Sejak kemarin banyak sekali laporan yang harus dibikin, berkas-berkas dokumen tertumpuk setinggi kira-kira 40cm di mejanya. Sabrina melihat ke arah jendela di ruangan kantornya. Jalanan malam itu masih sangat macet.
Tangannya kembali sibuk mengetik keypad komputer sembari melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hanya ada beberapa orang yang masih di kantor. Ruangannya tertutup dengan partisi panel setinggi 1,6m sebagai privasi kerja.
Kemudian ia berdiri melongok arah luar ruangan. Lalu duduk lagi mengangkat gagang telepon.
“halo.. Arman ada disitu..” tanya Sabrina
“ya bu.. Ada.. Sebentar ya.. ” terdengar suara wanita yang menjawab.
Sabrina hampir tidak pernah berteriak memanggil orang atau tertawa keras sambil mengobrol. Menurut dia wanita berkelas sangat tidak baik menimbulkan suara bising dan keras, karena itu seperti orang kampungan baginya.
“ya.. Ada apa bu” Arman melanjutkan menjawab telepon itu.
“kamu dari mana saja? Tidak ada di tempat” tanya Sabrina.
“anu bu.. Tadi lagi nyuci gelas” jawabnya.
“udah jam segini masih nyuci gelas.. Dari tadi sore ngapain aja kerjaanmu?. Cepat bawakan saya kopi sekarang” perintahnya dengan ketus.
Arman mengambil gelas dan kopi sambil mengeluh.
“udah.. Sabar mas… mbak Sabrina kan memang gitu orangnya” kata Ratna, bagian resepsionis.
“ya lama-lama orang kan ada batesnya neng” jawab Arman
Sambil mengenakan jaket dan masker penutup hidung, Ratna melakukan pengecekan di mesin absensi…
“aku pulang dulu ya mas.. Daah” kata Ratna sambil berjalan menuju lift.
Setelah itu, sambil mengaduk kopi racikannya Arman menoleh kanan kiri memastikan tidak ada orang di sekitarnya…. Lalu ia meludah di kopi itu kemudian mengaduk lagi.
Suasana kantor sudah sepi. Hanya tinggal Sabrina, Leny bagian Estimator. Karena hanya OB yang bertanggung jawab mengunci kantor maka selalu pulang paling akhir. Kadang Arman bergantian tugas piket dengan Mulyo, OB yang lain. Tapi malam itu Arman yang bertugas piket.
Arman berjalan sepanjang koridor menuju meja Sabrina membawa segelas kopi dengan nampan. Saat sampai di mejanya Arman kebingungan tidak ada Sabrina di tempat.
“mana tu pecun? Udah minta kopi malah kaga ada orangnya” katanya dalam hati. Lalu ia meletakkan kopi meja Sabrina. Ketika menaruh kopi Arman iseng melihat layar laptopnya yang masih menyala. Dia kaget…
Melihat foto-foto syur Sabrina dengan pakaian dalam, pakaian renang. Jantungnya berdetak kencang melihat situasi sekelilingnya. Kebetulan sekali Arman sedang mengantongi flashdisk saat itu. Lalu mengeluarkan flashdisknya dan mencolok ke USB port pada laptop itu. Jantungnya berdetak sangat kencang takut kalau pemilik datang tiba-tiba. Tapi adrenalinnya membuat Arman nekat. Dia menyalin data foto-foto itu ke flashdisknya.
Sabrina memiliki pekerjaan sampingan diluar kantor sebagai foto model. Karena memiliki tubuh yang bagus sehingga banyak teman fotografer dan agensi majalah dewasa menawarkan kerjaan tersebut.
Tiba-tiba dari jauh terdengar suara orang berbicara di telepon, suara langkah sepatu hak tinggi mendekat.
“wah orangnya dateng..” gumam Arman panik.
Belum semua foto tersalin, ia langsung mencabut flashdisknya dan pergi dari situ dengan membawa nampan. Arman berjalan cepat ke arah departemen Estimator yang tidak jauh dari meja Sabrina seolah-olah sedang beberes.. Padahal memang sekalian ia mengambil gelas-gelas kotor di atas meja.
