Act 1: New World.
Angin yg membawa debu berhembus cukup kencang. Panas matahari bersinar terik di tanah yg gersang. Rumput rumput kering menguning dan pohon pohon yg menggugur mati. Sepi dan sunyi. hanya terdengar suara dari mesin pembunuh yg ditembakan di kejauhan, juga beberapa kali terdengar suara ledakan yg berlangsung singkat lalu kembali sunyi.
“lagi dan lagi, apakah mereka tidak lelah melihat darah? Apakah mereka tidak bosan mencabut nyawa?” kuhempaskan tubuhku ke sebuah kursi reot.
Drrrr..
Suara deru mesin terdengar dari luar, sedikit pasir dan bebatuan terjatuh didalam “rumah”ku. sepertinya sebuah kendaraan melintas diatas, mungkin sebuah Van kalau kudengar dari suara mesinnya. Ku coba mendengarkan lebih seksama, mencari tahu kawanan apa yg melewati rumahku.
Dor dor dor dor dor!!
Boom!!
Dor!!
AAAAAARRRRGGGHHHH!!!!
Semakin bising saja suara diatas, sepertinya mereka diserang. Namun dari suara tembakan dan ledakan yg seperti itu, sepertinya mereka tidak diserang oleh kawanan lain.
“tolong!!” Suara tangisan terdengar dari atas.
“TOLONG!!” sepertinya ada orang lain yg juga selamat.
“Mati kalian bang*at!!” Seseorang berteriak sambil menembak.
Dor! Dor!
AAAAAAAA!!!!
sunyi. Kembali kesunyiaan menyelimuti. Pertanda bahwa ada satu nyawa lagi yg telah direnggut. Menyedihkan, menjijikan, dan memuakan. Seperti itulah manusia saat dalam keadaan terdesak, ketika keadaan benar benar genting mereka akan kehilangan akal sehat yg sejak awal menjadikan mereka manusia. Ya itulah manusia, yg memang benar bila sejak awal diklasifikasikan sebagai hewan dan tidak dipisah. Karena pada akhirnya mereka memang hanya sebuah species hewan yg lebih superior dibanding yg lain, namun tetaplah hanya sebuah hewan.
Ku ambil senjata andalanku. Serpent Tongue, sebuah tongkat “baseball” berwarna Hijau gelap yg memiliki motif ular dan sangat kuat. Setelah aku menutup dan mengunci pintu, memakai sepatu dan merapikan pakaian. Aku berjalan perlahan sambil melihat keatas tempat dimana suara ramai tadi berada. Aku memang tinggal dibawah, tepatnya dipojok sebuah jalan tol yg ku ubah menjadi sebuah rumah kecil. Karena pada keadaan seperti ini memang kita bisa tinggal dimana saja kan.
“Hei hei, jangan berisik dirumah orang” kataku sambil memegang Serpent Tongue yg kutopang di bahu.
“HAH?! Apa mau mu anak kecil?!” mereka mengarahkan senjatanya padaku.
“santai santai, biar aku yg urus” kata seseorang yg sepertinya cukup pintar dikawanan mereka.
Aku melihat banyak bercak darah dibajunya, disekitarnya juga terdapat banyak darah yg menggenang. Pria bertubuh besar itu tersenyum padaku, ia nampak ingin bernegosiasi disini. Namun aku tau dari senyumnya itu bahwa dia adalah orang yg Menjijikan.
“hai nak. Dimana rumahmu? Ingin kami antar?” pria itu mendekat pelan kearahku.
“dari bajunya, sepertinya kalian adalah the Red Bone Army. Para mantan tentara yg memiliki persenjataan lengkap sehingga berbuat semena mena. Dimana sikap mengayomi dan melindungi negara yg kalian gadangkan?” balasku mencibir.
“Hoooo jadi kau seorang anak yg tidak dididik dengan benar ya.” balas pria itu.
“kalau begitu, malam ini kita akan berpesta yg meriah kawan kawan!!” Tambah pria itu dibalas dengan tawa gila dari teman temannya.
Aku bersiap diposisi sambil memegang Serpent Tongue, kuimbuhkan kekuatanku kedalamnya. Mungkin terdengar aneh, namun aku memang mampu melakukannya. Serpent Tongue kini dilapisi aura berwarna Hijau, mata ular dimotifnya menyala berwarna biru. Dalam sekali hentakan, aku melompat tinggi diudara.
“Snake Bite!!” Kupukulkan tongkatku diudara.
Pukulan tongkatku menjadi gelombang udara berbentuk ular berwarna hijau dan menghempas begitu kuat.
Duaaaaaagrrrrrrhhhh!!
