnya udara di dalam tenda makin panas aja. Perlahan kuberanjak naik ke perutnya, kususuri sekeliling pusarnya dengan jilatan kucing lembut, lalu naik ke dadanya yang membusung karena diremas tangannya. Hmm bukit runcing kembar ini lembut sekali, kalo semalam saya kurang jelas melihatnya karena gelap kini tampak jelas putingnya yang memang pink tegak runcing bagaikan ujung hapusan pencil. Dian menikmatinya sambil mendesah dan menggelinjang. Dia tak mau kalah, dijepitnya si Jendral yang panas dengan pahanya lalu digeseknya perlahan. Dari sini kuyakin bahwa ia bukan perawan, habis tekniknya mahir sekali. Semoga meckynya tidak longgar, pikirku.
Tak lama kemudian Dian menarikku keatas dan kitapun berciuman mendalam sekali. Basah. Itulah kata yang tepat menggambarkan keadaan kita berdua saat itu. Luar-dalam baik oleh keringat maupun cairan gairah kita. Dian lalu meraih si Jendral dan menuntunnya menuju lobang meckynya. Disibaknya labia mayoranya dengan palkonku lalu blesek, dengan lambat tapi lancar si Jendral memasuki dunia basah yang amat disukainya. Walaupun terasa agak longgar namun enak juga mecky si Dian. Terasa hangat dan licin sekali. Kupercepat goyanganku wah ternyata meckynya nyedot juga. Tapi tidak empot-empot kayak punya si Hwa-hwa. Biasa aja tapi ya enak dong, mana ada sih ML gak nikmat. Yang bikin istimewa dari si Dian ialah kecantikannya yang semakin bersinar dan tubuhnya yang ideal sekali dipegang. Gerak tubuhnya ritmis bukti kerajinannya ber-aerobik. Sembari kakinya disilangkan dibelakang pantatku, pantatnya bergoyang mengikuti irama pompaanku. Enaknya ngentotin bidadari.
Sekitar 20 menit berlalu dan sayapun mulai merasakan palkon saya mulai berkedut. “Dian honey, gue mau keluar nih”, ucapku cemas,” dicabut dulu yah, ganti posisi”. Tanpa disuruh dua kali Dian langsung membalik tubuhnya dan nungging. Pantatnya indah luar biasa, labia mayoranya yang tebal tampak merangsang sekali dari belakang. Hmm, langsung aja kugesekkan kembali palkon saya pada celah meckynya dan slep, kali ini semakin licin aja namun terasa banget panasnya meckynya meningkat. Dengan liar Dian menggoyang pantatnya maju mundur kiri kanan memutar. Sejenak saya diam, kubiarkan ia menikmati ritme sesuai keinginannya, namun lambat laun gerakannya mulai lemah. Langsung aja kupegang pinggangnya yang langsing licin dan kubenamkan dalam-dalam si Jenderal, lalu dengan ritme teratur kusodok dalam sekali. Dian meronta dan mulai terjerembab ke depan. Ah sekalian aja kutindih tubuhnya dari belakang, pompaanku pun makin cepat dan akhirnya sampailah. Kucabut cepat dan kujepitkanbatang si Jendral pada celah pantat dan crrt… crrttt… spermaku melesat membasahi punggungnya bahkan sebagian sampai ke rambutnya. Kupeluk ia sambil badanku rebah ke samping. Ah capai sekali saya habis triathlon gitu langsung ML dengan gadis sexy yang liar ini. Masih untung saya bisa konak sepanjang permainan.
Setelah itu kita berbenah dan cepat keluar dari tenda, masih sepi, ah aman deh pikirku. Lalu kita bergandengan menuju base camp. Ternyata sedang ada briefing penutup sebelum sorenya kita semua berangkat kembali ke Jakarta. Melihat kita berdua mesra bergandengan gitu, Mr. Kim bossnya, meledek kita. Teman-temanpun bersorak. Kulihat Dian tersipu malu. Ah, bidadariku ini, saya masih hutang O padamu.
Sore itu kita kembali ke Jakarta terpisah, Dian dengan kendaraan panitia, saya naik bus mini bersama rekan petualang lain. Karena kupikir di Jakarta kita masih bisa ketemu maka saya gak sempat tukeran alamat. Ternyata dugaanku salah, kita langsung dibawa ke Gambir dan Pulo Gadung. Saya lalu naik Senja Utama bisnis kembali ke Yogya. Perasaanku menyesal sekali, pingin rasanya tinggal di Jakarta beberapa hari lagi namun ternyata kita sudah dipesankan tiket pulang sesuai cara kita datang. Ya sudah, kawan-kawanku berusaha menghibur namun tetap saja sedih hatiku. Kalau saja ada waktu dan kesempatan mungkin pertemuanku dengan Dian bisa menjadi love at first sight tuh. Namanya jodoh, susah ketebaknya. Kalaupun ada keajaiban dan Dian membaca cerita ini, wah kayaknya cepet-cepet kontak gue deh. Miss you so much! Emang bukan nama sebenarnya yang gue pake, tapi kalau elu baca secara mendetil pasti elu bakalan ingat deh. Dari tempat ama waktunya aja elu pasti inget deh ya.Yah gue realistis aja, gak berharap banyak, anggep aja sebuah pertemuan antar teman lama, kayanya seru, kan? Buat rekan Adventure yang inget gue kirim juga deh, terutama yang berangkat.,,,,,,,,,,,,,,,