“eh mas Arman..” kata Leny melihat kedatangan Arman sambil merapihkan mejanya. Arman tersenyum…
Sesaat kemudian Sabrina muncul berjalan menuju mejanya melintasi area departemen Estimator. Langkahnya agak cepat sambil menelepon dengan seseorang dari ponselnya..
Arman tidak berani melihat dan langsung menunduk basa basi ke Leny..
“mbak Leny belum pulang? Permisi yaa.. ” kata Arman
“nih lagi siap-siap mau pulang” jawab Leny dengan senyuman manis..
Arman manggut-manggut tersenyum..
“wah memang mbak Leny selain cakep, baik hati. Sayang bodynya ceking udah gitu dadanya rata pula” dalam hati Arman sambil mengambil gelas.
“yuk duluan ya mas..” pamit Leny sambil meninggalkan mejanya..
“ya mbak Leny. Hati-hati ya” jawab Arman.
Malam itu sudah gerimis… Sabrina sudah merapihkan barangnya dan bergegas pulang. Berbeda dengan Leny..
Sabrina berjalan sepanjang koridor menuju pintu keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Arman.
Dalam hati Arman merasa dongkol sembari menatap Sabrina dari belakang. Melihat pantatnya yang besar terbungkus celana bahan hitam terlihat jelas bongkahannya kanan dan kiri bergoyang naik turun bergantian.
“gile bener tu cewek. Kaga ada sapa atau pamit sama sekali” Arman berbicara sendiri..
Karena hujan. Arman menunggu di kantor. Mendadak ia teringat dengan foto-foto syur Sabrina tadi. Lalu dia ke meja Leny menyalakan komputernya lalu ia mengeluarkan flashdisknya dan mencolokkan ke komputer Leny. Sesaat kemudian ia membuka foto-foto itu dengan hati berdebar.. Penisnya mulai tegang..
Kemudian ia mencari sesuatu diatas meja, ada minyak kayu putih, hand sanitizer, lalu melihat ada baby lotion disitu. Arman mengambil lotion itu lalu resleting celananya dibuka.. Sambil terus menatap foto Sabrina yang sedang berpose dengan pakaian dalam. Tangannya melumas penisnya dengan baby lotion dan mulai mengocoknya. Arman membayangkan dirinya melakukan seks dengan Sabrina. Membayangkan sedang mengemut payudara yang putih besar itu, meremasnya.
Hujan turun dengan lebat.. Arman semakin tenggelam dalam lamunan mesumnya. Tangannya terus bermasturbasi dibalik celananya… Penisnya sudah mengeras berwarna merah mengkilap basah oleh minyak lotion.
“oohh.. usshh ohh.. Sabrina” Arman mendesah nadanya naik turun karena bermasturbasi. Membayangkan penisnya digesek-gesekkan ke belahan pantat Sabrina.
Sekitar 5 menitan.. Arman mulai mengarahkan penisnya kebawah meja lalu menyemprotkan air mani ke lantai dekat PC Leny.
Setelah lega.. Arman mengelap tangan dan penisnya pada jaket Leny yang digantung disandaran kursi. Lalu Arman mengambil tissue di atas meja dan membersihkan lantai.
Esok pagi….
Suasana kantor ramai seperti biasa.. Semua karyawan sibuk beraktivitas, ada yang mondar mandir, ada yang ngobrol..
Tony sudah berangkat keluar kantor untuk meeting ketemu klien.
Leny kebingungan mencium seperti bau amis dibawah mejanya… Ia melihat cairan kental putih di PC nya.
Arman mengobrol duduk di dekat meja Steven. Diam-diam memperlihatkan foto-foto syur Sabrina.
Steven terkenal nakal dan mesum, ia sangat akrab dengan Arman. Bila mereka mengobrol selalu membahas seputar wanita dan seks.
Arman terkekeh melihat ekspresi Steven..
“gile nekat banget Lo sumpah” kata Steven setengah berbisik. Khawatir orang kantor disekitarnya melihat.
“yoi bro.. Mantep kan” jawab Arman.
Sementara Sabrina sedang duduk dikursinya berbicara di telepon. Hari itu ia mengenakan kemeja putih tipis ketat lengan panjang dengan motif garis-garis berwarna merah secara vertikal, samar-samar memperlihatkan BH nya yang berwarna hitam. Bajunya rapi dimasukkan dalam rok pendek yang ketat berwarna hijau terang stabilo. photomemek.com Memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Roknya hanya sebatas setengah paha, kalau duduk menyilangkan kaki roknya selalu tertarik keatas memperlihatkan pahanya yang putih montok. Sepatunya hak tinggi berwarna merah Ferrari.