Gelombang serangan yg kuat itu membuat permukaan jalan tol itu retak dan hancur. Serangan luar biasa dariku itu berhasil menumbangkan mereka yg kini tergeletak tak berdaya antara hidup dan mati. Bibirku tersungging meledek melihat mereka yg begitu lemah.
“ini belum selesai!” aku kembali mendengar suara pria besar itu.
Buaaagh!!
Bug Bug Bruaaak!!
Serangan bertubi tubi ia lancarkan padaku, membuatku terlempar kesana kemari. Darah segar mulai mengalir dari bibirku, badanku sakit sekali.
“Hahaha kau pikir kau siapa!” Pria itu berteriak sambil mengangkat tubuhku.
Tubuhku dengan mudah ia lempar hingga membuat retak permukaan jalan tol itu, tongkatku terlempar cukup jauh dariku.
BUGH!!
BRAK!!
Ia kembali menghajarku dengan lutut, tinju dan sikunya. Mulutku mulai memuntahkan darah, sepertinya rusukku ada yg patah akibat hantaman lututnya. Aku tersungkur ditanah tak bisa bergerak.
“kau fikir aku sudah selesai!” Ia Mengepalkan tinjunya.
Tinjunya dilapisi aura merah, aku yakin dia adalah tipe enhancer yg kuat. Pukulan telak darinya dapat membunuhku sekarang, namun aku tidak mampu lagi bergerak. Aku bisa saja melancarkan satu serangan pengecoh karena kawanannya sudah habis, namun aku tidak yakin dapat kabur lebih jauh karena ia dapat menguatkan kakinya untuk berlari mengejarku, dan aku tidak meninggalkan Serpent Tongue disini. Peninggalan dari ayahku satu satunya.
PUNCH QUAIO!!
Pukulannya begitu kuat menghasilkan gelombang merah yg mematikan. Pukulannya membuat jalan tol ini hampir hancur dan runtuh. Mataku terpejam, takut akan kematian yg sebentar lagi menjemputku. Namun senyumanku tidak hilang, karena ini lah akhir dari petualanganku di dunia yg kacau ini.
“ayah, ibu, aku pulang” aku tau inilah akhirnya.
DUAAAARRRRRRGGHHHHH!!!
Sebuah hantaman yg begitu kuat tepat didepanku, menghentikan pukulan kuat dari tentara yg sepertinya seorang letnan itu. Debu dan asap akibat kekuatan yg beradu itu sangat tebal membuatku sulit melihat.
“Kau tidak apa-apa?” tanya seseorang padaku.
“iya aku tidak apa-apa. Siapa kau?” Tanyaku kembali.
“sepertinya kau menjatuhkan tongkatmu yg sangat kuat ini” Katanya kembali sambil memberikan Serpent Tongue padaku.
Setelah asap dan debu itu terbawa angin, aku dapat melihatnya yg sedang menggeretakan tangannya. Seorang cowok yg sepertinya sepantaran denganku dan sedikit lebih tinggi dariku. photomemek.com Ia memakai parka hitam yg terbuka, celana pendek berwarna merah dan kaus hitam bertuliskan “GOD” dicoret. Rambutnya yg hitam berantakan itu tertiup angin, cahaya matahari membuatnya terlihat lebih jelas. Tubuhnya seperti dialiri oleh kekuatan, aku tau bahwa dia sangat kuat.
“Siapa kau?!” tanya tentara itu dengan wajah kebingungan akibat serangan andalannya dihentikan dengan mudah.
“Aku Schurri Eclaine, panggil aku Schu. The Balancers” Cowok bernama Schu itu menoleh padaku, tersenyum.
Aku pernah mendengar Balancers sebelumnya. Kalau tidak salah Balancers adalah salah satu faksi yg baru muncul namun dengan cepat bersandingan dengan Red Bone Army, Black Thorn, dan faksi lainnya. Mereka adalah sekumpulan orang berkekuatan khusus seperti ku yg berkumpul dan berniat menyeimbangkan dunia. Aku tidak percaya mendengar itu semua karena menurutku semua manusia sama saja.
Ia bergerak begitu cepat bahkan oleh mataku. Dalam sekejap ia sudah berada didepan tentara itu. Dalam sekali pukulan, ia menghempaskan sang tentara itu menghantam Van perangnya hingga terpental. Tentara itu langsung tumbang sekejap.
“Siapa namamu?” Schu sudah kembali berdiri didepanku.
“Feni…” Balasku pelan.
Aku hanya mampu melihat kakinya, darah mengalir dari kepalaku, badanku remuk dan kesadaranku mulai menghilang. Yg terakhir ku ingat adalah ia berkata padaku sambil menyodorkan tangannya.
“Aku tau kamu orang baik dan kuat, mari bergabung”.,,,,,,,,,,,,,,,,,
-Bersambung-