Penampilan Sabrina selalu seksi menggoda membuat semua pria yang menatapnya pasti terpesona.
Hari itu ada proyek yang bermasalah. Sabrina meminta Tony, Jaenal, dan Beben kumpul di kantor untuk rapat.
Jaenal menjelaskan kondisi lapangan atas masalah itu, Tony membenarkan alasan Jaenal. Sebenarnya penjelasan itu masuk akal. Bukan sepenuhnya kesalahan mereka.
Sabrina tidak puas dengan alasan itu. Dia menuduh Beben melakukan kesalahan dalam pengecekan material, padahal Beben sudah menjelaskan tidak ada kesalahan pada dirinya. Entah kenapa Sabrina semakin murka…
“pokoknya gue engga mau tau! Elo beresin malem ini juga!” nadanya lantang kepada Jaenal sambil menunjuk-nunjuk tangannya ke Jaenal sampai buah dadanya keliatan bergoyang dibalik kemeja putih itu.
“tapi bu.. Besok pagi-pagi kan saya mau berangkat ke proyek Balikpapan” jawab Jaenal.
“gue dah bilang ENGGA MAU tau..” jawab Sabrina ketus.
“elo juga! Pokoknya malem ini salin ulang dokumen, elo email dan jelasin ke klien” perintahnya kepada Tony.
“pak Beben, elo pergi tarik semua material itu ke kantor sekarang juga! ” kata Sabrina dengan nada tinggi.
“yang bener aja bu, saya masih ada kiriman ke Bandung loh hari ini” jelas Beben..
Sabrina terdiam lalu mencondongkan badannya kedepan dengan tangan dilipat diatas meja sehingga buah dadanya terjepit menyembul dibalik kemejanya yang ketat itu…
“loe dah bosen kerja..?” tanya Sabrina singkat.
Mereka semua terdiam… Lalu Sabrina berdiri meninggalkan ruang meeting..
Skip… Malamnya…
Jaenal baru sampai kantor jam 10 malam bersama dengan Beben menggotong material seperti gypsum dan cat ke gudang kantor. Di kantor mereka bertemu Steven yang masih ada di kantor. Mereka mengobrol di pantry. Jaenal menceritakan kekesalannya..
Steven hanya tertawa mendengar cerita Jaenal, lalu dia menunjukkan foto-foto syur Sabrina ke mereka.
Spontan saja Beben dan Jaenal terpukau melihat foto-foto itu… Mereka bertiga saling berkomentar. Timbul niat jahat Steven yang dari dulu sudah menyimpan pikiran mesum terhadap Sabrina.
Steven berasal dari keluarga kaya, umurnya masih 30 tahun. Sering main wanita yang dikenal di club atau diskotik. Badannya tinggi atletis 172cm. Hampir semua wanita pernah ia tiduri, baik itu dari kalangan pelacur, wanita baik-baik sampai wanita berkelas. Banyak yang bilang wajahnya mirip
Baim Wong.
Sabrina masih terdengar berbicara di telepon. Nadanya manja dan mesra..
Banyak orang dikantornya mengetahui Sabrina memiliki pacar lebih dari 1 orang. Semua pacarnya selalu dikuras hartanya.. Terlihat dari caranya berbicara.. Sering meminta segala sesuatu. Entah apa imbalannya…
Suasana di kantor sudah sepi, tinggal beberapa orang saja seperti Mila bagian sekretaris direktur, Tony, Steven, Jaenal, Beben, Mulyo dan Sabrina.
Setelah Sabrina selesai telepon ia merasa sedikit pusing. Mencoba berdiri tapi badannya agak terhuyung kesamping ia pegangan ke lemari. Tony yang melihat itu langsung sigap menghampiri..
“mbak Ina kenapa?” tanya Tony.
“gak tau nih.. Kepalaku pusing Ton” jawab Sabrina
Lalu Tony memegang lengan Sabrina bermaksud memapahnya berdiri.
“gak usah.. gak usah.. Awas” kata Sabrina sambil menepis tangan Tony. Lalu Tony mundur tapi tetap kuatir.
“mbak Ina mau saya panggil dokter?” tanya Tony
“enggak. Kamu urusin aja kerjaan kamu” jawabnya.
“sudah selesai mbak. Dan saya juga su…”
“ya udah pulang aja sana” Sabrina memotong sambil menjulurkan tangannya seperti mengusir.
Setelah itu Tony pulang bersamaan dengan Mila. Mereka berjalan sambil mengobrol.
Sabrina berjalan sendiri dengan sedikit terhuyung menuju ruang HRD, karena disana ada persediaan obat-obatan.
“pasti gara-gara kopi bikinan Mulyo” tuduhnya dalam hati.
Steven dari tadi mengintai tersenyum memandang Sabrina dari jauh. Karena dia yang menaruh sesuatu ke dalam kopi itu. Lalu tidak lama kemudian Beben datang dengan semangat
“gimana bos!?” tanyanya setengah berbisik
Steven tersenyum
“kondisi sudah aman?” tanya Steven tanpa menoleh ke Beben.
“udeh bos.. Mulyo dah diurus sama Jaenal” jawabnya
“pintu depan udah dikunci pak?” tanya Steven sambil berjalan menuju gudang…
“sudah dong..” jawabnya bersemangat.
Sosok Beben gemuk tingginya 166cm kulitnya sawo matang gelap, rambutnya pendek lurus kecoklatan, matanya besar, hidungnya pesek, kumisnya lebat diatas bibir, umurnya 58 tahun. Wajahnya mirip artis Jaja Miharja. Ia sudah memiliki cucu.
Ketika Sabrina berjalan kembali kearah mejanya, ia melihat kantor sudah sepi. Ia sempat melihat Mulyo yang sedang menaruh gelas2 di pantry. Lalu ia berjalan ke gudang mencari Jaenal..
Sampai didalam gudang Sabrina melihat ruangan itu gelap. Ketika ia mencari saklar lampu mendadak pintu gudang tertutup dan ia merasakan ada orang dari kegelapan itu membekapnya..
“apa-apaan nih lepas.. Mmhh” teriak Sabrina tertahan karena mulutnya ditutup. Ia meronta panik..
Bau seperti alkohol itu semakin memperparah pusingnya, lalu ia mulai terasa melayang tapi tetap berusaha meronta.
Pendengarannya mulai samar. Ia merasakan payudaranya diremas, lehernya dicium.. Ia berusaha sekuat tenaga meronta tapi juga mulai terangsang..
Samar2 ia melihat pintu gudang terbuka sehingga ada cahaya masuk remang2 mengisi ruangan..
“lepasin… Kurang ajar..” teriaknya sesaat mulutnya terbebas dari bekapan tangan. Tapi pandangannya sudah kabur dan semakin gelap. Tenaganya meronta sekuat tenaga walaupun sia2. Badannya terasa sedang digotong seseorang. Pandangannya semakin gelap tapi masih sadar ia masih bisa merasakan tangan dan kakinya meronta.
Tubuhnya dibaringkan diatas meja meeting. Steven, Beben, Jaenal berdiri mengelilingi meja meeting itu. Mereka saling berpandangan satu sama lainnya lalu menatap tubuh indah Sabrina yang siap disantap.
Steven dengan santai meremas payudaranya yang menyembul dibalik kemeja putih ketat itu, Jaenal dan Beben tertegun melihatnya lalu mereka ikut2an masing2 meraba pahanya, pinggangnya..
“gile mulus bener coyy..” teriak Jaenal kegirangan.
Beben menunduk mengintip celana dalam Sabrina dibalik rok pendek ketat itu. Ia menggelengkan kepala takjub..
“ck.. ck.. Mekinya bro.. Tembem” katanya diiringi tawa yang lainnya.
“mmhh… Tolong.. Lepasin..” Sabrina bersuara lirih merasakan tubuhnya digerayangi. Pandangannya kabur hanya melihat cahaya yang silau.
Steven membuka Kancing kemejanya satu persatu sampai terpampang jelas dadanya. Payudara putih montok itu masih terbungkus BH berwarna hitam. Jaenal meraba perutnya yang putih mulus itu terasa lembut sekali. Payudaranya diremas bergantian kanan kiri. Lalu jarinya menyelip dibalik BH itu mencolek putingnya.. Beben melihat aksi Jaenal sambil senyum2.
“kaya kacang atom.. Bray..” Katanya sambil terkekeh.
Sosok Jaenal tinggi besar 180cm, kulit sawo matang cerah, wajahnya sekilas mirip artis Tukul Arwana. Umurnya 47 tahun. Sudah menikah namun belum dikaruniai anak.
Jaenal dan Beben masing2 belum pernah melihat langsung aurat tubuh wanita berkelas seperti Sabrina, putih mulus. Kini mereka sangat gembira bisa mencicipi Sabrina.
“ayo siapa dulu… Gantian, yang lain antri di luar ruang meeting” kata Steven.
Tanpa perasaan risih Beben langsung melepas semua celananya, penisnya menggantung mulai mengeras.
“ga usah.. Langsung aja pake rame2 lah” jawab Beben sambil tangannya meraba kemaluan Sabrina yang masih berbalut celana dalam hitam. Steven hanya bengong melihat aksi Beben..
Jaenal juga tidak mau kalah, membuka celananya memperlihatkan penisnya panjang dan besar masih belum mengeras. Kemudian memiringkan sedikit tubuh Sabrina untuk melepas BH nya. Penis Jaenal mulai tegak mengeras.
“udeh.. Mas Steven gak usah malu2..” kata Jaenal memberi kode kepadanya supaya tidak usah risih mengeluarkan penisnya..
Beben mengangkat rok ketat itu sampai ke pinggang sehingga terlihat bentuk pinggul Sabrina yang besar dan mulus masih mengenakan celana dalam. Lalu ditariknya celana dalam hitam kebawah sampai terlepas.
Beben melihat bulu jembut lebat itu melotot sampai menelan ludah. Penisnya semakin mengeras.
Sabrina hanya menggumam seperti orang mengigau. Matanya terpejam. Tangan kakinya bergerak lemas kesana kemari. Kepalanya menggeleng ke kanan dan kiri di atas meja itu.
Tanpa ragu Beben langsung mencium paha putih montok Sabrina dan menjilat kemaluan. Lidahnya menusuk kedalam klitorisnya. Sabrina menggeliat masih memejamkan mata, bibirnya dilipat kedalam.
“uuhh… Sshh” desah Sabrina dengan kondisi masih setengah sadar. Ia merasakan rangsangan nikmat, tangannya bergerak tidak terkontrol seperti bayi.
“bro serius nih boleh di colok..?” tanya Jaenal kepada Steven, kode hasratnya untuk menyetubuhi.
“sikat aja bro.. Kita kan juga pengen tau masih virgin atau engga.. Asal jangan keluarin dalem aja” jawabnya.
Steven masih berdiri disamping meremas payudara Sabrina. Ia masih risih untuk mengeluarkan penisnya di depan Beben dan Jaenal.
“pak.. Mau make duluan..?” tanya Jaenal ke Beben.
“oh.. Ya udah deh” jawab Beben dengan cepat. Langsung ia naik meja merangkak diatas tubuh Sabrina.
Penisnya yang gemuk dan besar mulai diarahkan ke bibir kemaluan Sabrina. Lalu ia meludahi penisnya sebelum dimasukkan…
‘zepp…’ batang penisnya mulai masuk menerobos kemaluan Sabrina. Beben merasakan vaginanya hangat…
Sabrina masih memejamkan mata meringis merasakan kemaluannya disodok benda tumpul.
“ohh..” desah Beben.. Lalu mulai menggenjot tubuh sintal itu dengan nafsu.
“ohh. Udah kaga perawan nih meki..” kata Beben sambil mengenjot.
“dasar perek sialan..” kata Jaenal sambil meremas kasar payudara bosnya.
“auhh.. Sshh” desah Sabrina kesakitan.. Kepalanya menggeleng ke kanan dan kiri…
Beben terus menggenjot menciumi leher Sabrina, lalu bibirnya yang seksi itu dicium sampai basah oleh mulut Beben yang hitam dan berkumis..
“tapi.. Mekinya masih sempit broh.. Ohh..” desah Beben.
“mmmh…” desah Sabrina. Matanya masih merem. Kedua tangannya tanpa sadar memegang pinggang Beben..
‘slebb… Slebb.. Slebbb’ Beben terus menyodok kemaluan Sabrina dengan penuh nafsu. Payudara yang besar montok itu kepencet dada Beben terlihat bergoyang kenyal dari samping.
Jaenal sesekali meremas payudara Sabrina ketika ada sedikit celah dari tubuh Beben, sambil mengocok penisnya berdiri disamping meja.
Steven merasa kurang nyaman, ia berjalan menuju pintu..
“nanti kalau udeh kabarin ya pak” katanya sambil keluar dan menutup pintu ruang meeting itu.
Hanya tinggal Jaenal dan Beben diruangan itu menikmati tubuh molek bosnya, Sabrina.
“aahh.. Ahh memeknya enak banget bro” kata Beben sambil terengah-engah nafasnya menggenjot Sabrina.
‘slebb.. Slebb..’ penisnya terus menyodok dengan kencang. Meja meeting itu sampai terasa bergoyang karena genjotannya.
Jaenal hanya diam saja matanya melihat sodokan penis Beben yang menyodok-nyodok kemaluan Sabrina, hasratnya mulai tidak sabar menunggu giliran.
Tidak lama kemudian Beben langsung mencabut penisnya, spermanya menyemprot di perut Sabrina yang putih mulus itu.
“aahh…!” desah Beben penuh kenikmatan.
Saat Beben turun dari meja, dengan tidak sabar Jaenal langsung segera menarik kaki Sabrina sampai tubuhnya terseret ke pinggir meja. Jaenal berdiri dipinggir meja. Penisnya yang lebih panjang itu sudah mengeras, kemudian diarahkan ke bibir vagina yang tembem itu…
‘slebb…’ seketika penisnya masuk tenggelam kedalam kemaluan bosnya..
“uuhh… Shh” desah Sabrina..
Lalu Jaenal mengangkat kedua kaki Sabrina ditekuk seperti jongkok, ia memegang kedua pergelangan kaki Sabrina sambil menyodok penisnya..
Liang vaginanya rasanya hangat berdenyut menjepit penis itu.
“oohh. Ahh” Jaenal mendesah serasa melayang. Belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini sebelumnya.
Sabrina meringis sambil mendesah..
“ughh.. Hhhh” tangan kanannya memegang kepalanya, tangan satunya memegang pinggiran meja.. Badannya bergoyang karena sodokan Jaenal..
Payudaranya yang besar, putih mulus itu bergoyang-goyang seperti puding.. Pahanya yang besar bergetar setiap sodokan penis itu..
Walaupun ingin tapi Jaenal tidak mau menindih tubuh bosnya karena ada bekas sperma Beben di perut mulus itu. Jaenal hanya menggenjot sambil menatap ekspresi Sabrina yang sangat sensual ketika disetubuhi.
“plok.. Plok.. Plok….” suara tepukan antara selangkangan Jaenal dan Sabrina nyaring di ruang meeting itu. Vaginanya sudah sangat basah..
Tidak sampai 5 menit akhirnya Jaenal mulai kejang langsung mencabut penisnya dan ia berlari memutar meja ke arah kepala Sabrina. Lalu ia semprotkan air maninya ke wajah cantik Sabrina sambil merasakan kenikmatan..
“Ooh…. Sssh” Jaenal mendesah sambil mengocok penisnya ke mulut bosnya..
Semprotannya kena bibir seksi itu, lalu kena hidung dan pipinya… Sampai akhirnya dioleskan ke mulutnya sampai masuk sedikit..
Setelah lega.. Jaenal men foto kondisi Sabrina yang telanjang berantakan penuh sperma.. Lalu ia pergi keluar ruangan meninggalkan bosnya yang masih setengah sadar di ruangan itu sendirian.
Tidak lama kemudian Steven masuk ke ruangan. Ia melihat kondisi Sabrina penuh dengan sperma itu akhirnya tubuh Sabrina dibalik tengkurap di atas meja. Sesaat ia arahkan penisnya ke bibir vagina bosnya.. Lalu dibenamkan…
‘slebb…’ dengan mudah penisnya menerobos kemaluan Sabrina yang masih basah… Rasanya hangat sekali…
“ughh…” Sabrina mendesah masih setengah sadar..
“Ya ampun pantatnya besar montok banget” batin Steven sambil meremasnya. Kemudian digenjot dengan penuh nafsu..
‘plok.. Plok… Plok..’ bunyi tepukan selangkangan itu kembali mengisi ruangan meeting. Hanya berbeda penis yang menggenjot.
Payudara yang besar itu terjepit tubuhnya sendiri dengan meja.. Steven memandangi tubuh Sabrina dari belakang.. Sambil terus menggenjot ia memegang pinggang Sabrina yang langsing..
“oohh.. Enak banget sumpah” batinnya..
“Ughh… ” sesekali Sabrina mendesah. Ia merasakan kemaluannya terus disodok benda tumpul sampai merasa kenikmatan tiada tara.. Tapi ia tidak tau kenapa karena masih setengah sadar.
Pantatnya terasa bergoyang tiap sodokan penis Steven.
“uff.. Sssh..” Steven mendesah merasakan sensasi nikmat yang luar biasa… Bentuk tubuh bosnya sangat indah dari belakang seperti gitar..
“splok.. Splokk… Splokk’ suara tepukan selangkangan itu semakin becek.. Steven semakin cepat menggenjot sambil terus meracau..
Tubuh Sabrina terus terguncang karena genjotan…
Akhirnya….
Steven langsung mencabut penisnya, ia merasakan ejakulasi…
Penisnya diarahkan ke bagian atas pantat bosnya, dan disemprotkan ke pinggang sampai punggung mulus itu.
Steven melenguh merasakan kepuasan yang dahsyat.. Sambil terus meremas bongkahan pantat besar itu.
SKIP…..
Akhirnya bersama Beben dan Jaenal, Steven mengajak merapihkan bersama tubuh Sabrina.. Dengan posisi masih belum sadar Sabrina digendong dari belakang oleh Jaenal lalu Steven memakaikan BH nya dan kemejanya.. Sementara Beben memakaikan celana dalamnya setelah sebelumnya ia cium2 dahulu.
Setelah rapi… Mereka menggotong ke dalam gudang..
Mereka semua beberes dan pamit pulang pada Mulyo, OB yang piket malam itu.
Setelah Mulyo mematikan semua lampu, ia baru sadar meja Sabrina masih ada tas dan laptopnya yang masih menyala..
Lalu ia mencari Sabrina.. Sampai akhirnya ketemu di gudang dengan kondisi terduduk di lantai dekat rak..
Mulyo bingung dengan kondisi Sabrina. Ia berusaha membangunkan..
Matanya menatap ke bagian dadanya.. Payudaranya yang montok menyembul dibalik kemeja ketat itu. Ia menelan ludah terpukau akan bentuknya yang besar menantang itu.
Timbul niatnya ingin melihat, ia mencoba membuka Kancing baju Sabrina satu persatu..
Kebetulan secara bersamaan kesadaran Sabrina mulai pulih, perlahan pandangannya semakin jelas melihat bayangan seseorang didepannya…
“Mulyo…?” lirihnya..
Spontan saja Mulyo terkejut dan panik.. Ia pura2 baik..
“maaf bu tadi kancingnya terlepas..”
Sabrina sadar Kancing kemejanya sudah terbuka sebagian memperlihatkan payudaranya yang terbungkus BH hitam.
“ngapain kamu hah?!” bentaknya panik sambil menutup dadanya dengan tangan..
Mulyo sempat berpikir dari pada tanggung lebih baik kuperkosa saja… Katanya dalam hati..
Tapi sesaat kemudian ada suara.. Faisal masuk ke kantor..
Mulyo semakin panik dan akhirnya mengurungkan niat jahatnya..
Sabrina terus memaki Mulyo sambil meninggalkan ruangan.. Ia menyuruh Faisal mengambil tas dan laptopnya..
Faisal kebingungan tergopoh-gopoh mengikuti Sabrina keluar kantor sambil membawa barang2nya.
“kenapa si bos..?” tanya Faisal sesaat menoleh pada Mulyo.
Mulyo hanya diam saja mengangkat bahu..
Sabrina berusaha mengingat kejadian sebelumnya..
Tapi tidak bisa…
Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,,,,